Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

“Kasus Pembocoran Hasil Rekam Medis Pasien Terduga Covid-19 di


Medsos”

Oleh Kelompok 3

DOSEN PENGAMPU :
Hubaybah, S.KM., M.KM.
Dr. Guspianto, S.KM., M.KM.
Adelina Fitri, S.K.M., M.Epid.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2020 / 2021

1
UNIVERSITAS JAMBI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Ketua Kelompok :
Helma Vira Yani (N1A120045)
Anggota Kelompok :
1. Anggun Sri Wulandari (N1A120142)
2. Endang Astuti (N1A120043)
3. Enzelina Rosiana Tampubolon (N1A120149)
4. Serly Oktiani (N1A120051)
5. Tiara Ayu Ferwari (N1A120138)
6. Zakiyyah Aulia Rahmadhani (N1A120193)
DOSEN PENGAMPU
Hubaybah, S.KM., M.KM.
Dr. Guspianto, S.KM., M.KM.
Adelina Fitri, S.K.M., M.Epid.
Tanggal Pengumpulan Terakhir :
Jumlah Kata :
Saya menyatakan bahwa tugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri.
Materi yang digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai
sumber dan telah dicantumkan sumber bacaannya.

___________________________________ Tanggal 31/10/2021


(Helma Vira Yani)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
atas limpahan rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebagaimana mestinya.

Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas kami dari bidang
studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Adapun judul makalah ini adalah
"Kasus Pembocoran Hasil Rekam Medis Pasien Terduga Covid-19 di Medsos".

Kekurangan dan kekeliruan kami sadari masih dapat terlihat dari penulisan
makalah ini, maka dari itu baik kritik maupun saran membangun dari pembaca
sangat kami harapkan untuk bahan perbaikan makalah kami yang selanjutnya.

Akhir kata terimakasih pun kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat
baik yang berbentuk kerja sama maupun dukungan moril yang sangat membantu
kami menyelesaikan makalah ini. Kami harapkan makalah ini dapat berkontribusi
positif dan membawa manfaat bagi baik pembaca maupun bagi kami selaku
penyusunnya.

Jambi, 31 Oktober 2021

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
Landasan Teori......................................................................................................................................5
1.1 Pengertian Manajemen......................................................................................................5
1.2 Fungsi Manajemen.............................................................................................................6
1.3 Pengertian Administrasi.....................................................................................................7
1.4 Fungsi Administrasi.............................................................................................................8
1.5 Pengertian Rekam Medis...................................................................................................9
1.6 Pengertian Covid-19.........................................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................................12
DESKRIPSI KASUS.................................................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................16
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................16
3.1. Rekam Medis.......................................................................................................................16
3.2. Fungsi Manajemen Rekam Medis........................................................................................19
3.3. Hukuman.............................................................................................................................20
3.4. Solusi....................................................................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................................................24
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................................24
4.2. Saran..................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26

4
BAB I

Landasan Teori

1.1 Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris ialah “manage” yang berarti seni
mengurus, mengendalikan, melakukan serta mengelola. Sedangkan sebutan
Manajemen dalam bahasa Inggris berarti direksi, pimpinan.

Mary Parker Follet dalam Handoko yang dikutip dari buku Manajemen
Pendidikan mendefinisikan manajemen sebagai seni menuntaskan pekerjaan
dari orang lain, definisi ini berarti bahwa seseorang manajer bertugas
mengendalikan serta memusatkan orang lain guna menggapai tujuan organisasi.

Sedangkan Ricky W. Griffin menyatakan bahwa manajemen merupakan


suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian serta
pengontrolan sumber daya guna menggapai target secara efisien serta efektif
(Panarangi, 2017).

Manajemen bersifat melaksanakan kegiatan yang diperlukan guna mencapai


suatu tujuan dengan batas-batas yang sudah dirumuskan.

Dalam manajemen, terdapat sumber daya organisasi yang mana didalamnya


terdapat 6M+1I (man, money, machine, material, method, dan information),
dengan man (manusia) yang berarti sebagai sumber daya organisasi yang
sangat vital diantara sumber daya organisasi yang lain. Sebab manusialah yang
hendak mengatur sumber daya organisasi yang lain.

Manusia adalah sumber daya yang dinamis, karena manusia akan terus
mengalami perubahan dan pengembangan, baik perubahan kebutuhan,
harapan, kemauan, kemampuan, dan juga pola pikir. Karenanya sumber daya
manusia (SDM) memiliki keberadaan yang begitu penting di kehidupan.
Kehidupan manusia yang berubah-ubah itu la yang menyebabkan terjadinya
perubahan di berbagai sektor atau bidang kehidupan.

5
Upaya manusia memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginannya
sehingga membawa perubahan pada bidang teknologi, guna untuk
mempermudah berbagai kegiatan manusia dalam mengembangkan berbagai
teknologi sebagai wadahnya.

1.2 Fungsi Manajemen

Menurut George R. Terry fungsi manajemen mencakup kegiatan-kegiatan


perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan , dan pengawasan yang
dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (Lisnawati, 2017).

