Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan
caramengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Ada
beberapa syarat agar pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan
perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak
meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya. (Soetrisnarto,
2013). Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Secara umum, tujuan dari proses kristalisasiadalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas
seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-
parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal), kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu
syarat terjadinya kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi supersaturasi
adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di atas harga kelarutannya. Kondisi
supersaturasi ini dapat dicapai dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya.
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya
tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari
proses kristalisasi adalah menghasilkan produk Kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu :
distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnia Kristal (crystal purity) dan
bentuk Kristal (crystal habit/shape). Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan
(melt crystallization) atau larutan (crystallization from solution). (Puguh Setyopratomo, 2013)
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total prngotor biasanya lebih kecil
dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsetrasi pengotor yang rendah
tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Pengotor yang
ada pada kristal terdiri dari dua kategori , yaitu pengotor yang ada permukaan kristal dan
pengotor yang ada didalam kristal. Pengotor yang ada dalam permukaan kristal berasal dari
larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan dari
larutan induknya (retention liquid). Pengotor pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan
hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat
melarutkan pengotor tapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi
sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci, namun dapat juga dipakai
pelarutpada umumnya yang memenuhi kriteria tersebut. (Pinalia, 2011).
Adapun pengotor yang ada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara
pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah
dengan jalan mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi
dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor hanya bisa terbawa
dalam kristal jika konsentrasi secara bagus dalam kristal. (Styopratomo,dkk,2003).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memurikan zat-zat
organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk
pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil kolasi dari bahan alami, sebelumdianalisa lebih
lanjut, misalnya dengan cara spektrofotometri (UV, IR, NMR, dan MS).
Ada lima tahap melakukan rekristalisasi zat-zat yaitu :
1. Memilih pelarut yang cocok.
Pelatut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolaranya
adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat, etanol, metanol,
dan air. Pelarut yang cocok untuk mengrekristalisasi suatu sampel zat tertentu adalah
pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit
melarut dalam keadaan dingin.
Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut yang kurang
polar dan sebaliknya. Kombinasi dua pelarut kadang-kadang digunakan dalam
rekristalisasi, misalnya kloroform, metanol, heksana-aseton, metanol air dan lain-lain.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin.
Zat yang akan dilarutkanhendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan
volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titk jenuhnya. Jika larutan
terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua
pelarut mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai
larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul
kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhanya hilang,
kemudian disaring.
3. Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut.
Penyaring larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat
pengotor yang tidak larut atau trsuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir dan lain-lain.
Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan corong buchner.
Jika larutannya mengandung zat warna pengotor maka sebelum disaring ditambahkan
sedikit (± 20 % berat) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan
arang aktif tidak tboleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang
dimurnikan.
4. Dinginkan filtrat.
Filtrat didinginkan dengan suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang –kabang
pendingnan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa kristal
murni ke dalam larutan atau penggorasan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat
mempercepat proses kristalisasi.
5. Menyaring dan mengeringkan kristal.
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh
perlu disaring dengan cepat menggunakan corong buchner. Keringkan kristal yang
diperoleh alam eksikator.
Natrium
Asam salisilat
fenoksida
Asam salisilat dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda, yaitu dengan metanol
akses akan menghasilkan metil salisilat.
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Aster dapat
terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal
ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena menpunyai gugus –OH. Ester yang
terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO) berasal dari asam asetat,
sedangkan gugus r nya berasal dari asam salisalat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Aspirin digunakan secara luas, dalam bentuk murni atau campuran dengan obat lain, baik
