Dosen Pengampu :
Annisa Utami, M.Farm
Disusun Oleh :
1. Adelia Rahmawati ( 211030700493 )
2. Anjeli Rahmawati ( 211030700533 )
3. Ika Elvina Rahmawati ( 211030700486 )
4. Nabila Dara Amelia ( 211030700498 )
5. Santanida Lumban Toruan ( 211030700494 )
Kelas :
03FKKP007
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang memberi kesempatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang cara panen,
pembuatan, penanganan dan pemeriksaan mutu simplisia Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan dari segi manapun, oleh sebab itu penyusun mengucapkan mohon maaf.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan teman-teman yang memberi sumber
materi, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen pengajar yang telah
banyak memberi kesempatan dalam penyelesaian makalah ini. Demikianlah penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Pengertian....................................................................................................................3
2.2. Tahapan Pembuatan Simplisia....................................................................................6
2.3. Tahapan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia.............................................9
2.4. Tujuan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia.............................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
A. Cara Panen Simplisia
Tanaman obat yang berasal dari alam (non-budidaya), seharusnya dapat dipanen secara
berkelanjutan. "Berkelanjutan" ada lah prinsip manajemen pemanfaatan sumber daya alam
secara optimal dengan mempertimbangkan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Panen
berkelanjutan harus mempertimbangkan berbagai aspek antara lain umur tanaman, kondisi
populasi tanaman di alam, interval waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, alat
panen dan pengumpulan bahan.
Secara umum panen tanaman obat baik yang dari tanaman budidaya maupun tanaman liar
harus memperhatikan waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, dan peralatan
panen.
1. Waktu Panen
Waktu yang tepat untuk panen tanaman obat disesuaikan dengan:
kadar kandungan senyawa aktif,
bagian tanaman yang akan dipanen,
kondisi iklim untuk menghindari fermentasi, pertumbuhan jamur, atau pembusukan
bahan, dan
jumlah biomasa,
2. Bahan yang Dipanen
Identitas tanaman harus jelas agar tidak tercampur dengan tanaman lain yang tidak
diinginkan. Tanaman yang akan dipanen dipilih yang utuh dan sehat. Tanaman yang
terinfeksi jamur atau serangga tidak dipanen karena produk organisme tersebut dapat
mengubah profil kandungan kimia bahan bahkan menghasilkan racun.
3. Teknik Panen
Teknik panen bahan simplisia nabati terga ntung dari bag ian tanaman yang dipanen,
dirinci sebagai berikut:
1) Kulit batang (cortex): dari batang utama atau cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu. Untuk bahan yang mengandung minyak atsiri atau
3
4
4. Alat-alat Panen
Alat dan wadah yang digunakan untuk panen tanaman obat harus bersih dan
bebas dari sisa tanaman yang dipanen sebelumnya.
5
Jika wadah yang digunakan berupa plastik harus dipastikan memiliki sirkulasi
udara yang baik sehingga kelembaban di dalam wadah terjaga.
Ketika wadah tidak digunakan, dijaga agar tetap kering dan diletakkan dalam
ruang yang bersih, terhindar dari serangga, burung dan binatang lain.
5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Panen
Hasil panen berupa daun dan bunga yang lebih rapuh atau mudah membusuk
harus ditangani dengan hati-hati.
Kerusakan yang tidak semestinya harus dihindari agar tanaman yang dipotong
dapattumbuh kembali.
Kerusakan mekanis bahan yang dipanen harus dihindari untuk mencegah
perubahan kualitas bahan.
Gulma atau tanaman beracun yang mungkin mencampuri bahan simplisia dan
mengurangi kemurniannya harus dibuang.
Masing-masing jenis tanaman yang dipanen harus dimasukkan ke dalam wadah
terpisah.
B. Pembuatan Simplisia
Pengelolaan pasca panen tanaman obat / pembuatan simplisia merupakan suatu
perlakuan yang diberikan kepada hasil panen tanaman obat hingga produk siap dikonsumsi
atau menjadi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional atau obat alam. Pengelolaan pasca
panen bertujuan untuk melindungi bahan baku dari kerusakan fisik dan kimiawi, sehingga
dapat mempertahankan mutu bahan baku atau simplisia yang dihasilkan, terutama menjamin
keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan khasiat sediaan (produk akhir). Selain itu,
penanganan pasca panen juga bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku tanaman
obat yang bermutu dalam jumlah cukup dan berkelanjutan. Pengelolaan pasca panen dimulai
sesaat sejak bahan tanaman dipanen hingga 4 Penanganan Pasca Panen siap dikonsumsi.
Tahapan pengelolaan pasca panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi basah,
pencucian, penirisan, pengubahan bentuk,pengeringan, sortasi kering, pengemasan, dan
penyimpanan.
larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan kimia simplisia.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia adalah
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan
yang dikeluarkan oleh Deoartemen Kesehatan RI seperti Farmakope Indonesia, dan
Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum maka harus memnuhi persyaratan
seperti yang disebut pada paparan atau monografinya.
2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui.
3. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat yang meliputi : kandungan air,
termakan serangga atau hewan lain, ada tidaknya pertumbuhan kapang dan
perubahan warna atau perubahan bau.
4. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri dari pemeriksaan organoleptik warna,
bau, rasa, makroskopik dan mikroskopik pemeriksaan bentuk luar, morfologinya,
maupun anatominya, pemeriksaan fisika kelarutan, indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, rekristalisasi, mikrosublimasi dan kimiawireaksi warna,
pengendapan, pendesakan, penggaraman, rekasi kompleks, kromatografi KCKT,
KLT, Kolom, Kertas, Gas serta uji biologi penetapan angka kuman, dan
pencemaran.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang tersebar. Senyawa aktif terbentuk
secara maksimal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu.
