Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN HEALTH BELIEF MODEL

Falsafah dan Teori Keperawatan

Dosen Pengampu :

M.Iqbal Sutisna,S.Kep.,M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Isma Salmah 1121141 8. Putri Langsany F 1121109


2. Sri Utami 1121123 9. Mita Puspita 1121112
3. Asti Ajeng Triana 1121227 10. Ade Ima 1121102
4. Mahmud Yunus 1121253 11. Fitri Novianti 1121121
5. M.Raihansyah R 1121195 12. Melly Nurul M 1121234
6. Nawang Wulan 1121129 13. Nurnabila Robbiyatul 1121242
7. Rizki Gustian 1121235 14. Tarishah Nabilah 1121145

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Teori Keperawatan Health Belief Model” dengan tepat waktu. Teori
Keperawatan Health Belief Model ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak
M.Iqbal Sutisna, S.Kep.,M.Kep pada mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan
di Insititut Kesehatan Rajawali Bandung

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan kami. Kami juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, doa dan dorongan untuk terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak


keselahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidak
sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan
adanya kritik serta saran dari para pembaca.

Penyusun

Bandung, 6 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................1


I.2 Rumusan Masalah .........................................................................1

I.3 Tujuan .............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian Health Belief Model ......................................................3


B. Sejarah Perkembangan Health Belief Model...................................4
C. Komponen Health Belief Model .....................................................6
D. Kelebihan dan Kekurangan Health Belief Model ...........................10
E. Contoh Kasus dan Pembahasan .....................................................11

BAB II PENUTUP...........................................................................................17

A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses dinamik serta
tidak dapat dielakkan.Berubah berarti beranjak dari keadaaan yang semula.
Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Berubah juga
dapat terjadi pada perilaku dari seseorang maupun suatu kelompok.

Perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus dan respon


(Notoadtmojo, 1993). Sedangkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan,jiwa,dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.

Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat


mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyakit
bermula dari perubahan perilaku yang buruk.

Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan


masyarakat yang buruk ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial
bagi petugas kesehatan.Perilaku yang buruk,rusaknya lingkungan,dan
penurunan kualitas kesehatan menjadi siklus yang harus di putus unuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat.

Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku


kesehatan masyarakat yang akan mempermudah pemahaman terhadap
perubahan kualitas kesehatan masyarakat. Melalui pemahaman dan
pengaplikasian teori Health Belief Model yang baik akan tercipta kualitas
kesehatan masyarakat yang baik pula.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Bagaimana konsep dari Health Belief Model?


2. Apa saja komponen Health Belief Model ?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari Health Belief Model?
4. Bagaimana contoh penerapan Health Belief Model?

1.3 Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan masalah ini
adalah :
1. Mengetahui konsep dari Health Belief Model
2. Mengetahui komponen Health Belief Model
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Health Belief Model
4. Mengetahui contoh penerapan Health Belief Model

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Health Belief Model

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai


kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia
dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Hal
ini menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan
seseorang sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki
fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Salihat, 2009)

Bila ditelusuri menggunakan susunan kata teori health belief model


terdiri tiga kata dasar pertama yaitu health, menurut UU 36 2009 tentang
kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,mental,spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Kata dasar ke dua yaitu belief,dalam bahasa inggris
artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan
terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu.kata dasar ke tiga yaitu
model adalah seseorang yang bisa di jadikan panutan atau contoh dalam
perilaku,cita – cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu.

Health Belief Model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan


alasan individu dari individu untuk mau atau tidak mau melakuakn perilaku
sehat (Zanz & Becker,1984). Health Belief Model diartikan sebagai sebuah
konsruk teoritis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat
( Conner,2005 as cited in Putri,2016).

