(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah promosi kesehatan dan ilmu perilaku)
Oleh :
1. Nurina Aprilya (122110101163)
2. Alfian Nusa Bhakti (122110101123)
3. Dewi Masyitoh Y.M (122110101113)
4. Dwi Betari Karlina (122110101065)
5. Nevi Ruliyana Santi (122110101015)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan
mengenai konsep dasar perilaku kesehatan. Setiap pembahasan dibahas secara sederhana
sehingga mudah dimengerti.
Dalam penyelesaian Makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,
sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada semua dosen yang
membimbing kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Batasan Perilaku....................................................................................................... 3
2.2 Perilaku Kesehatan.................................................................................................... 7
2.2.1 Definisi Kesehatan........................................................................................... 7
2.2.2 KlasifikasiPerilaku Kesehatan......................................................................... 9
2.3 Domain Perilaku..................................................................................................... 11
2.4 Perubahan Perilaku Sehat........................................................................................15
2.4.1 Proses Perubahan Perilaku Sehat ................................................................ 17
2.5 Perubahan (Adobsi) Perilaku dan Indikatornya....................................................... 17
2.6 Hubungan Kesehatan dengan Perilaku...................................................................... 18
2.6.1 Pencegahan, Tujuan dan Dampak Hidup Sehat............................................... 19
2.7 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan....................................................................... 20
2.8 Determinan Perilaku.................................................................................................. 22
2.9 Aspek Sosio-psikologi Perilaku Kesehatan.............................................................. 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 24
B. Saran..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku adalah perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnyadapat diamati,
digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan
sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk. Tolak
ukurperilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma
lainnya.
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita
sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang.
Salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh
promoter kesehatan tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu jika
mencuci tangan adalah hal yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita bisa melakukan
revolusi kesehatan kearah yang lebih baik. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi
kesehatan, begitu pula dengan kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut
melakukan perilaku yang baik.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang hubungan kesehatan
dengan perilaku, faktor-faktor penyebab rendahnya perilaku yang baik, dampaknya
sertakontrol perilaku kearah yang lebih baik, sesuai dengan judul makalah yaitu hubungan
kesehatan dengan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa batasan perilaku?
2. Apa yang dimaksud dengan perilaku kesehatan?
3. Bagaimana domain perilaku ?
4. Bagaimana perubahan perilaku sehat ?
5. Bagaimana perubahan (adobsi) perilaku dan indikatornya ?
6. Bagaimana hubungan kesehatan dengan perilaku ?
7. Bagaimana upaya perubahan perilaku kesehatan ?
8. Bagaimana determain perilaku ?
9. Bagaimana aspek sosio-psikologi perilaku kesehatan ?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing faktor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor
pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses
perubahan perilaku kesehatan yaitu :
a. Penilaian Sosial
Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas hidup mereka.
Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka pada masyarakat dimana
merekabekerja dengan beragam data, tindakan terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai
alasan yaitu pengaruh antara kesehatan dan kualitas hidup yang saling berpengaruh timbal balik
dengan pengaruh masing-masing.
b. Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan yang terpenting
dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan kualitas hidup dari masyarakat, juga
sumber daya yang terbatas sebagai permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.
c. Penilaian Perilaku dan Lingkungan
Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi konstribusi
kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya hidup perorangan yang
berisiko memberikan dukungan kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan
faktor lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada seseorang,
sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat dimodifikasi untuk mendukung
perilaku atau memengaruhi hasil kesehatan.
d. Identifikasi Faktor
Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus ditempatkan
untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini diklasifikasikan sebagai pengaruh,
penguat dan pemungkin dan secara bersama-sama memengaruhi kemungkinan perubahan
perilaku dan lingkungan.
e. Penilaian Administrasi dan Kebijakan
Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi. yaitu,
administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebijakan, sumber-
sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks program diorganisasi yang
dapatmenfasilitasi atau menghalangi program implementasi.
f. Implementasi dan Evaluasi
Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk mengevaluasi
proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah dalam model
perencanaan precede-proceed, secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari
program yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah
pada predisposing,reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan responsatau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori tersebut dinamakan teori “S-O-
R” atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons.
1. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan
respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga
mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan sebagainya.
2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lahi dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior
atau unobservable behavior, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan
sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice),
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt
behavior, tindakan nyata atau praktik (practice. Misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya
atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat
secara teratur, dan sebagainya.
Sebagian perilaku manusia adalah operant respons. Oleh sebab itu, untuk membentuk
jenis respons atau perilaku perlu diciptakan dalam suatu kondisi tertentu yang
disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan operant conditioningini menurut Skiner
adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa
hadiah-hadiah ataurewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifakasi komponen-komponen kecil yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju
kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan komponen-komponen itu secara urut sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah
tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini
akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Jika ini telah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang
kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian
berulang-ulang hingga komponen kedua terbentuk. Setalah itu dilanjutkan dengan komponen
ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
Teori Skiner ini sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat. Konsep-
konsep behavior control, behavior theraphy, dan behavior modification yang dewasa ini
berkembang bersumber pada teori ini.
2.2 Perilaku Kesehatan
2.2.1 Definisi Kesehatan
Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 memberikan batasan: kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan
kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih
luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan,
bahwa kesehatan adalah sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya
terbebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup
tiga aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut Undang-undang No. 23/1992,
disempurnakan dengan UU No. 36 tahun 2009, kemudian kesehatan itu mencakup lima aspek
yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial, spiritual, dan ekonomi (Soekidjo N. : 2012).
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktifitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak
dan remaja atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usila (usia lanjut). Berlaku
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak
dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi usila.Kelima dimensi tersebut saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau
masyarakat.Itulah sebabnya kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh. Wujud atau
indikator dari masing-masing tersebut dalam kesehata individu antara lain sebagai berikut.
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis
tidak sakit.Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi
tubuh.
2. Kesehatan mental(jiwa) mencakup dua komponen yakni pikiran dan emosional.
a. Pikiranyang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yakni mampu berfikir logis (masuk
akal) atau berpikir secara runtut.
b. Emosionalyang sehat tercermin dari kemanpuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya.
3. Kesehatan Spiritualtercermin dari cara seseorang dari cara mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan terhadap Sang Pencipta Alam dan seisinya (Allah Yang Maha
Kuasa) secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktek keagamaan atau
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
4. Kesehatan Sosialterwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara
baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras,
suku, agama atau kepercayaan status sosial, ekonomi, politik dan sebagainya ;saling
menghargai dan toleransi.
Kesehatan dan aspek ekonomiterlihat dari produktifitas seseorang (dewasa) dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasillkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau
keluarganya secara finansial.Bagi anak, remaja dan usila dengan sendirinya batasan ini tidak
berlaku.Bagi mereka, produktif disini mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
pelayanan atau keagamaan bagi para usila.
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Perilaku ini dilakukan dengan tiga aspek, yakni :
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Kesehatan bersifat
sangat dinamis dan relatif, maka orang yang sehat pun perlu mengupayakan diri untuk
mencapai tingkat kesehatan seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.Makanan dan minuman dapat memelihara serta
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi di sisi lain, makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab turunnya kesehatan seseorang, bahkan penyebab timbulnya penyakit. Hal ini
tergantung pada apa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh orang tersebut.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Seorang ahli lain (Becker) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu :
a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)
Perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup :
- Menu makan seimbang
- Olahraga teratur
- Tidak merokok
- Tidak minum-minuman keras dan narkoba
- Istirahat yang cukup
- Mengendalikan stress
- Perilaku atau gaya hidup positif
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, pengetahuan tentang penyebab
dan gejala penyakit, serta pengobatannya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup :
- Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
- Mengenal / mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak
- Mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun
tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti
tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta :
Rineka Cipta