BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi nafas bagian bawah yang sering di jumpai dan merupakan salah satu
per 1000 balita atau berkisar 150.000 balita per tahun dan angka kematian
ISPA pada bayi sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup, sedangakan pada anak
Berdasarkan pola penyakit pada balita menurut hasil SKRT tahun 1995 di
Indonesia tahun 1992 di dapatkan angka kematian balita sekitar 60 per 1000
kelahiran dan angka kematian balita yaitu 84,4 per 1000 anak balita. Angka ini
per 1000, Sri Langka 45 per 1000, Filipina 75 per 1000, dan Malaysia 33 per
1000) serta berapa kali lipat lebih tinggi di bandingkan dengan negara maju
2
(Canada 9 per 1000, Inggris 11 per 1000, Jepan 8 per 1000, dan Swedia 7 per
kematian tersebut sebagian besar adalah konstribusi dari penyakit diare dan
propinsi tahun 2000 yang dikirimkan oleh 17 propinsi, pada tahun 1999
jumlah kunjungan ISPA usia <5 tahun yang dating ke Puskesmas dilaporkan
sebanyak 180.521 balita dan di Rumah Sakit sebanyak 6.798 balita, dari
laporan Rumah Sakit juga diperoleh jumlah kematian sebanyak 759 kasus atau
10%-20% per tahun. Program P2 ISPA menetapkan angka 10% balita sebagai
target penemuan penderita ISPA balita per tahun pada suatu wilayah kerja.
meninggal bila tidak diberikan pengobatan. Bila hal ini benar maka
pneumonia pada umur 1-4 tahun. Sedangkan pasien kunmjungan rawat jalan
di Rumah Sakit umur kurang 28 hari dan kurang dari 1 tahun sejumlah 12
orang (0.85%). Sedangkan umur 1-4 tahun yang menjalani rawat inap di
rumah sakit sebanyak 29 orang (5,97%). Jumlah pasien rawat inap di RSUD
pneumonia di kabupaten Banjarmasin pada tahun 1998 sebesar 2,5 per 1000
Rumah Sakit untuk anak berusia 1-4 tahun dengan jumlah kasus baru
penyakit yang terbanyak kasusnya yaitu 11.774 kasus yang tercatat sampai
tahun 2011.
ketahun sebesar 1.524 kasus, pada tahun 2010, 477 kasus, pada tahun 2011
sebanyak 423 kasus, dan terus menurun pada tahun 2012 sebesar 364 kasus,
dan sebagian besar kasus adalah balita yaitu sebesar 60% atau 875 kasus
program P2 ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah ISPA dapat lebih
istilah baru bersal dari kata asing di bidang kesehatan layak (feasible) untuk di
berupa nafas cepat nafas sesak dan juga susah di pahami masyarakat awam
jika hanya diterangkan secara lisan atau tertulis tanpa contoh kasus atau
4
tayangan gambar yang bergerak di layar TV atau dalam film (DEPKES RI,
1991).
Umur, Ketahanan imunitas, Status Gizi, Berat Badan LAhir Rendah (BBLR),
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan mudah terkena
tahan tubuhnya rendah dan sangat di pengaruhi oleh lingkungan, sehingga bila
mutu hidup, rendahnya produktivitas kerja ,angka kematian yang tinggi pada
Ventilasi yang tidak baik yang sudah dihuni oleh manusia akan
tubuh dan kulit atau karena uap pernafasan. Jika udara tertentu banya
mengandung air, maka udara yang basah yang dihirup berlebihan akan
B. Rumusan Masalah
Tahun 2012 ?
Tahun 2012 ?
2012 ?
6
2012 ?
2012 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
balita.
pada balita.
D. Manfaat Penelitian
1. Pemerintah
2. Perguruan Tinggi
3. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
juga berati bahwa proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(Magdalena, 1999).
2. Klasifikasi ISPA
pelita VI adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran berbapas.
(Magdalena,2000):
a. Pemeriksaan
d. Pengobatan
yaitu kelompok untuk umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun dan kelompok
penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti: batuk pilek biasa (commond
dan batuk pilek biasa. Ini berarti bahwa penyakit yang penanggulanganya
batuk pilek biasa. Sedangkan ISPA lain seperti Pharingitis, tonsillitis dan
3. Diagnose
napas sesuai umur. Adanya napas yang cepat ini ditentukan denga cara me
permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang 5 tahun.
sebelah bawah kedalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang 5 tahun.
permenirt atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada
rujukan bagi kelopok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun. Dikenal pula
bernapas yang disertai adanbay gejala sianosis sentral dan tidak dapat
minum.
jumlah kunjungan penderita dengan jenis penyakit yang lebih luas dari
hanya batuk pilek biasa akan tetapi jumlah ini dianggap menddekati
4. Etiologi ISPA
fungsi atau aspirasi paru untuk pemeriksaan specimen darah yang dapat
pada balita akan tetapi fungsi paru merupakan prosedur yang berbahaya
dari hasil alokasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dan
sebabkan oleh beberapa faktor resiko (Depkes, 1996). Yaitu umur, jenis
dan fibrin menipis, kuman dab debris menghilang, stadium ini disebut
stadium resolusi.
terlihat lagi.