Teori Health Belief Model merupakan salah satu teori yang digunakan
untuk memahami dan mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan
strategi untuk perubahan perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek
penting beberapa perilaku manusia.teori ini dapat digunakan untuk
meramalkan atau memodifikasi perilaku kesehatan karena memungkinkan

3
individu akan melakukan tindakan preventif (pencegahan), penanganan, dan
dapat dikaitkan dengan perkembangan penyakit kronis yang tergantung
secara langsung pada hasil dari keyakinan atau penilaian kesehatan (Kirscht,
1988 dalam Salhat, 2009;Machfoedz, 2006 as cited in Ummuzahro, 2015).

Konsep utama dari health belief model adaalh perilaku sehat ditentukan
oleh kepercayaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang
tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit.

Dari pengertian – pengertain mengenai health belief model yang sudah


dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model
yang menspesifikan bagaimana indivudu secara kognitif menunjukkan
perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat maupun pengobatan tertentu
yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh ( Putri,2016).

B. Sejarah Perkembangan Teori Health Belief Model

Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai


mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program
edukasi keehatan.(Hochbaum 1958;Rosenstock 1996 as cited in
ummuzahroh,2015). Tapi,psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati
masalah dengan sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program
pencegahan dan deteksi penyakit. Penelitian yang terus berkembang
melahirkan model kepercayaan sehat atau health belief model
( Ummuzahror,2015).

Irwin Rosenstock ( 1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief


model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Yaitu teori
yag di rancang agar dapat memahami dengan baik bagaimana orang
mempersepsikan ancaman suatu penyakit. Mereka mengembangkannya
dengan mengemukakan kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC.
( Hochbaum,1958 pada Jones and Barlett,2010 1966 as cited in
Ummuzahroh,2015).

4
Rosenstock dan lebih jauh oleh Baker selama 1970-1980an
mengembangakan teori health belief model untuk memprediksi perilaku
kesehatan preventif dan juga respon untuk perawatan pada pasien yang sakit
akut dan kronis,Namun akhir akhir ini teori health belief model di
kembangkan untuk memprediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan.Health belief model adalah kognitif yang menjelaskan dan
memprediksi perilaku sehat dengan fokus pada sikap dan perilaku pada
individu ( Widyautama,2016).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010),munculnya model ini di


dasarkan pada kenyataaan bahwa problem – problem kesehatan ditandai oleh
kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggaraakan oleh provider
( Ummuzahroh,2015).

HBM merupakan perilkaku kognitif, yang digunakan untuk meramalkan


perilaku peningkatan kesehatan (Putri,2016). Menurut teori HBM, kemungkinan
seseorang melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil
tiga keyakinan atau penilaian kesehatan (health beliefs), antara lain sebagai
berikut :

1.Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness) Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir bahwa penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika
ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat
(Maulana, 2009: 53).

2.Keuntungan dan kerugian ( benefit and costs ) Pertimbangan antara


keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan
pencegahan atau tidak (Maulana, 2009: 53).

3.Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang
disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol ( salient position ). Hal
ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan

5
kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari
anggota keluarga yang lain atau teman) (Maulana, 2009: 54)

Fokus asli HBM adalah perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia
medis seperti check-up, screening,dan immuni-zation

Salah satu contoh kegunaan HBM yakni dalam kegiatan imunisasi sehingga
memberikan kesan bahwa orang yang mengikuti program imunisasi akan
menjadikan percaya akan hal-hal berikut :

1. Kemungkinan terkena penyakit tinggi

2. Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius

3. Imunisasi adalah efektif untuk mencegah penyakit

4. Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi

Saat ini HBM telah diaplikasikan juga pada kebiasaan seseorang yang
dikaitkan dengan perkembangan kondisi kronis seperti:Perilaku merokok, diet,
olah raga, penggunaan alkohol dll.

C. Komponen Health Model

memilki empat kostruksi utama yaitu persepsi kerentanan yang dirasakan


( perceived susceptibility),keseriusan yang dirasakan (perceived
seriousness),manfaat yang didapatakan ( perceived benefits),dan hambatan yang
dihadapi ( perceived barriers) ( Jones & Barlett,2010 as cited in
Ummuzahroh,2015)

Dalam perkembanganya,perilaku /tindakan seseorang untuk mencegah atau


mengobati penyakit juga di pengaruhi oleh self-efficacy dan petunjk /pendorong
untuk bertindak (cues to action) ( Jones & Bartlett,2010 as cited
Ummuzahroh,2015).

