Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah bagian bunga dari tanaman

telang (Clitoria ternatea L) yang diambil dari Desa Tanjung Benoa Kecamatan

Kuta Selatan Kabupaten Badung untuk mengetahui jenis senyawa yang

terkandung dalan bunga Clitoria ternatea dan untuk mengetahui aktifitas

antioksidan Clitoria ternatea. Pertama dilakukan proses determinasi tanaman

yang bertujuan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman yang digunakan

pada penelitian dan mengindari adanya kesalahan pengambilan sampel. Kemudian

dilanjutkan dengan ekstraksi sampel, uji parameter non spesifik dan spesifik,

pengujian golongan senyawa dengan Kromatogradi Lapis Tipis, dan pengujian

aktifitas antioksidan pada bunga telang. berikut pembahasan langkah-langkah

yang akan dilakukan:

6.1 Penyiapan Bahan

Bunga telang segar yang diambil berukuran ± 3 cm dilakukan pemisahan

kembang dengan pangkal bunga. Kemudian disortasi basah untuk memisahkan

kotoran atau bahan-bahan asing lainnya yang masih menempel pada bunga.

Pemisahan dari kotoran ini bertujuan mengurangi kontaminasi awal yang dapat

mengganggu proses selanjutnya dan mengurangi cemaran mikroba. (Ningsih,

2016) Selanjutnya dilakukan proses pencucian untuk mengilangkan tanah dan

pengotor lainnya yang masih menempel pada bunga. Proses ini dilakukan dengan

1
menggunakan air bersih yang mengalir. Setelah itu dilakuakan perajangan dengan

menggunakan pisau stainless steel.

2
6.2 Ektrasi Bunga Telang

Bahan yang telah dirajang dipotong menjadi bagian kecil dengan bantuan blender. Ini

bertujuan untuk memperluas bidang kontak antara sampel dengan pelarut pada saat proses

ekstraksi. Semakin luas bidang kontak antara simplisia dengan pelarut maka akan semakin

banyak jumlah zat kimia yang akan terekstraksi. Ekstraksi bunga telang yang dilakukan dengan

bantuan gelombang ultrasonik menggunakan pelarut etanol 96%. Pemilihan metode ekstraksi

dikarenakan waktu ekstraksi singkat, rendahnya energi yang digunakan dan sedikitnya pelarut

yang diperlukan. Energi ultrasonik berperan besar dalam menciptakan pencampuran yang efektif,

perpindahan energi yang cepat, menurunkan gradien termal dan suhu ekstraksi, sangat selektif

dalam mengekstraksi bahan aktif, dan ukuran peralatan yang kecil, (Endarini, 2016). Dengan

bantuan ultrasonik, proses ektraksi senyawa organik pada tanaman dengan menggunakan pelarut

organik dapat berlangsung lebih cepat. Dinding sel dari bahan dipecah dengan getaran ultrasonik

sehingga kandungan yang ada di dalamnya dapat keluar dengan mudah (Mason, 1990; Sholihah

2017). Pemilihan pelarut etanol 96% yaitu senyawa polar yang mudah menguap, tidak toksik dan

pelarut pilihan utama untuk mengekstraksi metabolit sekunder yang belum diketahui strukturnya dan

untuk tujuan skrining (Saifudin.2014).

Proses ekstraksi Bunga telang segar yang telah dipotong dihaluskan dengan cara diblender

Ditimbang sebanyak 100 gram bunga telang ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 700 ml

rasio bahan:pelarut 1:7 (b/v). Pemilihan rasio ekstraksi tersebut merupakan rasio bahan:pelarut

dengan perlakuan terbaik berdasarkan penelitian (Winata,2015) dimana pada penlitian tersebut

menghasilkan rendemen, kadar antosianin dan aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan rasio

bahan:pelarut yang lain. lalu diultrasonik selama 3 x 3 menit. Setiap 3 menit dilakukan pengadukan

sebelum diultrasonik kembali. Hasilnya disaring, filtrat ditampung, residu yang didapatkan

dimasukkan ke beaker gelas, ditambah 700 mL etanol 96% dan diultrasonik kembali selama 3 x

3
3 menit, filtrat digabung dengan filtrat pertama. Demikian seterusnya hingga total pelarut etanol

