Anda di halaman 1dari 27

I.

JUDUL PERCOBAAN : Rekristalisasi Dan Pembuatan Aspirin


II. TANGGAL PERCOBAAN : 28 Februari 2018 (10.00-16.00)
III. TUJUAN :
1. Melakukan rekristalisasai dengan baik.
2. Menuntukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi.
3. Menghilangkan pengotor melalui rekristalisasi.
4. Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol.
5. Melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis denagn baik.
IV. DASAR TEORI.

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan
caramengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Ada
beberapa syarat agar pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan
perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak
meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya. (Soetrisnarto,
2013). Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Secara umum, tujuan dari proses kristalisasiadalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas
seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-
parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal), kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu
syarat terjadinya kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi supersaturasi
adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di atas harga kelarutannya. Kondisi
supersaturasi ini dapat dicapai dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya.
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya
tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari
proses kristalisasi adalah menghasilkan produk Kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu :
distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnia Kristal (crystal purity) dan
bentuk Kristal (crystal habit/shape). Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan
(melt crystallization) atau larutan (crystallization from solution). (Puguh Setyopratomo, 2013)
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total prngotor biasanya lebih kecil
dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsetrasi pengotor yang rendah
tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Pengotor yang
ada pada kristal terdiri dari dua kategori , yaitu pengotor yang ada permukaan kristal dan
pengotor yang ada didalam kristal. Pengotor yang ada dalam permukaan kristal berasal dari
larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan dari
larutan induknya (retention liquid). Pengotor pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan
hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat
melarutkan pengotor tapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi
sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci, namun dapat juga dipakai
pelarutpada umumnya yang memenuhi kriteria tersebut. (Pinalia, 2011).
Adapun pengotor yang ada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara
pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah
dengan jalan mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi
dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor hanya bisa terbawa
dalam kristal jika konsentrasi secara bagus dalam kristal. (Styopratomo,dkk,2003).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memurikan zat-zat
organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk
pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil kolasi dari bahan alami, sebelumdianalisa lebih
lanjut, misalnya dengan cara spektrofotometri (UV, IR, NMR, dan MS).
Ada lima tahap melakukan rekristalisasi zat-zat yaitu :
1. Memilih pelarut yang cocok.
Pelatut yang umum digunakan jika diurutkan sesuai dengan kenaikan kepolaranya
adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil asetat, etanol, metanol,
dan air. Pelarut yang cocok untuk mengrekristalisasi suatu sampel zat tertentu adalah
pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit
melarut dalam keadaan dingin.
Biasanya senyawa yang dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut yang kurang
polar dan sebaliknya. Kombinasi dua pelarut kadang-kadang digunakan dalam
rekristalisasi, misalnya kloroform, metanol, heksana-aseton, metanol air dan lain-lain.
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin.
Zat yang akan dilarutkanhendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan
volume sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titk jenuhnya. Jika larutan
terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila digunakan kombinasi dua
pelarut mula-mula zat itu dilarutkan dalam pelarut yang baik dalam keadaan panas sampai
larut, kemudian ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul
kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhanya hilang,
kemudian disaring.
3. Saring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut.
Penyaring larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat
pengotor yang tidak larut atau trsuspensi dalam larutan, seperti debu, pasir dan lain-lain.
Agar penyaringan berjalan cepat biasanya digunakan corong buchner.
Jika larutannya mengandung zat warna pengotor maka sebelum disaring ditambahkan
sedikit (± 20 % berat) arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan
arang aktif tidak tboleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang
dimurnikan.
4. Dinginkan filtrat.
Filtrat didinginkan dengan suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang –kabang
pendingnan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (seed) yang berupa kristal
murni ke dalam larutan atau penggorasan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat
mempercepat proses kristalisasi.
5. Menyaring dan mengeringkan kristal.
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh
perlu disaring dengan cepat menggunakan corong buchner. Keringkan kristal yang
diperoleh alam eksikator.

Cara memilih larutan yang cocok untuk Rekristalisasi :


a. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat – zat yang akan dimurnikan dalam
keadaan panas, sedangkan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.
b. Pelarut yang digunakan sebaiknya memiliki titik didih rendah agar dapat mempermudah
pengeringan kristal.
c. Pelarut yang digunakan harus inert, tidak bereaksi dengan zat yang akan
dimurnikan.(Cahyono, 1998)

