ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). ISPA adalah infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai hidung (saluran
Pengertian lain ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan,
hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari.(Salemba Medik, 2008)
Epidemiologi
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Diperkirakan hampir empat juta orang di dunia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, dan
yang paling banyak menyebabkan kematian adalah infeksi saluran pernapasan bawah.
Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA merupakan salah
satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama
Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus, atau infeksi gabungan virus-
bakteri. Sementara itu, ancaman ISPA akibat organisme baru yang dapat menimbulkan
epidemi atau pandemi memerlukan tindakan pencegahan dan kesiapan khusus.(Kemeskes RI,
2011)
Terjadinya ISPA bervariasi dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
3. Faktor dalam diri manusia, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan penderita
ISPA menularkan infeksi, imunitas, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi
serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum; dan
Patogenesis
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya patogen dengan tubuh.
Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk
atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman
penyebab ISPA kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita. Masuknya
patogen seperti virus dan atau bakteri melalui droplet dan atau droplet nuklei ke dalam
saluran pernafasan dapat membuat pertahanan tubuh pertama berupa silia pada permukaan
saluran nafas bergerak ke atas mendorong ke arah faring, jika mekanisme pertama tersebut
gagal maka patogen akan merusak lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi pada lapisan
mukosa saluran pernafasan membuat seseorang mengalami batuk kering. Kerusakan lebih
lanjut pada lapisan saluran pernafasan dapat menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus
yang banyak terdapat pada mukosa permukaan saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
mukus yang melebihi jumlah normal. Rangsangan dari mukus yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk berdahak. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling
Diagnosis ISPA
Mendiagnosis infeksi saluran pernapasan akut terkadang kesulitan, karena gejala yang
muncul seperti hanya demam saja, bisa mengarah ke ISPA ataupun ke penyakit lainnya.
Perjalanan penyakit infeksi saluran napas akan berbeda dengan penyakit lainnya. Diagnosis
ISPA pada balita dan dewasa tidak ada perbedaan yang khusus. Ada peralatan diagnosis
standar untuk penyakit di saluran napas, seperti X-Ray dada, biopsy paru, polymerase chain
reaction assays (PCR), serta kultur bakteri dan virus.(Schluger NW, 2010)
Beberapa gejala seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, ingusan, suara serak, nyeri kepala
Tanda gejala ISPA menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI), 2002
1. Batuk
5. Sesak napas
Tanda dan gejala ISPA pada balita dan dewasa tidak jauh berbeda, tetapi dapat lebih
berbahaya pada balita. Batuk, sulit bernapas, napas cepat, adanya tarikan dada, mengorok
dapat terjadi pada anak yang mengalami ISPA, terutama pneumonia.(Depkes RI, 2008)
Ada juga dari sumber lain yang menyebutkan bahwa tanda dan gejala penyakit infeksi
saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam
dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Pada sebagian anak yang menderita radang paru
(pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotic akan menyebabkan
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Pedoman interim WHO dalam pencegahan dan pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan[Internet]. Jenewa: WHO; 2007. Availablefrom:
http://www.who.int/csr/resources/publications/
A M. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
Yanti H. Hubungan lingkungan dalam ruang kelas dengan kejadian ispa pada siswa
kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013 [Internet]. UIN Jakarta.
2013 [cited 2015 Jan 31]. Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25572/1/HERIS MA
YANTI - FKIK.pdf
Goh DYT, Shek LPC, Wah LB. Acute respiratory tract infections in children:
outpatient management. Kesehatan Internasional. 1999.
Department pandemic and epidemic disease WHO. Infection prevention and control
of epidemic and pandemic-prone acute respiratory infections in health care. John
Conly, Sergey Eremin, Wing Hong Seto CLP-S, editor. Switzerland: WHO; 2014.