Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk
melakukan aktivitas. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Republik Indonesia untuk membantu masyarakat agar mendapatkan obat
yang rasional adalah dengan adanya apotek.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian


oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Dalam meningkatkan mutu kehidupan pasien, peran dan tanggung jawab apoteker di
apotek meliputi manajerial yaitu berupa pengelolaan sediaan farmasi dan profesional
yaitu berupa pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi bertujuan untuk
menjaga ketersediaan obat dan menjamin mutu obat bagi pasien. Sedangkan
pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk menghindari penggunaan obat yang tidak
rasional, sehingga tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error) dan masalah
terkait obat (drug related problem). Peran Apoteker sebagai media komunikasi
terakhir dengan pasien inilah yang menjadi penentu pemahaman pasien tentang obat
yang digunakannya sehingga terapi obat yang optimal dapat tercapai.

Untuk mempersiapkan para apoteker yang profesional maka perlu dilakukan praktik
kerja profesi apoteker (PKPA) di apotek sebagai bentuk pendidikan dan pelatihan
bagi calon apoteker untuk memahami dan mengerti peran dan tanggung jawab

1
apoteker di apotek serta mengetahui segala kegiatan di Apotek. Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, bekerja sama dengan
PT. Kimia Farma Apotek untuk memberikan kesempatan kepada para calon apoteker
untuk menerapkan serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah
didapatkan diperkuliahan dan laboratorium kedalam pelayanan yang nyata di Apotek.
Melalui kegiatan PKPA diharapkan dapat memberikan bekal yang maksimal untuk
menunjang kompetensi apabila telah lulus sebagai apoteker, siap untuk menerapkan
serta mendedikasikan ilmunya dibidang kesehatan.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker


Berdasarkan pada latar belakang diatas, tujuan dari Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) yang diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Achmad Yani bekerja sama
dengan PT. Kimia Farma Apotek adalah :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
praktik farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.

1.3 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Profesi Apoteker


Praktik Kerja Program Studi Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Jenderal Achmad
Yani telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret – 31 Maret 2019 dan bertempat di
Apotek Kimia Farma Gatot Subroto, Jl. Gatot Subroto No. 305 Bandung, Jawa Barat.

2
BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK KIMIA FARMA GATOT SUBROTO


BANDUNG

2.1 Lokasi dan Letak Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung
Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung terletak di Jalan Gatot Subroto No.305
Bandung, lokasinya berada di kawasan pemukiman penduduk dan pertokoan.
Bangunan apotek terdiri dari tiga lantai disertai dengan tempat parkir. Lokasi apotek
berada dipinggir jalan raya yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat. Apotek kimia farma Gatot Subroto buka mulai 07:00 pagi sampai
dengan 22:00 malam.

2.2 Tata Ruang Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung


Pembagian ruang Apotek kimia farma gatot subroto antara lain :
1. Ruang Tunggu
Ruang tunggu terdapat disebelah kanan kasir apotek. Ruang ini dilengkapi dengan
pendingin ruangan, telivisi, cctv dan juga tempat duduk.

2. Swalayan
Swalayan farmasi terdiri dari perbekalan kesehatan yang dapat dibeli secara bebas
tanpa resep dokter. Area swalayan faramasi terletak dekat pintu masuk dan ruang
tunggu.

3.Tempat pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu tinggi dan
merupakan tempat bagi pasien yang ingin membeli obat dengan atau tanpa resep
dokter.

3
4. Ruang penyimpanan obat dan ruang peracikan
Ruang peracikan terletak di bagian belakang tempat penerimaan resep dan
penyerahan obat. Ruang peracikan berada disatu lokasi dengan ruang penyimpanan
obat.

2.3 Struktur Organisasi


Apotek Kimia Farma Gatot Subroro Bandung dipimpin oleh seorang Apoteker
Penanggung Jawab Apotek (APA). APA di apotek Kimia Farma Gatot Subroto dalam
menjalankan tugasnya dibantu oleh 1 orang apoteker pendamping dan 3 Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) yang masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap
pengelolaan obat, pelayanan kepada pasien serta melakukan proses administrasi dan
keuangan.

