Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOGNOSI

CARA PANEN, PEMBUATAN, PENANGANAN DAN


PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA

Dosen Pengampu :
Annisa Utami, M.Farm

Disusun Oleh :
1. Adelia Rahmawati ( 211030700493 )
2. Anjeli Rahmawati ( 211030700533 )
3. Ika Elvina Rahmawati ( 211030700486 )
4. Nabila Dara Amelia ( 211030700498 )
5. Santanida Lumban Toruan ( 211030700494 )

Kelas :
03FKKP007

S1 FARMASI KLINIK DAN KOMONITAS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
TANGGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang memberi kesempatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang cara panen,
pembuatan, penanganan dan pemeriksaan mutu simplisia Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan dari segi manapun, oleh sebab itu penyusun mengucapkan mohon maaf.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan teman-teman yang memberi sumber
materi, penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen pengajar yang telah
banyak memberi kesempatan dalam penyelesaian makalah ini. Demikianlah penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Pengertian....................................................................................................................3
2.2. Tahapan Pembuatan Simplisia....................................................................................6
2.3. Tahapan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia.............................................9
2.4. Tujuan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia.............................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Berdasarkan asalnya, simplisia dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Simplisia nabati
Adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman (yaitu
isis sel yang keluar secara spontan dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya atau zat-zat nabati lain yang dipisahkan dari tanamannya secara tertentu).
b. Simplisia hewani
Adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia pelikan atau mineral
Adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Pengelolaan pasca panen
tanaman obat merupakan suatu perlakuan yang diberikan kepada hasil panen tanaman obat
hingga produk siap dikonsumsi atau menjadi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional
atau obat alam. Pengelolaan pasca panen bertujuan untuk melindungi bahan baku dari
kerusakan fisik dan kimiawi, sehingga dapat mempertahankan mutu bahan baku atau
simplisia yang dihasilkan, terutama menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan
khasiat sediaan (produk akhir). Selain itu, penanganan pasca panen juga bertujuan untuk
menjamin ketersediaan bahan baku tanaman obat yang bermutu dalam jumlah cukup dan
berkelanjutan. Pengelolaan pasca panen dimulai sesaat sejak bahan tanaman dipanen hingga
siap dikomsumsi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari cara panen, pembuatan, penanganan dan pemeriksaan mutu
simplisia ?
2. Bagaimana tahapan pembuatan simplisia ?
3. Bagaimana tahapan penanganan dan pemeriksaan mutu simplisia ?

1
2

4. Apa tujuan penanganan dan pemeriksaan mutu simplisia ?

1.3 Tujuan Pembahasan


2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari cara panen, pembuatan,
penanganan dan mutu simplisia
3. Mahasiswa mampu mengatahui tahapan pembuatan simplisia
4. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan penanganan dan pemeriksaan mutu
simplisia
5. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan penganan dan pemeriksaan mutu simplisia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
A. Cara Panen Simplisia
Tanaman obat yang berasal dari alam (non-budidaya), seharusnya dapat dipanen secara
berkelanjutan. "Berkelanjutan" ada lah prinsip manajemen pemanfaatan sumber daya alam
secara optimal dengan mempertimbangkan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Panen
berkelanjutan harus mempertimbangkan berbagai aspek antara lain umur tanaman, kondisi
populasi tanaman di alam, interval waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, alat
panen dan pengumpulan bahan.
Secara umum panen tanaman obat baik yang dari tanaman budidaya maupun tanaman liar
harus memperhatikan waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, dan peralatan
panen.
1. Waktu Panen
Waktu yang tepat untuk panen tanaman obat disesuaikan dengan:
 kadar kandungan senyawa aktif,
 bagian tanaman yang akan dipanen,
 kondisi iklim untuk menghindari fermentasi, pertumbuhan jamur, atau pembusukan
bahan, dan
 jumlah biomasa,
2. Bahan yang Dipanen
Identitas tanaman harus jelas agar tidak tercampur dengan tanaman lain yang tidak
diinginkan. Tanaman yang akan dipanen dipilih yang utuh dan sehat. Tanaman yang
terinfeksi jamur atau serangga tidak dipanen karena produk organisme tersebut dapat
mengubah profil kandungan kimia bahan bahkan menghasilkan racun.
3. Teknik Panen
Teknik panen bahan simplisia nabati terga ntung dari bag ian tanaman yang dipanen,
dirinci sebagai berikut:
1) Kulit batang (cortex): dari batang utama atau cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu. Untuk bahan yang mengandung minyak atsiri atau