96% yang digunakan sebanyak 2100 mL. Selanjutnya, semua filtrat yang diperoleh dipekatkan

menggunakan rotary evaporator yang dilengkapi dengan pompa vacum, dengan adanya pompa

vacum pada rotary evaporator maka penguapan pelarut dapat dilakukan di bawah titik didih

pelarut dan proses penguapan dapat berlangsung lebih cepat. Setelah penguapan rotary

evaporator kemudian dimasukan ke dalam oven untuk menguapkan sisa pelarut penggunaan

oven disini bertujuan untuk meguapkan sisa etanol dari penguapan menggunakan rotary

evaporator. Suhu yang di gunakan pada proses penguapan di oven adalah 40 °C. Penguapan

akan di hentikan ketika ekstrak yang diuapkan sudah kental. Dari proses ekstraksi didapatkan

ektrak kental sebanyak 9 gram, selanjutnya dihitung nilai persen rendemen ektrak. Nilai persen

rendemen ektrak yang didapat 9%. Nilai rendemen digunakan untuk mengetahui nilai ekonomis

suatu produk atau bahan. Semakin tinggi nilai rendemennya, maka semakin tinggi pula nilai

ekonomisnya sehingga pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif (Hariyanto,2017).

5.3 Stadarisasi Ekstrak

Standarisasi ekstrak dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ekstrak yang aman dan

stabilitasnya teruji sehingga sediaan yang dihasilkan merupakan sediaan yang terjamin mutunya.

Pada penelitian telah dilakukan standarisasi non spesisik dan standarisasi spesifik untuk ekstrak

etanol 96% bunga telang. Standarisasi non spesifik yang dilakukan adalah susut pengeringan

sedangkan standarisasi spesifik yang dilakukan adalah organoleptis.

5.3.1Uji Parameter Non Spesifik

A. Hasil Uji Susut Pengeringan

4
Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui kadar air dan pelarut yang tersisa

di dalam ekstrak sehingga dapat diketahui ekstrak yang digunakan tergolong ekstrak cair, kental

atau kering. Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk mendapatkan persentase senyawa

yang mudah menguap atau menghilang selama proses pemanasan, tidak hanya menggambarkan

air yang hilang tetapi juga senyawa menguap lain, misalnya minyak atsiri dan sisa pelarut

organik Hasil penetapan susut pengeringan menunjukkan ekstrak yang diperoleh termasuk

ekstrak kental. Hasil standarisasi susut pengeringan ekstrak etanol 96% bunga telang adalah

8.514 ± 0,756 % dimana hasilnya memenuhi nilai standarisasi yang terdapat dalam Farmakope

Herbal Indonesia Edisi I (2008) tidak lebih dari 12%.(Rivai, 2013)

5.3.1 Uji Parameter Spesifik

Pengujian parameter spesifik yaitu pengujian organoleptis bertujuan untuk mengetahui

bnetuk, warna, dan bau dari ekstrak yang akan diuji serta merupakan pengujian awal yang

sederhana dan subyektif .

5.4 Hasil Skrining Fitokimia Dengan KLT

Uji penegasan golongan senyawa metabolit yang terkandung dalam ekstrak menggunakan

KLT. Kromatogafi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia dengan dua fase yaitu fase

diam dan fase gerak, dimana prinsip pemisahan senyawa menggunakan KLT adalah perbedaan

kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Uji penegasan menggunakan

kromatografi lapis tipis dilakukan pada golongan senyawa dibawah ini

5.4.1 Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid

Hasil identifikasi metabolit sekunder senyawa alkaloid pada ektrak etanol 96% bunga telang

secara KLT dengan fase gerak Kloroform:metanol:amonia (85:15:1) terdapat lima spot noda
5
berwarna jingga dengan Rf 0.11, 0.16, 0.24, 0.31, 0.94 setelah disemprot dengan dragendorf LP.

Diduga lima spot noda adalah senyawa alkaloid karena noda berwarna jingga setelah disemprot dengan

dragendorf LP. Hasil ini menunjukkan bahwa ektrak etanol 96% bunga telang mengandung senyawa

alkaloid (harbone, 1987)

5.4.2 Identifikasi Senyawa Golongan Terpenoid

Hasil identifikasi metabolit sekunder senyawat terpenoid pada ektrak etanol 96% bunga

telang secara KLT dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (7:3) terdapat satu spot noda berwarna

jingga dengan Rf 0.97 setelah disemprot dengan Liberman Buchard. Diduga spot noda tersebut

adalah senyawa terpenoid karena noda berwarna jingga setelah disemprot dengan Liberman Buchard.