konsolidasi merata diseluruh lapangan paru namun pada anak besar atau
lebih lanjut,
gambaran beragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah
sel mukosa saluran napas. Kerusakan yang terjadi ialah deskuamasi dan
memnuhi saluran napas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu
yang relatif singkat antara 24-28 jam dan dapat terjadi pada bagian paru
1. Tingkat Pendidikan
bahwa waniata hanyalah cocok untuk bekerja didapur dan mengurus anak-
anak ke pandangan bahwa wanita pun bisa bekerja diluar rumah serta ikut
2. Ventilasi
14
jumlah /kosentrasi kuman lebih banyak di udara yang tidak tertukar. Untuk
persyaratan jendela harus terbuka tiap hari. Agar proses pertukaran udara
sebaikanya harus lebih rendah (paling sedikit 4oC) Dan temperatur udara
dan udara, bertyambahnya CO2, dan adanya bahan bahan racun yang ikut
terhirup. Disamping itu ruangan dengan ventilasi yang tidak baik yang
disebabkan oleh penguapan cairan tubuh dari kulit atau karena uap
pernapasan., jika udara terlalu banyak mengandung uap air, maka udara
sandang dan pangan. Sebagai salah satu kebutuhan dasar, funsi rumah
15
tidak hanya tempat berteduh ataupun berlindung saja tetapi juga harus di
baik bila anggota keluarganya tinggal didalam suatu ruangan denga ukuran
pula oleh Tupasi bahwa kepadatan hunian yang banyak berperan pada
dalam 1 kamar maka besarnya resiko anak terkena ISPA adalah 1,2 kali.
C. Kerangka Konsep
bahwa waniata hanyalah cocok untuk bekerja didapur dan mengurus anak-
anak ke pandangan bahwa wanita pun bisa bekerja diluar rumah serta ikut
2. Ventilasi
dan agar supaya dapat terjadi pertukaran udara dalam rumah dan
dalam ruangan sebaiknya harus lebih rendah ( paling sedikit 4 oC) Dan
semakin banyak orang menempati suatu rumah akan semakin banyak pula
baik bila anggota keluarganya tinggal didalam suatu ruangan denga ukuran
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan mudah terkena
(ISPA).
Pendidikan Ibu
Ventilasi
Asupan Makanan
Pekerjaan
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
E. Hipotesis Penelitian
balita
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Palopo Provinsi Sulawesi Selatan dan dilakukan pada bulan Oktober tahun
2012.
431 balita.
D. Instrumen Penelitian
D. Validasi Data
penelitian instrument tersebut dilakukan uji coba validitas dan realibilitas guna
dilapangan.
E. Pengumpulan Data
a. Data Primer
b. Data sekunder
1. ISPA
Definisi Operasional :
Ispa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses infeksi akut
Kriteria Objektif :
Tidak Menderita : Bila balita dinyatakan tidak menderita ISPA dari hasil
2. Pendidikan Ibu
Definisi Operasional :
pendidikan secara formal dengan bukti adanya Surat Tanda Tamat Belajar
Kriteria Objektif :
3. Ventilasi
Definisi Operasional :
pengeluaran udara kotor dari ruangan, baik secara alamiah maupun buatan
penelitian.
Kriteria Objektif :
Tidak memenuhi syarat : Bila luas ventilasi <5-10% luas lantai rumah.
Definisi Operasional :
Berat badan lahir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berat
badan lahir bayi ketika dilahirkan baik yang cukup maupun yang kurang
bulan yang diukur dengan timbangan/seca alfa yang tercatat pada rekam
Kriteria Objektif :
G. Analisis Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
2 ( O−E )2
x =∑
E
DAFTAR PUSTAKA
Akip, Z.Y.1989. ISPA dan Campak. Berita Pokja Campak Edisi IV.
Jakarta.
Dudeng D. 1999. Kejadian ISPA Pada Anak Balita Ditinjau Dari Aspek
Kebiasaan Keluarga di Perumahan Tradisional Desa Umatos
Kecamatan Malaka Barat Kabuoaten Belu Nusa Tenggara
timur, Jurnal Kesehatan Masyarakat Paradigma. Volume I.
Halaman 25 – 29.
Elizabeth C. 2000. Peranan pendidikan ibu dan pekerjaan orang tua serta
factor-faktor lingkungan dengan kejadian Pneumonia pada
anak balita di kabupaten dompu prop. NTB. FKM – UH.
Ujung Pandang
Satriono. 1986. Ilmu Gizi II. Lab. Ilmu Gizi FK-UJ. Ujung Pandang.
LEMBAR KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ..........................................................
2. Jenis Kelamin : 1 : Laki-laki
2 : Wanita
3. Umur : .......... Tahun
4. Pendidikan Ibu : ..........................................................
5. Jenis Pekerjaan : 1 = Tidak Bekerja
2 = Pegawai Negeri Sipil
3 = Petani
4 = Pedagang
5 = Swasta
6 = dan lain-lain
6. Alamat : ..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
ABSTRAK .....................................................................................................iv
ABSTRACT ....................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
H. Instrumen Penelitian...........................................................................21
I. Pengumpulan Data..............................................................................21
J. Analisis Data.......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
29
B. Pembahasan ..........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
30