Adapun syarat dari proses rekristalisasi,yaitu :


a. Perbedaan kelarutan cukup jauh.
b. Suhu kelarutan tidak terlalu tinggi.
c. Antara zat terlarut dan pelarut diusahakan tidak bereaksi, karena jika bereaksi masing
masing komponen tidak dapat dipisahkan..
d. Menggunakan pelarut non-polar.
Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin
mudah mereka dapat disaring dan makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan,
yang akan membantu penyaringan. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid),
bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal
demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai
Ukuran kristal yang terbantuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting
yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan
inti tinggi, banyak kali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satu pun dari ini akan tumbuh
menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi semakin besarlah laju
pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor yang banyak mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-
kristal yang akan terbentuk yng dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Banyak zat
padat seperti garam, kuaisa dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama
para ilmuan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara
simetris. Penampilan luar suatu partikel kristal besar tidak menentukan penataan partikel. Bila
suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh
lebih ke satu arah dari pada ke lain arah. Kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan yang
berfungsi membantu penyaringan.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang sudah
ditentukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut dan zat-zat yang tidak terlarut.
(Keenan, 1984). Spesifikasi larutan jenuh adalah larutan yang titik bekunya tidak
mengganggu. Kejenuhan membuat kristalisasi sangat efektif dengan penyaring dan pemisah.
Prinsinya proses ini mengacu pada perbesaran kelarutan antara zat yang dimurnikan
dengan kelarutan zat pencampurnya. Larutan zat yang diinginkan dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dikristalkan kembali dengan cara menjenuhkannya. Untuk pelarurutnya
yang cocok dapatdipilih pelarut yang titik didihnya rendah untuk dapat mempermudah proses
penyaringan kristal yang terbentuk kemudian titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari
pada titik leleh zat padat yang dilarutkan supayazat yang akan diuraikan tidak terdisosiasi dan
yang paling penting pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan (biner). Untuk
lebih umumnya pelarutharus ekonomis dn mudah didapat.
Salah satu contoh dari rekristalisasi adalah proses pembuatan aspirin.
 Pembuatan Aspirin
Aspirin yang biasa dikenal dengan nama lain asam asetil salisilat atau asetoal yang
memiliki rumus kimia C7H6O3. Aspirin (asetosal) adalah suatu ester dari asam asetat dengan
asam salisilat (asam o-hidroksi benzoat). Oleh karena itu senyawa ini dapat dibuat dengan
mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat andidrida menggunakan asam sulfat pekat
sebagai katalisator.
Persamaan reaksinya:

Asam salisilat anhidrida asam asetat aspirin


Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Asam salisilat memiliki sifat-sifat: berasa manis, membentuk kristal berwarna putih, sedikit
larut dalam air, meleleh pada 158,5O C – 161O C, asam asetat dengan nama sistematik asam
etanoat (CH3COOH) merupakan cairan tak berwarna, berbau tajam dan berasa asam, larut
dalam air dan pelarut organiknya. Asam asetat mendidih pada 118oC (245O F) dan meleleh
pada 17OC (62O F). Asam asetat biasanya dibuat dengan menfermentasikan alkohol dengan
bantuan bakteri.Untuk mendapatkan asam asetat yang berkonsentrasi tinggi, biasanya dibuat
dengan oksidasi asetaldehida atau dengan mereaksikan metanol dengan karbon monoksida
sengan bantuan katalis. Untuk asam salisilat, senyawa ini dibuat melalui pemanasan natrium
fenoksida dengan karbondioksida, di bawah tekanan. (Achmadi, 1983).
Asam salisilat salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin. Sintesa dan asam salisilat
yang terkenal salah satunya adalah sintesis kolbe-asam asetil salisilat atau yang dikenal pada
saat sekarang dengan namaaspirin memiliki nama sistematik 2-acetoxy benzoic acid. Aspirin
yang merupakan bentuk dari salah satu jenis aromatis acetat ini adalah yang palaing dikenal
dpat disintesis dengan cara reaksi. (Achmad, 2011).
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan
turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilatnya diganti dengan gugus –OR
dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat ialah
suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan R dapat terbentuk alkil atau aril.
Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester asam
karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi. (Fessenden, 1986).
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel, laju esterifikasi asam karboksilat bergantung
terutama pada halangan srerik dalam alkohol asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap diprotonasi, dan deprotonasi oksigen
karbonil diprotonasi, alkohol nukelofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan
mengahsilkan ester yang dimaksud. Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang
terputus adalah ikatan C–O dari asam karoksilat dan bukan ikatan –OH dari asam atau ikatan
C–O dari alkohol. (Fessenden, 1986).
Asam salisilat dapat dibuat melalui pemanasan natrium fenoksida dengan karbondioksida,
dibawah tekanan.

Natrium
Asam salisilat
fenoksida

Asam salisilat dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda, yaitu dengan metanol
akses akan menghasilkan metil salisilat.