2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


2.4.1 Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi perlu diperhatikan
sediaan apa saja yang akan dibeli, berapa, banyak, kapan, kemana dan bagaimana
cara membeli sediaan farmasi tersebut. Untuk mengetahui obat apa saja yang harus
dibeli beserta berapa jumlahnya, maka kita bisa menggunakan metode sebagai berikut

1. Pola konsumsi didasarkan atas analisis data konsumsi pada obat periode
sebelumnya.
2. Pola penyakit atau epidemologi didasarkan atas analisis data penyakit yang paling
sering terjadi didaerah tersebut.
3. Kondisi stok yaitu menggunakan defekta. Defekta dibuat dengan melihat
persediaan perbekalan farmasi yang habis atau hampir habis.
4. Catatan penolakan dibutuhkan untuk mengetahui perbekalan farmasi tersebut
banyak dibutuhkan namun tidak dapat dilayani

4
Untuk mengevaluasi perencanaan kebutuhan tersebut, dapat dilakukan dengan
analisis pareto. Perencanaan dengan metode, Anlisa pareto diklasifikasikan debagai
berikut :
a. Pareto A yaitu 15-20% dari jumlah barang yang berkontribusi sebesar 80% dari
nilai omset.
b. Pareto B yaitu 20-25% dari jumlah barang yang berkontribusi sebesar 15% nilai
omset
c. Pareto C yaitu 50-60% dari jumlah barang yang berkontribusi 5% dari nilai omset

2.4.3 Pengadaan
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Tujuan pengadaan perbekalan farmasi adalah untuk menjamin tersedianya jenis dan
jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan di apotek. Pemesanan barang ke
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dilakukan melalui Bisnis Manajer (BM) bagian
pengadaan (logistik)Unit Bandung. Pengadaan didasarkan pada data minmax dan
BPBA dari apotek. BM kemudian mengirim SP (surat pemesanan) / RKO (Rencana
Kebutuhan Obat) gabungan dari rincian Apoteknya melalui email ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF). PBF akan mengirim barang yang di pesan sesuai surat pesanan.

Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto, ada dua jenis pengadaan
antara lain:
1. Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin yaitu pengadaan yang dilakukan dengan mengirim barang setiap
minggu ke apotek beserta dokumen faktur. Keuntungan dari sistem ini adalah
tercapainya efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya contoh Bon Permintaan
Barang Apotek dan data MinMax. Untuk obat-obat golongan narkotika harus
digunakan surat pesanan khusus yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Untuk
obat-obat golongan psikotropika dilakukan dengan cara yang sama, tetapi untuk satu
surat pesanan boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. Untuk

5
obat-obat golongan prekursor dilakukan dengan cara yang sama juga seperti
psikotropika.

2. Pengadaan Non Rutin


a) Pesanan Cito
Pesanan cito merupakan pengadaan perbekalan farmasi yang dapat dilakukan kapan
saja karena kebutuhan yang segera.Pesanan cito ini merupakan pemesanan yang
bersifat di luar jadwal. Hal ini terjadi kerena terdapat barang atau obat yang sudah
habis terjual dalam waktu singkat.

b) Dropping antar apotek


Dropping dilakukan apabila pasien memerlukan obat yang kurang atau tidak tersedia
di apotek. Proses dropping dapat dilakukan antar Apotek Kimia Farma lainnya,
dengan menggunakan sistem BPBA dengan tujuan untuk menghidari penolakan
resep.

c) Pembelian mendesak
Pola ini dilakukan terhadap pembelian yang sifatnya sangat mendesak, sehingga
memerlukan sediaan obat saat itu juga, pembelian ini dibeli pada apotek Kimia Farma
lain atau apotek selain Kimia Farma. Apotek meminta kuitansi agar dapat di klaim
pada BM.

