Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

R USIA TODDLER (2 TAHUN)


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI
AMOEBA DI RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
KABUPATEN CIAMIS
Tanggal 16-20 Juni 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Di STIKes Muhammadiyah Ciamis

Disusun oleh :

ARINDRIANA BELLAPRILIA
NIM : 13DP277008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R USIA PRA TODDLER (2 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI AMOEBA
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS
TANGGAL 16 s.d 20 JUNI 2016

Arindriana Bellaprilia2, Ade Fitriani3

INTISARI
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri
amoeba).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Rekam Medik BLUD Kabupaten
Ciamis tahun 2016, Jumlah pasien yang di rawat di ruang Melati akibat Disentri
atau Diare adalah sebanyak 96 anak menduduki peringkat ke 2 dari 10 penyakit
terbesar yang dirawat di RSUD Ciamis Ruang Melati. Penyakit Disentri
merupakan penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang di kaitkan
dengan diare. Hampir 15 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita Disentri. Dampak dari disentri dapat menimbulkan dehidrasi, biasanya
karena ketidaktahuan orang tua untuk menanggulangi disentri sehingga pasien
harus di rawat bahkan kemungkinan ada yang menimbulkan kematian.
Tujuan penulisan adalah Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung dan komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual dengan pendekataan proses keperawatan pada klien disentri. Asuhan
keperawatan yang dilakukan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi.
Hasil selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada An. R dari
tanggal 16 Juni sampai 20 Juni 2016 penulis menemukan diagnosa keperawatan
yaitu : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Defisit perawatan diri dan kecemasan keluarga, Hospitalisasi.
Simpulan : setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari
masalah teratasi semua. Asuhan keperawatan di harapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan kerjasama antara perawat, klien dan
keluarga maupun dengan petugas kesehatan yang lain, sehingga dapat
melakasakan dan memperlancar tindakan dalam upaya proses penyembuhan
Disentri pada anak.

Kata kunci : Disentri, Asuhan keperawatan, Usia Toddler


Kepustakaan : 14 buah, (2006-2013)
Jumlah Halaman : IV BAB, Halaman, Tabel, Gambar,
Lampiran
Keterangan :
1. Judul Karya Tulis Ilmiah
2. Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Ciamis
3. Dosen Pembimbing STIKes Muhammadiyah Ciamis

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kematian balita dan anak di Dunia mengalami penurunan

cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir termasuk di beberapa Negara

miskin. Meski demikian, target Millenium Development Goals yang

harus dicapai tahun 2015 diperkirakan masih jauh. Badan WHO yang

mengurusi anak-anak, Unicef mengungkapkan pada tahun 2010

tercatat jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak

7,6 juta. Angka ini jauh lebih rendah di bandinngkan angka tahun 1990,

yaitu sekitar 12.000 kasus/hari di bandingkan 10 tahun silam.

Sementara jika dibandingkan dengan angka kelahiran, angka kematian

balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap 100.000 kelahiran

hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa Negara memang masih

mencatat angka kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen

dari angka kematian balita di seluruh dunia terkonsentrasi di 5 negara.

Kelima Negara tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan dan

China.(Word Health Organitation, 2014).

WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh

kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri.

Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga

menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab

penting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.

1
2

UNICEF telah memainkan peranan yang besar dalam

memperingatkan dunia mengenai beban yang sangat berat akibat

penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak di dunia.

Bagaimana pun, dalam beberapa decade penanganan masalah ini di

perkirakan bahwa di seluruh dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya

akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awalnya diare

(Anderson, 2012).

Menurut data tahun 2012 di Indonesia, angka kematian bayi

59,4% dan 47,5% kematian balita terajadi pada usia neonatal, atau ada

lebih dari 200.000 balita Indonesia yang meninggal setiap tahunnya.

Sedangkan di Malaysia, dengan angka kematian balita sebesar 6.1

kematian per 1000 kelahiran hidup, ada 3.694 kematian balita, jauh

lebih sedikit dari pada Indonesia. Sementara di Filipina, yang juga

merupakan Negara kepulauan dengan penduduk yang besar, ada

sekitar 85.400 kematian balita, tidak sampai setengah dari angka

kematian di Indonesia. Angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun

(Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah sebesar 34 kematian per

1000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000 kematian

anak setiap tahunnya. Di bandingkan dengan negara Asia Tenggara

lainnya, angka ini jauh lebih dari Malaysia (3.633 kematian anak per

tahun) dan dari Filipina (67.092 kematian anak per tahun).Penyebab

kematian utama anak balita adalah : Diare, Pneumonia, Malaria (di

daerah Endemis Malaria), dan Campak. (Lancet, 2013).


Hasil riset penelitian penyakit disentri di Jawa Barat pada periode

2007-2010 adalah 149 kasus, kelompok usia 0-10 tahun lebih sering

terkena disentri sedangkan pada usia >40 tahun lebih sering terkena

abses hepar amoeba, jumlah penderita laki-laki adalah 104 penderita

sedangkan pada perempuan 45 penderita. (Kemenkes RI, 2011).

Q.S Al-Maidah ayat 88 :

Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S. Al-Maidah:88).

Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya agar

makan rezeki yang halal dan baik, yang telah dikaruniakan-Nya kepada

mereka. “Halal” di sini mengandung pengertian, halal bendanya dan halal

cara memperolehnya. Sedangkan “baik” adalah dari segi kemanfaatannya,

yaitu mengandung manfaat dan maslahat bagi tubuh, mengandung gizi,

vitamin, protein dan sebagainya. Makanan tidak baik, selain tidak

mengandung gizi, juga jika dikonsumsi akan merusak kesehatan seperti

terkena penyakti Disentri.


Berdasarkan data yang penulis temukan di Ruang Melati BLUD

Ciamis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

10 Besar Penyakit di Ruang Melati BLUD Ciamis

Tahun 2015

No Diagnosa Jumlah
1 Thphoid 101
2 Diare 96
3 Kejang demam 58
4 Asthma 31
5 TB Paru 27
6 DHF 19
7 Bronchopheumonia 17
8 Anemia 11
9 Gastritis 9
10 Disentri 6
TOTAL 375
Sumber : (Rekam Medik BLUD Ciamis) 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik BLUD Ciamis

tahun 2015, Jumlah pasien yang dirawat di ruang Melati akibat disentri

adalah sebanyak 6 anak atau 1,6% anak menduduki peringkat ke 10

dari 10 penyakit terbesar yang dirawat di BLUD Ciamis Ruang Melati.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik BLUD Ciamis

tahun 2016 Periode Januari-Mei, Jumlah pasien yang dirawat di ruang

Melati akibat disentri tidak termasuk kedalam kategori 10 besar BLUD

Ciamis Ruang Melati.