Asam oksalat Metanol Metil salisilat


Sedangkan reaksi asam salisilat dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.
Asam salisilat
Anhidrida asam asetat Aspirin Asam asetat

Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Aster dapat
terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal
ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena menpunyai gugus –OH. Ester yang
terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO) berasal dari asam asetat,
sedangkan gugus r nya berasal dari asam salisalat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Aspirin digunakan secara luas, dalam bentuk murni atau campuran dengan obat lain, baik
sebagai obat penghilang rasa nyeri (analgesis) atau obat demam. Pengaruh sampingnya ialah
perndarahan saluran pencernaan dan dalam doses tinggi menyebabkan kematian. (Hart, 1990).
V. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Erlenmeyer 2 buah
2. Erlenmeyer pipa samping 1 buah
3. Spatula 1 buah
4. Corong buchner 1 buah
5. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
6. Pipet tetes 10 buah
7. Kompor listrik 1 buah
8. Termometer 1 buah
9. Melting point block 1 buah
10. Pipa kapiler 1 buah
11. Kertas saring 5 buah
12. Desikator 1 buah
13. Pompa vacum 1 buah
Bahan :
1. Asam salisilat
2. Aquades
3. Asam asetat anhidrida
4. Asam sulfat pekat
5. Etanol 96%
6. Larutan FeCl3
VI. Alur Percobaan
1. Rekristalisasi

1 gr asam saksilat + 5 mL air

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 125 mL


- Dipanaskan diatas kompor listrik sampai mendidih
- Diguncang sampai larutan homogen
- Ditambahkan setiap kali air sambil diguncang sampai kristal tepat larut
(10,20,30...70 mL sampai larutan homogen
- Ditambahkan beberapa tetes air sehingga larutan benar-benar homogen
(bila larutan berawarna ditambah norit sebanyak 1-2% berat asam
salisilat, dididihkan sambil diaduk beberapa saat)
- Disaring dalam keadaan panas dengan corong buchner yang dilengkapi
dengan labu isap

Filtrat Residu
- Didinginkan pada suhu kamar sampai
terbentuk kristal

Kristal berwarna putih

- Disaring dengan corong buchner

Filtrat Residu
- Dikeringkan dalam eksikator
- Ditimbang beratnya

Massa
- Diukur titik lelehnya dan dibandingkan
dengan titik lelehnya zat mula-mula

Titik leleh hasil percobaan


dan titik leleh teori
2. Pembuatan Aspirin

2,5 gram asam salisilat kering

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 125 mL


- Ditambahkan 3,75 gram asetat anhidrida
- Ditambah 3 tetes asam sulfat pekat
- Diaduk sampai homogen
- Dimasukkan kedalam penangas air bersuhu 50-60 0C
selama 5 menit
- Didinginkan pada suhu kamar sambil diaduk
- Ditambah 37,5 mL air
- Endapan disaring dengan penyaring buchner

Filtrat (senyawa aspirin) Residu


- Dimurnikan dengan cara rekristalisasi
menggunakan pelarut campuran 7,5 mL
etanol 96 % dan 25 mL air

Residu (aspirin)
Filtrat
- Dikeringkan
- Ditentukan berat dan titik leleh aspirin
- Diuji dengan larutan FeCl3

Massa dan titik


leleh aspirin
VII. Hasil Pengamatan

HasilPengamatan
No AlurPercobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Rekristalisasi  1 gram asam  1 gram asam Pelarut yang
salisilat = serbuk salisilat+H2O = sesuai untuk
1 gram asam salisilat berwarna putih terdapat gumpalan +H2 digunakan pada
 H2O = larutan putih (tidak larut) O proses
- Dimasukkan dalam tidak berwarna  Campuran + rekristalisasi
Erlenmeyer 125 ml Dipanaskan = larutan adalah
- Ditambah 5 ml H2O masih terdapat aquades(air)
- Dipanaskan sambil gumpalan
diguncang  Campuran + air saat Asam salisilat
- Ditambah 65 ml H2O dipanaskan = larutan → mengalami
sampai Kristal tepat larut larut rekristalisasi
- Disaring dalam keadaan  Volume total air = 75 menjadi kristal
mL jarum dengan
panas dengan corong
 Residu = endapan massa 0.6 gram
Buchner yang dilengkapi
putih Titik leleh asam dengan titik leleh
dengan labu hisap salisilat secara teori =
 Filtrat = larutan tidak 154° C dan
158,6° C rendemen 60 %
berwarna (sumber : Wikipedia)
Residu Filtrat
 Filtrat = tidak  Filtrat Dipanaskan =
Filtrat berwarna larutan tidak berwana
 Filtrat Didinginkan
- Dipanaskan kembali pada suhu kamar =
- Filtrate didinginkan pada 6 +
terbentuk Kristal
suhu kamar sampai  Kristal = kristal
terbentuk kristal berbentuk jarum FeCl3
 Massa kristal = 0.6
Kristal gram
 Titik leleh = 154°C
- Disaring kembali  Massa kertas saring =
menggunakan corong 0.7 gram
buckner yang dilengkapi  % hasil = 60%
labu hisap
+ 6 H+ + 3 Cl-

Residu Filtrat

- Dikeringkan dalam
desikator
- Ditimbang beratnya
- Dicari titik leleh dan
dibandingkan dengan titik
leleh zat mula-mula

Kristal berbentuk jarum


2. Pembuatan Aspirin  Asam salisilat =  Asam salisilat + asam Aspirin dapat
2,5 gram 100 ml air serbuk berwarna asetat anhidrat = dibuat dengan
asam salisilat untuk putih larutan berwarna putih asam salisilat dan
penangas  CH3COOH.xH2O keruh asam asetat
- Dimasukkan = larutan tidak  Asam salisilat + asam anhidrat dengan
- Dipanaskan berwarna asetat anhidrat + wujud serbuk
dalam
Erlenmeyer dg suhu 50-  H2SO4 = larutan H2SO4 = larut yang mengkilap
60°C tidak berwarna  Campuran dipanaskan dengan massa 1.6
125 ml gram memiliki
= larutan tidak
- Ditambahkan titik leleh 132° C
berwarna
3,75 g asam
 Campuran Didinginkan dan persentase
asetat rendemennya
== terbentuk endapan
anhidrat putih 49.38 % dan
- Ditambah 3 menghasilkan
tetes H2SO4 warna kuning
pekat kecoklatan bila
- Diaduk direaksikan
sampai dengan FeCl3
homogen
Titik leleh aspirin
secara teori = 135°C
Larutan (sumber :
Wikipedia)
- Dimasukkan dalam
penangas air
selama 5 menit
sambil diaduk
- Didinginkan pada
suhu kamar sambil
diaduk

Kristal
Kristal  Kristal =  Kristal + H2O = larutan
berwarna putih yang terdapat
- Ditambahkan 3,7 ml H2O  H2O = tidak gumpalan putih
- Disaring dengan penyaring berwarna  Residu= bewarna putih +
buhcner  C2H5OH =  Filtrat = larutan tidak FeCl3
larutan tidak berwarna
berwarna  Kristal + campuran =
Residu Filtrat larutan terdapat
gumpalan putih
- Direkristalisasi dengan pelarut  Kristal + campuran +
campuran 7,5 ml C2H5OH Dipanaskan = larutan
96% dan 25 ml H2O tidak berwarna
- Dipanaskan  Kristal + campuran +
- Didiamkan didinginkan = terdapat
kristal dalam larutan
Kristal  Residu = Kristal putih
 Filtrat = larutan tidak
- Disaring dengan berwarna
penyaring buchner  Residu dikeringkan =
Serbuk berwarna putih
 Kristal + FeCl3 =
Residu Filtrat larutan berwarna
kuning
- Dikeringkan dlm desikator  Massa Kristal = 1,6
gram
Kristal berbentuk jarum  Massa kertas = 0,8
gram
- Diuji dg  Titikleleh = 132 °C
- Dicari titik
lar. FeCl3  % rendemen = 49,38 %
leleh aspirin

Warna larutan Titik leleh


kuning
VIII. Analisis dan Pembahasan

Pada percobaan kali ini yaitu dengan judul rekristalisasi dan


pembuatan aspirin. Rekristalisasi merupakan pemisahan bahan padat
berbentuk kristalin atau disebut dengan cara yang digunakan untuk
memurnikan zat-zat organik dalam bentuk padatan. Sedangkan aspirin atau
asam asetil salisilat adalah salah satu kristal putih yang merupakan jenis
obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa
analgenik (penahan rasa sakit atau nyeri), antiseptik (penurun demam) dan
antiinflamasi (peradangan).

Pada percobaan ini akan dilakukan 2 tahap yaitu yang pertama


tahap rekristalisasi dan yang kedua adalah pembuatan aspirin. Tujuan dari
percobaan rekristalisasi dan pembuatan aspirin adalah untuk melakukan
rekristalisasi pada senyawa asam salisilat, menentukan pelarut yang sesuai
untuk rekristalisasi asam salisilat, menghilangkan zat pengganggu melalui
rekristalisasi, untuk melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi
terhadap gugus fenol dan melakukan rekristalisasi aspirin hasil sintesis
dengan baik.

Sebelum melakukan percobaan, langkah pertama yaitu mencuci


dan membersihkan peralatan yang akan dipergunakan, seperti gelas kimia,
gelas ukur, erlenmeyer dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir adanya zat-zat pengotor yang nantinya dapat mengganggu
proses rekritalisasi dan pembuatan aspirin.