sebagai obat penghilang rasa nyeri (analgesis) atau obat demam. Pengaruh sampingnya ialah
perndarahan saluran pencernaan dan dalam doses tinggi menyebabkan kematian. (Hart, 1990).
V. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Erlenmeyer 2 buah
2. Erlenmeyer pipa samping 1 buah
3. Spatula 1 buah
4. Corong buchner 1 buah
5. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
6. Pipet tetes 10 buah
7. Kompor listrik 1 buah
8. Termometer 1 buah
9. Melting point block 1 buah
10. Pipa kapiler 1 buah
11. Kertas saring 5 buah
12. Desikator 1 buah
13. Pompa vacum 1 buah
Bahan :
1. Asam salisilat
2. Aquades
3. Asam asetat anhidrida
4. Asam sulfat pekat
5. Etanol 96%
6. Larutan FeCl3
VI. Alur Percobaan
1. Rekristalisasi
Filtrat Residu
- Didinginkan pada suhu kamar sampai
terbentuk kristal
Filtrat Residu
- Dikeringkan dalam eksikator
- Ditimbang beratnya
Massa
- Diukur titik lelehnya dan dibandingkan
dengan titik lelehnya zat mula-mula
Residu (aspirin)
Filtrat
- Dikeringkan
- Ditentukan berat dan titik leleh aspirin
- Diuji dengan larutan FeCl3
HasilPengamatan
No AlurPercobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Rekristalisasi 1 gram asam 1 gram asam Pelarut yang
salisilat = serbuk salisilat+H2O = sesuai untuk
1 gram asam salisilat berwarna putih terdapat gumpalan +H2 digunakan pada
H2O = larutan putih (tidak larut) O proses
- Dimasukkan dalam tidak berwarna Campuran + rekristalisasi
Erlenmeyer 125 ml Dipanaskan = larutan adalah
- Ditambah 5 ml H2O masih terdapat aquades(air)
- Dipanaskan sambil gumpalan
diguncang Campuran + air saat Asam salisilat
- Ditambah 65 ml H2O dipanaskan = larutan → mengalami
sampai Kristal tepat larut larut rekristalisasi
- Disaring dalam keadaan Volume total air = 75 menjadi kristal
mL jarum dengan
panas dengan corong
Residu = endapan massa 0.6 gram
Buchner yang dilengkapi
putih Titik leleh asam dengan titik leleh
dengan labu hisap salisilat secara teori =
Filtrat = larutan tidak 154° C dan
158,6° C rendemen 60 %
berwarna (sumber : Wikipedia)
Residu Filtrat
Filtrat = tidak Filtrat Dipanaskan =
Filtrat berwarna larutan tidak berwana
Filtrat Didinginkan
- Dipanaskan kembali pada suhu kamar =
- Filtrate didinginkan pada 6 +
terbentuk Kristal
suhu kamar sampai Kristal = kristal
terbentuk kristal berbentuk jarum FeCl3
Massa kristal = 0.6
Kristal gram
Titik leleh = 154°C
- Disaring kembali Massa kertas saring =
menggunakan corong 0.7 gram
buckner yang dilengkapi % hasil = 60%
labu hisap
+ 6 H+ + 3 Cl-
Residu Filtrat
- Dikeringkan dalam
desikator
- Ditimbang beratnya
- Dicari titik leleh dan
dibandingkan dengan titik
leleh zat mula-mula
Kristal
Kristal Kristal = Kristal + H2O = larutan
berwarna putih yang terdapat
- Ditambahkan 3,7 ml H2O H2O = tidak gumpalan putih
- Disaring dengan penyaring berwarna Residu= bewarna putih +
buhcner C2H5OH = Filtrat = larutan tidak FeCl3
larutan tidak berwarna
berwarna Kristal + campuran =
Residu Filtrat larutan terdapat
gumpalan putih
- Direkristalisasi dengan pelarut Kristal + campuran +
campuran 7,5 ml C2H5OH Dipanaskan = larutan
96% dan 25 ml H2O tidak berwarna
- Dipanaskan Kristal + campuran +
- Didiamkan didinginkan = terdapat
kristal dalam larutan
Kristal Residu = Kristal putih
Filtrat = larutan tidak
- Disaring dengan berwarna
penyaring buchner Residu dikeringkan =
Serbuk berwarna putih
Kristal + FeCl3 =
Residu Filtrat larutan berwarna
kuning
- Dikeringkan dlm desikator Massa Kristal = 1,6
gram
Kristal berbentuk jarum Massa kertas = 0,8
gram
- Diuji dg Titikleleh = 132 °C
- Dicari titik
lar. FeCl3 % rendemen = 49,38 %
leleh aspirin
H2SO4
Aspirin
Kemurnian suatu zat juga ditentukan oleh rendemen dari zat yang
diperoleh tersebut dan titik lelehnya. Semakin tinggi rendemen suatu
zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan
semakin kecil nilai rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat
kemurnian semakin rendah. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan, diperoleh massa kristal aspirin 1,6 gram sehingga dapat
dihitung rendemennya.
IX. Kesimpulan
1. Rekristalisasi dilakukan menggunakan pelarut air dengan rendemen yang
diperoleh sebesar 60% dengan titik leleh 154°C dengna kristal yang
dihasilkan berwarna putih berbentuk jarum.
2. Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat
anhidrida menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis. Massa kristal
aspirin yang diperoleh 1,6 gram dengan presentase 49,38% berwarna putih
. Kristal aspirin yang diperoleh bersifat murni sehingga pada proses
pengujian dengan menggunakan FeCl3, warna larutan yang dihasilkan
adalah warna kuning kecoklatan. Pada uji titik leleh diperoleh suhu 1320C.
Hal ini mendekati teori yaitu 1350C.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Rekristalisasi
Diketahui: Massa asam salisilat mula-mula = 1 gram
Massa kertas saring = 0,7 gram
Massa kertas saring + asam salisilat = 1,3 gram
Massa kristal salisilat = 0,6 gram
Ditanya : %Rendemen…….?
Jawab : % Rendemen = x 100%
2. Pembuatan Aspirin
Diketahui: Massa asam salisilat = 2,5 gram
V asam asetat anhidrat = 3,75 gram
ρ asam asetat anhidrat = 1,08 gram/mL
gram asam asetat anhidrat =ρxV
= 1,08 gram/mL x 3,75
gram
= 4,05 gram/mL
Mr asam salisilat = 138 gram/mol
Mr asam asetat anhidrat = 102 gram/mol
Massa kertas saring = 0,8 gram
Massa kertas saring + aspirin = 2,4 gram
Massa aspirin = 1,6 gram
Ditanya : % Rendemen………. ?
Jawab : n asam salisilat =
=
= 0,018 mol
n asetat anhidrat =
=
= 0,037 mol
M 0,018 mol 0,037 mol
= 3,24 gram
% Rendemen = x 100%
= x 100%
= 0,4938 x 100%
= 49,38 %
Setelah
disimpan dalam Dilakukan uji titik
desikator untuk leleh
uji titik leleh
Dilakuakn uji
kemurnian
Sampel yang menggunakan
semual serbuk FeCl3
berubah menjadi
larutan tidak
berwarna dan
diperoleh titik
leleh rekris
sebesar 154OC
dan aspirin
sebesar 132 OC
Dilakukan uji
dengan FeCl3
pada aspirin
larutan
berwarna
kuning
kecoklatan