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali

menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.


Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan

amoeba (disentri amoeba).

Disentri yang terjadi pada anak dapat membuat orang tua cemas

karena penyakit tersebut dapat berbahaya. Selama disentri/ diare

berlangsung, ada kemungkinan anak akan mengalami dehidrasi berat

karena kehilangan banyak cairan karena diare.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang

menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas

yang disebut sebagai sindroma disentri.

Dampak dari disentri dapat menimbulkan dehidrasi berat, biasanya

karena ketidaktahuan orang tua untuk menanggulangi disentri sehingga

harus segera di rawat, karena jika dehidrasi berlangsung lama maka

akan menimbulkan komplikasi penyakit lain bahkan kemungkinan ada

yang menyebabkan kematian. Karena alasan-alasan itu, maka penulis

merasa tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara

didokumentasikan dalam bentuk karya tulis dengan judul : ASUHAN

KEPERAWATAN PADA An. R USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : DISENTRI AMOEBA DI

RUANG MELATI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN

CIAMIS TANGGAL 16 s.d 20 Juni 2016.


B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan

komperhensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual

dengan pendekataan proses keperawatan pada klien disentri.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak pada kasus disentri.

b. Mampu menentukan diagnose dengan menganalisis data yang

diperoleh dari pengkajian kasus disentri.

c. Mampu membuat perencanaan keperawatan terhadap masalah yang

timbul sesuai dengan prioritas masalah kasus disentri.

c. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat pada anak dengan disentri.

d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan terhadap tindakan

keperawatan pada pasien disentri.

e. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak

dengan disentri.

C. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode dekskriftif yaitu

metode yang proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa

prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta yang
bersifat umum, dengan tehnik studi kasus (memutuskan perhatian pada

suatu kasus secara intensif)

Adapun tehnik pengambilan data yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Wawancara

Menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah

yang dihadapai oleh klien dan merupakan suatu komunikasi yang di

rencanakan.

2. Observasi/ Pengamatan

Mengamati prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data

tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik yang dipergunakan untuk memperoleh

data objektif dan data subjektif dari riwayat kesehatan klien dan

keluarga.

4. Studi dokumentasi

Salah satu cara untuk mempelajari data-data pada status klien

dengan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.

Meliputi catatan keperawatan, rekam medik, serta catatan lainnya

dari Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan Puskesmas.

5. Studi kepustakaan

Salah satu cara mendapatkan keterangan sebagai landasan teori

dan berbagai referensi,untuk memperoleh data-data klien yang


komperhensif perawat dapat membaca literatur yang berhubungan

dengan masalah klien. Memperoleh literatur/referensi sangat

membantu dalam asuhan keperawatan yang benar dan tepat.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penyusunan penulisan

dibagi menjadi 4 Bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, metode telaah,

serta sistematik penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Menjelaskan tentang teori yang berisikan teori yang relepan

dengan membahas konsep dasar penyakit disentri yang

meliputi pengertian, anatomi system pencernaan, etiologi,

patofisiologi, tanda dan gejala atau manifestasi,

penatalaksanaan, pencegahan, dampak hospitalisasi,

dampak penyakit, karakteristik serta tinjauan asuhan

keperawatan pada anak dengan disentri.

BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan kasus berisikan tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data,

diagnosa, perencanaan mencakup tujuan, intervensi,


rasionalisasi, implementasi, dan evaluasi serta catatan

perkembangan, pembahasan berisikan tentang

kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dari

perbandingan antara pendekatan teoritis dengan

pelaksanaan keperawatan.

BAB IV : SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menjelaskan tentang uraian simpulan dari seluruh proses

keperawatan dan rekomendasi pada tahap pengkajian dan

diagnosa keperawatan, tahap perencanaan keperawatan,

tahap pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Disentri

a. Definisi

Disentri adalah peradangan pada usus besar yang

ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer

serta terus-menerus (diare). Bahkan, saat buang air besar

disertai lendir dan darah. (Dwi Sunar Prasetyono, 2012).

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering

kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare

akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri

(disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). (Nanda Nic-

Noc, 2013).

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka

yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai

dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri,

yakni :

a. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus

b. Berak-berak, dan

c. Tinja mengandung darah dan lendir

Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu

bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus

10
11

dinding kolon dan bersarang di bawahnya. Penyakit ini

sering kali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik

karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan

masyarakat dan lingkungan. (FKUI, 2007).

b. Anatomi Fisiologi

1. Sistem digestif terdiri dari :

a) Organ utama: Traktus gastro intestinal

b) Organ assesory :

(1) Kelenjar saliva

(2) Hepar

(3) Pankreas

(4) Kandungempedu

c) Berfungsi :

(1) Menyediakan nutrient untuk dikirim kesel

(2) Eliminasi makanan yang tidak dapat dicerna


Gambar 2.1 Sistem Pencernaan Makanani

(Pearce. Evelin C, 2008)

2. Rongga mulut

Mulut adalah adalah salah satu organ saluran

pencernaan yang pertama, proses pencernaan makanan

secara mekanik dan kimiawi sudah dimulai pada bagian

ini. Mulut terbagi menjadi dua bagian, yaitu :


a) Bagian luar atau vestibula,yaitu ruangantara gusi,

bibir dan pipi

(1) Bibir

Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk

gerbang mulut. Disebelah luar ditutupi oleh kulit

dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir

(mukosa).

(2) Pipi

Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang

mengandung papilla.

b) Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh

tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring

(1) Gigi

Gigi terbagi menjadi dua, yaitu :

(a) Gigi sulung

(b) Gigi tetap

Ada empat macam gigi, yaitu :

(a) Gigi seri

(b) Gigi taring

(c) Gigi geraham depan

(d) Gigi geraham belakang

(2) Lidah

Lidah sebagian besar lidah terdiri atas otot.


Pada permukaan atas lidah banyak terdapat

tonjolan yang disebut papilla.

(a) Radiks lingua

(b) Dorsum lingua

(c) Apeks lingua

(3) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah menghasilkan air liur (saliva).

Kelenjar ludah dalam mulut ada tiga pasang,

yaitu :

(a) Kelenjar parotis, terletak dibawah telinga

(b) Kelenjar submandibularis, terletak dirahang

bawah

(c) Kelenjar sublingualis, terletak dibawah

lidah Fungsi ludah

Ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan

makanan, membasahi, dan melumasi makanan

sehingga mudah ditelan.