2. Sortasi Basah
7
Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian
tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran yang dimaksud dapat
berupa tanah, kerikil, rumput, gulma, tanaman lain yang mirip, bahan yang telah busuk/rusak,
serta bagian tanaman lain yang memang harus dipisahkan dan dibuang. Sortasi basah
dilakukan secara teliti dan cermat. Kotoran ringan yang berukuran kecil dapat dipisahkan
menggunakan nyiru dengan arah gerakan ke atas ke bawah dan memutar. Kotoran akan
bertebangan dan memisah dari bahan simplisia. Kegiatan sortasi basah dapat juga dilakukan
bersamaan dengan pencucian dan penirisan. Pada saat pencucian, bahan dibolak-balik untuk
memisahkan kotoran yang menempel dan erikut dalam bahan.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat pada
bahan simplisia. Dilakukan dengan menggunakan air bersih (standar air minum), bisa air
sumber, air sumur atau air PAM. Khusus untuk bahan yang mengandung senyawa aktif
mudah larut dalam air; pencucian dilakukan secepat mung kin (tidak direndam). Pencucian
harus dilakukan secara cermat, terutama pada bahan simplisia yang berada di dalam tanah
atau dekat dengan permukaan tanah, misalnya rimpang, umbi, akar, dan batang yang
merambat serta daun yang melekat dekat dengan permukaan tanah. Bahan simplisia berupa
akar, umbi, batang, atau buah dan biji dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi mikroba awal, karena sebagianjumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan bahan simplsia dan dengan pencucian saja belum mampu membebaskan mikroba
tersebut.
4. Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air di
permukaan bahan dan dilakukan sesegera mungkin sehabis pencucian. Selama penirisan
bahan dibolak-balik untuk mempercepat penguapan, dilakukan di tempat teduh dengan aliran
udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan. Setelah air yang menempel di
permukaan bahan menetes atau menguap, bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang
sesuai.
5. Pengubahan Bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah menjadi bentuk lain,
misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk memudahkan kegiatan pengeringan,
penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan selanjutnya. Selain itu, proses ini
8
bertujuan untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas (terutama
keseragaman ukuran) serta meningkatkan kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan.
Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan, maka akan semakin cepat proses
penguapan air sehingga waktu pengeringannya menjadi lebih cepat. Namun ukuran hasil
rajangan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya senyawa aktif
yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu, untuk bahan simplisia berupa rimpang seperti jahe, temulawak, kunyit dan
sejenisnya harus dihindari oerajangan yang terlalu tipis agar dapat mencegah berkurangnya
minyak atsiri.
6. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia tidak rusak
dan dapat disimpan serta untuk menghentikan reaksi enzimatis dan meneegah pertumbuhan
kapang, jamur dan jasad renik lain. Dengan matinya sel tanaman, maka proses metabolisme
(seperti sintesis dan transformasi) terhenti sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak
diubah seeara enzimatik. Proses enzimatik disini sangat perlu mengingat senyawa aktif masih
berada dalam ikatan kompleks.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan suatu alat pengeringan. Hal–hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan
dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor–faktor tersebut harus
diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan.
Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah.
Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari
10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika
Indonesia atau Farmakope Indonesia.
7. Sortasi Kering
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk
memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat
proses sebelumnya.
8. Pengepakan dan Penyimpanan
Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang
ditempatkan dalam karung goni atau karung plastic praktis cara penyimpanannya, yaitu
dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup menjamin dan
9
melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan
seng mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis
dengan itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling
mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan
pemeliharaannya. Simplisia diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah, mutu,
dan cara penyimpanannya.
Tempat penyimpanan simplisia harus memenuhi syarat antara lain harus bersih,
tentutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar matahari
tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga
serangga atau tikus tidak dapat leluasa masuk, tidak mudah kebanjiran serta terdapat alas dari
kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk
meletakkan simplisia yang sudah dipak tadi. Pengeluaran simplisia yang disimpan harus
dilaksanakan dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal.
4. Reaksi kimia eksternal (terjadi reaksi kandungan aktif tanaman dengan wadah).
5. Dehidrasi: kehilangan air perlahan-lahan, menyebabkan simplisia menjadi keriput
6. Penguapan air; Simplisia higroskopis dapat menyerap kelembaban udara → kempal,
basah, atau mencair.
7. Pengotoran : debu, pasir, sekret hewan, dll
8. Serangga: cangkang, bekas kepompong, kulit serangga dll.
9. Kapang : toksin kapang.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun yang terbagi menjadi 3 yaitu, nabati, hewani dan mineral.
2. Tanaman obat baik yang dari tanaman budidaya maupun tanaman liar harus
memperhatikan waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, dan peralatan panen.
3. Tahapan pengelolaan pasca panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi
basah, pencucian, penirisan, pengubahan bentuk,pengeringan, sortasi kering, pengemasan,
dan penyimpanan.
4. simplisia dikatakan bermutu jika memenuhi persyaratan mutu yang tertera dalam
monografi simplisia, antara lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut
asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan kimia simplisia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Widyastuti, Yuli et all. 2011. Pedoman Umum Panen dan Pascapanen Tanaman Obat.
Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional.
Ningsih, Indah Yulia. 2016. Penanganan Pascapanen. Jember : Universitas Jember
Ulfayani Mayasari, Ulfayani., & Laoli, Melfin Teokarsa Laoli. “ Karakterisasi Simplisia dan
Skrining Fitokimia “. Vol. 2 No. 1, 2018 , h 7-13.
13