Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN FITOKIMIA

PERCOBAAN I

ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON

(Manihot utilissiima Pohl)

OLEH

NAMA : BRIGITA ANUGRAH P.

NIM : O1A114128

KELAS : D

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : FADHIL MUHAMMAD A.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
PERCOBAAN I
ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA POHON
(Manihot utilissiima Pohl)

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Dapat memahami dan dapat melakukan isolasi flavonoid dari daun ketela
pohon.
2. Dapat memahami dan dapat melaksanakan analisis kualitatif golongan
senyawa tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis.

B. TEORI UMUM
Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di
Indonesia. Tanaman ini termasuk famili Euphorbiacea yang mudah tumbuh
sekalipun pada tanah serta tahan terhadap serangan penyakit maupun tumbuhan
pengganggu (gulma). Akar tanaman singkong berbentuk umbi yang merupakan
sumber karbohidrat. Di Indonesia aneka macam panganan yang dibuat dari
produk singkong bukanlah merupakan hal yang baru, namun daunnya belum
dimanfaatkan secara optimal. Penggunaan daun singkong sebagai sayuran baru
terbatas pada daun muclanya saja, sedangkan daun yang lebih tua sebenarnya
dapat dimanfaat-kan sebagai pakan hijauan(1).
Daun Singkong memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, saponin,
tannin yang lebih tinggi daripada sayuran lainnya. flavonoid merupakan senyawa
pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga
bersifat toksis(2).
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga
daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid. Senyawa flavonoid
adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan
cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan
rantai alifatik . Dalam tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk
kombinasi glikosida. Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat)
terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Golongan flavonoid dapat digambarkan
sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua
gugus C6 (cincin benzena) 6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-
kelas yang berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin
heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola
yang berlainan(3).
Modifikasi flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap dan
menghasilkan penambahan (atau pengurangan) hidroksilasi, metilasi gugus
hidroksi inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksi atau inti flavonoid, metilenasi
gugus orto-hidroksi, dimerisasi (pembentukan) biflavonoid, pembentukan bisulfat,
dan terpenting glikosilasi gugus hidroksi (pembentukan flavonoid O-glikosida)
atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida). Flavonoid terdapat pada
semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada: akar, daun, kulit kayu, benang sari,
bunga, buah dan biji buah. Sedangkan pada hewan hanya dijumpai pada kelenjar
bau berang-berang, "sekresi lebah" (propolis) dan dalam sayap kupu-kupu. Efek
flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak, antara lain sebagai
reduktor. Beberapa flavonoid dalam makanan mempunyai efek antihipertensi (4).
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-
komponen campuran suatu senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa di
antara padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca
atau aluminium dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati
adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses
pengembangan oleh pelarut (elusi). KLT mempunyai peranan penting dalam
pemisahan senyawa organik maupun senyawa anorganik, karena relatif sederhana
dan kecepatan analisisnya. Di dalam analisis dengan KLT, sampel dalam jumlah
yang sangat kecil ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas permukaan pelat
tipis fasa diam (adsorbent), kemudian pelat diletakkan dengan tegak dalam bejana
pengembang yang berisi sedikit larutan pengembang. Oleh aksi kapiler, pelarut
mengembang naik sepanjang permukaan lapisan pelat dan membawa komponen-
komponen yang terdapat dalam sampel(5).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a. Batang pengaduk
b. Botol vial
c. Cawan porselin
d. Chamber
e. Corong
f. Corong pisah
g. Erlenmeyer 1000 ml
h. Gelas kimia 500 ml
i. Gelas kimia 1000 ml
j. Hot plate
k. Lampu UV-Vis
l. Melting point apparatus
m. Plat KLT
n. Pipa kapiler
o. Spatula
p. Timbangan analitik
q. Toples
r. Water Bath

2. Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada percoobaan ini yaitu :
a. Air suling
b. Amonia
c. Akuades
d. Aluminium foil
e. Dietil eter
f. Etil asetat
g. HCl
h. Kapas
i. Kertas saring
j. Metanol
k. Natrium sulfat anhidrat
l. N-Heksan
m. Plat KLT
n. Serbuk daun ketela pohon (Manihot folium)
D. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi Sampel