3
4

senyawa fenol sebaiknya digunakan alat pengelupas bukan logam. Contoh:


Burmani cortex (kulit kayu manis).
2) Batang (caulis): dari cabang tanaman dipotong sepanjang ± 50 cm. Contoh:
Tinospora caulis (Batang brotowali).
3) Kayu (lignum): dari batang atau cabang, dikelupas kulitnya dan dipotong sepanjang
± 50 cm. Contoh: Sappan lignum (kayu secang).
4) Daun (folium): dipilih daun yang tua sebelum menguning, dipetik secara manual
(dipetik satu per satu dengan tangan), Contoh: Blumea folium (daun sembung),
5) Bunga (flos): dari kuneup bunga atau bunga yang telah mekar atau mahkota bunga,
dipetik secara manual. Contoh: Jasminum flos (bunga melati),
6) Pucuk (shoot): pucuk daun yang masih muda beserta bunganya (tanaman yang
berbunga di ujung) dipetik dengan tangan, Contoh: Timus folium (pucuk daun
timi).
7) Akar (radix): diambil dari bag ian batang di bawah tanah, dipotong dengan ukuran
5- 10 cm dari pangkal batang agar tanaman tidak mati. Contoh: Rouvolfia
serpentina radix (akarpule pandak)
8) Rimpang (rhizoma): digali atau dicabut dan dibuang akarnya. Contoh : Curcuma
rhizoma (rimpang temulawak)
9) Buah (fructus): dipilih yang tua hampir masak atau telah masak, dipetik dengan
tangan atau gunting. Contoh: Morinda fructus (mengkudu)
10) Biji (semen): dipilih buah yang tua/masak, dikupas kulit buahnya, dikeluarkan
bijinya. Contoh: Colae semen (biji kola)
11) Herba: tanaman dipotong pada pangkal batang (2-10 cm) dan dibersihkan dan
kotoran yang menempel. Contoh: Stevia herba (stevia)
12) Umbi dan umbi lapis (bulbus): tanaman dicabut, umbi dipisahkan dari daun dan
akar kemudian dibersihkan. Contoh : Alium cepa bulbus (bawang merah)
13) Kulit buah (pericarpium): buah yang sudah masak dipetik dan dikupas kulit
buahnya sedangkan biji dan isi buah dibuang. Contoh: Graniti pericarpium (kulit
buah delima).

4. Alat-alat Panen
 Alat dan wadah yang digunakan untuk panen tanaman obat harus bersih dan
bebas dari sisa tanaman yang dipanen sebelumnya.
5

 Jika wadah yang digunakan berupa plastik harus dipastikan memiliki sirkulasi
udara yang baik sehingga kelembaban di dalam wadah terjaga.
 Ketika wadah tidak digunakan, dijaga agar tetap kering dan diletakkan dalam
ruang yang bersih, terhindar dari serangga, burung dan binatang lain.
5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Panen
 Hasil panen berupa daun dan bunga yang lebih rapuh atau mudah membusuk
harus ditangani dengan hati-hati.
 Kerusakan yang tidak semestinya harus dihindari agar tanaman yang dipotong
dapattumbuh kembali.
 Kerusakan mekanis bahan yang dipanen harus dihindari untuk mencegah
perubahan kualitas bahan.
 Gulma atau tanaman beracun yang mungkin mencampuri bahan simplisia dan
mengurangi kemurniannya harus dibuang.
 Masing-masing jenis tanaman yang dipanen harus dimasukkan ke dalam wadah
terpisah.