Hasil ini menunjukkan bahwa ektrak etanol 96% bunga telang mengandung senyawa terpenoid.

(Anam,2015)

5.4.3 Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid

Hasil identifikasi metabolit sekunder senyawat flavonoid pada ektrak etanol 96% bunga

telang secara KLT dengan fase gerak asam asetat glacial : butanol : air (1:4:5) terdapat satu spot

noda dengan Rf 0.5, 0.64, 0.73, 0.98. Dari hasil KLT terlihat adanya noda berwarna kuning cokelat

setelah diuapkan dengan ammonia dan berflouresensi biru pada UV 366 nm pada Rf 0,64 yang diduga

adalah senyawa golongan flavonoid. Warna. Menurut Markham (1998), terdapat penafsiran warna

bercak dari segi struktur flavonoid, yang dimana pada sinar UV 366 nm sebelum diuapkan dengan

ammonia terdapat noda fluoresensi biru muda dan setelah diuapkan dengan ammonia yang terjadi

perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan atau menjadi fluoresensi murup biru muda maka jenis

flavonoid yang mungkin terkait yaitu Isoflavon yang tak mengandung 5-OH bebas, seperti yang terlihat

pada gambar 2. Penelitian lain yang telah dilakukan juga menunjukkan hasil positif flavonoid yang

terkandung dalam Patikan KeboBiru pada sinar UV 366nm dan setelah penguapan dengan

6
ammonia pada sinar tampak terbentuk warna kuning kecoklatan setelah diuapkan dengan Uap

ammonia. (Yuda dkk,2017)

5.4.4 Identifikasi Senyawa Golongan Saponin

Hasil identifikasi metabolit sekunder senyawat saponin pada ektrak etanol 96% bunga telang

secara KLT dengan fase gerak butanol-asam asetat glasial-aquades (50:10:40) terdapat satu spot

noda berwarna kuning dengan Rf 0.086, 0.142, 0.171 0.357, 0.457 Warna kuning pada sinar

sinar tampak setelah penyemprotan dengan anisaldehid-asam sulfat dan setelah dipanaskan pada

suhu 100oC selama 10 menit (wagner,1984)

5.4.5 Identifikasi Senyawa Golongan Tanin

Hasil identifikasi metabolit sekunder senyawa tanin pada ektrak etanol 96% bunga telang

secara KLT dengan fase gerak metanol-air (6:4) terdapat satu spot noda berwarna hitam dengan

Rf 0.86 pada sinar sinar tampak setelah penyemprotan dengan FeCl 3 5%. Diduga pada Rf 0,87

adalah senyawa tanin karena noda berwarna hitam setelah disemprot dengan FeCl 3 5%. Hasil ini

menunjukkan bahwa ektrak etanol 96% bunga telang mengandung senyawa tannin (Yuda dkk,2017)).

5.5 Pengujian Aktifitas Antioksidan Pada Ekstrak Etanol 96% Bunga Telang

5.5.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan Panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui λ yang dimiliki

serapan tinggi. Pengukuran sampel harus dilakukan pada Panjang gelombang maksimum agar

kepekaanya lebih maksimal dan meminimalkan kesalahan karena pada panjang gelombang

tersebut perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Pada

7
daerah sekitar Panjang gelombang maksimum, benuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi

tersebut hukum lambert-beer terpenuhi (gandjar dan rohman 2007).

Radikal DPPH memiliki warna ungu dan memberikan absorbansi maksimum pada Panjang

gelombang 515-529 nm (Prakash,2007) hasil penentuan Panjang gelombang DPPH diperoleh

λmax sebesar 515.38 nm. Hasil spektra dapat dilihat pada lampiran. .

