Anda di halaman 1dari 16

KONSEP PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN

(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah promosi kesehatan dan ilmu perilaku)

Oleh :
1.      Nurina Aprilya            (122110101163)
2.      Alfian Nusa Bhakti     (122110101123)
3.      Dewi Masyitoh Y.M   (122110101113)
4.      Dwi Betari Karlina      (122110101065)
5.      Nevi Ruliyana Santi    (122110101015)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2013

KATA PENGANTAR
                                                                                             

Bismillahirahmanirahim
Assalamualikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan
mengenai konsep dasar perilaku kesehatan. Setiap pembahasan dibahas secara sederhana
sehingga mudah dimengerti.
Dalam penyelesaian Makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,
sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada semua dosen yang
membimbing kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualikum Wr.Wb.

Jember,  30 September 2013

Penulis
   
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3  Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1   Batasan Perilaku....................................................................................................... 3
2.2   Perilaku Kesehatan.................................................................................................... 7
        2.2.1 Definisi Kesehatan........................................................................................... 7
        2.2.2 KlasifikasiPerilaku Kesehatan......................................................................... 9
2.3   Domain Perilaku..................................................................................................... 11
2.4   Perubahan Perilaku Sehat........................................................................................15
        2.4.1 Proses Perubahan Perilaku Sehat   ................................................................ 17
2.5 Perubahan (Adobsi) Perilaku dan Indikatornya....................................................... 17
2.6 Hubungan Kesehatan dengan Perilaku...................................................................... 18
      2.6.1 Pencegahan, Tujuan dan Dampak Hidup Sehat............................................... 19
2.7 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan....................................................................... 20
2.8 Determinan Perilaku.................................................................................................. 22
2.9 Aspek Sosio-psikologi Perilaku Kesehatan.............................................................. 22
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan........................................................................................................... 24
B.      Saran..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA           

BAB I 
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perilaku adalah perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnyadapat diamati,
digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Berdasarkan
sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk. Tolak
ukurperilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma
lainnya.
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita
sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang.
Salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh
promoter kesehatan tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu jika
mencuci tangan adalah hal yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita bisa melakukan
revolusi kesehatan kearah yang lebih baik. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi
kesehatan, begitu pula dengan kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut
melakukan perilaku yang baik.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang hubungan kesehatan
dengan perilaku, faktor-faktor penyebab rendahnya perilaku yang baik, dampaknya
sertakontrol perilaku kearah yang lebih baik, sesuai dengan judul makalah yaitu hubungan
kesehatan dengan perilaku.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa batasan perilaku?
2.      Apa yang dimaksud dengan perilaku kesehatan?
3.      Bagaimana domain perilaku ?
4.      Bagaimana perubahan perilaku sehat ?
5.      Bagaimana perubahan (adobsi) perilaku dan indikatornya ?
6.      Bagaimana hubungan kesehatan dengan perilaku ?
7.      Bagaimana upaya perubahan perilaku kesehatan ?
8.      Bagaimana determain perilaku ?
9.      Bagaimana aspek sosio-psikologi perilaku kesehatan ?

1.3  Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1  Batasan Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
1.      Faktor-faktor Predisposing (predisposing faktor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2.      Faktor-faktor Pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor
pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
3.      Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

            Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses
perubahan perilaku kesehatan yaitu :
a.       Penilaian Sosial
Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas hidup mereka.
Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka pada masyarakat dimana
merekabekerja dengan beragam data, tindakan terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai
alasan yaitu pengaruh antara kesehatan dan kualitas hidup yang saling berpengaruh timbal balik
dengan pengaruh masing-masing.
b.      Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan yang terpenting
dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan kualitas hidup dari masyarakat, juga
sumber daya yang terbatas sebagai permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.
c.       Penilaian Perilaku dan Lingkungan
Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi konstribusi
kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku merupakan gaya hidup perorangan yang
berisiko memberikan dukungan kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan
faktor lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada seseorang,
sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat dimodifikasi untuk mendukung
perilaku atau memengaruhi hasil kesehatan.
d.      Identifikasi Faktor
Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus ditempatkan
untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini diklasifikasikan sebagai pengaruh,
penguat dan pemungkin dan secara bersama-sama memengaruhi kemungkinan perubahan
perilaku dan lingkungan.
e.       Penilaian Administrasi dan Kebijakan
Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi. yaitu,
administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebijakan, sumber-
sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks program diorganisasi yang
dapatmenfasilitasi atau menghalangi program implementasi.
f.       Implementasi dan Evaluasi
Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk mengevaluasi
proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah dalam model
perencanaan precede-proceed, secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari
program yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah
pada predisposing,reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan responsatau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori tersebut dinamakan teori “S-O-
R” atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan adanya dua respons.
1.      Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan
respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga
mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan sebagainya.
2.      Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lahi dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1.      Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior
atau unobservable behavior, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,
seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan
sebagainya.
2.      Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice),
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt
behavior, tindakan nyata atau praktik (practice. Misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya
atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat
secara teratur, dan sebagainya.
Sebagian perilaku manusia adalah operant respons. Oleh sebab itu, untuk membentuk
jenis respons atau perilaku perlu diciptakan dalam suatu kondisi tertentu yang
disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan operant conditioningini menurut Skiner
adalah sebagai berikut.
a.       Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa
hadiah-hadiah ataurewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b.      Melakukan analisis untuk mengidentifakasi komponen-komponen kecil yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju
kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c.       Menggunakan komponen-komponen itu secara urut sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d.      Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah
tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini
akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Jika ini telah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang
kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian
berulang-ulang hingga komponen kedua terbentuk. Setalah itu dilanjutkan dengan komponen
ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
       Teori Skiner ini sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat. Konsep-
konsep behavior control, behavior theraphy, dan behavior modification yang dewasa ini
berkembang bersumber pada teori ini.

2.2  Perilaku Kesehatan
     2.2.1 Definisi Kesehatan 
           Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 memberikan batasan: kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.  Batasan yang diangkat dari batasan
kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih
luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan,
bahwa  kesehatan adalah sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya
terbebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup
tiga aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut Undang-undang No. 23/1992,
disempurnakan dengan UU No. 36 tahun 2009, kemudian kesehatan itu mencakup lima aspek
yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial, spiritual, dan ekonomi (Soekidjo N. : 2012).
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktifitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak
dan remaja atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usila (usia lanjut). Berlaku
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak
dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi usila.Kelima dimensi tersebut saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau
masyarakat.Itulah sebabnya kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh. Wujud atau
indikator dari masing-masing tersebut dalam kesehata individu antara lain sebagai berikut.
1.      Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis
tidak sakit.Semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi
tubuh.
2.      Kesehatan mental(jiwa) mencakup dua komponen yakni pikiran dan emosional.
a.       Pikiranyang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yakni mampu berfikir logis (masuk
akal) atau berpikir secara runtut.
b.      Emosionalyang sehat tercermin dari kemanpuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya.
3.      Kesehatan Spiritualtercermin dari cara seseorang dari cara mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan terhadap Sang Pencipta Alam dan seisinya (Allah Yang Maha
Kuasa) secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktek keagamaan atau
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
4.      Kesehatan Sosialterwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara
baik, atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras,
suku, agama atau kepercayaan status sosial, ekonomi, politik dan sebagainya ;saling
menghargai dan toleransi.
Kesehatan dan aspek ekonomiterlihat dari produktifitas seseorang (dewasa) dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasillkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau
keluarganya secara finansial.Bagi anak, remaja dan usila dengan sendirinya batasan ini tidak
berlaku.Bagi mereka, produktif disini mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
pelayanan atau keagamaan bagi para usila.
     2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1.      Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Perilaku ini dilakukan dengan tiga aspek, yakni :
a.       Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b.      Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Kesehatan bersifat
sangat dinamis dan relatif, maka orang yang sehat pun perlu mengupayakan diri untuk
mencapai tingkat kesehatan seoptimal mungkin.
c.       Perilaku gizi (makanan) dan minuman.Makanan dan minuman dapat memelihara serta
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi di sisi lain, makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab turunnya kesehatan seseorang, bahkan penyebab timbulnya penyakit. Hal ini
tergantung pada apa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh orang tersebut.
2.      Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.
3.      Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Seorang ahli lain (Becker) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu :
a.       Perilaku hidup sehat (healthy life style)
Perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup :
-          Menu makan seimbang
-          Olahraga teratur
-          Tidak merokok
-          Tidak minum-minuman keras dan narkoba
-          Istirahat yang cukup
-          Mengendalikan stress
-          Perilaku atau gaya hidup positif
b.      Perilaku sakit (illness behavior)
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, pengetahuan tentang penyebab
dan gejala penyakit, serta pengobatannya.
c.       Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup :
-          Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
-          Mengenal / mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak
-          Mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan dan pelayanan kesehatan)