d) Pengadaan Konsinyasi
Pola ini diterapkan untuk produk konsinyasi. Konsinyasi merupakan suatu bentuk
kerjasama antara Apotek Kimia Farma dengan suatu perusahaan atau distributor yang
menitipkan produknya di apotek. Produk-produk konsinyasi yang terdapat di Apotek
Kimia Farma Gatot Subroto antara lain suplemen kesehatan, yaitu Sea Quill, Nature’s
Health, dan Wellness

6
2.4.4 Penerimaan Sediaan Farmasi
Penerimaan barang yang dikirim dari PBF dapat dilakukan oleh APA, apoteker
pendamping atau TTK yang sudah mendapatkan amanat dari APA. Pada saat
penerimaan barang, petugas wajib mengecek jumlah, keadaan fisik barang, no.batch
dan tanggal kadaluarsa sesuai dengan SP. Setelah barang yang diperiksa sesuai
dengan SP maka petugas akan menandatangani faktur dan pemberian stempel apotek
sebagai legalitas. Faktur asli diserahkan ke PBF sebagai tanda terima dan akan
digunakan sebagai alat tagih. Satu lembar salinan faktur ditinggal di apotek sebagai
arsip dan satu lembar salinan faktur diserahkan ke bisnis manjemen. Apabila hasil
menujukkan ketidak sesuaian antara faktur dan SP atau antara faktur dan barang yang
datang, maka barang tersebut tidak dapat diterima dan dikembalikan (retur).

2.4.5 Penyimpanan Sediaan Farmasi


Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma Gatot Subroto disertai
dengan pencatatan pada kartu stok. Sistem penyimpanan dilakukan berdasarkan
golongan obat, ethical, faramkologi, bentuk sediaan, yang disusun secara alpabetis,
serta pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First in First Out). Untuk golongan obat bebas, bebas terbatas dan alat kesehatan
ditempatkan di swalayan farmasi dan untuk golongan obat narkotika dan psikotropika
disimpan pada lemari khusus.

2.4.6 Pemusnahan Sediaan Farmasi


Pemusnahan terhadap resep dapat dilakukan setelah resep disimpan dalam jangka
waktu minimal 5 (lima) tahun. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Pemusnahan juga dilakukan terhadap obat-obat yang telah melewati
tanggal kadaluarsa, rusak, berubah warna, atau memenuhi kriteria untuk
dimusnahkan.

7
2.4.7 Pengendalian
Untuk mencegah atau meminimalisir kerugian akibat kehilangan atau kerusakan
barang, Apotek Kimia Farma Gatot Subroto melakukan kegiatan pengendalian antara
lain :

1. Sistem kartu stok, pengendalian atau pengontrolan persediaan barang di Kimia


Farma Setiabudhi dilakukan dengan membuat kartu stok kecuali untuk barang
yang berada di swalayan farmasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan dan stok obat sesuai secara fisik dengan komputer.

2. Melakukan uji petik setiap hari. Uji petik dilakukan dengan cara mengambil 20
macam obat secara acak, kemudian stok fisik dari masing-masing obat tersebut
dihitung dan dibandingkan dengan stok pada komputer, apakah sesuai atau tidak.

3. Stock opname yaitu pemeriksaan ketersediaan barang secara fisik dan


dibandingkan dengan ketersediaan di dalam komputer. Kegiatan stock opname
dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4. Catatan penolakan obat, merupakan catatan apotek dimana setiap harinya ditulis
obat mana saja yang ditolak, obat yang ditolak dapat merupakan obat yang ada di
apotek namun stoknya habis diluar waktu yang ditentukan.

2.4.8 Pencatatan dan Pelaporan


A. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan yang dilakukan di apotek Kimia
Farma Gatot Subroto, diantaranya :

8
1. Pencatatan arsip resep
Perekapan resep dilakukan setiap hari dimana resep dikumpulkan dan dipisahkan
berdasarkan tanggal. Resep asli beserta struk harga obat disimpan sebagai arsip.
Untuk resep yang mengandung obat-obat golongan narkotika dan psikotropika
direkap secara terpisah dan diberi tanda, yang akan digunakan untuk keperluan
pembuatan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.