Menurut ArjiHarahap (2000) Fungsi manajemen yaitu :

A. Perencanaan (planning)

Membuat perencanaan merupakan proses awal menentukan tujuan


kegiatan untuk selanjutnya disajikan dengan strategi program, tata cara
pelaksanaan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati.

Manfaat tahapan planning yaitu pelaksanaan kegiatan dapat berjalan efektif


dan efisien, dapat dihindarinya penyimpangan dari tujuan yang mungkin
timbul, dapat mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang akan muncul,
dapat menghindari kegiatan tidak terarah, melakukan kegiatan sesuai visi
misi kelompok yang tertuang dalam tujuan bersama dan memotivasi
anggota melakukan kegiatan.

Proses planning berupa tahap prakiraan (forecasting), penetapan


tujuan (establishing objective), pemograman (progamming), penjadwalan
(scheduling), penganggaran (budgeting), pengembangan prosedur
(developing procedure) serta Penetapan dan interpretasi kebijakan
(establising and interpreting policies).

Perencanaan berfungsi untuk menentukan titik tolak dan tujuan usaha,


memberikan pedoman, pegangan dan arah, mencegah pemborosan waktu,
tenaga dan material, memudahkan pengawasan, sebagai evaluasi
kemampuan dan sebagai alat koordinasi

6
B. Pengorganisasian (organizing)
Tahap pengorganisasian dilakukan dengan menyususn anggota dalam
bentuk struktur sesuai dengan tujuan, sumber dan kingkungannya.

C. Pengarahan (actuating)

Pengarahan merupakan tugas utama dari fungsi kepemimpinan. Fungsi


kepemimpinan diantaranya sebagai pembimbing, pengarah, pemberi solusi
dan fasilitator.

D. Pengawasan (controlling)

Tahap pengawasan dilakukan untuk memonitor proses kegiatan untuk


memastikan kegiatan berjalan sesuai rencana. Pengawasan membutuhkan
prasyarat adanya perencanaan yang jelas dan matang serta struktur
organisasi yang tepat.

1.3 Pengertian Administrasi

Dalam bahasa Belanda administrasi atau yang juga disebut “Administratie”


memiliki makna yaitu segala kegiatan yang meliputi tulis-menulis, ketik-
mengetik, surat-menyurat (korespondensi), kearsipan, agenda serta pekerjaan
seperti tata usaha lainnya.

Terdapat juga pengertian dalam bahasa Yunani “Ad Ministrare” yang berarti
intensif dalam kata ad serta dalam kata ministrare berarti melayani, membantu
dan memenuhi. dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan sebagai suatu
kegiatan atau usaha guna membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur
pencapaian suatu tujuan.

Administrasi pada makna sempit yaitu berbagai macam kegiatan


ketatausahaan, dalam definisi ini administrasi cuma berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan ketatausahaan semacam korespondensi, kesertariatan,
penataan laporan serta kearsipan(Kamaluddin & Rapanna, 2017).

Sedangkan administrasi secara luas berasal dari bahasa Inggris


“Administration” yang berarti proses kerjasama antara dua orang ataupun lebih

7
bersumber pada rasionalitas tertentu guna menggapai tujuan bersama yang
sudah ditetapkan.

Berikut pendapat beberapa dari para ahli yang dilansir dalam novel Ilmu
administrasi yaitu bagi White, Administrasi merupakan proses yang biasanya
ada pada seluruh usaha kelompok, pemerintah ataupun swasta, sipil ataupun
militer, besar ataupun kecil. Berikutnya bagi M.Rahman, Administrasi selaku
aktivitas kelompok yang mengadakan kerjasama guna menuntaskan tugas
bersama(Rahman, 2017).

Sedangkan menurut Robbins yang dikutip dari buku Pengantar ilmu


Administrasi Negara mengemukakan bahwa “administration in the universal
process of vilocioncy getting activities completed with and through other people”
ataupun yang bisa diartikan sebagai administrasi yang merupakan totalitas
proses dari aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan secara efektif serta lewat orang
lain (Muhammad, 2019).

1.4 Fungsi Administrasi

Menurut Quible fungsi administrasi berupa fungsi rutin yang membutuhkan


pemikiran minimal mencakup pengarsipan dan penggandaan, fungsi teknis yang
membutuhkan pendapat, keputusan dan keterampilan perkantoran yang
memadai, fungsi analisis yang membutuhkan pemikiran yang kritis dan kreatif
disertai kemampuan mengambil keputusan, seperti membuat keputusan
pembelian, sungsi interpersonal yang membutuhkan penilaian dan analisis
sebagai dasar pengambilan keputusan serta keterampilan yang berhubungan
dengan orang lain seperti mengoordinasikan tim dan fungsi manajerial yang
membutuhkan perencanaan, pengorganisasian, pengukuran dan pemotivasian
(sutha, 2018).