2.3 Domain Perilaku


Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,
yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari
ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor
(psicomotor domain).
Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung
dipengaruhi oleh kepercayaan individu yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang
diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi.Pada kenyataannya memang
demikian. Tiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengambil tindakan pencegahan
atau penyembuhan meskipun gangguan kesehatannya sama. Biasanya, tindakan yang diambil
bersumber dari penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan
tersebut. Penilaian semacam ini menstimulasi dimulainya proses sosial psikologis. Proses
seperti ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan oleh si penderita mengenai
gangguan yang dialaminya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat
diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
a.       Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman
kesehatan.dalam hal ini persepsi individu dan orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan
tersebut akan berperan.
b.      Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Pada umumnya,
setiap gangguana kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan
ataupun bagi anggota keluarganya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman
adanya kematian. Hal inilah yang akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
c.       Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Berbagai cara penerapan
pengetahuan bail dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara
mengatasinya merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
d.      Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau
gangguan tersebut.Dalam hal ini, bail orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan
manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguang kesehatan.Dari
sini muncullah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1.      Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang :
1)      Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
2)      Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3)      Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan, yaitu :
1)      Tahu (Know)
       Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telahdipelajari sebelumnya.
2)      Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
4)      Analisis
       Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan
yang lain.
5)      Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6)      Evaluasi
       Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi / objek.
     2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a.       Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b.      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c.       Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a.       Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b.      Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c.       Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
d.      Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
  3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik
ini mempunyai beberapa tingkatan :
a.       Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sepengaruh dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b.      Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c.       Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d.      Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran
perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
             Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2007),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan yakni :
a.       Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
b.      Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c.       Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.      Mencoba (trial)
             Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e.       Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
2.4 Perubahan Perilaku Sehat
Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan yang
menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku (behaviour change). Perubahan
perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidkan kesehatan, sekurang-
kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :
a.       Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai-
nilai kesehatan).
b.      Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengambangan perilau sehat).
c.       Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai
kesehatan (perilaku sehat). Dengan perkatan mempertahankan perilaku sehat yang sudah
ada.Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
di dalam diri seseorang.
Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka :
a.       Faktor sosial, sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain sktruktur
sosial, pranata-pranata sosial dan permasalahan-permasalahan sosial yang lain. Pada faktor
sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka orang tersebut akan
memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang berada pada
lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang
baik juga. Dukungan sosial (keluarga, teman) mendorong perubaha perubahan sehat.
Contohnya konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
b.      Faktor kepribadian, faktor ini yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah
perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan
yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku
yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian-hatian, membatasi porsi
pemakaian internet pada waktu-waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan
membantu individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habbit) yang
dapat merubah perilaku.
c.       Faktor Sosial, rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan-harapan yang
dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang mendorong
melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.

2.4.1   Proses Perubahan Perilaku Sehat      


Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang
langsung merubah perilakunya. Kadang-kadang orang merubah perilakunya karena tekanan
dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri
dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena-mena dapat tercapai
dan harus benar-benar teruji, ada limatingkatan perubahan perilaku :
1.      Prekontemplasi : Belum ada niat perubahan perilaku
2.      Kontemplasi     :
-          Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin
mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.
-          Belum siap berkomitmen untuk berubah.
3. Persiapan            :
-          Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
-          Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.
4. Tindakan             :Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari
sejak mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat.
5. Pemeliharaan      :
-          Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan ( 6 bulan dilhat
kembali).
-          Mungkin berlangsung lama.
-          6 bulan dilihat kembali.