1. Persepsi terhadap kerentanan ( perceived susceptibility)

Perceived Susceptibility adlah kepercayaan seseorang dengan menganggap


menderita penyakit adalah hasil melakuakn perilaku tertentu.Hal ini mengacu

6
pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko yang timbul dari kondisi
kesehatannya. Perceived susceptibility juga diartikan milki hubungan positif
dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka
perilaku sehat yang dilakukan seseorang juag tinggi.Ketika seseorang percaya
bahwa mereka beresiko terhadap sebuah penyait,mereka akan lebih sering
melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya penyakit tesebut.
Namun,sebaliknya ketika seseorang percaya bahwa mereka tidak beresiko atau
memiliki resiki yang rendah,maka perilaku yang tidak sehat cenderung di hasilkan
. Contoh dari perceived susceptibility adalah seoarang pekerja seks komersial
yang memiliki kepercayaan bahwa pekerjaannya memiliki resiko yang tinggi untk
tertular penyakit infeksi menular seksual maupun HIV maka dia akan
menggunakan kondom ketika berhubungan untuk mencegah dirinya terkena
penyakit tersebut.

2. Persepsi terhadap keseriusan ( Perceived Severity)

Perceived Severity merupakan kepercayaan subjektif dari individu terhadap


seberapa parah konsekuensi secara medis ( kematian, cacat dan rasa sakit )
maupun dari segi sosial (efek terhadap pekerjaan ,kehidupan keluarga) dari
penyakit yang akan di deritanya.Perceived severity dapat terbentuk atas
kepercayaan individu tentang kesulitan dari sebuah penyakit yang tercipta atau
mempengaruhi hidup meeka seacra umum.Perceived seriousness juga memilki
hubungan yang positi dengan perilaku sehat.Contohnya adalah individu percaya
klau merokok dapat menyebabkan kanker maka dia akan berhenti merokok karena
besar masalah kesehatan yang akan dia akan berhenti merokok karena besar
masalah kesehatan yang akan dia alami apabila terus merokok.

Ketika perceived susceptibility dikombinasikan dengan perceived severity akan


menghasilkan penerimaan ancaaman ( perceived threat ). Asumsinya adalah
apabila seseoang berfikir kesakitan akan betul – betul mengancam dirinya maka
ancaman yang dirasakan meningkat dan menyebabkan perilaku pencegahan juga
meningkat.

3. Persepsi terhadap keutungan ( Perceived benefits )

7
Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang
di sarankan untuk mengurangi resiko penyakit .Penerimaan susceptibility
seseorang terhadap suatu kondisi yang di percaya dapat menimbulkan keseriusan (
perceived threat ) menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung ke arah
perubahan prilaku .Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap
epektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam mengurangi ancaman
penyakit , atau keuntungan yang di rasakan ( perceived benefit ) dalam mengambil
upaya -upaya kesehatan tersebut.Ketika seorang memperlihatkan sesuatu
kepercayaan terhadap adanya kepekaan ( susceptibility ) dan keseriusan
( seriousness ),sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan
yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan
cocok.Contohnya adalah individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini
penyakit akan terus melakukan prilaku sehat seperti medikal cekup rutin.

Perceived benefits secara ringkas berarti persevsi keuntungan yang memiliki


hubungan positif dengan prilaku sehat.Individu yang sadar akan keuntungan
deteksi dini penyakit akan terus melakukan prilaku sehat.

