Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LAWRENCE GREEN THEORY ( PROCEDE – PROCEED MODEL )

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KESMAS B 2021

RINI TRI HAPSARI (J1A121065)


ANDI RESKY PUTRI ANGGELIKA (J1A121109)
SITTI RAMADHAN (J1A121078)
ANGGITA RIAMA TIMNA (J1A121113)
RISKA MULYANI (J1A121066)
SETIAWAN MARLINO (J1A121072)
SITTI FATIMAH MILU (J1A121076)
SITTI NORMALINDAH (J1A121077)
WA ODE EKA APRIANA SARI (J1A121088)
ANDI SASQIA ANANDA FIRDANG (J1A121110)
WINDIASTUTI (J1A121096)
SISKA NOVA ARDITA (J1A121074)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha kuasa karna
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya guna memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar Promosi
Kesehatan dan dalam makalah ini kami membahas tentang Lawrence Green
Theory ( Procede – Proceed Model ).

Dalam pembuatan makalah ini kami merujuk pada buku – buku referensi,
internet, dan berbagai sumber. Dalam Penulisan makalah ini kami telah
membahas dan memahami dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih :

1. Kepada Dosen kami Bapak Fikki Prasetya, S.KM., M.Kes yang telah
memberikan dan membimbing dalam penulisan makalah ini kepada kami.
2. Kepada teman – teman Kelas B Kesehatan Masyarakat 2021 yang telah
memberikan pikiran, ide, dan saran dalam penulisan makalah ini. Dan,
3. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan adanya bahasan, Penyajian makalah ini mengenai Lawrence Green


Theory ( Procede – Proceed Model ) dengan materi yang menarik dan mudah
dibaca. Kita sebagai kaum pelajar/mahasiswa tentunya tertarik dan ikut
berpartisipasi pembahasan materi ini.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran untuk perbaikannya dari para pembaca saya harapkan. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Kendari, 5 Juni 2022


Penuis,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Precede Proceed Model (Lawrance Green) ............................... 3


2.2 Kerangka Precede-Procede Model ............................................ 4
2.3 Contoh Kasus Precede-Procede Model ..................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 12


3.2 Saran .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat telah berubah lebih dan lebih dalam beberapa


tahun terakhir ke ilmu sosial dan perilaku untuk pemahaman yang lebih baik
dari kekuatan yang membentuk gaya hidup, kebiasaan kesehatan,
mempengaruhi penyebaran pengetahuan kesehatan, sikap dan praktek, dan
memberikan dukungan atau tekanan untuk adopsi perilaku sehat dan tidak
sehat. Tinjauan ini mengkaji perkembangan terkini khususnya dalam aplikasi
yang mengarah pada intervensi yang dirancang untuk memodifikasi atau
mengembangkan perilaku kesehatan. Perbedaan ini telah menjadi kabur dalam
masyarakat modern yang sadar dan canggih tentang perilaku, penyebabnya,
dan cara untuk mempengaruhinya. Individu, keluarga, praktisi kesehatan,
lembaga kesehatan, organisasi swasta, dan pemerintah semuanya memiliki
pemahaman dan alat yang berkembang untuk memodifikasi dan
mengembangkan perilaku mereka sendiri dan perilaku anggota, konstituen,
dan konsumen mereka. Pada saat yang sama, mereka semua mungkin
mengembangkan repertoar pertahanan dan penolakan sadar dan tidak sadar
terhadap upaya orang lain untuk mengubahnya. Karena repertoar ini telah
menjadi begitu kaya dan beragam, tinjauan ini hanya dapat menawarkan
cakupan yang dangkal dari garis-garis utama kemajuan terkini. Ini dicoba
terlebih dahulu dengan menguraikan beberapa kerangka alternatif dan
pelengkap untuk mengorganisir teori, penelitian, kebijakan, dan praktik dalam
perubahan perilaku untuk kesehatan. Kedua, beberapa dari kerangka kerja ini,
terutama kerangka kehidupan dan pengaturan untuk promosi kesehatan,
digunakan untuk menyajikan contoh penerapan strategi perubahan perilaku
untuk peningkatan kesehatan, dan untuk menyoroti beberapa masalah
kebijakan, etika, dan penelitian yang dihadapi aplikasi masa depan perubahan
perilaku dalam kesehatan masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah

1. Apa precede-proceed model (lawrance green)?


2. Apa kerangka precede-procede model?
3. Bagaimana contoh kasus precede-procede model?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui apa precede-proceed model (lawrance green)?