B. Pembuatan Simplisia
Pengelolaan pasca panen tanaman obat / pembuatan simplisia merupakan suatu
perlakuan yang diberikan kepada hasil panen tanaman obat hingga produk siap dikonsumsi
atau menjadi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional atau obat alam. Pengelolaan pasca
panen bertujuan untuk melindungi bahan baku dari kerusakan fisik dan kimiawi, sehingga
dapat mempertahankan mutu bahan baku atau simplisia yang dihasilkan, terutama menjamin
keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan khasiat sediaan (produk akhir). Selain itu,
penanganan pasca panen juga bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku tanaman
obat yang bermutu dalam jumlah cukup dan berkelanjutan. Pengelolaan pasca panen dimulai
sesaat sejak bahan tanaman dipanen hingga 4 Penanganan Pasca Panen siap dikonsumsi.
Tahapan pengelolaan pasca panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi basah,
pencucian, penirisan, pengubahan bentuk,pengeringan, sortasi kering, pengemasan, dan
penyimpanan.

C. Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia


Suatu simplisia dikatakan bermutu jika memenuhi persyaratan mutu yang tertera
dalam monografi simplisia, antara lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak
6

larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan kimia simplisia.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia adalah
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan
yang dikeluarkan oleh Deoartemen Kesehatan RI seperti Farmakope Indonesia, dan
Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum maka harus memnuhi persyaratan
seperti yang disebut pada paparan atau monografinya.
2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui.
3. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat yang meliputi : kandungan air,
termakan serangga atau hewan lain, ada tidaknya pertumbuhan kapang dan
perubahan warna atau perubahan bau.
4. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri dari pemeriksaan organoleptik warna,
bau, rasa, makroskopik dan mikroskopik pemeriksaan bentuk luar, morfologinya,
maupun anatominya, pemeriksaan fisika kelarutan, indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, rekristalisasi, mikrosublimasi dan kimiawireaksi warna,
pengendapan, pendesakan, penggaraman, rekasi kompleks, kromatografi KCKT,
KLT, Kolom, Kertas, Gas serta uji biologi penetapan angka kuman, dan
pencemaran.

2.2. Tahapan Pembuatan Simplisia


Tahapan pembuatan simplisia meliputi :
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang tersebar. Senyawa aktif terbentuk
secara maksimal di dalam bagian tanaman pada umur tertentu.
2. Sortasi Basah
7

Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian
tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran yang dimaksud dapat
berupa tanah, kerikil, rumput, gulma, tanaman lain yang mirip, bahan yang telah busuk/rusak,
serta bagian tanaman lain yang memang harus dipisahkan dan dibuang. Sortasi basah
dilakukan secara teliti dan cermat. Kotoran ringan yang berukuran kecil dapat dipisahkan
menggunakan nyiru dengan arah gerakan ke atas ke bawah dan memutar. Kotoran akan
bertebangan dan memisah dari bahan simplisia. Kegiatan sortasi basah dapat juga dilakukan
bersamaan dengan pencucian dan penirisan. Pada saat pencucian, bahan dibolak-balik untuk
memisahkan kotoran yang menempel dan erikut dalam bahan.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat pada
bahan simplisia. Dilakukan dengan menggunakan air bersih (standar air minum), bisa air
sumber, air sumur atau air PAM. Khusus untuk bahan yang mengandung senyawa aktif
mudah larut dalam air; pencucian dilakukan secepat mung kin (tidak direndam). Pencucian
harus dilakukan secara cermat, terutama pada bahan simplisia yang berada di dalam tanah
atau dekat dengan permukaan tanah, misalnya rimpang, umbi, akar, dan batang yang
merambat serta daun yang melekat dekat dengan permukaan tanah. Bahan simplisia berupa
akar, umbi, batang, atau buah dan biji dapat dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi mikroba awal, karena sebagianjumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan bahan simplsia dan dengan pencucian saja belum mampu membebaskan mikroba
tersebut.
4. Penirisan
Penirisan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air di
permukaan bahan dan dilakukan sesegera mungkin sehabis pencucian. Selama penirisan
bahan dibolak-balik untuk mempercepat penguapan, dilakukan di tempat teduh dengan aliran
udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan. Setelah air yang menempel di
permukaan bahan menetes atau menguap, bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang
sesuai.
5. Pengubahan Bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah menjadi bentuk lain,
misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk memudahkan kegiatan pengeringan,
penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan selanjutnya. Selain itu, proses ini
8