3. Faring (tenggorokan)

Faring adalah penghubung antara rongga mulut dan

esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu

kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit

dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.


4. Esophagus

Sebelum ke esophagus pada pangkal tenggorokan

terdapat laring yaitu suatu bagian yang memiliki katup yang

disebut epiglottis.

Esophagus adalah tabung berotot yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari mulut ke dalam lambung.

Makanan mengalir dibantu dengan gerakan peristaltic

5. Lambung

Lambung adalah suatu tempat untuk menyimpan

makanan yang telah ditelan untuk sementara waktu.

Fungsi lambung:

a) Fungsi motorik,

mencampur dan mengosongkan

b) Funsi pencernaan dan sekresi

Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, sintesis dan

pencernaan gastrin, sekresi factor intrinsic, sekresi

mucus .

6. Hati

Hati terletak dibawah sekat rongga badan dan

mengisi sebagian besar bagian atas rongga perut sebelah

kanan. Hati membuat empedu yang terkumpul dalam

kantung empedu.
a) Fungsi hati :

Menyimpan

glikogen.

b) Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa.

c) Glukoneogenesis (pelubahab molekul-molekul lemak,

protein, dan laktat menjadi glukosa).

d) Membentuk senyawa kimia dari hasil perantara

metabolism karbohidrat.

e) Mempertahankan konsentrasi gula dalam darah.

7. Kelenjar pancreas

Pancreas berbentuk huruf U terbaring, terdapat dua

macam kelenjar, yaitu :

a) Kelenjar endokrin penghasil hormone insulin.

b) elenjar eksokrin penghasil getah pancreas.

8. Usus halus

Usus halus adalah bagian saluran cerna diantara

lambung dan usus besar.Usus halus bergulung mengisi

sebagian besar rongga abdomen.

9. Duodnum (usus dua belas jari)

Duodenum adalah bagian dari usus halus yang

terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke

jejunum.Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus

halus dengan panjang sekitar 25 cm.

Duodenum digambarkan dalam empat bagian, yaitu :


a) Bagian I : berjalan kekanan

b) Bagian II : berjalan kebawah

c) Bagian III : berjalan mendatar ke kiri dan ke

depan vena cava inferior dan aorta

d) BagianIV : berjalan keatas bersambungan dengan

jejunum.

Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum

yang merupakan bagian pertama dari usus. Makana masuk

ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah

yang bias dicerna oleh usus halus.

10 Jejunum

Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus,

diantara duodenum dan ileum. Dengan panjang 2-8 meter,

1,2 meter adalah bagian jejunum. Jejunum dan ileum

digantung dalam tubuh dengan mesenterium.

11. Ileum

Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.Ileum

memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum dilanjut oleh sekum.Ileum memiliki

Ph antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

12. Suplai darah usus halus

Oleh percabangan arteri mesenterica superior (cabang


dari aorta), cabang berhubungan didalam mesenterium oleh

sejumlah acarde arteri yang keluar dari cabang terminal.

a) Drainage vena usus halus

Kedalam vena mesenterika superior dan kemudian

kedalam vena porta.

b) Drainagelimfeusus halus

Ke dalam nodus di dalam mesenterium dan kemudian ke

dalam kelenjar aorticus dancisterna chyli.

c) Inervasi usus halus

Oleh nervus simpatis danparasimpatis (vagus).

d) Fungsi usus halus :

1). Sekresi cairan usus

2). Menerima empedu dangetah

pankreas 3). Pencernaan makanan

4). Absorbsi air,garam danvitamin

e) Gerakan

Isi usus sepanjang usus oleh kontraksi segmental

pendek dan gelombang rush yang menggerakan isi

sepanjang usus lebih cepat.

f) Struktur

Membran mukosa, berbentuk banyak lipatan sirkuler

atau semi sirkuler atauspiral. Seluruh permukaannya

ditandai dengan jutaan vili, vilus adalah tonjolan kecil


yang ditutupi olah selapis sel dan mengandung

pembuluh darah, kelenjar limfe, saraf dan serat otot.

g) Plak peyeri

Plak jaringan limfe pada membran mukosa,sering

terdapat pada ileum dari pada jejunum.

h) Lapisan submukosa

i) Lapisan muskuler : serat sirkuler dan longitudinal

j) Peritoneum.

13. Enzim pencernaan

a) Enzim Pancreas menghidrolisis Karbohidrat, lemak, dan

protein

b) Carbonat padasekret pancreas menetralkan asam

c) Empedu hati mengemulsikan lemak ke ssus besar atau

kolon

d) Caecum

Kantong lebar terletak pada fossa iliaka dextra.Ileum

memasuki sisi kirinya pada lubang ileosekal, celah oval

yang dikontrol oleh sfingter otot.

14. Apendiks

Tonjolan seperti cacing dengan panjangsampai18 cm

dan membuka padacaecum sekitar 2,5 cm dibawah katup

ileosaekal.
15. Colon ascendenes

Kolon asenden membentang dari caecum pada fossa iliaka

dektrake sisi kanan abdomen sampai fleksura colica dektra

di baah lobus hepatis dektra.

16. Colon transversum

Pada fleksura colica dektra colon membelok ke kiri dengan

tajang dan menyilani abdomen.

17. Colon desenden

Pada fleksura colica sinistra,colon membelok kembali

berjalan ke bawah pada sisi kiri abdomen sampai tepi pelvis.

18. Colon sigmoid

Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan didalam pelvis

dan berakhir pada sisi yang berlawanan dengan

pertengahan sakrum tempatnya berhubungan dengan

rektum.

19. Rectum

Rektum memiliki panjang sekitar 12 cm. Rektum dimulai

pada pertengahan sakrum dan berakhir pada canalis analis.

Berfungsi mengabsorbsi air, tempat fermentasi sisa

pencernaan oleh mikroorganisme menjadi feses

20. Anus

Adalah bagian dari saluran pencermaran yang

menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus

diperkuat oleh 3 sfingter :


a) Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak

menurut kehendak

b) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak

c) Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut

kehendak.

(Meita Shanty, 2011).

c. Etiologi

Menurut Nanda Nic-Noc (2013) penyebab disentri amoeba

adalah sebagai berikut :

1) Bakteri (Disentri basiler)

a) Shigella, penyebab disentri terpenting dan tersering

(+ 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir

semua kasus disentri yang berat dan mengancam

jiwa disebabkan oleh Shigella).

b) Escherichia coli enteroinvasif (EIEC).

c) Salmonella.

d) Campylobacter jejuni, terutama pada bayi.