2. Utuk mengetahui kerangka precede-procede model?
3. Untuk mengetahui contoh kasus precede-procede model?

1.2 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini adalah

1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dalam menulis


makalah yang baik dan menambah pengetahuan tentang materi yang
ditulis.
2. Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk
menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Lawrence Green Theory
( Procede – Proceed Model ).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Precede-Proceed Model (Lawrance Green)

Model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan adalah


PRECEDE – PROCEED. Model ini memungkinkan suatu struktur
komprehensif untuk menilai tingkat kesehatan dan kebutuhan kualitas
kehidupan, merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi progran
promosi kesehatan dan program kesehatan publik lainnya. PRECEDE yang
merupakan akronim dari “Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation”, menggambarkan perencanaan proses
diagnosis untuk membantu perkembangan program kesehatan atau edukasi
kesehatan. PROCEED yang merupakan akronim dari “Policy, Regulatory,
Organizational Construct, in Educational and Environmental Development”,
mendampingi proses implementasi dan evaluasi program atau intervensi tang
telah dirancang dalam PRECEDE. Model PRECEDE-PROCEED mengatur
perhatian pertama pendidik kesehatan pada outcome dan memulai proses
perencanaan pendidikan kesehatan dengan melihat outcome yang diinginkan
yaitu kualitas hidup yang baik.

PRECEDE terdiri atas 5 fase antara lain fase diagnosis sosial,


epidemiologi, perilaku dan lingkungan, pendidikan dan ekologi, dan
administrasi dan kebijakan. Sedangkan PROCEED terdiri dari 4 fase
tambahan, fase keenam merupakan pengimplementasian intervensi pada fase
kelima. Fase ketujuh dilakukan proses evaluasi dari intervensi tersebut. Fase
kedelapan mengevaluasi dampak dari intervensi pada berbagai faktor
pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri. Fase terakhir terdiri atas
evaluasi outcome yang menentukan efek terbesar pada intervensi kesehatan
dan kualitas kehidupan suatu populasi. Pada praktek di lapangan, PRECEDE
dan PROCEED berjalan dalam lingkaran berkesinambungan. Informasi yang
didapatkan pada PRECEDE mengarahkan perkembangan tujuan program dan

3
intervensi pada fase implementasi PRECEDE. Informasi yang sama juga
memberikan kriteria terhadap bentuk kesuksesan pada program yang diukur
pada fase evaluasi PROCEED. Sebagai feed back, data yang diperoleh pada
fase implementasi dan evaluasi PROCEED membuat jelas hubungan yang
dinilai pada PRECEDE antara kesehatan atau outcome kualias hidup dengan
faktor perilaku dan lingkungan yang mempengaruhi, serta faktor predisposing,
enabling, reinforcing yang mengarahkan pada perubahan perilaku lingkungan.
Data ini juga dapat menunjukkan bagaimana program dapat dimodifikasi
untuk mencapai tujuan dan target yang diinginkan.

Pada tahap PRECEDE sebelumnya telah dijelaskan diagnosis sosial,


diagnosis epidemiologi, dan diagnosis perilaku. Selanjutnya, pada tahap ini
akan dijelaskan mengenai diagnosis pendidikan dan ekologi. Sebagaimana
dijelaskan pada tahap diagnosis perilaku bahwa perilaku diidentifikasi sebagai
penyebab masalah kesehatan dalam populasi target. Diagnosis pendidikan dan
ekologi merupakan tahapan yang diperlukan guna menentukan cara terbaik
untuk memulai proses perubahan perilaku (Green, et al., 1980).

2.2 Kerangka Precede-Procede Model

1. Penilaian Kualitas Hidup dan Fase Diagnosis Sosial dan Epidemiologi

4
Meninjau dari berbagai literatur, konsep kualitas hidup adalah
konsep yang sulit untuk didefinisikan dan diukur seperti konsep sehat dan
konsep cinta. Hal ini karena konsep kualitas hidup bersifat subyektif,
artinya penilaian satu orang dengan orang lain akan berbeda dalam
mempersepsikan kualitas hidup mereka. Meskipun demikian, pada
kenyataannya ketiganya telah diterima secara luas.