2. Pencatatan kartu stok


Pencatatan stok dilakukan dengan mencatat jumlah barang yang masuk dari
pembelian barang dan jumlah barang yang keluar dari hasil penjualan. Pencatatan ini
untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat dan kebutuhan masing-
masing obat, serta mengawasi arus barang agar penyalurannya mengikuti kaidah
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) sehingga mengurangi
resiko obat-obatan kadaluwarsa.

3.Pencatatan permintaan dan penerimaan barang


Permintaan barang dicatat dalam surat pesanan atau BPBA berupa kebutuhan barang
apotek. Sedangkan barang yang diterima oleh apotek kemudian dicatat berdasarkan
surat pesanan dan faktur pembelian barang sebagai bukti penerimaan barang
apotek.Pencatatan dilakukan setiap barang datang dengan disertai faktur pembelian.
Bukti penerimaan barang apotek beserta faktur dilaporkan ke BM sebagai bukti
bahwa Apotek Kimia farma Gatot Subroto telah menerima barang sesuai surat
pesanan atau BPBA yang telah diajukan.

B. Pelaporan
Pelaporan yang terdapat diKimia Farma Gatot Subroto berupa harian, mingguan, dan
tahunan.
a) Laporan kas
Laporan kas dibuat untuk menggambarkan perkiraan jumlah penerimaan dan
pengeluaran uang kas apotek selama periode waktu tertentu. Laporan ini dibuat untuk

9
menggambarkan perkiraan jumlah penerimaan dan pengeluaran uang kas apotek
selama periode waktu tertentu.

b) Laporan narkotika dan psikotropika


Laporan ini meliputi laporan penerimaan, penjualan dan pemusnahan obat narkotika
dan psikotropika yang terdapat diapotek Kimia Farma Gatot Subroto.

c) Laporan penolakan obat


Pada laporan ini terdapat nama-nama obat yang pasien butuhkan tetapi tidak terdapat
diapotek, laporan apotek ini dapat dijadikan pengendalian dalam perencanaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP, laporan ini jug adapat dibandingkan dengan omzet yang
terdapat diapotek.

d) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)


Laporan Ikhtisar Penjualan Harian merupakan laporan harian yang terdiri dari
kumpulan bukti setoran kas apotek dalam satu hari.

e) Laporan stock opname


Laporan ini merupakan laporan barang yang diterima dan barang yang dikeluarkan di
Apotek, Stock opname dapat juga dijadikan pengendalian dalam perencanaan
kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan BMHP. Laporan stock opname dilakukan
selama 3 bulan sekali.

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto antara lain pelayanan
obat dengan resep dokter baik tunai maupun kredit, pelayanan obat untuk UPDS
(Usaha Pengobatan Diri Sendiri), pelayanan obat narkotika dan psikotrpika,
pelayanan informasi obat untuk pasien swamedikasi, pelayanan swalayan farmasi,
pelayanan delivery service serta pelayanan kefarmasian dirumah (home pharmacy
care) dan telefarma.

10
2.5.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
a) Pelayanan Obat Resep Tunai
Pelayanan resep tunai di apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung sama seperti
pelayanan resep tunai pada umumnya. Pelayanan obat dengan resep tunai dilakukan
terhadap pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang
dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Tahapan pelayanan resep tunai dimulai dari
penyerahan resep oleh pasien dan penerimaan resep. Pada pelayanan resep apabila
obat yang diminta tidak ada secara keseluruhan maka resep tidak dapat dilayani.
Namun, jika sebagian obat saja yang tersedia maka terlebih dahulu ditanyakan pada
pasien apakah tetap ingin menebus obat yang tersedia dan yang tidak tersedia dibuat
dalam salinan resepnya. Akan tetapi, apabila pasien menolak maka artinya pasien
membatalkan penebusan obat. Dan bila dilakukan penggantian obat dengan
kesetaraan farmakologi harus atas persetujuan dokter dan atau pasien.

