Anda di halaman 1dari 13

MODEL KEPERCAYAAN KESEHATAN

( HEALTH BELIEF MODEL )


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Dosen pengampu :

Miranti Dea Dora, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Rohmat tugiwan 225140003


2. Sheril Nindya Pratiwi 225140034
3. Muhammad Irfan 225140016
4. Syafira Aulya Syifa 225140029
5. Puput Alfiana Monica 225140004
6. Dewi Ratna Sari 225140014
7. Tri Ade Tia 225140009
8. Retno kiki safitri 225140027
9. Auliya Aisyaturrodliyah 225140031

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA LAMPUNG

2023

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
penyelenggaraan-Nya, makalah yang berjudul “Health Belief Model” ini bisa
diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Tujuan yang lebih khusus dari penulisan
makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang apa yang di maksud
dengan Health Belief Model.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, terlibih kepada teman – teman seangkatan
Program studi S 1 Keperawatan UMITRA.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah yang berjudul Health Belief


Model ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belumlah
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Bandar Lampung, Mei 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ........................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
1. Latar Belakang ........................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
1. Pengertian Health Bilief Model ................................................................ 4
2. Sejarah Perkembangan Teori HBM ......................................................... 5
3. Komponen Klebihan dan Kekurangan ..................................................6-9
4. Kelebihan dan Kekurangan HBM .......................................................... 10
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11
1. Kesimpulan ........................................................................................... 11
2. Saran ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak
dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa
berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Perubahan juga dapat
terjadi pada perilaku dari seseorang maupun suatu kelompok.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon (Notoatmojo,1993), sedangkan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.

Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat


mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyakit bermula
dari perubahan perilaku yang buruk.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan
masyarakat yang buruk ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi
petugas kesehatan. Perilaku yang buruk, rusaknya lingkungan, dan penurunan
kualitas kesehatan menjadi siklus yang harus diputus untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang sehat.
Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku
kesehatan masyarakat yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan
kualitas kesehatan masyarakat. Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori
Health Belief Model yang baik akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat
indonesia yg baik pula.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud health belief model ?
2. Bagaimana contoh penerapan dari health belief model
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang health belief model
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dari health belief model

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Health Belief Model


Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka
utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah
mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Hal ini
menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan seseorang
sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki fungsi
sebagai model pencegahan atau preventif (Salihat, 2009).

Bila di telusuri menggunakan susunan kata, teori health belief model terdiri 3
kata dasar yaitu health, menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupunsosialyang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial danekonomi. Kata dasar yang kedua yaitu belief dalam bahasa inggris
artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan
terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Sedangkan kata yang
terakhir yaitu model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh
dalam perilaku, cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya
teori modeling ini sangat efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun
dalam materi peneliti kali ini teori modeling di umpakan sebuah issue atau
pengalaman pengobatan dari seseorang yang memiliki riwayat sakit yang sama
dan memilih serta menjalani pengobatan alternative yang mendapatkan hasil yang
positif (Putri, 2016).

Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari
individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker,
1984 as cited in Putri, 2016). Health belief model juga dapat diartikan sebagai
sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat
(Conner, 2005 as cited in Putri, 2016).

Teori Health Belief Model merupakan salah satu teori yang digunakan untuk
memahami dan mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi
untuk perubahan perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa
perilaku manusia. Teori ini dapat digunakan untuk meramalkan atau
memodifikasi perilaku kesehatan karena kemungkinan individu akan melakukan
tindakan pencegahan, penanganan, dan dapat dikaitkan dengan perkembangan
penyakit kronis yang tergantung secara langsung pada hasil dari keyakinan atau

4
penilaian kesehatan (Kirscht, 1988 dalam Salhat, 2009; Machfoedz, 2006 as cited
in Ummuzahro, 2015).

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh
kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia
untuk menghindari terjadinya suatu penyakit (Putri, 2016).