Sampel Simplisia Manihot folium

- Ditimbang sebanyak 100 g


- Dimasukan kedalam gelas kimia 1000 ml lalu
ditambahkan akuades hingga semua simplisia
terendam
- Dipanaskan selama 45 menit diatas hot plate
- Disaring menggunakan kapas
- Disaring kembali menggunakan kertas saring

Filtrat
- Dimasukkan filtrat yang dihasilkan kedalam
lemari pendingin selama 24 jam hingga
terbentuk kristal rutin berwarna kekuningan
- Disaring kemudian dikeringkan di oven
selama 3 jam (40o C)
- Dicuci dengan metanol
- Dikeringkan dengan oven
- Diukur titik lelehnya

Kristal rutin tanpa pengotor

- Diambil sedikit dan - Diambil sedikit dan dimasukkan


dimasukkan kedalam botol ke dalam botol vial
- Dilarutkan dalam campuran - Ditambahkan HCl 2 N 5 ml lalu
metanol air dipanaskan dalam water bath
selama 1 jam
- Diekstraksi dengan dietil eter 25 ml
lalu diambil lapisan eternya sebanyak
Sampel 1 3 kali
- Disaring dengan kertas saring berisi
Na2SO4 lalu diuapkan menggunakan
Hot plate
- Residu dilarutkan dalam 2 ml metanol

Sampel 2
2. KLT

Sampel 1 Sampel 2

- Ditotolkan pada plat KLT


- Dielusi menggunakan n-Heksan dan Etil
asetat (7:3)
- Disemprot dengan penampak bercak (Uap
amonia)
- Diamati dibawah lampu UV 254 dan 366 nm

Hasil Pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan berdasarkan praktikum ini yaitu :

Tahap Hasil Gambar

Dicuci bersih, dirajang


Penyiapan bahan baku
dan dikeringkan

Penimbangan Sampel seberat 100 g


Perebusan selama 45 menit Mendidih

Penyaringan Filtrat rebusan

Filtrat dimasukkan Kristal rutin yang


Dalam lemari pendingin berwarna kekuningan

Didapatkan kristal hasil


Penyaringan kristal
penyaringan

Dicuci dengan metanol dan


Endapan kristal
Dikeringkan kristal dalam
kuning
oven 40C selama 3 jam

Kristal yang diperoleh melting


diukur titik lelehnya point apparatus
Larutn dibagi menjadi 2
bagian, sampel 1 dilarutkan
dalam Kristal tanpa pengotor
metanol air. Sampel 2
di tambahkan HCl 2 N
sebanyak 5 ml

Ektraksi Terbentuk dua lapisan.


mengguna
Lapisan asam (lapisan atas)
kan dietileter
sebanyak 3 kali diambil

Hasil ekstraksi
disaring
mengggunakan Filtrat berwarna
kertas saring yang berisi kuning bening