Hampir semua upaya untuk menilai kualitas hidup dimulai dengan


studi masalah sosial. An Environmental Protection Agency (EPA)
menerbitkan buku Quality of Life: a potential tool for decission marker,
mendefinisikan masalah sosial sebagai situasi yang memiliki pengaruhbesar
pada masyarakat dan menjadi sumber kesulitan atau ketidak bahagiaan.
Masalah sosial terdiri dari dua interpretasi yaitu interpretsi objektif dan
interpretasi subjektif. Dua interpretasi tersebut menjadi komponen dasar
dalam melihat kualitas hidup masyarakat. Penilaian objektif dapat
mengidentifikasi faktor spesifik dalam komunitas yang dapat dinyatakan
secara numerik. Faktor tersebut selanjutnya disebut dengan indikator sosial,
yaitu antara lain pekerjaan, pendapatan, jumlah pengeluaran per bulan,
angka tabungan rata-rata, angka ketergantungan, pengangguran,
absensi/ketidak hadiran, tingkat pendidikan, angka putus sekolah, rata-rata
usia kawin, kepadatan penduduk, tingkat kriminalitas, praktik diskriminatif,
kondisi perumahan, akses terhadap pelayanan sosial, kepemilikan barang,
dan kesenjangan sosial, dan lain sebagainya.

Cara kedua yaitu penilai subjektif untuk menentukan indikator


sosial dengan menanyakan ke anggota masyarakat sasaran tentang apa yang
mereka anggap sebagai hambatan utama untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Respon mereka merupakan kebutuhan yang mereka rasakan
“felt need” (dijelaskandalam EPA). Kedua pendekatan obyektif dan
pendekatan subjektif telah diformalkan dalam berbagai metode.

5
Mengidentifikasi dapat dilakukan atas dasar sensus ataupun vital
statistik yang ada, maupun dengan pengumpulan data secara langsung dari
masyarakat. Apabila dimungkinkan, data dapat diperoleh dari data sekunder
yaitu dengan memanfaatkan data yang sudah ada dari provider daripada
harus membuat data baru. Hal ini dimungkinkan karena adanya
keterbatasan waktu dan sumberdaya. Data tersebut dapat diambil dari
kantor pemerintah seperti BPS, kantor perumahan lokal, penegak hukum,
lembaga pelayanan sosial, dan data pelayanan publik atau provider lainnya
yang memiliki catatan terbaru yang relevan dengan kebutuhan. Untuk
diagnosis sosial yang dilakukan secara menyeluruh, tentu saja memerlukan
data tambahan yang dapat dikumpulkan melalui berbagai cara. Bila data
langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat
dilakukan dengan cara :wawancarakey informan, community forum, FGD
(focus group discussion), NGP (nominal group process), pendekatan
kontinum.

2. Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Program pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama yakni


peningkatan kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup seseorang
dipengaruhi secara langsung oleh faktor masalah kesehatan serta faktor
non-kesehatan. Kesepakatan tentang berbagai aspek kehidupan sosial yang
dirasakan memiliki efek negatif pada kualitas hidup seseorang merupakan
langkah awal dalam menyusun perencanaan program kesehatan, program
pendidikan dan terutama perencanaan program pendidikan kesehatan. Pada
fase ini dilakukan identifikasi masalah kesehatan yang berpengaruh
terhadap kualitas hidup seseorang.

Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang


mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasi masalah
lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status
kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat. Untuk

6
mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, digunakan indikator perilaku seperti : pemanfaatan pelayanan
kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola
konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya
pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang
digunakan adalah : earliness, quality, persistence, frequency dan range.
Indikator lingkungan yang digunakan meliputi: keadaan sosial, ekonomi,
fisik dan pelayanan kesehatan dengan dimensinya yang terdiri dari:
keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan.

Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan


lingkungan yaitu:

a. Membedakan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya


masalah kesehatan.
b. Mengembangkan temuan atas perilaku tersebut
c. Mengurutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan penting
tidaknya atau urgensinya terhadap masalah kesehatan.
d. Mengurutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemudahan
untuk diubah.
e. Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program

3. Fase Diagnosis Pendidikan dan Ekologi

Faktor yang saling bergantung (predisposing, enabling, dan


reinforcing factor) dan kondisi hidup merupakan determinan dari perubahan
perilaku dan lingkungan sebagai proses pendidikan dan ekologi. Istilah
pendidikan (educational) yang dimaksud di sini, merujuk pada proses
pembelajaran sosial alami (the natural social learning process) dalam
kehidupan sehari – hari sehingga individu dapat memahami dan
melaksanakan pengendalian atau kontrol terhadap lingkungannya. Proses
pembelajaran yang dimaksud disini berbeda denga proses pendidikan
formal yang diperoleh di sekolah atau program pelatihan. Sedangkan istilah