2) Amoeba (Disentri Amoeba), disebabkan Entamoeba

hystolitica, lebih sering pada anak usia >5 tahun.

Menurut FKUI (2007) disebabkan oleh kuman Shigella

dysenteriae yang terdiri atas 3 golongan besar, yaitu :


a) Shigella shiga yang banyak terdapat di daerah tropis

termasuk Indonesia, Shigella ambiguna, Shigella

boydii.

b) Shigella flexneri yang sering disebut pula Shigella

paradysenteriae, yang terutama terutama terdapat di

daerah garis lintang utara.

c) Shigella sonnei (basilus Sonne-Duvel) sifat

organisme ini ialah tidak bergerak, gram negatif,

tidak bersimpai dan tidak tahan panas.

d. Patofisiologi

Menurut FKUI (2007) basil ini membentuk endotoksin,

menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus, terutama

daerah kolon dan sebagian ileum. Setelah mengadakan

kerusakan pada mukosa usus tersebut, terbentuklah tukak

dengan tanda-tanda peradangan disekitarnya. Berbeda

dengan tukak akibat amubiasis yang tidak disertai dengan

tanda-tanda peradangan yang khas. Biasanya akan disertai

dengan pembengkakan kelenjar getah bening sekitarnya,

tukak tersebut kadang-kadang dapat mencapai daerah

submukosa tetapi jarang sampai terjadi perforasi.


e. Pathway

Sumber : https://www.google.com/search?q=pathway+disentri

Gambar 2.2 Pathway Patofisiologi Disentri


f. Tanda dan Gejala

Pasien dengan disentri akibat infeksi sering

mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai dengan

kejang perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan

hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan

menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang

pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi

serak. Gangguan biokimiawi seperti Asidosis Metabolikakan

menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam

(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat

maka denyut nadi cepat (labih dari 120 kali/menit), tekanan

darah menurun sampai tak teratur, pasien gelisah, muka

pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis.

Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung.

Perfusi ginjal dapat menurunkan sehingga timbul anuria,

sehingga bila kekurangan cairan tidak segera diatasi dapat

menimbulkan penyulit berupa nekrosis tubular akut.

1) Disentri basiler

a) Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam

tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit,

bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam

pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan

sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.


b) Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.

Muntah- muntah.

c) Anoreksia. Sakit kram di perut dan sakit di anus

saat BAB.

d) Kadang-kadang disertai dengan gejala

menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit

kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2) Disentri amoeba

a) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.

b) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit

daripada disentri basiler (≤10x/hari).

c) Sakit perut hebat (kolik).

d) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas

hanya ditemukan pada 1/3 kasus). (Nanda Nic-

Noc, 2013).

g. Penatalaksanaan

1) Medik

Bila pasien dalam keadaan dehidrasi, diberikan

cairan intravena dan selanjutnya diberikan diet yang

sesuai dengan toleransi pasien. Kemoterapi dengan

preparat sulfat dari golongan sulfonamid misalnya

sulfadiazin, gantrisin dengan dosis 100-200mg/kg

BB/hari. Jika terdapat kesulitan pemberian per oral


karena pasien muntah-muntah dapat di pertimbangkan

pemberian kotrimoksazol secara intravena. Antibiotik

yang diberikan kloramfenikol dengan dosis 50-100mg/kg

BB/dibagi 4 dosis. Jika tetrasiklin dosis 30-50 mg/kg

BB/hari per oral dalam 4 dosis. Prognosis biasanya baik.

2) Keperawatan

Masalah pasien tergantung pada frekuensi buang

air besarnya.jika diare sering dapat terjadi dehidrasi. Jika

penyakitnya berat dapat disertai demam dan kesadaran

akan menurun. Masalah utama ialah gangguan rasa

nyaman dan aman karena pasien sering sekali buang air

besar(dapat lebih dari 10-15 kali sehari disertai adanya

tenemus). Pertolongan yang di perlukan yaitu:

a) Pemberian obat yang tepat

b) Pasien harus isrtirahat di tempat tidur walaupun tidak

harus bedrest total karenadai sering buang air besar,

untuk menghindari pasien kelelahan maka harus

ditolong di tempat tidur. Biasanya buang airnya

sedikit hanya lendir dan darah, membersihkannya

menggunakan tissu yang di basahi kemudian di

keringkan lagi dengan tissu (kecuali fesesnya

banyak di bersihkan secara biasa). Pasien harus

banyak minum.
c) Diet. Biasanya pasien di berikan bubur dengan lauk yang

tidak merangsang, buah hanya pisang. Jika disentri

sudah benar sembuh kembali makanan biasa dan

pemberian buah seperti semula.

Masalah lain ialah kurangnya pengetahuan orang tua

mengenai diare basiler. Penyuluhan yang di berikan sama

seperti pada tifus abdominalis sebagai sumber infeksi adalah

feses, dan lalat sebagai penyebarnya. Kebersihan

lingkungandan cara hidup sehat dapat mencegah penyakit

tersebut. (Ngastiyah, 2006).

h. Pencegahan

Buang airlah ditempatnya dan tidak disembarang

tempat, latih anak untuk buang air dikakus.

1) Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.

2) Cuci tangan sebelum memasak makanan dan pastikan

tangan anda selalu bersih ketika memberikan makan

pada bayi atau balita. Pastikan peralatan makan dan

minum anak bersih dan tidak terkontaminasi kuman

apapun juga.

3) Untuk bayi usahakan Selalu memasak atau merebus

peralatan makan dan minumnya terlebih dahulu.


4) Minum dan makanlah makanan yang sudah dimasak.

Hindari memberikan makanan setengah

masak/setengah matang pada anak.

5) Pastikan air yang dimasak benar-benar mendidih.

6) Berikanlah ASI selama mungkin kepada anak,

disamping pemberian makanan lainnya.

7) Bayi yang minum susu botol lebih mudah terserang

diare dari pada bayi yang disusui ibunya.

8) Tetap menyusui anak walaupun anak terserang diare.

9) Pastikan tangan sipengasuh tetap bersih ketika

mengasuh anak atau memberikan makan dan minum

pada anak.

10) Jaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan tempat

tinggal.(Odasunrisenurse. 2011).

2. Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Toddler

a. Cemas karena perpisahan

Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa yang memadai dan memiliki pengertian yang

terbatas terhadap realita. Hubungan anak dengan ibu akan

menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3

tahap, yaitu :
1) Tahap Protes (Phase of Protest)

Tahap dimanifestasikan dengan menangis kuat,

menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan

tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit,

memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang

tuanya tetap tinggal, dan menolak perhatian orang

lain. Secara verbal, anak menyerang dengan rasa

marah, seperti mengatakan “pergi”. Prilaku tersebut

dapat berlangsung dari beberapa jam sampai

beberapa hari.

2) Tahap Putus Asa (Phase of Despair)

Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya

berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain,

tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau

berkomunikasi, sedih, apatis, dan regrasi (misalnya :

mengompol atau mengisap jari)

3) Tahap Menolak (Phase Of Denial)

Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima

perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di

sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan

orang lain.
b. Kehilangan Kendali

Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan

kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam

mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan

regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari

peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap

ketergantungan dengan negatifistis, terutama anak akan

menjadi cepat marah dan agresif. (Nursalam, 2008).

3. Dampak penyakit terhadap kebutuhan dasar Manusia

a. Ketidak seimbagan cairan dan elektrolit dalam tubuh

Terdapatnya makanan atau zat makanan yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meningkat

dalam rongga usus, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam usus. Isi rongga usus akan terangsang

untuk mengeluarkannya karena berlebihan, sehingga

mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam

tubuh dan apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan

asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah, dan pasien

akan jatuh kedalam shock.

b. Kebutuhan nutrisi

Pasien yang mengalami diare biasanya juga mengalami

anoreksia, sehingga masukan nutrisi dan cairan tidak

adekuat tetapi pengeluaran cairan dalamtubuh bertambah.


Akibatnya tubuh menjadi kehilangan nutirisi. Kurangnya

nutrisi akan bertambah lama jika pasien muntah-muntah

atau diare lama, sehingga daya tahan tubuh menjadi

menurun.

c. Perubahan eliminasi BAB

Peningkatan frekwensi BAB terjadi pada penderita diare

dengan konsistensi lembek atau cair. Peningkatan

peristaltik yang berlebihan akan memperkecil penyerapan

dan terus mengeluarkan isi usus.

d. Risiko kerusakan integritas kulit

Akibat dari frekwensi BAB yang meningkat dengan

konsistensi yang encer dan feses yang bersifat asam maka

akan mengakibatkan anus menjadi lecet dan terjadi

gangguan integritas kulit.

e. Gangguan pola aktivitas

Penderita diare akan mengalami dehidrasi, sehingga

mengakibatkan kelemahan terhadap otot-otot tubuh yang

dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas.

f. Pola tidur

Istirahat tidur dapat terganggu disebabkan karena adanya

frekwensi BAB yang meningkat, dan juga dapat disebabkan

karena merasa tidak enak perut. Efek hospitalisasi pada


anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan

istirahat tidur karena adanya suasana asing dan baru.

g. kecemasan

Penyakit diare yang diderita bayi atau anak dapat

menimbulkan kecemasan pada anak maupun orang tua

terutama pada orang tua yang kurang pengetahuannya

terhadap penyakit yang diderita pada anaknya.

h. Risiko komplikasi infeksi

Komplikasi yang sering terjadi adalah dehidrasi asidosis,

tetapi komplikasi juga terjadi sebagai akibat dari

pengoabatan dan lingkungan yang kurang sehat seperti :

1) Infeksi pada daerah infus.

2) Kelebihan cairan/oedem.

3) Sisa feses pada kulit.

4) Komplikasi pada kulit (iritasi dan lecet pada anus).

4. Karekteristik Anak Usia Toddler 1-3 tahun

a. Pertumbuhan

1) Berat badan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur

dengan ukuran berat (gram, kilo), ukuran panjang


(sentimeter, meter), keseimbangan metabolik (resensi

kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan anak usia

toddler adalah rata-rata pertambahan berat badan 1,8

sampai 2,7 kg pertahun. Tinggi badan rata-rata anak

usia 2 tahun adalah 86,6 cm. Kecepatan pertahanan

lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi, dan

lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada

usia 1-2 tahun. Lingkar dada terus meningkat ukurannya

dan melebihi lingkar kepala selama masa toddler.

2) Tinggi badan

Keistimewaanya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada

masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi

maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada umur 18-

20 tahun. Secara umum pertumbuhan baik dari segi

berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil atau

lambat. Rata-rata bertambah sekitar 2,3 kg/tahun,

sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6-7 cm/tahun

(tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah

dibanding anggota tubuh lainnya).hampir semua fungsi

tubuh sudah matang dan stabil dan sehingga dapat

beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress,

sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training.


3) Lingkar lengan atas

Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot

yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan

tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh

lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu

tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1-3

tahun.

b. Perkembangan

1) Kepribadian atau Tingkah laku sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Gerakan motorik halus

Kemampuan motorik adalah kemampuan yang

berhubungan keterampilan fisik yang melibatkan otot

kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini

dapat dilatih dan berkembang melalui kegiatan dan

rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain

puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam

lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas

dan sebagainya.

Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah

bisa memegangi cangkir, memasukan jari kelubang,

membuka kotak, melempar benda. Pada anak usia 18


bulan sudah bisa makan dengan menggunakan sendok,

bisa membuka halaman buku, belajar menyusun balok-

balok. Pada usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu,

membuka kunci, menggunting sederhana, sudah bisa

menggunakan gelas atau cangkir, sudah bisa

menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada

anak usia 36 bulan sudah bisa menggambar lingkaran,

mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi.

Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan

karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik

anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat.

Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3

tahun antara lain : anak sangat aktip mengeksplorasi

benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki

kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar

yang luar biasa. Motivasi pada anak usia tersebut

menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya

bila tidak ada hambatan dari lingkungan.

3) Bahasa

Perkembangan bahasa usia anak toddler secara umum

pemerolehan bahasa anak usia 1-3 tahun merupakan

proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik dalam

kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata


ditandai oleh perkembangan bibir, lidah dan gigi mereka

yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan

bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti

kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan,

melihat dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan

kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis,

kemampuan memproduksi kata-kata variasi ucapan

sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat

berlatih mengucapkan kata-kata.

Pada saat ini anak mulai mengembangkan kemampuan

bahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudia saat dua

kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus

belajar akan komunikasi, memahami pembicaraan orang

lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.

Pada usia 13 bulan, anak sudah bisa mengucapkan kata

sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17

bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata

ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata dan

mengutamakan pesan-pesan seperti “adik mau susu”.