5.5.2 Pengukuran Potensi Antioksidan Pada Ekstrak

Pengujian aktifitas antioksidan bunga telang dilakukan pada Panjang gelombang 515.38

dengan variasi konsentrasi yang akan di uji dimana akan di buat lima konsentrasi yang berbeda –

beda yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 70 ppm dan 80 ppm. Tujuan dari pemilihan variasi

konsnetrasi pada penlitian ini adalah untuk mendapatkan kurva linieritas dimana pada kurva ini

nantinya akan di lihat apakah dengan peningkatan konsentrasi sampel dapat berbanding lurus

dengan peningkatan daya hambat dari sampel tersebut.

Pengujian aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan instrumen Spektrfotometer

UV-Vis double beam karena memiliki keuntungan yaitu nilai blangko dapat langsung di ukur

bersamaan dengan larutan sampel yang akan diuji dalam satu kali proses. Pengukuran

antioksidan dengan metode DPPH adalah metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat

dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti halnya metode lain. Hasil pengukuran dengan

metode DPPH menunjukkan kemampuan antioksidan sampel secara umum, tidak berdasarkan

pada jenis radikal yang dihambat (Sayuti,2015). Pada metode lain selain DPPH membutuhkan

reagen kimia yang cukup banyak, waktu analisis yang lama, biaya yang mahal dan tidak selalu

dapat diaplikasikan pada semua sampel (Sayuti,2015). Pada metode ini, larutan DPPH berperan

8
sebagai radikal bebas yang akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan

berubah menjadi 1,1- diphenyl-2-picrylhydrazin yang bersifat non-radikal. Peningkatan jumlah

1,1- diphenyl-2-picrylhydrazin akan ditandai dengan berubahnya warna ungu tua menjadi warna

merah muda atau kuning pucat dan bisa diamati dan dilihat menggunakan spektrofotometer

sehingga aktivitas peredaman radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan (Molyneux, 2004).

Gambar Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan(Sayuti,2015)

Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% bunga telang menunjukan hasil yaitu

setiap konsentrasi mengalami perubahan persen peredaman, semakin besar konsentrasi, maka

kemampuan ekstrak etanol 96% bunga telang untuk meredam radikal bebas juga semakin kuat.

Dari kurva hubungan antara konsentrasi larutan uji dengan persen peredaman didapat persamaan

regresi yaitu y = 0,4786x + 15.974. R²= 0,9943.

Kurva regresi juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi

dengan persen peredaman. Hal ini diperlihatkan dengan nilai r (koefisien korelasi), dan R2

(Koefisien determinasi) diatas 0,90 nilai r menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

konsentrasi sampel dengan presentase peredaman. Dari nilai R2 dapat di ketahui bahwa terdapat

keeratan hubungan yang signifikan antara konsentrasi pelarut dengan persentase peredaman yang

di amati dengan derajat keeratan sebesar 0,9943. Hal ini menunjukan bahwa lebih dari 99%

9
penghambatan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan, sedangkan kurang dari 1% di pengaruhi oleh

faktor lain seperti kurang ketelitian dalam penimbangan, penambahan pelarut, pemipetan atau

adanya pengotor pada larutan. (filianty dan Marta, 2008).

Syarat linearitas dapat ditentukan dari koefisien korelasi dan koefisien determinasi yang

mendekati = 1. Artinya kurva ini memiliki linearitas yang baik karena memiliki koefisien korelasi dan

koefisien determinasi yang mendekati 1 sehingga dapat digunakan sebagai standar untuk penentuan

kandungan antioksidan, semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak, semakin meningkat pula

aktivitas antioksidannya (Mega 2014). Nilai R² menggambarkan linieritas konsentrasi terhadap

persen peredaman. Hal ini berkaitan dengan jumlah senyawa metabolit sekunder yang terlarut di

dalam ekstrak dan memiliki aktivitas antioksidan (Prawirodihardjo, 2014). Selanjutnya dilakukan

perhitungan nilai IC50 berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dengan mengganti nilai y=

50. Nilai IC50. Secara spesifik , suatu senyawa di katakan sebagai antioksidan sangat kuat jika

nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat jika IC50 bernilai 50 – 100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100

– 150 ppm dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 ppm (Supiyanti, 2010 dalam Wulandari dan

Idiawati, 2013). Berdasarkan hasil perhitungan nilai IC50 yang diperoleh sebesar 71.09486 ppm,

ekstrak etanol 96% bunga telang memiliki aktivitas antioksidan dalam katagori kuat.

10

Anda mungkin juga menyukai