Na2SO4

Terbentuk kristal
Filtrat diuapkan
Berwarna kuning

Residu ditambahkan 2 ml
metanol
Ditotol pada plat KLT
Dielusi
Diamati di bawah sinar UV
254 dan 366
F. PEMBAHASAN
Ketela pohon atau singkong, dalam bahasa Inggris bernama cassava, adalah
pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya
dikenal sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran. Di Indonesia sendiri ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok
setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran
memiliki protein cukup tinggi dan Umbi singkong merupakan sumber energi yang
kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Kayunya bisa digunakan sebagai
pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk
memasak. Dengan perkembangan teknologi ketela pohon dijadikan bahan dasar
pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula
pada industri obat-obatan. Ketela pohon sangat berkhasiat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit diantaranya yaitu Reumatik, Demam, Sakit kepala,
Diare, Cacingan, Mata kabur; Nafsu makan, Luka bernanah, Luka baru kena
panas.
Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang
terdapat didalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam
tumbuhan. Untuk dapat melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang
cukup panjang hingga kita dapat memperoleh suatu senyawa murni yang
berkhasiat dalam tumbuhan tersebut.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan
biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan
merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,
rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Flavonoid juga dikenal
sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh
sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.
Hampir setiap tumbuhan tingkat tinggi menunjukkan pola khas glikosida
flavon dan flavonol dalam daun atau bunga. Senyawa tersebut merupakan
penanda taksom idel dalam pengkajian masalah penggolongan tumbuhan,
penghibridaan, atau fitogeografi. Walaupun banyak yang dipelajari dengan
membandingkan pola bercak flavonoid dalam kromatogram dua arah dari ekstrak
2 jenis tumbuhan yang berbeda, atau dari populasi tumbuhan, tetapi tetap perlu
diidentifikasi komponen utama yang ada. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan sederetan cara fitokimia sederhana, dan untuk mempelajari cara ini
dianjurkan pertama-tama pada flavonoid yang sudah dikenal, yaitu rutin yang
merupakan glikosida kuersetin.
Praktikum kali ini adalah untuk mengisolasi rutin (flavonoid-3-glikosida)
sebagai salah satu jenis glikosida flavonoid (glikosida flavonol) yang terkandung
dalam daun singkong/ketela pohon. Glikosida flavonoid termasuk rutin
merupakan salah satu metabolit sekunder yang bersifat polar, termasuk kedalam
kelompok glikosida O (molekul gula berikatan dengan O-aglikon). Rutin daun
singkong (satu zat aktif) sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik, serta jadi zat
pengatur tumbuh tanaman.
Sifatnya yang polar maka pengisolasian rutin dilakukan dengan penggunaan
pelarut polar yaitu air, dengan penggunaan air yang kemudian dipanaskan
membuat semua senyawa polar tertarik bersama filtrat. Hal ini merupakan salah
satu kerugian penggunaan air sebagai pelarut karena, banyak sekali komponen-
komponen polar yang dapat larut bersama air.
Filtrat yang diperoleh diuapkan hingga didapat filtrat kental dan disimpan
dalam lemari pendingin untuk mempercepat pembentukan kristal rutin dan
mencegah terjadinya penjamuran. Karena dengan media air memungkinkan
timbulnya jamur atau bakteri jika disimpan di suhu ruang.
Endapan yang diperoleh disaring dan dicuci dengan menggunakan metanol
dengan maksud agar kemurnian filtrat bertambah dan terbebas dari pengotor-
pengotor yang tidak ingin diisolasi, tetapi dengan pencucian ini tidak
menyebabkan kristal larut dan selanjutnya di ukur titik lelehnya.
Sebagian dari endapan ditambahkan HCl untuk proses hidrolisis
dimaksudkan agar glikosida flavonoid rutin terhidrolisis sehingga aglikon
flavonoid (kuersetein) terpisah dengan molekul gulanya. Kuersetin ini termasuk
aglikon flavonoid (zat bukan gula) yang berdasarkan strukturnya dapat
digolongkan menjadi flavonol, kuersetin mempunyai khasiat sebagai
antiinflamasi, antikanker dan antioksidant.
Setelah dihidrolisis, larutan dipartisi dengan pelarut dietil eter dengan
menggunakan corong pisah, eter digunakan karena memiliki kepolaran yang sama
dengan aglikon flavonoid (kuersetin). Maka seluruh senyawa kuersetin akan
tertarik kedalam pelarut eter, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali untuk
memaksimalkan pengisolasian. Seluruh fase eter yang dicampur disaring dengan
tambahan Na sulfat anhidrat agar molekul air yang ada dalam eter dapat tertarik,
sehingga larutan benar-benar murni eter dan aglikon flavonoid. Fase eter ini
diuapkan dan selanjutnya residu yang ada ditambahkan methanol sebagai pelarut
(sampel II) untuk dilakukan KLT dan diamati pada sinar UV 254 dan 366.
Sampel I dan sampel II dilakukan pengujian dengan KLT menggunakan
eluen n-heksan dan etil eter (7:3). Pada KLT ini yang diuji adalah senyawa polar
yaitu glikosida flavonoid (rutin) dan senyawa non-polar yaitu aglikon glikosida
(kuersetin).
Dari hasil KLT ini, kedua senyawa terelusi dan pada titik B ada senyawa
yang tidak terelusi dan tetap berada pada dasar lempeng KLT, hasil ini
menunjukan adanya kuersetin yang sudah terpisah dari rutin, tetapi karena kedua
spot terelusi maka hidrolisis yang dilakukan tidak berjalan dengan sempurna,
ataupun ada pengotor lainnya yang terelusi dengan pelarut polar.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu :
1. Rutin merupakan salah satu jenis glikosida flavonoid yang bersifat polar,
sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut polar, seperti air, methanol atau
etanol. Filtrat yang didapat dari hasil penyarian didinginkan untuk
mempercepat pembentukan kristal. Pemisahan aglikon dan glikosidanya
dapat dilakukan dengan hidrolisis asam, seperti menggunakan HCl. Akan
didapat hasil berupa kuersetin dan glukosa dari hidrolisis rutin.
2. Analisa dari aglikon dan glikosida ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis, dan menggunakan eluen tertentu
sesuai dengan kepolaran senyawa yang dianalisa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Surayah Askar, 1996, Daun Singkong Dan Pemanfaatannya Terutama Sebagai
Pakan Tambahan, WARTAZOA, Vol. 5(1).
[2] Iftita, Faya A., 2016, Uji Efektivitas Rendaman Daun Singkong Sebagai
Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Dengan Metode Elektrik
Cair, Jurnal kesehatan Masyarakat, Vol. 4(2).