Pada anak usia 18-23 bulan, anak memiliki

perkembangan yang sangat pesat dalam mengucapkan

kata-kata.
4) Gerakan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan yang

berhubungan dengan gerak-gerak kasar yang

melibatkan sebagai besar organ tubuh seperti berlari,

dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini sangat

dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa

berbeda.

Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol.

Motorik kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa

berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak pada

usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih sering jatuh,

menarik-narik mainan, mulai sering naik tangga tetapi

masih dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari

sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki

tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36 bulan sudah

bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju

dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.

(Aziz Alimul Hidayat, 2008).


B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan menganamnesa pasien

dengan menanyakan tentang :

a. Pengumpulan data

1) Identitas

2) Biodata anak

3) Nama, umur, jenis kelamin, no.medrec, tanggal masuk,

tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.

4) Biodata orangtua

Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan,

sukuIbangsa, agama, alamat, hubungan dengan anak

(kandung atau adopsi).

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Menanyakan sebab atau alasan utama klien datang

ketempat pelayanan kesehatan. Dalam hal ini

menanyakan kepada klien atau penanggung jawab

klien. Biasanya keluhan utama yang disebutkan klien

atau kelurga klien adalah demam, mual muntah

2) Riwayat kesehatan sekarang

Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST :

P : Palliative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja


yang memperberat atau memperingan keluhan

utama.

Q: Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau

keluhan yang dirasakan seberapa besar.

R: Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan

atau apakah keluhan mengalami penyebaran.

S : Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang

dirasakan.

T: Timing, yaitu waktu gangguan dirasakan apakah

terus menerus atau tidak.

3) Riwayat kesehatan keluarga

a) Struktur internal

Dikaji dengan menggunakan genogram,

kaji mengenai penyakit menular yang ada pada

keluarga seperti influenza, pneumonia, TBC,

serta penyakit keturunan yang ada dalam

keluarga seperti asthma, kaji pula penyakit

kronis yang ada dalam keluarga. Kaji pula

mengenai struktur keluarga klien, fungsi

keluarga dalam pengenalan, pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah dalam

keluarga terutama masalah kesehatan.


b) Struktur eksternal

Dikaji dengan menggunakan ecomap,

mengenai budaya yang meliputi bahasa yang

digunakan, latar belakang, etnis dan lama

tinggaI dilingkungan saat ini, kondisi

lingkungan, kebiasaan membersihkan rumah,

letak geografis rumah, tetangga, komunitas,

keluarga besar dan perkembangan keluarga.

4) Pola aktivitas sehari-hari

Menanyakan kepada klien atau keluarga

kebiasaan makan, minum, eliminasi BAB/BAK,

pemenuhan personal hygiene (mandi, cuci rambut,

gosok gigi, gunting kuku), pola istirahat tidur

siang/malam dan aktivitas yang biasa diklakukan

seperti berpakaian.

Hal yang perlu dikaji diantaranya: frekuensi,

jenis, jumlah dan masalah/hambatan-hambatan.

Semua itu ditanyakan sebelum dan selama sakit,

tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan

tindakan keperawatan, bahkan bisa diobservasi

langsung ketika klien berada di rumah sakit.


5) Pemeriksaan Fisik

Penurut Nikmatur Rohmah (2009) ,pemeriksaan fisik

dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan

secara persistem yang meliputi:

(a) Sistem pernafasan

Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya

secret pada lubang hidung, pergerakan cuping

hidung waktu bernapas, auskultasi bunyi napas

apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas.

(b) Sistem kardiovaskuler

Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan

darah, tetapi keadaan tersebut tergantung dari

nyeri yang dirasakan individu.

(c) Sistem pencernaan

Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk

mengetahui peristaltik usus.

(d) Sistem persyarafan

Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi

cerebral, fungsi kranial, fungsi sensori, serta

fungsi reflex.
Tabel 2.1

Sistem Persyarafan

No Nama Jenis Fungsi


1 Olfaktorius Sensorik Menerima rangsangan dari hidung
dan menghantarkannya ke otak
untuk dip roses sebagai sensasi
bau.
2 Optic sensorik Menerima rangsangan dari mata
dan menghantarkannya ke otak
untuk diproses sebagai persepsi
visual.
3 Okulomotor motorik Menggerakan sebagian besar otot
mata.
4 Troklearis Motorik Menggerakan beberapa otot mata.
5 Trigeminus Gabungan Sensori: Menerima rangsangan
dari wajah untuk diproses di
otaksebagai sentuhan
Motorik: Menggerakan rahang.
6 Abdusen Motorik Abduksi mata.
7 Fasialis Gabungan Sensorik: Menerima rangsangan
dari bagian anterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi
rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah
untuk menciptakan ekspresi wajah.
8 Vestibulokokl Sensorik Sensori sistem vestibular:
earis mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: menerima
rangsangan untuk diproses diotak
sebagai suara.
9 Glosofaringe Gabungan Sensori: Menerima rangsangan
us dari bagian posterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi
rasa
Motorik: mengendalikan organ-
organ dalam
10 Vagus Gabungan Sensori : Menerima rangsangan
dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organ-
organ dalam.
11 Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan
kepala.
12 Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah.

Sumber : (http://sridianti.com/12-pasang-saraf-kranial-dan-fungsinya.html)
(e) Sistem penginderaan

Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak

ada gangguan tergantung dari luka.

(f) Sistem muskuloskeletal

Rentang sendi yang menunjukan kemampuan

luas gerak persendian tertentu, mulai dari kepala

sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan

atau nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak,

observasi adanya luka, adanya kelemahan dan

penurunan toleransi terhadap aktifitas.

Table 2.2
Range Of Motion (ROM)

ROM
Fleksi Pergerakan lengan atau kaki bagian dalam
Ekstensi Pergerakan lengan atau kaki bagian
Abduksi Pergerakan lengan atau kaki bagian samping luar
Aduksi Pergerakan lengan atau kaki bagian samping luar
Rotasi Putaran lengan atau kaki
Hiperektensi Ekstensi lebih lanjut
Eversi Perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar,
bergerak membentuk suduk persendian
Inversi Perputaran bagian telapak kaki ke bagian dalam
bergerak membentuk sudut persendian
Pronasi Pergerakan telapaktangan dimana permukaan
tangan bergerak ke bawah
Supinasi Pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke atas
Oposisi Gerakan menyentuh ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama
Sumber : (http://kdek-suwartana.blogspot.co.id/2012/11/range-of-motion-
romhtml?m=1)
Table 2.3
Skala dan keterangan kekuatan otot

Skala Kenormalan Skala keterangan


kekuatan otot Kekuatan (100%)
0 0 Otot sama sekali tidak mampu
bergerak, tampak berkontraksi,
bila lengan atau tungkai dilepas
akan jatuh (100% pasif)
1 10 Tampak kontraksi atau ada sedikit
gerakan dan ada tahanan sewaktu
jatuh
2 25 Mampu menahan tegak yang
berarti mampu menahan gaya
gravitasi (saja), tapi dengan
sentuhan akan jatuh
3 50 Mampu menahan tegak walaupun
sedikit dorongan tetapi tidak
mampu melawan tekanan atau
dorongan dari pemeriksa
4 75 Kekuatan kurang dibandingkan
sisi lain
5 100 Kekuatan utuh
Sumber : (NOC-NIC, 2009)

(g) Sistem integumen

Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor,

warna, dan fungsi perabaan. Kaji keadaan luka.