Sedangkan fungsi administrasi secara umum berupa:


A. Planning (perencanaan) yang merupakan tahapan perencanaan yang
memerlukan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan
perencanaan.
B. Organizing (pengorganisasian) yaitu menyusun anggota menjadi kesatuan
khusus untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

8
C. Staffing merupakan proses menyusun personalia mulai dari merekrut
anggoota sampai pemaksimalan usaha tiap anggota tersebut.
D. Directing (pengarahan atau bimbingan) merupakan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah, untuk kegiatan berjalan sesuai yang
ditentukan sejak awal.
E. Coordinating (koordinasi) untuk melakukan sejumlah kegiatan agar berjalan
baik dengan menghindari terjadinya kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan yang dilakukan dengan menghubungkan, menyatukan dan
menyelaraskan anggota sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam
usaha untuk mencapai tujuan dengan usaha untuk setiap tenaga anggota
memberi daya guna yang maksimal kepada kegiatan.
F. Reporting (pelaporan) yaitu menyampaikan perkembangan atau hasil dari
kegiatan dengan agar dapat diperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas
dalam usaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
G. Budgeting (penganggaran) merupakan kegiatan mengelola dan perencanaan
yang berkelajutan mengenai keuangan atau anggaran.

1.5 Pengertian Rekam Medis

Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat (1) rekam medis


dijelaskan sebagai berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Abduh, 2021).

Rekam medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan pasien riwayat
penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien tersebut.

Proses kegiatan penyelenggaraan rekam medis dimulai pada saat


diterimanya pasien-pasien di rumah sakit, dilanjutkan dengan kegiatan
pencatatan data medis pasien oleh dokter atau dokter gigi atau tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan kegiatan langsung kepada pasien
(Depkes, 2006). Penyelenggaraan rekam medis mencakup penerimaan pasien,
pencatatan, pengelolaan rekam medis, penyimpanan kembali rekam medis dan
pengambilan kembali rekam medis.

9
Secara umum rekam medis berguna untuk alat komunikasi antara dokter dan
tenaga kesehatan, dasar perencanaan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada pasien, alat bukti tertulis atas pelayanan dan pengobatan
terhadap pasien, dasar analitis studi evaluasi mutu pelayanan. terhadap pasien,
melindungi kepentingan hukum bagi pasien rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya, menyediakan data-data khusus yang sangat berguna
untuk keperluan penelitian, dasar perhitungan biaya pelayanan medis pasien,
serta menjadi sumber ingatan dan bahan pertanggungjawaban.

1.6 Pengertian Covid-19

Covid-19 atau coronavirus disease 2019 adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-
2) (9). Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
membutuhkan pengobatan khusus.

Namun, dalam beberapa kasus yang menyerang lansia dan orang-orang


yang memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit
pernapasan kronis atau kanker dapat memunculkan penyakit berat atau
komplikasi. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tanpa memandang
usia,jenis kelamin maupun status sosial ekonomi.

Peter Ben Embarek selaku Kepala Misi Tim WHO mengatakan hasil
penyelidikan WHO bahwa virus corona awal timbul di Wuhan,, Provinsi Hubei,
Cina pada Desember 2019 kemudian. Hasil investigasi World Health
Organization pula menciptakan bila mungkin virus ditularkan kelelawar di Cina
selatan ke salah satu hewan peternakan hewan liar yang terdapa di Cina,
sampai kesimpulannya berpindah pada manusia.

Banyak teori konspirasi yang merebak dan menduga terkait asal usul virus
corona, salah satu teori menyebutkan jika virus ini dibuat di laboratorium Wuhan
secara sengaja, namu penyidik WHO menepis soal anggapan tersebut.

Menurut data Pemerintah China yang dapat dilihat pada South China Morning
Post, seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun kemungkinan menjadi

10
orang pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal
tersebut satu hingga lima kasus bahkan lebih dilaporkan setiap hari.

Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan secara


resmi kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 di Istana
Negara. Dua warga negara Indonesia yang dikabarkan positif Covid-19 tersebut
melakukan kontak dengan warga negara asal Jepang yang berkunjung ke
Indonesia

11
BAB II

DESKRIPSI KASUS

Kasus Pembocoran Hasil Rekam Medis Pasien Terduga Covid-19 di


Medsos, Dr.Jane.Sp.Rad Dipolisikan

Kupang, NTT – Diduga membocorkan hasil rekam medis pasien yang diduga
Covid-19, Dokter Jane, Sp.Rad yang berdinas di Rumah Sakit SK. Lerik Kota
Kupang, akhirnya dilaporkan keluarga pasien melalui Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Surya NTT ke Polda NTT.

Kasus yang sempat heboh di medsos dengan melampirkan hasil rekam medis
dan nama jelas pasien yang telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. WZ.
Yohanes Kupang ini, ternyata berujung pada persoalan hukum dan pelanggaran
kode etik Kedokteran Indonesia yang dilakukan Dr. Jane, sebagaimana di
amanatkan pasal 16.

Langkah hukum yang ditempuh pihak keluarga pasien dengan melaporkan kasus
ini ke LBH Surya NTT adalah semata – mata menggugat pertanggung jawaban
hukum Dr. Jane, yang telah secara sadar, tahu dan mau membocorkan hasil rekam
medis pasien yang diduga Covid-19 ke publik tanpa se ijin pasien dimaksud.

Fakta yang terkuak sebagaimana di beberkan pihak keluarga pasien kepada


Media ini menyebutkan bahwa pasien yang adalah orang tua mereka, saa ini
mengalami ganguan dan tekanan psikologis, hingga tak mau lagi makan dan minta
dikeluarkan dari Rumah Sakit.