4. Persepsi terhadap hambatan ( perceived barriers)

Perceived barries secara singkat berarti persepsi hambatan atau persepsi


menurunya kenyaman saat meninggalkan prilaku tidak sehat.Perceived barriers
atau hambtan yang dirasakan untuk berubah,atau apabila individu menghadapi
rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.Aspek-aspek
negaif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan 9seperti:ketidakpastian,efek
samping),atau penghalang yang dirasakan (seperti : khawatir tidak cocok,tidak
senang,gugup,yang mungkin berperan sebagai halaangan untuk
merekomendasikan suatu perilaku.Contoh lain SADARI (periksa paydara sendiri )
untuk perempuan yang di rasa agak susah dalam menghitung masa subur
membuat perempuan enggan sadari.

Hubungan perceived barries dengan perilaku sehat adalah negatif.Jika persepsi


hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidak akan dilakukan.

5. Cuest to action

8
Tambahan dari empat kepercayaan health belief model adalah cues of action
atau pemicu.Pemicu timbulnya perilaku daalh kejadian,orang,atau barang yang
mendorong seseorang merubah perilakunya.Cues to action bisa juga dikatakan
sebagai hal yang mempercepat tindakan atau membuat seseorang merasa butuh
mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku
sehat.Cues to action juga berarti dukungan atau doongan dari lingkungan terhadap
individu yang melakukan perilaku seht.

Bentuk dari cues of action banyak bentuknya salah satunya yaitu ilness of
family member, media reports,saran dari orang lain,nasehat dari petugas
kesehatan,poster,dll.

6. Self – efficacy

Self – efficacy adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk


melakukan sesuatu seseorang umumnya tidak mencoba melakukan sesuatu yang
baru kecuali mereka berpikir mereka mampu melakukannya.Jika seseorang
percayaa sebuah perlaku baru itu berguna (perceived benefit),tetapi tidak berfikir
dia mampu melakukannya (perceived barrier ),kemungkinan besar bahwa perilaku
itu tidak akan dilakukan.

7. Faktor lainnya ( modifying factors)


Selain 6 faktor pembentuk di atas (5 prembentuk utama) ada juga yang disebut
modifying factors yang dapat di bagi kedalam 3 variable yaitu :
a. Variabel demografi yang terditi dari usia,jenis kelamin,latar belakang
budaya,sosial dan ekonomi.
b. Variabel psikologis yang terdiri dari kepribadian,kelas sosial,tekanan
sosial
c. Variabel struktural yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman
tentang masalah

HBM menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilku kesehatan sebagai


petunjuk cara kerja dari perilaku kesehatan yang meliputi persepsi individu,faktor
– faktor yang berpengaruh dan kemungkinan untuk bertindak.

9
Model ini menjelaskan dan memprediksi kemungkinann terjadinya perubahan
perilaku yang dihubungkan dengan pola keyakinan (belief)atau perasaaan
(perceived) tertentu.Model ini didasarkan atas sekuensi agar perubahan perilaku
terjadi yaitu :
a) Adanya perasaan bahwa kesehatannya dalam keadaan terancam.
b) Adanya perasaaan individu tentang kerentanannya dari keseriusan
penyakit.
c) Faktor perubhan atau keterbatasan (modifying factors)berkaitan dengan
umur,jenis kelamin,etnis,kepribadian,sosial ekonomi dan pengetahuan
yang berhubungan dengan perasaaan tentang adanya manfaat dan
hambatan dalam perubahan perilaku.
d) Adanya petunjuk,edukasi,gejala atau media informasi yang dapat
mempengaruhi seseorang tentang bahaya penyakit sehingga merasa
perlu mengambil tindakan (Jones & Bartlett,2010 as cited in
Ummuzagroh,2015).

D. Kelebihan dan Kekurangan Health Belief Model

A. Kelebihan health belief model


a) HBM memprediksi seseorang apakah mungkin melakukan
tindakan pencegahan.
b) HBM membantu untuk memprediksi apakah seseorang dapat
mengubah perilaku mereka.
c) HBM menggambarkan pentingnya kepercayaan individu dan
memeriksa bagaimana perubahan dalam kepercayaan dapat
menyebabkan perubahan perilaku.