Pada klien post operasi biasanya terdapat luka

dengan panjang tergantung dari luas luka.

(h) Sistem endokrin

Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme

atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat

alergi atau tidak. Biasanya tidak ada masalah pada

sistem endokrin.
(i) Sistem perkemihan

Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya

nyeri tekan dan benjolan didaerah vesika urinaria.

6) Pola Aktivitas

Pada klien dengan keluhan demam biasanya aktivitas

sehari-harinya terganggu begitu juga pada status

personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga

personal hygiene klien dibantu oleh keluarga atau

perawat di ruangan.

7) Data Penunjang

Menurut Nikmatur Rohmah (2009) data penunjang

adalah sebagai berikut :

a) Data psikologi

Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan

pertanyaan oleh perawat.

b) Data sosial

Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas

disekitarnya baik ketika dirumah atau dirumah sakit.

Biasanya ada perubahan tingkah laku karena

merasakan suhu tubuh meningkat yang dirasakan

klien.
c) Data spiritual

Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan

ibadah selama sakit. Perlu pula dikaji keyakinan

klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan

agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi

klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah klien

biasanya terganggu.

d) Data ekonomi

Data ekonomi klien tergantung pada tiap individu.

l) Pemeriksaaan penunjang/laboratorium

(a) HematologiWidal

(b) Urin Rutin (Nursalam, 2008).

a. Analisa data

Analisa data terdiri dari Prolem dan etiologi, atau

problem, etiologi dan symptom) yang dikelompokan lalu

tentukan masalah keperawatannya (berdasarkan dukungan

data yang ada). Data dikelompokan kedalam data subjektif

dan data objektif.

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data

dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan

prinsif yang relevan untuk membuat kesimpulan dan

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

(Nikmatur Rohmah, 2009).


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau

perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu

atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan

dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau

mencegah perubahan. (Nikmatur Rohmah, 2009).

Berdasarkan manifestasi klinis yang muncul maka

diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien disentri

adalah :

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap

diare.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan

intake yang kurang.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya

informasi.

d. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan

proses infeksi skunder terhadap diare.


e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan

peningkatan frekwensi diare.

f. kecemasan keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan

informasi Cemas (ringan, sedang atau berat)

berhubungan dengan ketidaktahuan tentang prognosis

atau perjalanan penyakit (Sujono, Sukarmin,2009).

3. Perencanaan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang

telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. (Nikmatur

Rohmah, 2009).

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan skunder

terhadap diare.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan

dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt,

S: 36-37,50 c, RR : < 40 x/menit.

- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata

tidak cowong.

- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.


Tabel 2.4
Intervensi Dan Rasional
Intervensi Rasional
Pantau tanda dan gejala Penurunan sirkulasi volume cairan
kekurangan cairan dan menyebabkan kekeringan mukosa
elektrolit dan pemekataj urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki
deficit.

Pantau intake dan output Dehidrasi dapat meningkatkan laju


filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak kuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.

Timbang berat badan setiap hari Mendeteksi kehilangan cairan ,


penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 liter.

Anjurkan keluarga untuk memberi Mengganti cairan dan elektrolit


minum banyak pada kien, 2-3 secara adekuat dan cepat.
lt/hr

Pemeriksaan laboratorium serum Anti sekresi untuk menurunkan


elektrolit (Na, K,Ca, BUN) sekresi cairan dan elektrolit agar
Cairan parenteral (IV line) sesuai
simbang, antispasmolitik untuk
dengan umur proses absorbsi normal, antibiotik
Obat-obatan : (antisekresin, sebagai anti bakteri berspektrum
antispasmolitik, antibiotik). luas untuk menghambat
endotoksin.
Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS

kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :
- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

Diskusikan dan jelaskan Serat tinggi, lemak,air terlalu panas /


tentang dingin dapat merangsang
pembatasan diet (makanan mengiritasi lambung dan sluran
berserat tinggi, berlemak dan usus.
air terlalu panas atau dingin)

Kolaborasi dengan ahli gizi : Diet


TKTP rendah serat, susu Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh

Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)

c. Defisit perawatan diri berubungan dengan ketidak tahuan informasi

Tujuan :

Untuk mengatasi kenyamanan klien

Kriteria Hasil :

- Klien merasa segar

- Klien merasa nyaman

- Keluarga klien pamah akan cara memandikan


Tabel 2.6

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

Lakukan memandikan klien Klien tampak kooperatifSupaya


dengan air hangat klien nyaman

Ganti baju Klien mampak mengikuti arahan


untuk ganti baju

Sisir rambut Klien tampak rapih


Gosok gigi (oral hygine) Klien mampu melakukannya sendiri

Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)

d. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan

proses infeksi dampak sekunder dari diare.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan di harapkan tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :

- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,

fungtio leasa).
Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam Deteksi dini terjadinya perubahan


abnormal fungsi tubuh (adanya
infeksi)

2) Berikan kompres hangat Merangsang pusat pengatur panas


untuk
3) Kolaborasi Merangsang pusat pengatur panas
pemberian di otak
antipirektik

Sumber : (Nikmatur Rohmah, 2009)

e. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan

peningkatan frekwensi BAB (diare).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit

integritas kulit tidak terganggu

Kriteria Hasil :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal

dengan baik dan benar.


Tabel 2.8

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

Diskusikan dan jelaskan Kebersihan mencegah perkembang


pentingnya menjaga tempat tidur. biakan kuman.

Demontrasikan serta libatkan Mencegah terjadinya iritassi kulit


keluarga dalam merawat perianal yang tak diharapkan oleh karena
(bila basah dan mengganti pakaian kelebaban dan keasaman feces.
bawah serta alasnya).