[3] Landyyun Rahmawan Sjahid, 2008, Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari
Daun Dewandaru (Eugenia Unifloral.), Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

[4] Khoirina Dwi Nugrahaningtyas, Sabirin Matsjeh, Tutik Dwi Wahyuni, 2005,
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Rimpang Temu
Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb.), Biofarmasi, Vol. 3(1).

[5] Sri Atun, 2010, Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik
Bahan Alam, Jurusan Pendidikan Kimia, Yogyakarta.

Tugas Setelah Praktikum


1. Carilah taksonomi tanaman ketela pohon, tuliskan kandungan kimia lain dari
spesies lain yang satu famili dengan ketela pohon, apakah ada yang sama atau
berbeda ? jelaskan ?
2. Metode cara spesifik menganalisis kandungan glikosida?
Jawab :
1. Taksonomi Tanaman Ketela Pohon (Rukmana, 1997)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiaceae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot uttilissima Pohl

Jarak pagar (Jatropha curcas), Jarak merah (Jatropha gossypifolia) dan


Riccinus communis dari euphorbiarceae (nurwidayati dkk, 2014)
Kandungan jarak pagar : Kaemfesterol, sitosterol, stigmasterol, amirin,
takasterol, minyak lemak, kursin dan tolsaknumin (BPOM, 2008)

Ada kesamaan kandungan kimia pada dua tanaman yang memiliki famili yang
sama tersebut yaitu flavonoid. Pada tanaman singkong flavonoid terdapat di
daunnya sedangkan jarak terdapat pada getahnya. Namun ada juga beberapa
senyawa yang terkandung pada singkong tetapi tidak terdapat di jarak salah
satunya adalah asam sianida dan juga senyawa rutin. Perbedaan kandungan
senyawa ini bisa saja disebabkan oleh faktor lingkungan yang berbeda, maupun
kualitas nutrisi yang diperoleh dari masing-masing tanaman.

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fisikokimia.


Pada dasarnya semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fase
ini. Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat fase diam, yang
dapat berupa zat padat atau zat cair. Apabila fase diam berupa zat padat maka
cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, sedangkan untuk fase diam
berupa cairan dikenal sebagai kromatografi partisi. Kromatografi Lapis Tipis
termasuk ke kromatografi serapan. Prinsip dari kromatografi serapan adalah
kecepatan bergerak dari suatu komponen tergantung dari seberapa besarnya
komponen tersebut tertahan oleh fase diam (Sastrohamidjojo, 2011).

Anda mungkin juga menyukai