B. Kekurangan health belief model


a) HBM tidak mengakui factor penentu kesehatan yang lebih luas
b) HBM mengasumsikan keputusan kesehatan dibuat secara rasional
c) Dibutuhkan pandangan bio-medis tentang Kesehatan

10
d) HBM tidak menyadari bahwa tidak semua isyarat untuk bertindak
memiliki bobot yang sama.

E. Contoh Kasus dan Pembahasan

GAMBARAN PENGETAHUAN,SIKAP,DAN PERILAKU MEROKOK


PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SIDOKARTO KECAMATAN
GODEAN,SLEMAN,YOGYAKARTA

I. Pendahuluan

Merokok menjadi gaya hidup sebagian besar penduduk di negara


bekembang,termasuk Indonesia.Perokok di Indonesia pada usia 15 tahun ke atas
belum mengalami penurunan sejak tahun 2007 sampai 2013,angka ini cenderung
meningkat dari 34,2% tahun2007 sampai 2013,angka ini cenderung meningkat
dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3%tahun 2013.Faktanya,64,9% laki-laki dan
2,1% perempuan masih merokok pada tahun 2013,Rerata jumlah batang rokok
yang dihisap paling banyak 18,3batang perhari di Bangka Belitung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sani mengungkapkan bahwa


merokok menyebabkan peningkatan denyut jantung ,tekanan darah dan kadar
katekolamin yang berperan penting sebagai penyebab kelainan
jantung.Selain,kebiasaan merokok pada penderita hiperensi meningkat resiko
kardiovaskuler lainnya seperti penyakit jantung koroner (PJK),stroke,gagal
jantung,dan penyakit arteri perifer.

Hipertensi dan kebiasaan merokok dapat menimbulkan gejala spesifik.


Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi menunjukan
penurunan 31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh alat ukur tensi yang tidak terstandar dan kesadaran masyarakat
untuk mengakses fasilitas kesehatan.
Faktor risiko seorang penderita hipertensi ditentukan melalui dua atau
lebih faktor risiko antara lain : faktor yang tidak dapat dikendalikan (non difiable
risk factors). Faktor yng tidak dapat dikendalikan antara lain umur dan jenis

11
kelamin. Faktor yang dapat dikendalikan antara lain merokok, hipertensi, penyakit
diabetes melitus, obesitas dan dislipidemia.
Hipertensi dapat berkembang dari komplikasi ringan sampai komplikasi
berat seperti stroke. Diperlukan suatu upaya kesehatan untuk menurunkan
prevalensi hipertensi di masyarakat melalui pengobatan hipertensi yang sudah
ada. Upaya pencegahan lain dengan mengendalikan faktor risiko hipertensi untuk
mengurangi risiko komplikasi.

2. Hasil penelitian dan pembahasan

A. Hasil penelitian

1) Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur

Sebesar 36,67% berada pada kelompok umur 71-80 tahun di Desa Sidokarto,
kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta

2) Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku


merokok

Sebesar 66,67% berperilaku merokok kurang baik, 46,67% memiliki


prngetahuan cukup baik tentang rokok, 63,33% memiliki sikap negative tentang
rokok.

B. Pembahasan

1) tingkat pengetahuan responden tentang rokok

Pengetahuan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan baik, cukup baik


dan kurang baik. Pengetahuan di ukur melalui pertanyaan pertanyaan tetang
penyakit yang di timbulkan akibat rokok antara lain penyakit jantung dan
hipertensi. Responden menyatakan merokok menyebabakan penyakit asma dan
kanke paru.Responden mengetahui bahawa merokok dalam jangka waktu lama
menyebabakan hipertensi.

Faktor menyebabkan utama kanker paru adalah kebiasaan


merokok,berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah melalui mekanisme

12
arteros klerotik,gangguan metabolisme,gangguan sistem homoestatik,gangguan
irama jantung serta penurunan kemampuan untuk oksigenasi.