b) Pelayanan Obat Resep Kredit


Pelayanan resep kredit di apotek Kimia Farma Gatot Subroto berupa pelayanan resep
yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien
dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut
Ikatan Kerja Sama (IKS), dimana pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Apotek Kimia Farma Gatot
Subroto Bandung bekerja sama dengan beberapa instalasi seperti PT. PLN dan
asuransi In Health.

c) Pelayanan Obat Non Resep


Pelayanan obat non resep di apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung, berupa
pelayanan dengan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) yaitu pelayanan obat tanpa
resep dokter dilakukan atas permintaan langsung dari pasien. Pelayanan ini dimulai
ketika pasien datang ke apotek dengan keluhan, selanjutnya apoteker atau asisten
apoteker membantu pasien memilih obat-obatan yang sesuai. Obat-obat yang dapat
dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras yang

11
termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), obat tradisional, kosmetik dan
alat kesehatan.

2.5.2 Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis,
dan dengan bukti terbaik dalam aspek setiap penggunaan. Informasi yang
disampaikan meliputi : nama obat, dosis, rute dan metode pemberian, efek
farmakologi, efek samping, stabilitas & penyimpanan, interaksi, makanan &
minuman yang harus dihindari, dan informasi lain yang dianggap perlu disampaikan.

Tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien tanpa resep dokter atau UPDS
adalah apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya mengenai siapa pengguna
obat, gejala apa yang dirasakan, sudah berapa lama gejala tersebut dirasakan,
tindakan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut dan obat apa yang
telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut. Selanjutnya apoteker memilihkan
dan menginformasikan obat yang dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien.
Informasi obat yang diberikan apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien
dengan resep dokter.

2.5.3 Pelayanan Swalayan Farmasi


Pelayanan swalayan farmasi meliputi penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya
yang dapat dibeli tanpa harus menggunakan resep dari dokter seperti obat OTC (Over
The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Barang-barang yang
biasanya dijual di swalayan farmasi seperti : suplemen, vitamin, susu, perawatan
kulit, perawatan rambut, kosmetik, herbal health care, makanan, minuman dan alat
kesehatan ( kassa steril, perban, kotak P3K, kursi roda, dan lainnya).

2.5.4 Pelayanan Home Pharmacy Care dan Telefarma


Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) itu sendiri adalah bentuk
pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan

12
persetujuan pasien atau keluarganya. Apoteker atau petugas apotek akan berkunjung
kerumah pasien atau menghubungi pasien melalui telepon menanyakan keadaannya.
Pelayanan ini untuk membantu efektifitas terapi pada pasien atas resep dokter
maupun UPDS. Pelayanan home care di apotek Kimia Farma Gatot Subroto
dilakukan paling banyak dua kali dalam sebulan. Hal ini disebabkan karena sangat
sedikit pasien yang bersedia untuk dilakukan home care oleh apoteker.

13
BAB III

TUGAS KHUSUS HIPERLIPIDEMIA

3.1. Pendahuluan
Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi sebagai sumber
utama untuk proses metabolisme tubuh/emak diperoleh dari makanan atau dibentuk
di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan didalam sel-sel lemak. Sel-sel lemak
juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera.
Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang
membungkus sel-sel saraf serta empedu. Dua lemak utama dalam darah adalah
kolesterol dan trigliserida. Lemak tidak larut dalam cairan plasma sehingga harus
terikat pada protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara
lemak dan protein ini disebut lipoprotein.

Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut yang
lambat laun nampak membuncit. Kondisi ketika kadar lemak di dalam darah
meningkat di atas batas normal dinamakan hiperlipidemia atau yang sering disebut
sebagai dislipidemia. Pada pasien hiperlipidemia, total kolesterol menjadi tinggi, Low
Density Lipoprotein atau trigliserida tinggi, High Density, Lipoprotein rendah,atau
kombinasi kelainan lain

3.2. Definisi
Hiperlipidemia didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan satu atau lebih kolesterol
,fosolipid, atau trigliserida. Hiperlipidemia juga biasanya dikaitkan dengan
meningkatnya total kolesterol dan trigliserida, penurunan HDL, peningkatan
apolipoprotein B, dan peningkatan LDL (Dipiro, 2005). Hiperlipidemia ditandai dengan
meningkatnya serum kolesterol total (LC), LDL (Low Density Lipoprotein), VLDL