Salah satu keluarga pasien yang enggan namanya di tulis kepada media ini
mengatakan, pihaknya sangat menyesali tindakan kemanusiaan yang melawan
hukum dan kode etik kedokteran yang dilakukan Dr. Jane.Apalagi secara sadar
mempublikasikan hasil rekam medis orang tua kami ke publik.

“Ini yang kami gugat dan meminta pertanggungjawaban secara hukum kepada
Dr. Jane dan pihak Rumah Sakit SK. Lerik Kota Kupang atas tindakan kemanusiaan
yang telah melukai kami sebagai pihak keluarga.Kami telah memberikan kuasa
kepada pihak LBH Surya NTT untuk melaporkan kasus ini ke Polda NTT”.

12
Tegasnya.Pihak LBH Surya NTT yang diwakilkan stafnya, Rama Vicky Mbura SH
dan Mutiara Ayako Manafe SH, saat dimintai tanggapannya mengatakan, pihaknya
akan tetap mengawal dan segera melaporkan kasus ini ke Polda NTT sebagaimana
yang diharapkan pihak keluarga pasien.

“Tindakan Dr. Jane ini, menurut kami sudah keterlaluan dan melawan hukum
sebagaimana diamanatkan pasal 16 kode etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI).Kami akan tetap memperjuangkan keadilan bagi klien kami dan meminta
pertanggungjawaban hukum Dr. Jane dan pihak Rumah Sakit SK.Lerik Kota
Kupang”. Tandas Rama Mbura, di amini Muthiara Manafe. Ditambahkan Zet Misa,
SH salah satu staf pada kantor LBH SuryaNTT mengatakan bila diekspos melalui
media sosial grup pada Facebook maka konsekwnsi hukumnya jelas dikenakan
Undang – undang ITE dengan ancaman hukuman 6 Tahun Penjara. Nanti kita liat
saja bila sudah dilaporkan tergantung pengembangan pihak penyidik kepolisian
pungkasnya.

Sementara itu Pihak RS.SK. Lerik Kota Kupang, melalui Kepala Bagian (Kabag)
Tata Usaha, Anderias Woli, SH kepada media ini diruang kerjanya mengatakan,
dirinya tidak berkompeten untuk memberikan pernyataan seputar kasus tersebut,
mengingat pihaknya menggunakan sistem satu pintu. Dirinya berjanji akan segera
memberikan klarifkasi dari pihak RS. Lerik.Kota Kupang pada hari ini, mengingat
saat ini Direkturnya tidak berada ditempat.

“Kami akan segera menyampaikan keluhan pihak keluarga pasien yang


didampingi tim LBH Surya NTT untuk segera memberikan klarifikasi atas tindakan
yang dilakukan oleh Dr. Jane”. Ungkapnya.

Rekam Medis

Menurut Kholili (2011) Rekam medis merupakan suatu berkas yang mana
berisikan tentang data-data serta dokumen tentang bukti diri pasien, pengecekan,
pengobatan, kegiatan serta pelayanan lainnya pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Setelah itu muncul pembaharuan PERMENKES No: 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008
yang mana disitu diartikan bahwa rekam medis merupakan sebuah berkas yang
berisi catatan serta dokumen yaitu antara lain : bukti diri pasien, hasil pengecekan,
pengobatan yang telah diberikan, kegiatan, serta pelayanan lainnya yang sudah
diberikan kepada pasien. Rekam medis bisa digunakan sebagai salah satu bukti

13
ataupun perlengkapan fakta tertulis didalam pengadilan. Tenaga kesehatan yang
tidak membuat catatan rekam medis tidak hanya mendapatkan sanksi hukum tetapi
juga bisa dikenakan sanksi disiplin serta etik sesuai dengan yang telah tercantum
didalam UU Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia
serta Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.

Salah satu faktor utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima
merupakan tersedianya pelayanan medis oleh dokter serta dokter gigi dengan
kualitasnya yang terpelihara dan sesuai dengan amanah Undang- Undang Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Seperti yang telah tercantum dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran, yang dimana disebutkan bahwa setiap dokter
serta dokter gugi harus mengacu pada standar, pedoman serta prosedur yang
berlaku sehingga warga mendapatakan pelayanan medis secara handal serta
nyaman.

Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) Uun No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan
dan dokumen tentang identitas pasien,pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang.

Rekam medis yaitu berkas yang catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien di suatu institusi medis. PERMENKES No : 269/MENKES/PER/III/2008 yang
dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Kedua pengertian rekam
medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam
medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan
maupun di luar sarana kesehatan. Namun dengan terbitnya PERMENKES No: 269 /
MENKES / PER/ III / 2008 sudah tidak ada perbedaan lagi.

14
Sanksi Hukum

Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap


tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).Selain tanggung jawab pidana, dokter dan
dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara
perdata, karena dokter dan dokter gigi (Kholili, 2011).