bertujuan untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas (terutama
keseragaman ukuran) serta meningkatkan kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan.
Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan, maka akan semakin cepat proses
penguapan air sehingga waktu pengeringannya menjadi lebih cepat. Namun ukuran hasil
rajangan yang terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya senyawa aktif
yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu, untuk bahan simplisia berupa rimpang seperti jahe, temulawak, kunyit dan
sejenisnya harus dihindari oerajangan yang terlalu tipis agar dapat mencegah berkurangnya
minyak atsiri.
6. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia tidak rusak
dan dapat disimpan serta untuk menghentikan reaksi enzimatis dan meneegah pertumbuhan
kapang, jamur dan jasad renik lain. Dengan matinya sel tanaman, maka proses metabolisme
(seperti sintesis dan transformasi) terhenti sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak
diubah seeara enzimatik. Proses enzimatik disini sangat perlu mengingat senyawa aktif masih
berada dalam ikatan kompleks.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan suatu alat pengeringan. Hal–hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan
dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor–faktor tersebut harus
diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan.
Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah.
Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari
10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika
Indonesia atau Farmakope Indonesia.
7. Sortasi Kering
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk
memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat
proses sebelumnya.
8. Pengepakan dan Penyimpanan
Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang
ditempatkan dalam karung goni atau karung plastic praktis cara penyimpanannya, yaitu
dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup menjamin dan
9

melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan
seng mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis
dengan itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling
mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan
pemeliharaannya. Simplisia diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah, mutu,
dan cara penyimpanannya.
Tempat penyimpanan simplisia harus memenuhi syarat antara lain harus bersih,
tentutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar matahari
tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga
serangga atau tikus tidak dapat leluasa masuk, tidak mudah kebanjiran serta terdapat alas dari
kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk
meletakkan simplisia yang sudah dipak tadi. Pengeluaran simplisia yang disimpan harus
dilaksanakan dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih awal.

2.3. Tahapan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia


Botani dan fisiko-kimia pada prakteknya merupakan pengujian untuk identitas
simplisia dan pengujian terhadap mutu dan kualitasnya. Uji farmakologi dipersyaratkan untuk
obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengujian untuk identitas dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa simplisia yang diuji benar- benar merupakan simplisia yang diinginkan
sedangkan pengujian terhadap kualitas dimaksudkan untuk mengontrol apabila terhadap
kerusakan simplisia tersebut. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemeriksaan
mutu simplisia adalah sebagai berikut
1. Pemeriksaan Organoleptik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang
diuji. Pengujian organoleptik meliputi pengujian morfologi yaitu bentuk dan warna
disertai bau dan rasa. Pengujian ini dapat dilakukan langsung oleh penguji dengan cepat
dan sederhana.
2. Pemeriksaan Makroskopik
Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari
kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.
3. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan dan
serbuk dan meliputi pemeriksaan terhadap kandungan sel masing-masing jaringan dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Untuk dapat melihat kandungan sel dapat
10

langsung di bawah mikroskop atau setelah dilakukan pewarnaan. Pemeriksaan anatomi