7
ekologi (ecological) disini mengacu pada determinisme timbal
balik/determinis resiprokal antara perilaku dan lingkungan, dimana
lingkungan meliputi pengaruh sosial dan fisik di beberapa level (keluarga,
teman sebaya, kebijakan bebas rokok). Dengan demikian, Educational and
Ecological Assessment (Penilaian Pendidikan dan Ekologi) merupakan
upaya untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan dan kondisi hidup (termasuk efek genetik)
sebagai faktor yang berperan penting dalam menentukan outcomes
kesehatan dan kualitas hidup. Educational and Ecological Assessment
(Penilaian Pendidikan dan Ekologi) mengidentifikasi faktor yang
membutuhkan perubahan untuk memulai dan mempertahankan proses
perubahan perilaku dan lingkungan. Pendekatan pendidikan dan ekologi
dapat digunakan untuk mengelola sebuah intervensi program guna
menghilangkan atau memperkuat aspek tertentu dari proses pendidikan dan
ekologi yang berpengaruh terhadap perilaku dan lingkungan (Green &
Kreuter, 2005).
Tiga jenis faktor berinteraksi dengan lingkungan untuk
mempengaruhi perilaku melalui berbagai jalur (ditunjukkan oleh tanda
panah). Gambar tersebut berfokus pada beberapa asumsi tentang hubungan
kausal antar faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan diagnosis
pendidikan dan ekologi.
1. Predisposing Factor (Faktor Predisposisi)
Faktor predisposisi merupakan faktor yang dapat mempermudah
dan mendasari terjadinya perubahan perilaku atau tindakan pada individu
maupun masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Faktor predisposisi meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi yang
berhubungan dengan motivasi individu maupun masyarakat untuk
bertindak atau berperilaku.
2. Enabling Factor (Faktor Pemungkin)
Faktor pemungkin sebagai faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin

8
adalah keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
perilaku kesehatan. Sumber daya meliputi fasilitas pelayanan kesehatan,
tenaga kerja, sekolah, klinik penjangkauan, dan sumber daya lainnya.
Faktor pemungkin juga mencakup aksesibilitas sumber daya meliputi
biaya, jarak, transportasi yang tersedia, jam buka pelayanan, dan
sebagainya. Keterampilan tenaga kesehatan juga termasuk ke dalam
faktor pemungkin (Green, et al., 1980).
3. Reinforcing Factor (Faktor Penguat)

Faktor penguat merupakan faktor yang dapat memperkuat atau


terkadang justru memperlunak untuk terjadinya perilaku (menentukan
apakah perilaku kesehatan didukung). Faktor penguat akan memperkuat
perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus menerus pada
perilaku dan berperan pada terjadinya pengulangan. Pengetahuan, sikap,
dan fasilitas yang tersedia terkadang belum menjamin terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat.

4. Fase Diagnosis Administrasi dan Kebijakan


Pada fase ini, seorang perencana memilih dan menyesuaikan
komponen program dengan determinan perubahan yang telah diidentifikasi.
Penyesuaian ini dilakukan secara mendetail, agar program berjalan efektif
dan efisien. Penyesuaian intervensi dilakukan untukmengidentifikasi
sumberdaya, hambatan dan fasilitas, dan kebijakan yang mungkin
dibutuhkan untuk implementasi program dan kelanjutanya. Ketika
membuat sebuah rencana program, penting untuk melihat 2 level
penyesuaian antara penilaian determinan dan pemilihan intervensi. Yang
pertama pada level makro, organisasi dan sistem lingkungan yang dapat
berpengaruh pada tujuan yang diinginkan harus dipertimbangkan. Terdapat
beberapa intervensi yang mempengaruhi faktor enabling untuk perubahan
lingkungan, yang akan mendukung tujuan perubahan prilaku sehat. Pada
level mikro, fokusnya adalah pada individu, keluarga, atau lainya yang
dapat mempengaruhi prilaku kesehatan secara langsung. Intervensi pada

9
level mikro spesifik ditujukan pada perubahan predisposing, reinforcing,
dan enabling. Banyak strategi yang bisa digunakan seperti small media,
conseling, advocacy, dan strstegi lain yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan klien.
2.3 Contoh Kasus Precede-Procede Model

Judul: Keefektifan program swakelola penderita diabetes melitus tipe 2


berdasarkan model PRECEDE-PROCEDE

Tujuan: Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang paling
umum di seluruh dunia yang mengharuskan seseorang dengan diabetes untuk
membuat banyak keputusan manajemen diri setiap hari. Penelitian ini
berusaha untuk mengevaluasi efektivitas program manajemen diri berdasarkan
model PRECEDE-PROCEDE pada perilaku manajemen diri pada pasien
dengan diabetes tipe 2.