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Rekam Medis

a. Pengertian
Rekam medis merupakan suatu berkas yang mana berisikan tentang data-
data serta dokumen tentang bukti diri pasien, pengecekan, pengobatan,
kegiatan serta pelayanan lainnya pada fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah
itu muncul pembaharuan PERMENKES No: 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008 yang
mana disitu diartikan bahwa rekam medis merupakan sebuah berkas yang
berisi catatan serta dokumen yaitu antara lain : bukti diri pasien, hasil
pengecekan, pengobatan yang telah diberikan, kegiatan, serta pelayanan
lainnya yang sudah diberikan kepada pasien. Rekam medis bisa digunakan
sebagai salah satu bukti ataupun perlengkapan fakta tertulis didalam
pengadilan. Tenaga kesehatan yang tidak membuat catatan rekam medis tidak
hanya mendapatkan sanksi hukum tetapi juga bisa dikenakan sanksi disiplin
serta etik sesuai dengan yang telah tercantum didalam UU Praktik Kedokteran,
Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia( KODEKI) serta Kode Etik
Kedokteran Gigi Indonesia( KODEKGI).
Salah satu faktor utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima
merupakan tersedianya pelayanan medis oleh dokter serta dokter gigi dengan
kualitasnya yang terpelihara dan sesuai dengan amanah Undang- Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Seperti yang telah
tercantum dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, yang dimana disebutkan
bahwa setiap dokter serta dokter gigi harus mengacu pada standar, pedoman
serta prosedur yang berlaku sehingga warga mendapatakan pelayanan medis
secara handal serta nyaman.
Rekam medis yaitu berkas yang catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan
kepada pasien di suatu institusi medis. PERMENKES No :
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah

16
diberikan kepada pasien. Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan
perbedaan yaitu Permenkes Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 hanya
menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik
Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan rekam medis pada UU Praktik
Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar
sarana kesehatan. Namun dengan terbitnya PERMENKES No: 269 /
MENKES / PER/ III / 2008 sudah tidak ada perbedaan lagi (Kholili, 2011b)

b. Tujuan Rekam Medis


Dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Rekam Medis 2006, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia menyatakan: Tujuan dari rekam medis adalah
untuk membantu mencapai peraturan serta meningkatkan perawatan medis
rumah sakit. Tanpa dukungan sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan
akurat, pengelolaan rumah sakit yang tertib tidak akan tercapai seperti yang
diharapkan. Saat ini tatanan manajemen merupakan salah satu penentu
kegiatan medis di rumah sakit.

c. Kerahasian Rekam Medis


Informasi tentang pasien bersifat sensitif, dan rumah sakit harus menjaga
kerahasiaan informasi pasien dan menghormati kebutuhan privasi mereka.
Rahasia disembunyikan dan hanya diketahui oleh satu, beberapa, atau
lingkaran tertentu. Kerahasiaan adalah pembatasan pengungkapan informasi
pribadi tertentu. Ini termasuk tanggung jawab untuk menggunakan,
mengungkapkan, atau mengungkapkan informasi hanya dengan
sepengetahuan dan izin pasien (Siswati & Dindasari, 2019).
Pada “Kasus Pembocoran Hasil Rekam Medis Pasien Terduga Covid-19 di
Medsos, Dr. Jane. Sp. Rad Dipolisikan” diatas terlihat jelas bahwa dokter
tersebut melampirkan hasil rekam medis dan nama jelas pasien yang telah
dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. WZ. Yohanes Kupang tanpa
sepengetahuan atau se izin pasien ataupun keluarga pasien. Dr. Jane, yang
telah secara sadar, tahu dan mau membocorkan hasil rekam medis pasien
yang diduga pasien Covid-19 ke publik, berujung di laporkan oleh pihak
keluarga pasien.