14
(Very Low density Lipoprotein), dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein)
(Khera dan Aruna, 2012).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena sebelum


mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein membentuk
lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan menyebabkan
semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam darah akan
mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL. Kolesterol LDL sering
disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan
mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan HDL dikenal sebagai kolesterol baik
karena berfungsi menyapu kolesterol bebas di pembuluh darah dan mampu
mempertahankan kadar trigliserida darah dalam kisaran normal (Suyatna, 2007).

3.3 Diagnosis
1. Profil lipoprotein puasa (12-15 jam) harus diukur dari serum untuk merupakan
kadar dari kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Pemeriksaan rutin
seharusmya dilakukan pada orang dengan usia ˃ 20 tahun minimal 5 tahun sekali.
2. Klasifikasi kadar lipid terhadap resiko Chronic hearth diseases (CHD).

3.4 Tujuan Terapi


Tujuan terapi adalah menurunkan kadar kolesterol total, LDL kolesterol sehingga
dapat menurunkan kolesterol sehingga dapat menurunkan resiko timbulnya atau
kekambuhan dari infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemik, atau bentuk
penyakit arteri perifer.

3.5 Terapi farmakologi


Adapun terapi Farmakologi Hiperlipidemia adalah :
a). Golongan Statin
Statin menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-metilglutaril (HMG
COA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada sintesis kolesterol, terutama dalam
hati. Obat-obat ini lebih efektif dibandingkan obat-obat terutama dalam hati . Obat-

15
obat ini lebih efektif dibandingkan obat-obat hipolipidemia lainnya dalam
menurunkan kolesterol-LDL tetapi kurang efektif dibanding fibrat dalam menurunkan
trigliserida. Contohnya : simvastatin, lovastatin, atrovastatin, pravastatin,
rosuvastatin, pitavastatin.

b) Golongan fibrat
Menurunkan kadar trigliserida serum. Fibrat merupakan obatpilihan utama pada
pasien hipertrigliseridemia berat. Fibrat dapat menyebabkan sinrom menyerupai
miositis, terutama apabila fungsi ginjal pasien terganggu. Kombinasi fibrat dengan
statin meningkatkan resiko efek pada otot (terutama rabdiomiolisis) dan harus
digunakan dengan hati-hati dan sebiknya dilakukan pemantaun fungsi ginjal dan
kreatinin kinase. Contohnya : Gemfibrozil, fenofibrat, clofibrat dan bezafibrat.

d) Asam nikotinat
Asam nikotinat menghambat mobilisasi asam lemak bebas dari jaringan lemak perifer
ke hepar sehingga sintesis trigliserida dan sekresi kolesterol VLDL dihepar
berkurang. Asam nikotinat juga mencegah konversi kolesterol LDL dari partikel kecil
(small, dense) menjadi partikel besar,dan menurunkan konsentrasi Lp(a). Asam
nikotinat meningkatkan kolesterol HDL melalui stimulasi produksi apoA-l di hepar.

e) Inhibitor absorbsi kolesterol


Ezetimibe merupakan obat penurun lipid pertama yang menghambat ambilan
kolesterol dari diet dan kolesterol empedu tanpa mengurangi absorpsi nutrisi yang
larut dalam lemak. Dosis ezetimibe yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari &
harus digunakan bersama statin, kecuali pada keadaan tidak toleran terhadap statin,
dimana dapat digunakan secara tunggal. Kombinasi statin dengan ezetimibe
menurunkan kolesterol LDL lebih besar dari pada menggandakan dosis statin.

16
f) Bile acid sequestrant
Terdapat 3 jenis bile acid seuestrant yaitu kolestiramin,kolesevelam, dan kolestipol.
Bile acid sequestrant mengikat asam empedu (bukan kolesterol) di usus sehingga
menghambat sirkulasi enterohepatik dari asam empedu dan meningkatkan perubahan
kolesterol menjadi asam empedu di hati.

