BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bernapas yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun jamur. Jika tidak
tertangani dengan baik dan benar, penyakit ISPA bisa berisiko menimbulkan
kematian pada penderita. Imunisasi lengkap merupakan salah satu upaya dini
penyakit lain, seperti batuk pilek biasa, pharyngitis, dan tonsillitis (Subhan,
2009).
berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA. Dua per tiga dari
kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi pada usia 2 bulan
pertama sejak kelahiran dan dapat membunuh kurang lebih 2.6 juta anak-anak
1
2
pilek, seperti rinitis, faringitis tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
Lengkap (LIL) yang mencakup 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4
Indonesia mencapai 23,8% dan pada balita sebesar 15,5% (Kemenkes RI,
2013).
tahun sebelumnya dimana pada tahun 2010 jumlah kejadian pneumonia pada
balita mencapai 499.259 atau 23.00% sedangkan pada tahun 2011 kejadian
Utara kejadian pneumonia tahun 2011 pada balita mencapai 2.280 kasus atau
10,07% dengan kejadian pada anak < 1 tahun yaitu 765 kasus dan anak usia
bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2018 tercatat jumlah penduduk
3
balita sebanyak 274.155 dan yang menderita ISPA sebanyak 138.740 balita.
Pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan Agustus penduduk balita
sebanyak 276.530 balita dan yang menderita ISPA sebanyak 82.823 balita
sampai dengan tahun 2013 kematian bayi di Kabupaten Poso telah mencapai
angka 9,75 per 1.000 kelahiran hidup (angka absolut dilaporkan jumlah
bawah dari target MDGs yaitu sebesar 16/1000 KH. Cakupan penemuan
pada tahun 2010 sebesar 9,2 % dari target 60 %, tahun 2011 sebesar 36,1%
dari target 70 %, tahun 2012 sebesar 10,3% dari target 80 %, tahun 2013
banyaknya kasus ISPA disebabkan oleh karena masih banyak ibu-ibu yang
belum memberikan imunisasi dasar pada balita secara lengkap terutama untuk
balita dari pada menyerang orang dewasa. Hal ini disebabkan karena saluran
nafas pada anak masih sempit serta daya tahan tubuh yang masih rendah
seorang anak mengalami 5-7 episode serangan ISPA pertahun. Setiap 4 menit
terjadi satu kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita
(Kartasasmita, 2014).
bukti bahwa faktor risiko ISPA adalah faktor kurangnya Imunisasi Campak,
BCG dan imunisasi DPT yang menyebabkan kematian balita (Achmadi, UF,
2016).
tidak lengkap dan lengkap, dan bermakna secara statistis. Menurut penelitian
peningkatan penderita ISPA. Bayi dan balita yang pernah terserang campak
2011).
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit ini
mudah menular melalui batuk atau bersin. Pertusis (batuk rejan) adalah
infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
Daya proteksi vaksin Difteri cukup baik yaitu sebesar 80-90%, daya
proteksi vaksin Tetanus 90-95%, akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis
berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis, tetapi lebih
berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada daerah
penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat bayi menangis hebat karena
6
kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran menurun , terjadi kejang
Sumber Bidang poli umum Puskesmas Gintu tahun 2019 di dapatkan data
jumlah penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Gintu sebanyak 139 orang
dengan rata-rata usia 1-5 tahun. Peneliti juga mendapatkan data 10 penyakit
Akut (ISPA) dan paling dominan terjadi pada anak balita, penyakit ISPA
bayi yang diberi imunisasi BCG, DPT1+ HB1, DPT3 + HB3, polio 3, campak
Dari hasil wawancara peneliti dengan 5 orang ibu yang memiliki bayi
cukup jauh dari tempat pelayanan posyandu, dan ibu juga mengatakan kurang
mendapatkan Imunisasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Puskesmas Gintu.
Puskesmas Gintu.
D. Manfaat Penelitaian