17
Penyediaan informasi yang transparan dan komprehensif tentang data
pasien Covid-19 oleh para pemangku kepentingan yang menangani wabah ini
diwajibkan oleh undang-undang dan harus dilaksanakan. Hal ini diatur dalam
Pasal 57 Ayat 2 UU tersebut. menyatakan bahwa kerahasiaan kondisi
seseorang dianggap tidak sah untuk tujuan hukum dan untuk kepentingan
masyarakat. Kondisi ini merupakan konflik hukum yang serius antara
perlindungan hak-hak pribadi dan kinerja kepentingan publik. Masalah
keamanan catatan media perlu ditangani secara berbeda, dan keterbukaan
kepada masyarakat umum menimbulkan tantangan bagi keberadaan hak asasi
manusia pribadi. Perlindungan data kesehatan juga dapat terjadi sehubungan
dengan interaksi antara pasien dan penyedia layanan di fasilitas medis.
Ruang lingkup rekam medis meliputi data pasien dan status kesehatan.
Keduanya dibuat dengan data rekam medis dan diketahui oleh penyedia
layanan kesehatan rumah sakit, klinik, dan dokter. Data pasien untuk pasien
dianggap sebagai data pribadi yang sensitif. Hal ini terkait erat dengan potensi
risiko hukum yang mungkin ditakuti, seperti mengumpulkan, mengakses dan
mengungkapkan data rekam medis pasien kepada pihak lain yang tidak
bertanggung jawab tanpa sepengetahuan dan persetujuan pasien sendiri.
Pasal 1 (1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis menyatakan bahwa rekam medis adalah
catatan dan dokumen yang meliputi identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, perilaku, dan pelayanan lainnya. Informasi yang terdapat dalam
rekam medis bersifat rahasia. Hal ini karena isi bagan menggambarkan
hubungan unik antara pasien dan dokter, dan perlu untuk melindungi pasien
dari kebocoran sesuai dengan Kode Etik Kedokteran dan peraturan yang
berlaku. Komponen kerahasiaan data rekam medis pasien merupakan hasil
pemeriksaan pasien dan merupakan laporan yang tidak boleh diungkapkan
kepada orang yang tidak berwenang karena dapat mempengaruhi kepribadian
pasien. Sebagai aturan umum, pasien berhak atas kerahasiaan dan kewajiban
kerahasiaan penyakit mereka, sebagaimana diatur dalam Pasal 32 (i) Undang-
Undang.
Data rekam kesehatan memiliki dua bagian utama: informasi sensitif dan
informasi non-rahasia. Informasi sensitif terdiri dari laporan atau hasil tes
kesehatan pasien dan tidak boleh dibuka atau diberikan kepada orang yang
18
tidak berwenang. Adalah tanggung jawab dokter pasien untuk
memberitahukan kepada pasien/keluarga tentang penyakit pasien dan pihak
lain tidak berhak. Untuk saat ini, informasi non-rahasia meliputi identitas dan
informasi non-medis. Informasi tentang rekam medis pasien Covid-19
merupakan salah satu jenis informasi pribadi. Data pribadi pasien adalah
informasi yang tidak terbuka untuk umum.
Konten informasi, termasuk catatan medis dan data pribadi non-medis
pasien Covid 19, dikecualikan dan dilarang untuk diungkapkan. Data ini hanya
dapat dibuka dengan persetujuan pemiliknya atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Jika ada yang melanggar ketentuan ini akan dikenakan
sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa informasi
kesehatan masyarakat tersedia untuk umum karena termasuk dalam bagian
tentang hak-hak sosial dasar untuk mengakses layanan medis. Namun, ini
tidak berlaku untuk data rekam pasien yang mencakup hak individu yang
sensitif dalam beberapa keadaan. Akses terbuka ke data pasien sangat
dibatasi oleh hukum (Rizki Prananda, 2020).

3.2. Fungsi Manajemen Rekam Medis

Berdasarkan pernyataan yang ada di SK Menkes No. 034/Birhup/l972


tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit yaitu setiap rumah sakit
wajib mempunyai dan merawat statistik yang up-to-date (terkini) dan membina
medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Dan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rekam medis dan informasi
kesehatan memang menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari rumah
sakit maupun puskesmas.
Manajemen menurut Scanlan dan Key dalam Sulaeman adalah koordinasi
dan pengintegrasian dari semua sumber-sumber daya (manusia dan cara)
untuk menyelesaikan hasil-hasil yang khusus dan bervariasi. Sedangkan
menurut Richard L.Daft (2002:8) Manajemen adalah pencapaian terhadap
sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi

19
Menurut Rizki Prananda (2020) Dalam mewujudkan suatu pelayanan yang
bermutu dibutuhkan suatu manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu
tentunya mengacu pada fungsi manajemen itu sendiri, dimana fungsi yang
dimaksudkan tidak lain adalah POAC.
a) Perencanaan (Planning) ialah proses pemikiran dan penentuan secara
pasti mengenai hal yang akan dilakukan dimasa yang akan datang
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang, alat, tugas, tanggung jawab serta wewenang
sehingga menciptakan suatu organisasi yang digerakkan dan saling
berhubungan demi pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c) Penggerakan (Motivating) merupakan proses memberikan dukungan
kepada para bawagan sehingga mereka memiliki niat bekerja secara
ikhlas dan dapat mencapai tujuan dari organisasi secara ekonomis dan
efisien.
d) Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan pelaksanaan
pada seluruh kegiatan organisasi demi menjamin semua kegiatan
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disepakati.

3.3. Hukuman

Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa


setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis
dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).Selain tanggung jawab
pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dapat
dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi (Kholili, 2011)
Pasal 79 butir c di dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
praktek kedokteran yaitu “Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah),
setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau
huruf e”.

20
Pelanggaran kerahasiaan rekam medis ini telah melanggar Pasal 13
KODEKI, Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 Tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran, Pasal 322 KUHP dan Pasal 79 butir c Undang
undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. “Setiap dokter
wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia” (Nasution,
2013).
Menurut Nasution (2013) Pelanggaran etik tidak menimbulkan sanksi
formal bagi pelakunya, sehingga terhadap pelakunya hanya diberikan tuntutan
oleh dewan pembina yang bertugas memberikan arahan, pertimbangan,
petunjuk, saran dan nasehat.Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran etik
rekam medis bergantung pada berat dan ringannya pelanggaran etik tersebut.
Bentuk-bentuk sanksi pelanggaran etik rekam medis dapat berupa:
a. Teguran atau tuntutan secara lisan atau tulisan
b. Penurunan pangkat atau jabatan
c. Penundaan kenaikan pangkat atau jabatan
d. Untuk kasus pelanggaran etikolegal, dapat diberikan hukuman sesuai
e. peraturan kepegawaian yang berlaku dan diproses ke pengadilan
f. Pencabutan izin

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan


Rahasia Kedokteran Pasal 4 : “Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai :
wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut
Pasal 322 KUHP, maka Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan
administratif berdasarkan Pasal 11 Undang- undang Tenaga Kesehatan.”
Pasal 322 Kitab Undang-undang Hukum Pidana : “Barang siapa dengan
sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau
pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah” (Nasution, 2013).

