Anda di halaman 1dari 7

UJI ALKALOID DAN FLAVONOID PSIDII FOLIUM MENGGUNAKAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

ALKALOID AND FLAVONOID TEST PSIDII FOLIUM USING THIN


LAYER CHROMATOGRAPHY METHOD (TLC)

Lia Wanda Oktavianti, Mareta Nur Aisyah, Ervina Oktalia Eka S, Andarvina

S1 Farmasi 2018 STIKES RUMAH Sakit Anwar Medika Sidoarjo

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial,
dimana hasil alam yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat adalah
tanaman. Salah satu bahan alam yang dikenal masyarakat yaitu daun Jambu
(Psidii Folium). Tujuan penelitian ini untuk mengindentifaksi senyawa alkaloid
dan flavonoid dari simplisia Psidii Folium. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling. Sampel diuji secara kualitatif dengan
metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis. Prinsip
Kromatografi Lapis Tipis yaitu pemisahan senyawa multi komponen dengan
menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.

Kata kunci: Psidii Folium, Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri


UV-Vis dan Simplisia.

ABSTRACT

Indonesia is one of the potential medicinal plants producing countries, where the
most widely used natural products as medicinal raw materials are plants. One of
the natural ingredients known to the public is Jambu leaves (Psidii Folium). The
purpose of this study was to identify alkaloids and flavonoids from Psidii Folium
simplicia. The sampling technique was carried out by purposive sampling. The
samples were tested qualitatively by thin layer chromatography method and UV-
Vis spectrophotometry. The principle of Thin Layer Chromatography is the
separation of multi-component compounds using two phases, namely the
stationary phase and the mobile phase.

Key words: Psidii Folium, Thin Layer Chromatography (TLC), UV-Vis


Spectrophotometry and Simplicia.

1
Pendahuluan (Introduction)
Nama Simplisia Psidii Folium
Kerajaan Plantae
Ordo Myrtales
Famili Myrtaceae
Upfamili Myrtoideae
Bangsa Myrteae
Genus Psidium
Spesies Psidium guajava
Folium adalah merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang tumbuh
pada bagian paling atas dari tumbuhan. Pada umumnya daun berwarna hijau. Zat
warna hijau pada daun disebut klorofil. Berdasarkan uraian diatas maka kelompok
kami melakukan pengamatan dengan menggunakan Simplisia Psidii Folium
dengan mengunakan metode Kromatografi Lapis Tipis dan Sprektrofotometri
UV-Vis Senyawa Alkaloid dan Flavonoid.
Kromatogafi lapis tipis adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua
fase atau lebih, salah satunya bergerak berkesinambungan dalam arah tertentu
dan di dalam zat-zat itu menunjukan perbedaan mobilitas yang disebabkan
adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan ion, sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi dengan metode
analitik (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Teknik kromatografi biasanya membutuhkan zat terlarut yang terdistribusi
antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan
dalamKLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara
10-30 μm. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya, jika
sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusinya.
Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang
melebar dan puncak ganda. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica
dan serbuk selulosa, sedangkan mekanisme yang utama dalam KLT adalah partisi
dan adsorpsi.Fase gerak merupakan pelarut pengembang yang akan bergerak
sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara mekanik
(ascending) atau karena pengaruh grafitasi pada pengembangan secara menurun
(descending) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi dapat dibedakan dalam beberapa macam tergantung dari
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannyakromatografi
dibedakan menjadi : kromatografi adsorpsi ;kromatografi partisi; kromatografi
pasangan ion ; kromatografi penukar ion; kromatografi eksklusi ukuran dan
kromatografi afinitas. Berdasarkan pada penggunaan alat yang digunakan dapat
dibedakan menjadi : kromatografi kertas; kromatografi lapis tipis (KLT);
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi gas(Gandjar dan
Rohman, 2007).
Parameter dari kromatografi lapis tipis adalah faktor retensi (Rf)
merupakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh
fase gerak.Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖
Rf : 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Nilai Rf biasanya lebih kecil dari 1, sedangkan jika dikalikan dengan 100
akan bernilai 1-100, sehingga parameter ini dapat digunakan untuk
perhitungan kualitatif dalam pengujian sampel pada kromatografi lapis tipis
(Sumarno,2001). Pada Rf kurang 0,2 belum terjadi kesetimbangan antara
komponen senyawa dengan fase diam dan fase gerak sehingga bentuk noda
biasanya kurang simetris. Pada bilangan Rf diatas 0,8 noda analit akan
diganggu oleh absorbansi pengotor lempeng fase diam yang teramati pada
visualisasi dengan lampu UV (Wulandari,2011).

3
Analisis Data
Untuk menghitung Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap
senyawa berlaku rumus sebagai berikut. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas
rumus :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖
Rf : 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Metodologi
Bahan
Psidii Folium, Larutan NH4OH, kloroform, metanol, eluen etil asetat : methanol :
air (100 : 18,5 : 13, 5) eluen MeOH : air (4:1)
Alat
Tabung Reaksi, Pipet tetes, chamber, plat KLT, Plat tetes, Pipa Kapiler, Gelas
ukur 10 ml.
Cara Kerja :
Uji alkaloid
1. Menimbang 2 gram serbuk simplisia, masukkan dalam tabung reaksi
2. Mengekstraksi simplisia serbuk dengan 5 ml etanol dan 5 ml larutan
NH4OH, mengocoknya selama 5 menit, filtrate dipisah
3. Ekstrak yang diperoleh ditambah kloroform sama banyak, kocok selama 5
menit. Biarkan hingga terjadi pemisahan
4. Fase kloroform yang berada dibawah diambil dengan menggunakan pipet
tetes, fase kloroform siap diuji dengan KLT
5. Menotolkan ekstrak kloroform pada lempeng KLT
6. Elusi dengan sistem KLT
• Fase gerak : etil asetat : methanol : air (100 : 18,5 : 13, 5)
• Fase diam : Silika gel GF 254
• Penampakan noda : Dragendrorf
• Warna noda : jingga

