Anda di halaman 1dari 15

INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN ATAS (ISPA)


Table of contents

01 02
Introduction Definition

03 04
Presentation Closing
01

Introduction
KELOMPOK 7:
- SALFINA (J1A121070)
- SITTI SARMILA (J1A121079)
- WA ODE ELISTIANTI PERTIWI
(J1A121094)
- YUYUN SEPTIANI (J1A121097)
- A’QILA NUR RAMADHANI (J1A121098)
- ADEL FITRIANI (J1A121099)
- AISYAH SAB’INA Al MU’MIN (J1A121104)
01

Definition
A. PENGERTIAN ISPA
 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, biasanya menular dan
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala dan infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan. Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang harus diperhatikan oleh
masyarakat luas karena dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan balita. Infeksi saluran
pernapasan atas atau upper respiratory tract infections (URI/URTI) adalah infeksi yang terjadi pada rongga
hidung, sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk dalam infeksi ini adalah pilek, sinusitis,
tonsillitis, dan laringitis.
 ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, tanpa atau disertai parenkim paru. ISPA merupakan suatu kelompok penyakit sebagai penyebab
angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Infeksi saluran pernapasan atau
respiratory tract infections adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan manusia. Infeksi ini bisa
disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi saluran pernafasan atas atau upper respiratory tract infections (URTI)
adalah sekumpulan penyakit yang menyerang tenggorokan, faring, laring, dan bronkus. Pilek merupakan jenis
URTI yang paling umum. Adapun jenis infeksi saluran pernafasan atas lainnya termasuk sinusitis, faringitis,
laringitis, dan tonsilitis.
01

Presentation
B. HUBUNGAN ISPA DENGAN
MORDIBILITAS , MORTALITAS DAN
MALNUTRISI
 Infeksi Saluran Pernapasan Akut menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir
empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun. World Health Organization (WHO) pada 2006 mencatat tingkat
mortalitas penyakit ISPA masih sangat tinggi pada bayi, anak, dan orang lanjut ISPA, terutama pada negara berkembang
seperti Indonesia. Data profil Puskesmas Rowosari pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit
infeksi yang paling sering diderita masyarakat, terutama pada kelompok bayi dan anak-anak. ISPA menempati urutan
pertama pada kelompok sepuluh penyakit tertinggi dengan presentase sebesar 44%. Begitu pula dengan kelompok ISPA
usia 5-44 tahun, ISPA juga sebagai peringkat pertama dengan persentase sebesar 29,76%. ia.
 Pada kasus gizi kurang, individu akan lebih rentan terhadap infeksi akibat menurunnya kekebalan tubuh terhadap invasi
patogen (Calder, 2000). Pertumbuhan yang baik dan status imunologi yang memadai akan menghasilkan tingkat
kesehatan yang baik pula. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan status imunologi yang
rendah sehingga balita mudah terkena penyakit (Aritonang, 2007). Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan
penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada anak (Pore dkk, 2010). Anak dibawah lima tahun adalah kelompok
umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi
dibandingkan kelompok umur yang lain (Mulyati, 2004). Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena
ISPA terutama pada bayi dan balita (Utomo & Hastuti, 2005).
C. PREVELENSI ISPA PADA ANAK

 Menurut data profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan
penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di puskesmas maupun di rumah sakit.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.Tingkat mortalitas sangat tinggi
pada bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Jumlah Kasus ISPA di Kota Kendari mengalami kenaikan dan penurunan
setiap tahunya (fluktuatif). Peramalan adalah upaya untuk memprediksi keadaan masa depan yang dicapai melalui
pengujian di masa lalu yang didasarkan pada data historis dan pengalaman yaitu penggunaan data masa lalu dari suatu
variabel atau kumpulan variabel untuk memperkirakan suatu kejadian di masa depan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui prediksi kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Menggunakan ARIMA model di Kota
Kendari. Metode Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian non reaktif
atau unobstruktive.Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah Kasus Penderita ISPA di Kota Kendari dari Bulan
Januari tahun 2010 – Bulan September 2019. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan model dalam peramalan
kejadian penyakit ISPA di Kota Kendari menggunakan Arima Model. Hasil penelitian menujukan peramalan Penyakit
ISPA di Kota Kendari menggunakan model ARIMA (1,0,0) mengalami kenaikan pada tahun 2019-2021 dengan nilai
MAPE sebesar 31% menunjukkan jika peramalan adalah layak.
C. PREVELENSI ISPA PADA ANAK (lanjutannya)

 Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 menunjukan kejadian ISPA di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2018 sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun sebelumnya 20,56%. Provinsi Banten
menduduki peringkat ke-5 dengan prevalensi 17,7 % kejadian ISPA dari 34 provinsi di Indonesia (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 Banten masih menempati jajaran kota dengan kejadian ISPA
tertinggi yaitu peringkat ke 3 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevalensi 72,3% kasus ISPA pada balita (Kemenkes
RI, 2019) . Prevalensi ISPA pada balita di Indonesia secara keseluruhan sebesar 12,8% (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2018). ISPA masih menjadi penyakit yang dialami anak khususnya balita. Berdasarkan
hasil Riskesdas (2018) prevalensi ISPA di Indonesia sebesar 9,3% diantaranya 9,0% berjenis kelamin laki-laki dan
9,7% berjenis kelamin perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
 Stunting menjadi salah satu isu kesehatan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, dengan prevalensi yang
tinggi yaitu 30.8%. Stunting tidak hanya dipengaruhi oleh faktor nutrisi, tetapi juga riwayat kesehatan seperti penyakit
infeksi dan lingkungan rumah tangga. Kejadian ISPA berhubungan dengan stunting (p = 0.029) dengan OR 3.115
(95%CI 1.079-8.994). Namun setelah dikontrol dengan status gizi ibu saat hamil, riwayat berat bayi lahir, kelengkapan
imunisasi anak, riwayat diare dan sumber air minum maka ISPA tidak berhubungan bermakna dengan stunting (p >
0.05), meskipun nilai OR tinggi, masing-masing ISPA 3.148 (95%CI 0.592-16.740), untuk diare OR 2.296 (95%CI
0.602-8.759) dan BBLR 2.851 (95%CI 0.772-10.528). Kesimpulan: Kejadian ISPA, diare dan BBLR pada anak
berkontribusi terhadap kejadian stunting, masing-masing sebesar 3, 2.8 dan 2.2 kali.
D. PENYEBAB ISPA PADA ANAK

 Penyebab utama ISPA adalah infeksi virus, yaitu virus rhinovirus, adenovirus, coxsackie, parainfluenza, dan RSV
(respitatory syncytial virus). Namun, pada kasus tertentu, ISPA pada anak juga bisa disebabkan oleh infeksi
bakteri. ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan. Saluran pernapasan yang dapat
terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas atau bawah. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak, hal
tersebut diketahui dari hasil pengamatan epidemiologi bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih lebih besar
dari pada didesa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran
lingkungan di kota yang lebih tinggi dari pada didesa (Masriadi, 2014).
 Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah Influenza,
Adenovirus, Sitomegagalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida Albicans Histoplasm,
dan lain-lain. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi seperti
makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian)
mainan plastic kecil, dan lain-lain (Kunoli, 2013).
E. DAMPAK ISPA PADA
ANAK
Dalam keadaan komplikasi penyakit ispa pada anak seperti ini, paru-paru membengkak dan menghasilkan lendir yang
menyebabkanbatuk. Si Kecil juga mungkin merasa lelah, dengan sakit tubuh ringan, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan mata berair.
Bronkitis akut bisa bertahan dari lima hari hingga tiga minggu. Ada banyak hal yang bisa terjadi saat ISPA menyerang Si Kecil.
Namun, beberapa hal ini muncul sebagai akibat dari ISPA pada anak : Nafsu makan menurun, Badan lesu, Perasaan sakit (malaise),
Sakit kepala dan Sakit tubuh, Influenza dan Rewel, Merasa tidak nyaman dan lain-lain.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat ISPA, antara lain gagal napas karena paru-paru berhenti berfungsi,
dan gagal jantung kongestif. Hal yang perlu digarisbawahi, komplikasi ISPA yang serius bisa
mengakibatkan kerusakan permanen bahkan kematian.
01

Closing
PERAN MASING MASING ANGGOTA
KELOMPOK:

SALFINA (J1A121070) Mencari materi bagian A dan B


SITTI SARMILA (J1A121079) Mencari materi bagian C
WA ODE ELISTIANTI PERTIWI (J1A121094) Membuat slide Power point
YUYUN SEPTIANI (J1A121097) Membuat slide Power point
A’QILA NUR RAMADHANI (J1A121098) Membuat slide Power point
ADEL FITRIANI (J1A121099) Mencari materi bagian D
AISYAH SAB’INA Al MU’MIN (J1A121104) Mencari materi bagian E
Hopefully our material can be understood, warm
greetings from us group 7

- Good luck

Anda mungkin juga menyukai