Responden mengetahui bahwa nikotin merupakan zat yang berbahaya


bagi tubuh manusia yang terkandung dalam rokok,karbonmonoksida merupakan
zat yang berbahaya bagi tubuh manusia yang terkandung dalam rokok .

Pengetahuan responden yang baik tidak berbanding lurus dengan


perilaku merokok,tingkat pengetahuan seorang perokok mengenai dampak
merokok beragam disetiap negara karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
masih kurang luasnya kanpanye kesehatan.

2) Sikap Responden Terhadap Perilaku Merokok


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 63,3%responden setuju
dengan penggunaan tembakau sehingga cenderung untuk berperilaku
merokok,berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan sikap positif terhadap
perilaku merokok dimana sebagian besar responden menjawab setuju bahwa
masyarakat juga berkewajiban memberikan informasi tentang merokok dan
bahanya kepada masyarakat lain yaitu sebesar 83,3%dan separuh (60%)responden
setuju bahwa seharusnya pemerintah melarang orang – orang yang merokok di
tempat – tempat umum,perkantoran dan sekolah.
3) Perilaku Merokok Responden
Berdasarkan jumlah rokok yan diisap,peroko dikategorikan menjadi 3 yaitu
perokok ringan,perokok sedang dan perokok berat.Perokok ringan adalah perokok
yang merokok kurang dari 10 batang perhari.Perokok sedang adalah perokok yang
menghisap rokok 10-20 batang perhari.Sedangkan perokok berat adalah perokok
yang menghisap rokok lebih dari 20 batang perhari.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan
bahwa lansia yang merokok mempunyai kemungkinan sebesar 1,179 kali dan 1,07
kali,lebih besar terkena hipertensi,hipertensi sistolik dibandingkan dengan lansia
yang tidak merokok
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe – tipe perilaku merokok yang
paling banyak adalah karena zat adiktif dan kebiasaan yaitu sebesar 60%.

13
Responden yang sudah menjadi pecandu rokok akan menambah dosis rokok
yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

4. Penambah Berdasarkan Teori HBM

Health Belief Model pada kasus perokok ini adalah perubahan sikap dari
seseorang sebagai perokok aktif menjadi tidak perokok.Adapun pembahasan
kasus ini akan di pilih berdasarkan psda komponen HBM.Antara lain.

a. Perceived Susceptibility

Pada kasus di atas,perceived susceptibility terhadap rokok terlihat bahawa


46,67% responden memiliki pengetahuan dan pandangan kerentanan terhadap
rokok yang cukup baik.Pengetahuan mereka diukur melalu pertanyaan –
pertanyaaan tentang penyakit yang ditimbulkan akibat rokok antara lain penyakit
jantung dan penyakit hipertensi. Sebesar 96,67%responden mengetahui hipotensi
dan gangguan kehamilan dan seluruh responden menyatakan merokok
menyebabkan penyakit asma dan kanker paru.

b. Persepsi terhadap keseriusan ( perceived severity)

96,67% responden mengetahui hipotensi dan gangguan kehamilan dan seluruh


responden menyatakan merokok menyebabkan penyakit asama dan kanker
paru.Merokok terbukti meningkatkan tekanan darah.Merokok sebatang setiap hari
akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-
20 kali per menit.

Faktor penyebab utama kanker paru adalah kebiasaan merokok. Responden


mengetahui bahwa merokok menyebabkan penyakit jantung.Kebiasaan merokok
berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah melalui mekanisme
aterosklerotik,gangguan metabolisme lemak,gangguan sistem
homeostatik,gangguan irama jangtung serta penurunan kemampuan untuk
oksigenasi . Sebesar 66,7% responden mengetahui bahwa stroke merupakan
dampak merokok. Stroke sangat terjadi akibat hipertensi yang tak terkendali.