Metode: Penelitian eksperimental ini dilakukan pada 86 pasien diabetes yang


dirujuk ke klinik diabetes di Ardabil, Iran, pada tahun 2017. Dari total 326
pasien dengan rekam medis diabetes di klinik tersebut, 86 (26,3%) pasien
setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini . Mereka kemudian secara acak
dibagi menjadi dua kelompok; intervensi (n = 43) dan kontrol (n = 43).
Kelompok intervensi menerima delapan sesi program pendidikan manajemen
diri berbasis model PRECEDE sedangkan kelompok kontrol tidak menerima
program pendidikan apapun. Kedua kelompok dinilai pada awal dan enam
bulan setelah intervensi.

Hasil: Usia rata-rata peserta adalah 55,69 ± 12,04 tahun (kisaran 32-86 tahun).
41 pasien adalah laki-laki, dan 45 adalah perempuan. Waktu rata-rata sejak
diagnosis diabetes pertama adalah 8,6 tahun (SD = 5,2), dan rata-rata BMI
pasien adalah 31,63 (SD = 4,20). Pada awal, 35,01% pasien memiliki perilaku
manajemen diri yang buruk. Semua variabel PRECEDE, termasuk faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap, dan self-efficacy), faktor pendukung, dan

10
faktor penguat, serta perilaku manajemen diri, meningkat secara signifikan
pada kelompok intervensi setelah program pendidikan.

Kesimpulan: Program pendidikan manajemen diri secara substansial


meningkatkan perilaku manajemen diri pada pasien dengan diabetes tipe dua.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model perencanaan promosi kesehatan yang sering digunakan adalah


PRECEDE – PROCEED. Model ini memungkinkan suatu struktur
komprehensif untuk menilai tingkat kesehatan dan kebutuhan kualitas
kehidupan, merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi progran
promosi kesehatan dan program kesehatan publik lainnya.

Kerangka Precede-Procede Model :

1. Penilaian Kualitas Hidup dan Fase Diagnosis Sosial dan Epidemiologi


2. Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
3. Fase Diagnosis Pendidikan dan Ekologi
4. Fase Diagnosis Administrasi dan Kebijakan

Contoh Kasus Precede-Procede Model adalah mengenai Keefektifan


program swakelola penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan model
PRECEDE-PROCEDE.

3.2 Saran

PRECEDE-PROCEED harus menjadi proses partisipatif, melibatkan


semua pemangku kepentingan – mereka yang terpengaruh oleh masalah atau
kondisi yang bersangkutan – sejak awal. Karena perilaku dan aktivitas
promosi kesehatan yang dilakukan oleh individu hampir selalu bersifat
sukarela, melaksanakan promosi kesehatan harus melibatkan mereka yang
perilaku atau tindakannya ingin Anda ubah. Kesehatan adalah bagian integral
dari konteks yang lebih besar, mungkin paling jelas didefinisikan sebagai
kualitas hidup, dan dalam konteks itulah kesehatan harus dipertimbangkan. Ini
hanyalah salah satu dari banyak faktor yang membuat hidup lebih baik atau
lebih buruk bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Karena itu, ia

12
memengaruhi, dan dipengaruhi oleh, lebih dari yang tampaknya terkait
langsung dengannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hartati Bahar. 2022. Dasar – Dasar Promosi Kesehatan. Kendari

Chusniah Rachmawati Windi. 2019. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku.


Malang: Wineka Media
Ira Nurmala, Dkk. 2018. Promosi Kesehatan. Surabaya: Pusat Penerbitan Dan
Percetakan Universitas Airlangga
Susilowati Dwi. 2016. Promosi Kesehatan
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1054773815621026 (Diakses,
Minggu 5 Juni 2022)
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30641740/ (Diakses, Minggu 5 Juni 2022)
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/230 (Diakses,
Minggu 5 Juni 2022)

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/11532 (Diakses,
Minggu 5 Juni 2022)
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/10547738211051011 (Diakses,
Minggu 5 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai