Minyak atsiri atau essential oil merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme
dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan
adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga
yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. Minyak
atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh
enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Ketaren, 1985). Selain itu, minyak atsiri ini mudah
menguap dalam suhu ruang.
Minyak atsiri berbeda dengan minyak lemak. Minyak atsiri adalah minyak utama
dari bagian tumbuhan yang diekstraksi. Essential oil membawa karakteristik tumbuhan
aslinya, termasuk aroma dan sifat-sifat dasarnya. Contoh essential oil adalah Citrus Oil
(Minyak Jeruk), Khus Oil (Minyak Akar Wangi), Eucalyptus Oil (Minyak Kayu Putih), Mint
Oil (Minyak Menta), Lavender Oil (Minyak Lavender), Sandalwood Oil (Minyak
Cendana), Citronella Oil (Minyak Sereh), Rose Oil (Minyak Mawar), Clove Oil (Minyak
Cengkeh), Cinnamon Oil (Minyak Kayu Manis), Pine Oil atau Turpentine Oil (Minyak
Pinus), Piper Betle Oil (Minyak sirih) dan lain-lain.
Sedangkan minyak lemak dibedakan dalam 3 jenis, yaitu minyak tidak mengering,
minyak semi mengering dan minyak mengering. Contoh fatty oil yang tergolong dalam :
a. Minyak Cengkeh, Minyak Mentha, Minyak Kayu Manis, Minyak Kayu Putih dan
Oleum Anisi
Pada uji identifikasi minyak atsiri dan minyak lemak yang pertama, yaitu
dilarutkan dalam air. Hasilnya menunjukkan bahwa Sampel Minyak Cengkeh,
Minyak Mentha, Minyak kayu putih, Minyak kayu manis dan Oleum Anisi lebih
cepat menyebar dalam air dan tidak menunjukkan perubahan warna (warna tetap
bening). Hal ini karena Minyak Cengkeh, Minyak Mentha, Minyak kayu putih,
Minyak kayu manis dan Oleum Anisi merupakan golongan minyak atsiri yang pada
dasarnya minyak atsiri sangat mudah larut dalam pelarut organik.
Uji Kedua adalah Uji Penguapan. Pada uji penguapan, Minyak Cengkeh,
Minyak Mentha, Minyak kayu manis, minyak kayu putih dan Oleum Anisi tidak
menghasilkan noda atau noda bening pada kertas saring. Hal ini karena minyak atsiri
bersifat volatile atau mudah menguap pada suhu kamar.
Uji ketiga adalah uji pencampuran dengan NaCl. Pada uji pencampuran
dengan NaCl jenuh. Minyak Cengkeh, Minyak Mentha, Minyak kayu manis, minyak
kayu putih dan Oleum Anisi mengalami perubahan volume minyak atsiri. Hal ini
karena penambahan NaCl pada minyak atsiri akan menyebabkan terjadinya reduksi
minyak atsiri dalam NaCl (Rany, dkk. 2019).
Uji keempat adalah uji kelarutan dalam etanol. Pada uji kelarutan dalam
etanol, etil asetat, dan petroleum eter. Minyak atsiri bersifat non polar, maka hasil
yang didapatkan pada hasil uji coba bahwa tingkat kelarutan Minyak Cengkeh,
Minyak Mentha, Minyak kayu manis, minyak kayu putih dan Oleum Anisi yaitu
petroleum eter, kloroform, dan etanol. Hal ini karena minyak atsiri mudah larut pada
pelarut non polar (petroleum eter) dan semi polar (kloroform) daripada dengan
alcohol yang bersifat polar.
Uji kelima adalah uji senyawa fenol. Pada uji senyawa fenol, minyak mentha
dan minyak cengkeh mengalami perubahan warna menjadi kehitaman pada
penambahan FeCl3. Hal ini karena menunjukkan adanya gugus oH dalam minyak
atsiri tersebut baik jenis fenol maupun alcohol. MInyak kayu manis mengalami
perubahan menjadi hijau kehitaman sehingga minyak kayu manis memiliki polifenol
didalamnya. Namun, pada minyak kayu putih hanya berwarna jingga sehingga
minyak kayu putih tidak mengandung fenol. Pada Oleum anisi tidak mengalami
perubahan warna menjadi kehitaman melaikan hanya berwana jingga. hal ini dapat
terjadi karena kandungan fenol dalam oleum anisi hanya sedikit, sehingga tidak
terjadi perubahan warna.
Uji keenam adalah uji reduksi volume dengan NaOH. Pada uji reduksi volume
dengan NaOH, Minyak Mentha, minyak kayu manis dan minyak cengkeh mengalami
reduksi volume oleh NaOH sedangkan minyak kayu putih dan Oleum Anisi tidak
mengalami reduksi volume oleh NaOH.
Untuk mengidentifikasi komponen khusus di dalam minyak atsiri, dilakukan empat jenis
pengujian yaitu uji osazon untuk oleum cinnamomi, uji ada tidaknya eugenol dalam oleum
caryophylli, uji perbedaan Cubeba fructus dan Piperis nigri Fructus, dan terkahir adalah uji
adanya Felandren pada piperis nigri fructus.
Pada uji yang pertama, yaitu uji osazon, sampel yang diujikan ialah oleum cinnamomi atau
minyak kayu manis. Pengujian di mulai dengan mencampurkan sari cinnamomi cortec
dengan klorofom dengan tujuan agar kandungan lemak dapat terekstrasi, hal ini dikarenakan
fungsi klorofom ialah sebagai pelarut yang dapat mengekstrasi komponen tidak larut dalam
air. Klorofom akan membantu terlihatnya bentuk endapan sesungguhnya karena memisahkan
lemak (miyak) dari para zat pengotor. Selanjutnya ketika sampel yang telah ditetesi klorofom
telah mengering pada gelas objek, diberikan tetesan fenilhidrazin hidroklorida, dan akan
terlihat kristal yang berbentuk seperti jarum dengan warna kecoklatan samar. Hal ini
menandakan reaksi positif pada uji osazon.
Pada uji yang kedua, dilakukan pengujian untuk melihat ada atau tidaknya eugenol dalam
Oleum caryophylli atau minyak cengkeh. Pengujian dimulai dengan meneteskan sampel
minyak cengkeh pada dua gelas objek. Pada gelas objek pertama ditambahkan dengan larutan
basa NaOH 3% yang dijenuhi dengan kalium bromida, dan pada gelas objek yang lain
ditambahkan larutan FeCl3. Pada gelas objek pertama akan terlihat adanya kristal natrium
eugenolat pada mikroskop yang berbentuk persegi atau persegi panjang, hal ini menandakan
adanya kandungan eugenol pada minyak cengkeh, karena terjadi reaksi sebagai berikut.
Pada gelas objek yang kedua, ditambahkan FeCl3 dan akan terbentuk warna coklat sebagai
bukti telah terjadinya reaksi klorinasi pada eugonol di dalam minyak cengeh dengan katalis
FeCl3. Pada hasil akhir juga akan terbentuk Fe(OH) 3 yang cenderung membawa warna coklat.
Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut.
Pada uji ketiga dilakukan pengujian untuk membedakan cubeba fructus dan piperis nigri
fructus. Pengujian dilakukan dengan meletakkan sampel serbuk cuceba fructus dan piperis
nigri fructus pada masing-masing gelas objek, lalu tiap-tiap gelas objek ditetesi dengan
H2SO4 pekat. Dengan latar belakang berwarna putih, kedua sampel mengalami perubahan
warna yang berbeda setelah ditetesi asam sulfat. Pada cubeba fructus terjadi perubahan warna
menjadi warna merah dan pada piperis nigri fructus terjadi perubahan warna menjadi kuning.
Pada uji terakhir dalam identifikasi komponen khusus, dilakukan uji ada / tidaknya
Felandren pada piperis nigri fructus. Sampel dicampurkan dengan petroleum eter pada tabung
reaksi lalu dilakukan pengocokan. Kemudian dicampurkan dengan larutan natrium nitrit dan
ditambahkan asam asetatglacial sedikit demi sedikit. Dalam waktu kurang lebih 10 menit
terlihat adanya kristal panjang yang terbentuk seperti jarum. Kristal ini menandakan bahwa
piperis nigri fructus mengandung felandren pada minyak atsirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amenta JS. 1970. A rapid extraction and quantification of total lipids and lipid fractions in
blood and feces. Clin Chem 14(4): 399-346
Dspace.id, (n.d), BAB III DASAR TEORI, Diakses pada tanggal 10 November 2021,
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1742/05.3%20bab%203.pdf?
sequence=10&isAllowed=y
Suarsa Wayan, 2018, pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas, Diakses pada
tanggal 10 November 2021,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/86524bcace8f3dc02ed7a3ad8e71e
f82.pdf