Atur posisi tidur atau duduk Melancarkan vaskulerisasi,


dengan selang waktu 2-3 jam. mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi.
Sumber : (Nikmatur Rohmah,
2009)

f. Untuk keluarga : Cemas (ringan, sedang atau berat) berhubungan

dengan ketidaktahuan tentang prognosis atau perjalanan penyakit.

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan pada keluarga klien

Kriteria Hasil :

- Tingkat kecemasan berkurang atau hilang dari cemas tingkat

ringan (ketegangan yang menyebabkan waspada) sampai tidak

terjadi kecemasan (masalah terantisipasi).

- Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit yang diderita

klien.

- Keluarga mengerti tentang keadaan penyakit yang diderita.


Tabel 2.9

Intervensi Dan Rasional

Intervensi Rasional

Lakukan pendekatan inter Agar klien dan keluarga merasa


personal diperhatikan sehingga akan
terhadap klien dan keluarga. mengurangi tingkat kecemasan dan
membina hubungan saling percaya.

Beri support mental. Dengan dukungan mental keluarga


tidak akan merasa cemas dan
optimis akan kesembuhan klien.

Jelaskan tentang penyakit yang Dengan menjelaskan tentang


diderita klien dan perawatan penyakit (pengertian, tanda dan
yang harus dijalani. gejala) dan perawatan yang harus
dijalani sehingga pengetahuan dan
informasi keluarga klien bertambah.

Libatkan keluarga dalam prosedur Dalam melibatkan keluarga akan


tindakan medis dan perawatan mengurangi tingkat kecemasan
serta belajar secara mandiri dalam
pemberian perawatan pada
anaknya.
Sumber : (Nikmatur Rohmah,
2009)

4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan

keperawatan untuk mencapai tujuan spesifik yang dapat

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nikmatur

Rohmah, 2009).
5. Evaluasi

Merupakan pengukuran keberhasilan proses keparawatan

yang berorientasi pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan,

evaluasi adalah hasil/akhir dari proses keperawatan, selanjutnya

perkembangan proses keparawatan ditulis dalam catatan

perkembangan. Tipe-tipe evaluasi asuhan keperawatan (Nikmatur

Rohmah, 2009) adalah :

a. Evaluasi formatif

Evaluasi ini merupakan hasil observasi dan analisa

perawat terhadap respon pasien segera pada saat dan

setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini

dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yang

terjadi saat ini.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi ini merupakan rekapitulasi dan kesimpulan

dari observasi dan analisa status kesehatan pasien sesuai

dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan pada tujuan

keperawatan. Kesimpulan sumatif menunjukkan adanya

perkembangan yang direncanakan dapat mencapai suatu

keadaan yang menggambarkan hasil yang diharapkan sesuai

kerangka tujuan, atau adanya masalah baru diluar dari

kerangka tujuan yang telah ditetapkan.


Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor kealfaan yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Adapun evaluasi yang menggunakan penedekatan dengan

format SOAPIER adalah:

S : Subjektif

Subjektif adalah informasi yang didapat dari klien.

O : Objektif

Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi perawat secara langsung kepada klien atau

keluarga klien, dan yang dirasakan klien stelah dilakukan

tindakan keperawatan.

A : Assesment

Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau

diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat

dituliskan masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat

perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi

datanya dalam data subjektif dan objektif.

P : Planning

Planning adalah rencana tindakan yang di ambil.


I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen

Planning (perencanaan).

E : Evaluasi

Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

R : Reassesment

Reassesment adalah pengkajian ulang yang telah

dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil

evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,

dimodifikasi, atau dihentikan (NOC-NIC, 2009).

6. Dokumentasi

Dokumentasi di definisikan sebagai segala sesuatu yang

tertulis atau tercetak yang dapat di andalkan sebagai catatan

tentang bukti bagi individu yang berwenang.

Dokumen asuhan keperawatan adalah susunan cacatan

dokumen yang berisi tentang riwayat kesehatan pasien,

perawatan yang diperlukan, dan perawtan yang telah diberikan.

(Nikmatur Rohmah, 2009).

Beberapa tehnik pencatatan dokumen asuhan keperawtan

antara lain:
a. Pencatatan dengan naratif

Bentuk naratif merupakan sistem pencatatan yang berbentuk

cerita atau kalimat. Pencatatan ini memperlihatkan unsur

siapa yang mencatat, mengapa harus mencatat, dimana dan

kapan informasi atau data tersebut didokumentasikan.

(Nikmatur Rohmah, 2009).

b. Pencatatan dengan flow sheet dan chek list

Flow sheet dan chek list memperlihatkan perkembangkan

pasien yang aktual, dirancang untuk memeperoleh informasi

pasien yang spesifik menurut parameter yang telah ditentukan

sebelumnya. Flow sheet sering disebut catatan

perkembangan ringkas. (Nikmatur Rohmah, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Surah Al-Maidah ayat 88 dan (HR. Tirmizi)

Alimul Hidayat, Aziz. (2008). Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

Anderson, (2012). UNICEF-Penyakit yang dialami anak-anak di Dunia.


http.//www.google/Scribd/Penyakit yang dialami anak-anak di
Dunia/UNICEF.2012.

FKUI, (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta

Herman, Sudibyo (2010), kematian anak dan bayi di indonesia.


http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Anak dan Bayi di
Indonesia/2010.

Kemenkes (2011). Riset kesehatan dasar. Diakses di www.depkes.go.id

Lancet, (2013). Angka Kematian Bayi.

http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Bayi di Indonesia/ 2013

Ngastiyah (2006). Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

NIC-NOC, (2013). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis.


Edisi 1.Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

Putra (2015), angka kematian anak dan bayi di dunia.


http.//www.google/Scribd/Angka Kematian Anak dan Bayi di
Dunia/WHO.2015. BLUD Ciamis. (2016). Pencatatan dan
Pelaporan Rekam Medik. Kabupaten Ciamis.

Rohmah, Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Edisi


1. Jakarta : Ar-Ruzmesdia

Ruang Melati BLUD Ciamis (2016). Pencatatan dan Pelaporan Rekam


Medik. Kabupaten Ciamis.

Shanty, Meita. (2011). Penyakit saluran pencernaan. Jogjakarta : Kata


Hati.
Sunar Prasetyono, Dwi. (2013). Daftar tanda dan gejala Ragam Penyakit.
Jogjakarta : Flash Books.

Syamsul, Arif (2012). Info kesehatan anatomi sistem pencernaan.


http.//www.google/Scribd/Gambar/Anatomi/siste
m pencernaan/2012

Anda mungkin juga menyukai