14
c. Persepsi terhadap keuntungan ( Perceived benefits)

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap,perokok dikategorikan menjadi 3 yaitu


perokok ringan,perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan adalah
perokok yang merokok kurang dari 10 batang perhari. Perokok sedang dalah
perokok yang menghisap rokok 10-20 batang perhari. Sedangkan perokok berat
adalah perokok yang menghisap rokok lebih dari 20 batang perhari.

d. Persepsi terhadap hambatan ( perceived barriers)

Sebesar responden setuju bahwa merokok itu merupakan hak asasi manusia
sehingga merokok dapat dimana saja dan kapan saja. Selain itu ikalan dan
persepsi yang dibangun oleh produsen rokok memberikan gamabran kepada
masyarakat seakan – aka bahwa merokok itu banyak manfaatnya.

e. Cuest to action
Bentuk dari cuest to action banyak bentuknya salah satunya yaitu ilnes of
family member, media reports, saran dari orang lain, nasehat dari petugas
kesehatan, poster dll
Pengaruh orang orang terdekat seperti keluarga, teman, sahabat, promosi
larangan, dan bahaya rokok, saran dari orang yang dijadikan panutan maupun
petugas kesehatan ikut menentukan perilaku seseorang untuk berhenti merokok
f. Self efficacy
Self efficacy dapat di artikan sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri
atau rasa percaya diri menjadi tolak ukur awal bagi seseorang untuk melakukan
usaha berhenti merokok atau tidak merokok bagi yang bukan perokok. Dari
keyakinan diri inilah yang akan memperlihatkan kesungguhan seseorang untuk
melakukan usaha berhenti merokok.
g. Faktor lainnya (modifying factors)
Modifying factors dapat dibagi menjadi 3 variable yaitu :
1. Variable demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, latar belakang budaya,
sosial dan ekonomi
2. Variable psikologis terdiri dari kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial
3. Variable struktural terdiri dari pengetahuan dan pengalaman tentang masalah
h. Likelihood of behivor

15
Dari faktor faktor diatas akan menghasilkan kemungkinan kemungkinan terjadi
perubahan perilaku sehat yaitu :
1. Pada perokok : akan berhenti merokok atau tetap merokok
2. pada non perokok : akan tetap tidak merokok atau mencoba coba untuk
merokok.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Health belief model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana


individu secara kognitif menunjukan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju
sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh
keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan
tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.

Health belief model memiliki empat kontruksi utama yaitu persepsi


kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan
(perceived seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benrfits), dan
hambatan yang dihadapi (perceived barriers) (Jones & Barlett, 2010 as cited in
Ummuzahro, 2015),

Dalam perkembangannya, perilaku / tindakan seseorang untuk mencegah


atau mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk /
pendorong untuk bertindak (cues to action) (Jones & Barlett, 2010 as cited in
Ummuzaroh, 2015),

3.2 Saran

Dari makalah ini diharapkan dapat membantu masyarakat maupun tenaga


kesehatan untuk lebih mengetahui tentang konsep dan penerapan health belief
model sehingga dapat di gunakan untuk menyusun langkah konkrit dalam
tindakan preventif terhadap perilaku masyarakat yang tidak sehat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Salihat, Kurnia. 2009. Hubungan Persepsi Literatur . Universitas Indonesia:


Jakarta

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124279-S-5618-Hubungan%20persepsi-
Literatur.pdf (Di akses pada 28 Agustus 2017)

Putri, Devi. 2016.Gambaran Health Belief Model Pada Penderita Kanker Yang
Memilih Dan Menjalani Pengobatan Alternatif . Universitas Sunan Ampel :
Surabaya

http://digilib.uinsby.ac.id/13200/ (Di akses pada 28 Agustus 2017)

Ummuzahroh, 2015. Konsep Health Belief Model


https://www.scribd.com/document/286894081/Konsep-Health-Belief-Model-doc
(Di akses pada 28 Agustus 2017)

Widyautama, A. 2016.Studi Deskriptif Mengenai Health Belief pada


Mahasiswa

Perokok Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung .

UniversitasIslam Bandung :
Bandunghttp://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4816/06bab2_
widyautama_10050010126_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Di akses28
Agustus 2017)

18

Anda mungkin juga menyukai