2.5Perubahan (Adopsi) Perilaku dan Indikatornya


Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam hidupnya melalui tiga tahap, sebagai berikut :
1.      Perubahan pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokan
menjadi :
a)      Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b)      Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
c)      Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2.      Sikap
Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,yaitu:
a)      Sikap terhadap sakit dan penyakit
b)      Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
c)      Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3.      Praktik atau Tindakan
Praktik ini mempunyai bebrapa tingkatan :
a.       Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu dengan benar sesuai dengan contoh.
b.      Mekanisme (mechanism)
Jika seseorang sudah mampu melakukan sesuatu dengan benar, maka itu maka menjadi sebuah
kebiasaan.
c.       Adopsi (adoption)
Praktik mengenai tindakan yang sudah berkembang dengan baik dan benar.

2.6 Hubungan Kesehatan dengan Perilaku


Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan.
Individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga
begitu, perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti
tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.
2.6.1        Pencegahan, Tujuan dan Dampak Hidup Sehat
a.       Pencegahan
Perilaku pencegahan penyakit (health prevention) adalah respon untuk melakukan
pencegahan penyakit dan upaya mepertahankan dan meningkatkan kesehatannya/segala
tindakan secara medis direkomendasikan, dilakukan secara sukarela oleh seseorang yang
percaya dirinya sehat dan bermaksud untuk mencegah penyakit atau ketidakmampuan atau
untuk mendeteksi penyakit yang tidak tampak nyata (asimptomatik). Pada proses pencegahan
dapat dilakukan dalam dua bentuk medis dan non medis.
Contoh pencegahan secara medis : imunisasi, makan makanan bergizi yang mengandung
kebutuhan tubuh.
Contoh pencegahan non-medis : olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman
keras dan alkohol, istirahat yang cukup. Selain itu perilaku dan gaya hidup yang positif bagi
kesehatan (misalnya, tidak gonta ganti pasangan, adaptasi dengan lingkungan).
b.      Tujuan
Tujuan dari perilaku sehat dan perubahan perilaku sehat adalah agar terjadinya suatu pola
hidup sehat yang menunjukan kepada kebiasaan.
c.       Akibat
Akibat Perilaku Sehat:           
           Reinforcement (Peningkatan)
Reinforcemen merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat membawa kesenangan dan
kepuasan.
Contohnya:
- Positive reinforcement : anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan
mainan.
- Negative reinforcement : seseorang minum milanta agar sakit maag hilang.
   Extincion (Peniadaan)
       Extincion merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya di hilangkan maka
akan melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain yang mempertahankan
perilaku sehat.
       Contohnya: anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan mainan
tetap melakukan perilaku sehatnya karena pujian orang tua atau kepuasan karena tangannya
bersih dari kuman.
           Punishment (Hukuman)
Punishment merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa konsekuensi yang
tidak menyenangkan cenderung ditekan.
Contohnya: anak kecil yang bermain dengan benda tajam seperti pisau dimarahi
oleh ibunya, akan tidak mengulanginya lagi.

2.7 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan


Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam
program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-
norma kesehatan diperlukan usaha-usaha yang konkret dan positif. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1.      Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi
biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai
banyak pagar yang kurang terawat.
2.      Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat
lebih langgeng.
3.      Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan
bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang
informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua
ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap
dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada
partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.

2.8 Determinan Perilaku


Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang
tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya. 
 
2.9 Aspek Sosio-Psikologi Perilaku Kesehatan
     Perubahan perilaku seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi merupakan
pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
sebagainya. Selain persepsi, perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh motivasi.
Dimana motivasi akan mendorong seseorang berfikir dan bertindak untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
     Perilaku dapat timbul juga karena emosi.Sementara emosi berhubungan erat dengan
keadaan jasmani.Di sini, keadaan jasmani seseorang merupakan faktor keturunan
(hereditas).Oleh karena itu, perilaku yang timbul karena emosi merupakan faktor
bawaan.Dari sini dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui proses tertentu dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang
peranan penting dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni factor
intern dan ekstern.Faktor intern dapat berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi,
dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.Faktor ekstern meliputi objek,
orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan
bentuk perilakunya.
     Dalam bidang kesehatan masyarakat khusnya pendidikan perilaku kesehatan, mempelajari
perilaku merupakan hal yang sangat penting.Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian
dari kesehatan masyarakat yang berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan
kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku
sesuai norma-norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku
seseorang untuk bertindak sesuai dengan norma hidup sehat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun
tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.

3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti
tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA 
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
      Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta :
Rineka Cipta 

Anda mungkin juga menyukai