jaringan dapat dilakukan setelah dilakukan penetesan pelarut tertentu seperti kloral hidrat
untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat
terlihat jelas di bawah mikroskop.
4. Pemeriksaan secara fisika
Dilakukan penetapan daya larut, Bobot jenis, rotasi optic,titik lebur, kadar air, sifat-
sifat simplisia.
5. Pemeriksaan secara kimiawi
Berdasarkan uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya zat aktif dalam simplisia ,dilakukan dengan cara perubahan reaksi warna,
pengendapan, timbulnya gas. Uji kuantitatif bertujuan untukmengetahui berapa banyak
zat aktif yang terkandung dari simplisia.
6. Pemeriksaan secara kromatografi
Kromatografi lapisan tipis (KLT) merupakan salah satu cara pengujian yang utama
dalam standarisasi simplisia. Cara ini mempunyai tingkat kepekaan yangh cukup tinggi,
cepat, sederhana, dan realtif murah sehingga dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang
memrlukannya. Namun akan lebih baik bagi perusahaan atau instansi yang mampu untuk
melengakapinya dengan kromatografi lainnya (KCKT,Gas, dan lain-lain).
7. Penetapan Kadar
Dalam farmakope, pada setiap monografi simplisia penetapan kadar selalu
dimaksudkan untuk zat berkhasiat dan untuk mengontrol mutu simplisia dalam
hubungannya dengan khasiat yang dicantumkan.  Selain zat berkhasiat terdapat kadar
lain yang seringkali dipersyaratkan pada monografi setiap simplisia yaitu kadar sari.
Kadar sari ini dipersyaratkan untuk simplisia yang belum diketahui secara pasti zat
berkhasiat yang dikandungnya. Kadar yang lain adalah kadar abu untuk mengontrol
jumlah pencemaran benda-benda anorganik seperti tanah dan pasir yang seringkali
terikut dalam simplisia. Untuk menghindari terjadinya reaksi enzimatik, cemaran
mikroba dan produk toksiknya serta mencegah pertumbuhan jamur pada umumnya
simplisia nabati dikontrol pula dengan batas kadar airnya.
Faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat merusak/menurunkan mutu simplisia :
1. Cahaya; radiasi (terjadi isomerisasi, polimerisasi senyawa aktif dalam simplisia)
2. Oksigen; terjadi oksidasi senyawa aktif simplisia, dapat mempengaruhi bentuk
simplisia; misalnya cair---> kental/padat, butir-butir.
3. Reaksi kimia internal (terjadi reaksi enzimatik, polimerisasi, dll.)
11

4. Reaksi kimia eksternal (terjadi reaksi kandungan aktif tanaman dengan wadah).
5. Dehidrasi: kehilangan air perlahan-lahan, menyebabkan simplisia menjadi keriput
6. Penguapan air; Simplisia higroskopis dapat menyerap kelembaban udara → kempal,
basah, atau mencair.
7. Pengotoran : debu, pasir, sekret hewan, dll
8. Serangga: cangkang, bekas kepompong, kulit serangga dll.
9. Kapang : toksin kapang.

2.4. Tujuan Penanganan dan Pemeriksaan Mutu Simplisia


Kualitas simplisia nabati dipengaruhi oleh kualitas bahan baku, proses pembuatan dan
penyimpanannya. Mutu simplisia sangat ditentukan cara panen atau pengumpulan bahan
baku maupun proses pasca panen.
Pemeriksaan mutu simplisia merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu
simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya
dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia
murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun yang terbagi menjadi 3 yaitu, nabati, hewani dan mineral.
2. Tanaman obat baik yang dari tanaman budidaya maupun tanaman liar harus
memperhatikan waktu panen, bahan yang akan dipanen, teknik panen, dan peralatan panen.
3. Tahapan pengelolaan pasca panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi
basah, pencucian, penirisan, pengubahan bentuk,pengeringan, sortasi kering, pengemasan,
dan penyimpanan.  
4. simplisia dikatakan bermutu jika memenuhi persyaratan mutu yang tertera dalam
monografi simplisia, antara lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut
asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan kimia simplisia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yuli et all. 2011. Pedoman Umum Panen dan Pascapanen Tanaman Obat.
Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional.
Ningsih, Indah Yulia. 2016. Penanganan Pascapanen. Jember : Universitas Jember
Ulfayani Mayasari, Ulfayani., & Laoli, Melfin Teokarsa Laoli. “ Karakterisasi Simplisia dan
Skrining Fitokimia “. Vol. 2 No. 1, 2018 , h 7-13.

13

Anda mungkin juga menyukai