1. Rekristalisasi Asam Salisilat


Percobaan yang pertama yaitu rekristalisasi asam slisilat dengan
tujuan melakukan rekristalisasi dengan baik, memilih pelarut yang sesuai
untk rekristalisai, serta menghilangkan pengotor melalui rekristalisasi.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang 1 gram asam
salisilat teknis. Agar hasil timbangan yang diperoleh lebih akurat,
kelompok kami menggunakan neraca analitik untuk menimbang. Asam
salisilat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
yang telah disediakan. Perlakuan selanjutnya yaitu penambahan aquades
sebagai pelarut dari asam salisilat. Fungsi dari penambahan air adalah
sebagai pelarut.Asam salisilat yang memiliki 3 gugus hidrofill (CO-, -OH,
-OH) yang bisa membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air, sehingga
mudah larut dalam air. Penambahan aquadest dilakukan 5 mL terlebih
dahulu kemudian erlenmeyer dipanaskan langsung di atas kompor listrik
hingga kristal tepat larut. Setelah itu penambahan 10 mL aquadest
dilakukan bertahap setiap larutan mendidih. Penambahan yang bertahap
pada larutan yang mendidih ini dilakukan karena sifat dari asam salisilat
yang sukar larut dalam air melainkan pada air yang mendidih. Oleh karena
itu fungsi pemanasan adalah untuk memudahkan asam salisilat larut dalam
air. Pada pelarutan ini volume air yang dibutuhkan untuk melarutkan asam
salisilat adalah 70 mL.

Setelah terbentuk larutan asam salisilat, langkah selanjutnya yaitu


menyaring larutan dalam keadaan panas. Hal ini dilakukan dengan tujuan
menghilangkan pengotor pada asam salisilat. Asam salisilat yang
digunakan untuk membuat larutan adalah asam salisilat teknis dimana
dalam komposisinya masih terdapat pengotor. Adapun pengotor yang ada
di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu
cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah
dengan jalan mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses
kristalisasi dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa
pengotor hanya bisa terbawa dalam kristal jika konsentrasi secara bagus
dalam kristal. (Styopratomo,dkk,2003). Rekristalisasi merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk memurikan zat-zat organik dalam
bentuk padat.
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas dikarenakan beberapa
pengotor tidak ikut terlarut serta dalam keadaan dingin kristal asam
salisilat akan terbentuk kembali dan pengotor akan sulit terpisah ketika
sudah dalam bentuk kristal. Penyaringan dilakukan dengan corong buchner
dan vakum agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
Filtrat yang didapat dari penyaringan ini dipanaskan kembali
sampai homogen kemudian didinginkan pada suhu ruang dengan cara
didimakan selama 8 menit. Terdapat kristal yang terbentuk pada larutan.
Larutan kemudian disaring dengan corong buchner dan vakum.
Penyaringan dilakukan 3 kali dengan tujuan mendapatkan kristal lebih
banyak karena pada filtrat hasil penyaringan masih terdapat kristal yang
tersisa. Kristal yang dihasilkan perwarna putih dengan bentuk memanjang
dengan ujung seperti jarum. Kristal hasil penyaringan diletakkan pada
desikator dengan tujuan mengeringkan kristal yang masih basah dengan
cara menghilangkan air yang terkandung pada kristal. Pengeringan
dilakukan selama dua hari.
Kristal yang telah kering kemudian diuji titik lelehnya. Sebelum
pengujian dilakuakan, kristal yang diperoleh ditimbang terlebih dahulu
untuk menentukan massa yang didapat. Massa kristal yang diperoleh
adalah 0,6 gram. Pengujian dilakukan dengan tujuan pembuktian apakah
asam salisilat dari rekristalisasi yang dilakukan sudah sesuai dengan
stantard atau tidak.
Pengujian titik leleh dilakukan menggunakan melting block.
Kristal yang telah kering dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang salah
satu ujungnya telah ditutup dengan cara dibakar. Untuk memasukkan
kristal ke pipa kaliler dilakukan dengan mencocolkan pipa kapiler yang
ujungnya masih terbuka ke kristal yang dihasilkan. Setelah kurang lebih
panjang kristal yang masuk pada pipa kapiler sepanjang 0,5 cm pipa
kapiler dibalik dan diketuk perlahan agar kristal jatuh ke ujung pipa yang
telah ditutup. Namun pada percobaan yang kami lakukan, kami tidak
membalik pipa kapiler sehingga ujung pipa yang masuk meltik block
adalah yang masih terbuka. Hal ini seharusnya tidak dilakukan karena
lelehan kristal yang diuji akan mengotori melting block yang digunakan.
Titik leleh yang diperoleh dari pengujian adalah 154°C. Hasil ini
diperoleh dengan mengamati termometer yang terpasang pada melting
block ketika kristal dalam pipa kapiler mencair. Kristal yang mencair
diketahui dari lubang pada meltik block untuk mengamati pipa kapiler.
Pengamatan pipa kapiler dilakukan menggunakan cahaya senter agar lebih
jelas. Hasil titik leleh yang dipadat tidak sesuai dengan teori yaitu
158,6°C. Hal ini dikarenakan kristal yang dihasilkan lebih pendek
sehingga titik leleh yang diperoleh menjadi lebih kecil dari dasar teori.
2. Pembuatan Aspirin
Percobaan kedua yaitu pembuatan aspirin dari asam salisilat dan asam
asetat anhidrida.Aspirin atau asam asetil salisilat adalah salah satu kristal
putih yang merupakan jenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgenik (penahan rasa sakit atau nyeri),
antiseptik (penurun demam) dan antiinflamasi (peradangan).Pembuatan
aspirin dilakukan dengan cara esterifikasi dimana bahan asam salisilat
direaksikan dengan asam asetat anhidrida menghasilkan aspirin dan
produk sampingan berupa asam asetat. Asam salisilat berfungsi sebagai
alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi (-OH) pada asam
salisilat dan gugus asetil (-OCOCH3) pada anhidrida asetat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang asam salisilat
yang berbentuk serbuk berwarna putih seberat 2,5 gram kemudian
dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL. Setelah itu ditambahkan asam
asetat anhidrida sebanyak 3,75 mL larutan tak berwarna. Asam salisilat
tersebut berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH,
sedangkan asam asetat anhidrida berperan sebagai asam anhidrida. Asam
asetat anhidrat digunakan karena asam asetat anhidrida tidak mengandung
air dan mudah menyerap air, sehingga air yang dapat menghidrolisis
aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari. Penggunaan asetat
anhidrida juga dimaksudkan agar mencegah adanya kandungan air, karena
jika terdapat air maka kristal dari aspirin akan terurai menjadi asam
salisilat dan asetat anhidrida kembali atau dengan kata lain reaksi
berlangsung secara reversible (reaksi bolak balik). Asam asetat anhidrat
disini dapat digantikan oleh asam asetat glasial karena asam asetat glasial
juga bersifat murni dan tidak mengandung air, selain itu asam asetat
anhidrat juga terbentuk dari 2 asam asetat glasial sehingga pada pereaksian
volumenya semua digandakan.
Langkah selanjutnya yaitu menambahkan 3 tetes asam sulfat pekat
dalam larutan. Asam sulfat berfungsi sebagai katalis sehingga dapat
mempercepat terjadinya sintesis dengan cara memilih tahap reaksi yang
memiliki energi aktivasi rendah, sehingga kompleks teraktivasi lebih
mudah terbentuk, karena lebih mudah terbentuk, mengakibatkan energi
yang diperlukan dalam sintesis lebih sedikit.Reaksi yang terjadi adalah:

H2SO4

asam salisilat asam asetat anhidrat aspirin asam asetat


Setelah proses penambahan asam asetat dan asam sulfat, larutan
menjadi keruh berwarna putih. Campuran ini lalu dipanaskan dalam
penangas air yang suhunya dijaga antara 50º C - 60º C sampai homogen
(larutan sambil diaduk) selama 5 menit.Hal ini dilakukan karena reaksi
antara asam salisilat dan asam asetat anhidrat akan berlangsung dengan
baik pada suhu tersebut dan pemanasan tersebut dilakukkan agar rekasi
berlangsung dengan cepat.Rentang suhu tersebut merupakan suhu optimal
pada pembentukan aspirin karena pada rentang suhu tersebut reaksi
berlangsung cepat tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas. Jika suhu yang
digunakan di atas 600C maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga
aspirin tidak terbentuk. Dan bila suhu yang digunakan dibawah 500C maka
reaksi yang terjadi akan berlangsung lambat, sehingga diperlukan waktu
yang cukup lama. Hal tersebut juga bertujuan agar saat pendinginan nanti
terbentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin
dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul
membentuk endapan.
Hasil reaksi kemudian didinginkan sambil tetap diaduk (tidak terlalu
sering) dan ditambahkan 37,5 mL air. Fungsi penambahan air berperan
untuk mengkristalkan aspirin. Ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin
dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul
membentuk endapan. Dimana endapan yang terbentuk berupa asam asetil
salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3COO-) berasal dari asam asetat
anhidrida, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat. Endapan
kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner menghasilkan
larutan yang sedikit keruh karena adanya kristal yang telah terbentuk.
Aspirin yang di dapatkan belum murni karena masih tercampur zat-
zat pengotor dalam reaksi pembentukan aspirin terdapat hasil samping
berupa CH3COOH. Oleh karena itu, dilakukan pemurnian aspirin dengan
cara rekristalisasi. Dengan cara rekristalisasi maka CH3COOH akan
menguap karena CH3COOH mempunyai titik didih 118°C yang lebih
rendah dari titik leleh aspirin yaitu 135°C sehingga akan diperoleh aspirin
murni. Rekristalisasi dilakukan menggunakan pelarut campuran 7,5 mL
etanol 96% dan 25 mL air. Fungsi etanol digunakan sebagai pelarut dalam
proses rekristalisasi karena pada saat tersebut masih ada endapan yang
tersisa, sehingga etanol bekerja untuk melarutkan endapan yang masih
tersisa tersebut. Larutan kemudian dipanaskan hingga larut sempurna.
Setelah dipanaskan, campuran didiamkan sampai terbentuk kristal. Kristal
disaring dengan corong buchner yang dilengkapi labu hisap. Hasil
penyaringan tersebut, diperoleh filtrat berupa larutan tidak berwarna dalam
tabung berpipa samping dan terdapat sedikit kristal berwarna putih dan
residu berupa kristal berwarna putih yang tertinggal di kertas saring. Filtrat
yang diperoleh kemudian dipindahkan dalam erlenmeyer lalu didiamkan
dan didinginkan dengan cara memasukkan erlenmeyer itu dalam gelas
kimia yang telah berisi air es. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
pendinginan dan pembentukan kristal.
Kristal terbentuk dalam keadaan dingin karena dalam keadaan dingin
akan memperlambat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam
larutan, sehingga membentuk endapan aspirin berupa kristal. Setelah filtrat
terbentuk kristal, disaring kembali menggunakan corong Buchner, supaya
didapatkan kristal yang lebih kering, kemudian dimasukkan dalam
Desikator. Desikator adalah alat yang digunakan untuk mengeringkan
kristal dari asam salisilat yang terbentuk, hal ini dikarenakan oleh silika
gel yang terdapat pada eksikator dapat menyerap uap air dari kristal
tersebut sehingga kristal aspirin menjadi kering.Dalam percobaan ini
dilakukan pengeringan selama satu sampai dua hari. Pengeringan ini
didapatkan kristal berwarna putih sebanyak 1,6 gram.
Langkah selanjutnya adalah pengujian kemurnian aspirin, dengan
cara mereaksikan aspirin dengan larutan FeCl3. Pengujian dengan larutan
FeCl3 bertujuan untuk mengetahui kemurnian dari aspirin yang dihasilkan.
Selain itu penggunaan FeCl3 juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
ada atau tidaknya asam salisilat yang tersisa (yang belum bereaksi dengan
asetat anhidrida) dalam pembuatan aspirin. Jika masih ada asam salisilat
dalam kristal aspitin yang dihasilkan, maka larutan yang telah
ditambahkan FeCl3, akan berwarna ungu, karena FeCl3 dapat bereaksi
dengan gugus fenol dalam asam salisilat dan membentuk ion komplek
[Fe(C6H5OCOOH)6]3- yang berwarna ungu. Namun, jika semua asam
salisilat sudah berubah menjadi aspirin maka larutan tersebut akan
berwarna kuning kecoklatan ketika ditambahkan FeCl3. Jika masih ada
asam salisilat maka harus dilakukan rekristalisasi ulang sampai tidak
berwarna ungu lagi saat di uji dengan FeCl3. Pada pengujian dengan
larutan FeCl3 terhadap aspirin yang diperoleh dari hasil percobaan yaitu
larutan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada
dan menunjukkan bahwa senyawa aspirin yang dihasilkan tidak
mengandung asam salisilat (mengandung gugus fenolik) sehingga tidak
terbentuk kompleks berwarna ungu. Berikut reaksi yang terjadi:

Aspirin

Kemurnian suatu zat juga ditentukan oleh rendemen dari zat yang
diperoleh tersebut dan titik lelehnya. Semakin tinggi rendemen suatu
zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan
semakin kecil nilai rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat
kemurnian semakin rendah. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan, diperoleh massa kristal aspirin 1,6 gram sehingga dapat
dihitung rendemennya.

Rendemen yang diperoleh sebesar 49,38%, jadi kemurnian kristal


hasil rekristalisasi adalah 49,38%. Hal tersebut membuktikan bahwa kristal
yang dihasilakan dalam percobaan ini bersifat murni, karena sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa rendemen murni memiliki persen rendemen
sebanyak >30%.

Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji titik leleh pada kristal


aspirin.Uji titik leleh ini dilakukan dengan cara mengambil sedikit kristal
aspirin hasil dari percobaan dengan menggunakan pipa kapiler sampai
kristal masuk dalam pipa kapiler ±1 cm dan kemudian diletakkan pada
melting block yang sudah dipasang dengan termometer. Kemudian melting
block dipanaskan diatas kompor listrik dan diamati suhu pada termometer.
Apabila kristal aspirin mulai meleleh yang ditandai berubahnya warna dari
putih menjadi larutan jernih pada sampel asam salisilat dalam pipa kapiler
maka pemanasan pada melting block dihentikan dan di catat suhu pada
termometer. Pada aspirin hasil percobaan diperoleh titik leleh aspirin
sebesar 1320C. Suhu yang diperoleh sudah mendekati dari teori yakni
1350C, walaupun tidak tepat teori, namun suhu yang didapat sudah bisa
ditoleransi karena suhu tidak terpaut jauh dengan teori, selain itu asam
salisilat yang digunakan bukan asam salisilat pa sehingga dapat
dimungkinkan terjadi perbedaan titik didih. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kristal asam salisilat yang diperoleh dalam percobaan ini sudah
murni. Rendemen yang dihasilkan yaitu sebesar 60%.

