1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan adalah lingkungan
geografis (iklim, tanah, air, bentuk permukaan tanah, letak),Saling kontak antar bangsa (perdagangan, migrasi, agama, buku, radio, majalah),Faktor ras induk bangsa.Ciri-ciri tubuh membuat sifat dan jiwa rohaninya berbeda sehingga berpengaruh pula pada pembentukan kebudayaan. Ada dua cara kebudayaan atau unsur-unsur kebudayaan itu menyebar, yaitu dengan Akulturasi dan Difusi.Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Prosesnya akulturasi terjadi dalam dua cara, yaitu: Akulturasi damai dan Akulturasi ekstrim, terjadi dengan kekerasan, perang, penaklukkan.Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Sedang difusi atau akulturasi kebudayaan dapat terjadi dengan cara Perembesan secara damai,Peperangan,Desintegrasi Kebudayaan tercipta karena kebiasaan yang berkembang dan diterima oleh masyarakat serta berpengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat tersebut. Kebudayaan dapat tercipta juga karena pengaruh manusia dan pola pikir yang mengakibatkan sebuah kebudayaan baru melekat pada diri manusia.Adapun dorongan yang membantu proses terjadinya kebudayaan di masyarakat adalah : a. Dorongan Naluri, yaitu timbul semata-mata karena dorongan naluri. Misalnya, seorang bayi secara naluri akan menangis apabila dia merasakan lapar atau haus. b. Dorongan Indrawi, yaitu timbul karena rangsangan yang dirasakan oleh manusia melalui panca indranya, seperti penglihatan, peraba, pendengaran, dan pengecap. Misalnya, karena mengamati pemandangan di kampung, akhirnya kamu bisa menghasilkan lukisan pemandangan yang indah. c. Dorongan Akal, yaitu sebuah dorongan yang muncul karena kemampuan kita sebagai manusia yang dapat memanfaatkan akal dan pikiran untuk kemudahan hidup kita. Misalnya, untuk memudahkan menggambar sebuah lingkaran, akhirnya diciptakan lah sebuah alat bernama jangka. d. Dorongan Religi, yaitu dorongan yang dirasakan karena dasar kepercayaan atau dorongan rohani. Misalnya, karena kepercayaan, manusia akhirnya melahirkan tradisi atau kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan kegiatan keagamaan, seperti ritual pemakaman yang diiringi oleh doa-doa atau tradisi sejenis 2. Fungsi kebudayaan yang dimaksud adalah mendasari mendukung dan mengisi masyarakat dengan nila-nilai hidup untuk dapat bertahan,menggerakan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup yang lebih baik,manusiwi,dan berperikemanusiaan.Dan merupakan penerapan nyata dari berbagai kesepakatan bersama yang telah menjadi acuan hidup suatu kaum. Budaya dapat mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap dalam menghadapi suatu masalah maupun fenomena sosial lainnya dan mengatur hubungan antar sesame manusia.Serta berfungsi sebagai penentu batas, artinya kebudayaan dapat menciptakan perbedaan yang membuat setiap kelompok masyarakat unik dan membedakannya dengan kelompok masyarakat lain. Budaya berfungsi untuk memberikan rasa identitas pada anggota kelompoknya dan sebagai penyaring yang selektif bagi manusia dalam menhhadapi dunia luar untuk menentukan apa yang perlu diperhatikan atau perlu dihindari. 3. a. Faktor pendorong terjadinya perubahan social di masyarakat : Perubahan jumlah penduduk Kasus pertambahan penduduk pada suatu daerah berakibat penuhnya tingkat kepadatan masyarakatnya. Hal tersebut menyebabkan lapangan pekerjaan semakin menipis hingga akhirnya beberapa orang pindah ke tempat lain dan menghasilkan perubahan sosial. Adanya penemuan baru Dalam faktor ini, penemuan baru dari teknologi ternyata juga bisa mengubah sistem individu ketika menjalin kehidupan bersama individu lain. Berkat adanya hal baru yang bisa digunakan dalam interaksi, maka kinerja beberapa manusia semakin digantikan hingga perubahan sosial terjadi. Sebagai contoh, penemuan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram membentuk perubahan sosial baru di kehidupan masyarakat. Pertentangan atau konflik Perselisihan ini bisa dianggap sebagai perbedaan kepentingan yang dimiliki masing-masing kelompok masyarakat. Bisa terlihat dari kasus bedanya kepentingan kehidupan kelas atas dan kelas bawah. Berkat ini, perubahan sosial dapat terjadi, baik secara lambat maupun cepat. Sistem masyarakat terbuka Quipperian, adanya open stratification dalam masyarakat memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal. Situasi kondisi ini memberi kesempatan seseorang untuk menempati strata yang lebih tinggi. Melalui kerja keras dan melakukan perubahan-perubahan seorang individu mencapai kemajuan diri guna meningkatkan strata. Jadi, semakin terbuka sistem lapisan masyarakat semakin besar peluang untuk melakukan perubahan-perubahan yang tentunya menuju ke arah yang lebih baik.
b. Faktor penghambat terjadinya perubahan social di masyarakat :
Kurangnya hubungan komunikasi maupun interaksi antar kelompok masyarakat
bisa menghambat perubahan sosial. Alasannya karena masyarakat menjadi statis sehingga tidak memudahkan perubahan-perubahan baru di masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat Faktor ilmu pengetahuan yang lambat atau antipati terhadap ilmu-ilmu baru juga mempengaruhi perubahan sosial. Dengan kurangnya ilmu pengetahuan, masyarakat kemudian menjadi stagnan sehingga kebudayaan tidak berkembang. Pemikiran masyarakat yang masih tradisional Pemikiran tradisional dan enggan membuka pada "perubahan baru" menjadikan masyarakat tidak berkembang. kepentingan yang tertanam kuat (vested interest) Kepentingan individu atau kelompok demi ambisi pribadi juga bisa menghambat perubahan sosial. Individu atau kelompok berkepentingan itu akan berupaya menghambat setiap ada perubahan-perubahan baru yang mengusik kepentingan mereka. 4. Konformitas terjadi ketika seseorang belajar bahwa dengan melancarkan konformitas bisa membantu mereka mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang diinginkan. Sumber konformitas ini dikenal sebagai pengaruh sosial normatif karena pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku untuk mencukupi harapan orang lain sehingga akan menimbulkan perubahan sikap dan tingkah laku untuk meniru perilaku orang lain karena tekanan yang nyata maupun tekanan yang dibayangkan