21
3.4. Solusi

Rekam medis merupakan berkas yang terdapat catatan dan dokumen


mengenai identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, serta tindakan yang
diterima oleh pasien. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa rekam medis
merupakan data yang bersifat rahasia berisikan mengenai pasien yang dibuat
oleh tenaga medis yang melayani. Maka dari itu, setiap dokter, dokter gigi
ataupun tenaga kerja lainnya diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan pasien.
Hal tersebut juga telah ditegaskan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) tentang kewajiban dokter terhadap pasien yang berbunyi: “Seorang
dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien
karena kepercayaan yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien
meninggal dunia.”
Namun seperti yang kita ketahui pada “Kasus Pembocoran Hasil Rekam
Medis Pasien Terduga Covid-19 di Medsos, Dr. Jane. Sp. Rad Dipolisikan”, Dr.
Jane telah melangar salah satu kode etik dokter yang mana hal ini dapat
berdampak pada turunnya rasa percaya pasien dalam memerikasakan penyakit
yang diderita kepada para dokter. Sebab dampak yang muncul apabila data
rekam medis pasien disebarluakan berupa kehilangan pekerjaan, pasien tidak
dapat menerima santunan asuransi, tidak jadi menikah, terjadi perceraian, atau
terjadi ketidakharmonisan dalam kehidupan pribadinya.
Adapun cara dalam penyelesaian kasus tindak pidana pembocoran rekam
medis dapat diselesaikan melalui 2 cara yaitu jalur litigasi (pengadilan) dan
jalur non litigasi. Namun berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Tahun
1982 Mahkamah Agung telah memberikan arahan kepada para hakim, bahwa
penanganan terhadap kasus dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
diduga melakukan tindakan atau pelayanan medis agar dimintai pendapat dari
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), suatu lembaga
independen yang berada dibawah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), terlebih
dahulu sebelum diperoses secara jalur hukum atau dapat melalui Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang berada pada naungan IDI
(Nainggolan, 2019).
Sedangkan untuk penyelesaian jalur litigasi (pengadilan) kasus tindak
pidana membuka rahasia kedokteran memiliki alur proses yang sama dengan

22
tindak pidana pada umumnya namun dibedakan dengan hadirnya saksi yang
ahli dibidang kedokteran demi membantu para hakim dalam memutuskan hasil
dalam perkara medis khususnya membuka rahasia kedokteran.
Demi menghindari hal-hal tersebut terjadi, maka ada baiknya melakukan
pelayan kesehatan partnership yang menempatkan health provider serta health
receiver dalam pola kemintraan yang mana keduanya akan terikat dalam
hubungan kontraktual (kontrak terapeutik) dimana masing-masing pihak
memiliki hak dan kewajiban untuk saling menghargai dan menghormati pihak
lain serta memiliki kesetaraan dalam pengambilan keputusan terhadap suatu
tindakan medik yang akan diberikan tenaga kesehatan kepada pasien.
Pengembangan pola partnership ini adalah dalam bentuk pelaksanaan
informed consent yang merupakan penghargaan akan hak-hak asasi pasien.
Health provider berkewajiban untuk mendapatkan persetujuan (izin) dari pasien
terhadap apa saja yang akan dilakukannya dalam memberikan pelayanan
medik ataupun dalam menyampaikan hal terkait tindakan yang diterima pasien
kepada oranglain. Pengingkaran terhadap pola pelayanan partnership ini akan
merusak keharmonisan hubungan kontrak terapeutik yang tentunya dapat
berimplikasi hukum (Judi et al., 2017).
Dengan kata lain, pihak dokter harus memegang teguh kode etik yang telah
disumpahkan selama penobatan gelar Dokter yaitu menjaga setiap informasi
mengenai pasien dan tidak boleh disebarluaskan kecuali sebagai alat bukti
dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan
penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi, keperluan pendidikan
dan penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, data statistik
kesehatan dan atas seizin pasien.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris ialah “manage” yang berarti
seni mengurus, mengendalikan, melakukan serta mengelola. Menurut George
R. Terry fungsi manajemen mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan , dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya. Dalam bahasa Belanda administrasi atau
yang juga disebut “Administratie” memiliki makna yaitu segala kegiatan yang
meliputi tulis-menulis, ketik-mengetik, surat-menyurat (korespondensi),
kearsipan, agenda serta pekerjaan seperti tata usaha lainnya

Rekam medis merupakan suatu berkas yang mana berisikan tentang data-
data serta dokumen tentang bukti diri pasien, pengecekan, pengobatan,
kegiatan serta pelayanan lainnya pada fasilitas pelayanan kesehatan. Rekam
medis bisa digunakan sebagai salah satu bukti ataupun perlengkapan fakta
tertulis didalam pengadilan. Tujuan dari rekam medis adalah untuk membantu
mencapai peraturan serta meningkatkan perawatan medis rumah sakit. Tanpa
dukungan sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan akurat, pengelolaan
rumah sakit yang tertib tidak akan tercapai seperti yang diharapkan.