IX. Kesimpulan
1. Rekristalisasi dilakukan menggunakan pelarut air dengan rendemen yang
diperoleh sebesar 60% dengan titik leleh 154°C dengna kristal yang
dihasilkan berwarna putih berbentuk jarum.
2. Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat
anhidrida menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis. Massa kristal
aspirin yang diperoleh 1,6 gram dengan presentase 49,38% berwarna putih
. Kristal aspirin yang diperoleh bersifat murni sehingga pada proses
pengujian dengan menggunakan FeCl3, warna larutan yang dihasilkan
adalah warna kuning kecoklatan. Pada uji titik leleh diperoleh suhu 1320C.
Hal ini mendekati teori yaitu 1350C.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Rekristalisasi
Diketahui: Massa asam salisilat mula-mula = 1 gram
Massa kertas saring = 0,7 gram
Massa kertas saring + asam salisilat = 1,3 gram
Massa kristal salisilat = 0,6 gram
Ditanya : %Rendemen…….?
Jawab : % Rendemen = x 100%

%Rendemen = x 100% = 60%

Jadi presentase rendemen dari rekristalisasi sebesar 60 %.

2. Pembuatan Aspirin
Diketahui: Massa asam salisilat = 2,5 gram
V asam asetat anhidrat = 3,75 gram
ρ asam asetat anhidrat = 1,08 gram/mL
gram asam asetat anhidrat =ρxV
= 1,08 gram/mL x 3,75
gram
= 4,05 gram/mL
Mr asam salisilat = 138 gram/mol
Mr asam asetat anhidrat = 102 gram/mol
Massa kertas saring = 0,8 gram
Massa kertas saring + aspirin = 2,4 gram
Massa aspirin = 1,6 gram
Ditanya : % Rendemen………. ?
Jawab : n asam salisilat =

=
= 0,018 mol
n asetat anhidrat =

=
= 0,037 mol
M 0,018 mol 0,037 mol

R 0,018 mol 0,018 mol 0,018 mol 0,018


mol

S - 0,019 mol 0,018 mol 0,018


mol

Berat Aspirin teoritis = mol aspirin x Mr aspirin

= 0,018 mol x 180 gram/mol

= 3,24 gram

% Rendemen = x 100%

= x 100%
= 0,4938 x 100%
= 49,38 %

Jadi persentase rendemen aspirin yang dihasilkan sebesar 49,38%.


LAMPIRAN FOTO

Gambar Keterangan Gambar Keterangan


Alat-alat yang Bahan-bahan yang
digunakan digunakan dalam
dalam percobaan
percobaan pembuatan aspirin
pembuatan dan rekristalisasi
aspirin dan
rekristalisasi

1 gram asam 1 gram asam


salisilat salisilat
dimasukkan
kedalam
Erlenmeyer

Ditambahkan Larutan disaring


aquades hingga dengan corong
asam salisilat Buchner dan
larut dan diperoleh residu
dipanaskan berupa endapan
kedalam putih dan filtrate
penangas air larutan putih keruh
hingga larut

Filtrat Terbentuk Kristal


dipanaskan berbentuk jarum
kembali hingga dan disimpan
larut dan didesikator
disaring kembali
2,5 gram asam Ditambahkan asam
salisilat yaitu asetat anhidrat, + 3
berbentuk seruk tetes asam sulfat
putih pekat larutan
dimasukkan berubah menjadi
kedalam tidak berwarna,
Erlenmeyer larutan dipanaskan
hingga larut

Setelah Setelah itu


dipanaskan, ditambahkan
larutan disaring dengan aquades dan
dengan corong etanol dijaga suhu
Buchner antara 50-60oC dan
dipanaskan kembali

Setelah Diperoleh serbuk


dipanaskan di berwarna putih dan
saring kembali disimpan
dengan corng didesikator
Buchner

Setelah
disimpan dalam Dilakukan uji titik
desikator untuk leleh
uji titik leleh
Dilakuakn uji
kemurnian
Sampel yang menggunakan
semual serbuk FeCl3
berubah menjadi
larutan tidak
berwarna dan
diperoleh titik
leleh rekris
sebesar 154OC
dan aspirin
sebesar 132 OC
Dilakukan uji
dengan FeCl3
pada aspirin
larutan
berwarna
kuning
kecoklatan

Anda mungkin juga menyukai