4
Uji flavonoid
1. Menimbang 2 gram serbuk simplisia, masukkan dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 10 ml etanol, mengocoknya selama 5 menit
3. Mengambil fase methanol dengan cara penyaringan
4. Memasukkan fase metanol atau ekstrak metanol kedalam vial kering
5. Menotolkan ekstrak kloroform pada lempeng KLT
6. Catat hasil KLT pada lembar laporan uji kimia simplisia dengan lempeng
KLT
• Fase gerak : MeOH : Air (4:1)
• Fase diam : Silika gel GF 254
• Penampakan noda : Uap NH4OH
• Warna noda : Kuning intensif

Hasil dan Pembahasan


Pada praktikum kali ini, kami melakukan identifikasi senyawa alkaloid
dan senyawa flavonoid dari serbuk simplisia jambu biji dengan uji KLT. Bahan
yang kami gunakan antara lain, serbuk simplisia jambu biji, metanol yang
berfungsi sebagai pelarut sebuk simplisia, etanol yang juga berfungsi sebagai
pelarut serbuk simplisia, NH4OH 5% yang berfungsi sebagai pelarut, kloform
berfungsi sebagai pelarut nonpolar, etil asetat yang berfungsi sebagai pelarut. Alat
yang kami gunakan antara lain, pipet tetes yang berfungsimengambil fase
kloroform yang berada di bawah, kertas saring yang berfungsi menyaring ekstrak
simplisia, tabung reaksi yang berfungsi sebagai tempat membuat ekstrak
simplisia, sendok besi yang berfungsi untuk mengambil serbuk simplisia, corong
kaca yang berfungsi untuk memasukkan ekstrak simplisia dari tabung reaksi ke
erlenmeyer, lempeng KLT yang berfungsi untuk menguji KLT, pensil yang
berfungsi untuk membuat garis batas atas dan garis batas bawah pada lempengg
KLT, plat tetes yang berfungsi untuk meletakan fase kloroform yang akan diuji
KLT, erlenmeyer yang berfungsi sebagi tempat hasil penyaringan ekstrak, pipa
kapiler KLT yang befungsi untuk menotolkan fase kloroform ke lempeng KLT.

5
Pada uji kandungan senyawa alkaloid dilakukan perlakuan, yang pertama
ditimbang 2 gram serbuk simplisia jambu biji, dimasukkan dalam tabung reaksi.
Kemudian mengetraksi simplisia serbuk dengan 5 mL etanol dan 5 mL larutan
NH4OH 5%, dikocok selama 5 menit. Ekstrak yang diperoleh disaring terlebih
dahulu menggunakan kertas saring lalu diambil 10 tetes dan ditambah kloroform
sama banyak, dikocok selama 5 menit. Biarkan hingga terjadi pemisahan. Fase
kloroform yang berada di bawah diambil dengan menggunakan pipet tetes dan
diletakkan pada plat tetes, fase kloroform siap diuji dengan KLT. Langkah
terakhir, ditotolkan ekstrak kloroform pada lempeng KLT yang sebelumnya suda
diberi garis batas atas dan batas bawah menggunakan pensil. Didapatkan nilai Rf
sebesar 0,0875dan berwarna jingga.
Pada uji kandungan senyawa flavonoid dilakukan perlakuan, yang pertama
ditimbang 2 gram serbuk simplisia jambu biji, dimasukkan dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 10 mL metanol, dikocok selama 5 menit. Pengambilan
fase metanol dengan cara penyaringan. Diambil sedikit fase metanol atau ekstrak
metanol menggunakan pipet tetes lalu letakkan di atas plat tetes. Setelah itu,
ditotolkan ekstrak metanol ke lempeng KLT yang sudah diberi garis batas atas
dan batas bawah menggunakan pensil. Didapatkan nilai Rf sebesar 0,812 dan
berwarna kuning intensif

6
Kesimpulan
Daun jambu biji yang diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol dan
amonnium hidroksida dengan fase gerak fraksi etil asetat:methanol:air(100 : 18,5 :
13, 5) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid. Uji fitokimia
terhadap psidii folium untuk diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol
positif dengan fase gerak fraksi MeOH : Air (4:1) mengandung senyawa
flavonoid. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang
sederhana yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa organik.
Pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara
menotolkan sampel pada lempengan lapis tipis kemudian memasukkannya ke
dalam chamber yang berisi eluen dengan perbandingan pelarut tertentu. Prinsip
dari kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan senyawa berdasarkan kepolaran fase
diam dan senyawa yang diuji.

Pustaka
Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Hal 105
Anonim. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Hal 10 Dalimartha, Setiawan. 1999.
Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Marwa A.A. Fayed. 2015. Fruit (fructus). MarwaFayed1/fruits-52154708 (diakses
15 mei2020).
Satiadarma, Mulja, Tjahjono, dan Kartasasmita. Asas Pengembangan
Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University
Press.2004.

Anda mungkin juga menyukai