3.7 Terapi Non Farmakologi


Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk hiperlipidemia adalah : (Priyanto,
2009)
a. Modifikasi gaya hidup
b. Olahraga secara rutin, terutama aerobik.
c. Batasi konsumsi lemak jenuh, dan alkohol.
d. Konsumsi ikan dan suplemen omega-3.
e. Gunakan minyak tak jenuh tunggal seperti minyak kanola atau minyak zaitun
untuk memasak makanan.
f. Untuk membantu mengendalikan kadar lemak trigliserida/LDL, makanlah makanan
yang kaya akan asam lemak omega 3, contohnya :ikan yang hidup di air dingin
(Sardeen, salmon, makerel), kacang kedelai (tahu, tempe) yang juga mengandung
antioksidan untuk menurunkan kadar LDL di dalam darah
g. Makan banyak buah dan sayuran untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin
esensial dan serat.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma Gatot
Subroto Bandung, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa memahami peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker dalam praktik
kefarmasian di apotek.
2. Mahasiswa telah mengaplikasikan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP dan pelayanan secara klinis, sehingga meningkatkan
wawasan, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Mahasiswa sebagai calon apoteker telah melihat dan mempelajari strategi dan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik
farmasi komunitas di apotek.
4. Mahasiswa telah dilatih dan dibimbing mengenai pekerjaan kefarmasian supaya
siap untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional.
5. Mahasiswa menjadi lebih terlatih dalam menyelesaikan permasalahan terkait
pekerjaan kefarmasian di apotek.

4.2 Saran
Saran yang diberikan setelah dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung, yaitu :
1. Meningkatkan kebersihan dari ruang racikan dan lemari pendingin, untuk
menghindari kontaminasi.Kegiatan meracik obat sebaiknya menggunakan alat
pelindung diri seperti sarung tangan dan masker untuk menjaga mutu obat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2009, Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Khera, Nishu and Aruna Bhatri, 2012, Antihyperlipidemic Activity of Woodfordia


fruticosa Extract in High Cholesterol Diet Fed Mice, International Journal and
Phytopharmacology Research. Vol. 2 No.3. 211-215.

Perki, 2013, Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonseia, Jakarta.

Priyanto, 2009, Farmakoterapi & Terminologi Medis, Penerbit : Leskonfi, Jakarta.

Sukandar, E. Y., Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., 2008, ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

Suyatna, F.D, 2007, Hipolipidemik. Dalam S.G Gunawan, R. Setiabudy, Nafrialdi,


dan Elysabeth (Ed. Ke-5), Farmakologi dan Terapi, hal. 373- 388, Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia., 374-379.

Tim Medical Mini Notes, 2017, Basic Pharmacology & Drug Notes, Makassar.

19
LAMPIRAN

20
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA GATOT SUBROTO

Apoteker Penanggung
Jawab Apotek (APA)

Apoteker Pendamping
(Aping)

Tenaga Teknis Tenaga Teknis Tenaga Teknis


Kefarmasian Kefarmasian Kefarmasian

21
LAMPIRAN II
ETIKET

Gambar 2 : Etiket penggunaan obat luar dan dalam

22
LAMPIRAN III
LAYANAN INFORMASI OBAT

Gambar 3. Layanan informasi obat

23
LAMPIRAN IV
BLANKO KARTU STOK

Gambar 4. Blanko kartu stok

24
LAMPIRAN V
COPY RESEP

Gambar 5 Copy resep

25
LAMPIRAN VI
FORM UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri )

Gambar 6 FORM UPDS

26
LAMPIRAN VII
FORM SURAT PESANAN NARKOTIKA

Gambar 7 Form surat pesanan narkotika

27
LAMPIRAN VIII
FORM SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Gambar 8 Surat pesanan psikotropika

28
LAMPIRAN IX
FORM SURAP PESANAN PREKURSOR

Gambar 9 form surat pesanan prekursor

29

Anda mungkin juga menyukai