Informasi tentang pasien bersifat sensitif, dan rumah sakit harus menjaga
kerahasiaan informasi pasien dan menghormati kebutuhan privasi mereka.
Rahasia disembunyikan dan hanya diketahui oleh satu, beberapa, atau
lingkaran tertentu. Kerahasiaan adalah pembatasan pengungkapan informasi
pribadi tertentu. Ini termasuk tanggung jawab untuk menggunakan,
mengungkapkan, atau mengungkapkan informasi hanya dengan
sepengetahuan dan izin pasien. Hal ini diatur dalam Pasal 57 Ayat 2 UU
tersebut. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kerahasiaan kondisi seseorang
dianggap tidak sah untuk tujuan hukum dan untuk kepentingan masyarakat.

Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa


setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis

24
dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1(satu) tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).Selain tanggung jawab
pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dapat
dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi.

Adapun cara dalam penyelesaian kasus tindak pidana pembocoran rekam


medis dapat diselesaikan melalui 2 cara yaitu jalur litigasi (pengadilan)  dan
jalur non litigasi. Namun berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Tahun
1982 Mahkamah Agung telah memberikan arahan kepada para hakim, bahwa
penanganan terhadap kasus dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
diduga melakukan tindakan atau pelayanan medis agar dimintai  pendapat dari
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), suatu lembaga
independen yang berada dibawah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), terlebih
dahulu sebelum diperoses secara jalur hukum atau dapat melalui Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang berada pada naungan IDI (Ikatan
Dokter Indonesia).

4.2. Saran

Tentunya penulis dan tim menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis serta tim
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam pengembangan
makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, R. (2021). Kajian Hukum Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Malpraktik Medis. Jurnal Ilmu
Hukum, 6(1), 221–234. http://journal.umsu.ac.id/index.php/delegalata/article/view/4661
ArjiHarahap, S. (2000). Implementasi Manajemen Syariah Dalam Fungsi-Fungsi Manajemen. Journal
of Visual Languages & Computing, 11(3), 287–301.
Judi, J., Werdani, K. E., Purwaningsih, S. B., & . P. (2017). Tata Kelola Dokumen Rekam Medis Sebagai
Upaya Menjaga Rahasia Medis di Pelayanan Kesehatan. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia, 5(1), 96. https://doi.org/10.33560/.v5i1.156
Kamaluddin, A., & Rapanna, P. (2017). Administrasi Bisnis. CV SAH MEDIA.
Kholili, U. (2011a). Pengenalan Ilmu Rekam Medis Pada Masyarakat Serta Kewajiban Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Komunitas, 1(2), 60–72.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol1.iss2.12
Kholili, U. (2011b). Pengenalan Ilmu Rekam Medis Pada Masyarakat Serta Kewajiban Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit Introduction to Medical Records In Community Health Workers And
Liabilities at hospital. 1(5), 61–72.
Lisnawati, R. (2017). FUNGSI MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, DAN KINERJA GURU. 2,
143–149.
Muhammad. (2019). PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA. UNIMAL PRESS.
file:///C:/Users/MYNOTE~1/AppData/Local/Temp/Pengantar-Ilmu-Adm-Negara.pdf
Nainggolan, R. R. S. B. (2019). Pertanggungjawaban Pidana Dokter yang Melakukan Pelanggaran
Kerahasiaan Rekam Medis Pasien berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran. JOM Fakultas Hukum, 5(2).
Nasution, A. K. S. (2013). Sanksi Pidana Terhadap Pelanggaran Kerahasiaan Rekam Medis Pasien
Ditinjau Dari Undang Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Fakultas Hukum,
Universitas Sumatera Utara, 29, 1–28.
Panarangi, A. R. (2017). MANAJEMEN PENDIDIKAN ( andi gusti Tantu (ed.)). CELEBES MEDIA
PERKASA. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=LwA2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=Pananrangi,+H.+A.+R.,+%26+SH,+M.+P.
+(2017).+Manajemen+Pendidikan+(Vol.+1).
+Celebes+Media+Perkasa.&ots=1PsyUtvsPi&sig=NBcMJ6bVJGCkEpjTmAd3ejthW3g&redir_esc=
y#v=onepage&q&f=false
Rahman, M. (2017). Ilmu Administrasi. CV SAH MEDIA.
Rizki Prananda, R. (2020). Batasan Hukum Keterbukaan Data Medis Pasien Pengidap Covid-19:
Perlindungan Privasi VS Transparansi Informasi Publik. Law, Development and Justice Review,
3(1), 142–168. https://doi.org/10.14710/ldjr.v3i1.8000
Siswati, S., & Dindasari, D. A. (2019). Tinjauan Aspek Keamanan dan Kerahasiaan Rekam Medis di
Rumah Sakit Setia Mitra Jakarta Selatan. Jurnal Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 2(2),
91. https://doi.org/10.31983/jrmik.v2i2.5349
sutha, diah wijayanti. (2018). Administrasi Perkantoran. indomedia pustaka.
WHO. (2019). Covid-19.

26

Anda mungkin juga menyukai