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah dijelaskan


diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang
menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku
sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit.
Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang
perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu
tersebut sehat ataupun sembuh (Putri, 2016).

B. Sejarah Perkembangan Teori Health Belief Model


Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai
mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program
edukasi kesehatan. (Hochbaum 1958; Rosenstock 1966 as cited in Ummuzahroh,
2015). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan
sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi
penyakit. Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan sehat
atau health belief model (Ummuzahror, 2015).

Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model
untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Yaitu teori yang di
rancang agar dapat memahami dengan baik bagaimana orang mempersepsikan
ancaman suau penyakit. Mereka mengembangkannya dengan mengemukakan
kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. (Hochbaum, 1958 pada Jones
and Barlett, 2010 1966 as cited in Ummuzahroh, 2015).

Rosenstock dan lebih jauh oleh Baker selama 1970-


1980an mengembangkan teori health belief model untuk memprediksi perilaku
kesehatan preventif dan juga respon untuk perawatan pada pasien yang sakit akut
dan kronis. Namun akhir akhir ini teori health belief modeldi kembangkan untuk
memprediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Health
belief model adalah model kognitif yang menjelaskan dan memperediksi perilaku
sehat dengan fokus pada sikap dan perilaku pada individu (Widyautama, 2016).
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), munculnya model ini didasarkan pada
kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau

5
masyarakatuntuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider (Ummuzahroh, 2015).

C. Komponen Health Belief Model


Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi kerentanan
yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan (perceived
seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benefits), dan hambatan yang
dihadapi (perceived barriers) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,
2015).

Dalam perkembangannya, perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau


mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong
untu bertindak (cues to action) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,
2015).

Sementara itu perubahan perilaku yang lakukan oleh dividu dipengaruhi oleh
modifying factors antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, motivasi, kepribadian,
sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Jones & Bartlett, 2010 as cited in
Ummuzahroh, 2015).

1. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)


Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap
menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku tertentu. Hal ini
mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko yang timbul
dari kondisi kesehatannya. Perceived susceptibility juga diartikan miliki
hubungan positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan terhadap
penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang juga tinggi.
Ketika seseorang peracya bahwa mereka beresiko terhadap sebuah penyakit,
mereka akan lebih sering melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya
penyakit tersebut. Namun, sebaliknya ketika seseorang percaya bahwa
mereka tidak beresiko atau memiliki resiko yang rendah, maka perilaku yang
tidak sehat cenderung di hasilkan. Contoh dari perceived susceptibility
adalah seorang pekerja seks komersial yang memiliki kepercayaan bahwa
pekerjaannya memiliki resiko yang tinggi untuk tertular penyakit infeksi
menular seksual maupun HIV maka dia akan menggunakan kondom ketika
berhubungan untuk mencegah dirinya terkena penyakit tersebut.

2. Persepsi terhadap keseriusan (perceived severity)


Perceived severity merupakan kepercayaan subjektif dari individu terhadap
seberapa parah konsekuensi secara medis (kematian, cacat dan rasa sakit)
maupun dari segi sosial (efek terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga) dari
penyakit yang akan di deritanya. Perceived severity dapat terbentuk dari

6
informasi medis maupun pengetahuan individu, namun juga dapat terbentuk
atas kepercayaan individu tentang kesulitan dari sebuah penyakit yang
tercipta atau mempengauhi hidup mereka secara umum. Perceived
seriousness juga memiliki hubungan yang positif dengan perilaku sehat. Jika
persepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat.
Contohnya adalah individu percaya kalau merokok dapat menyebabkan
kanker maka dia akan berhenti merokok karena besar masalah kesehatan
yang akan dia alami apabila terus merokok.

Ketika perceived susceptibility di kombinasikan dengan perceived severity


akan menghasilkan penerimaan ancaman (perceived threat). Asumsinya
adalah apabila seseorang berfikit kesakitan akan betul-betul mengancam
dirinya maka ancaman yang di rasakan meningkat dan menyebabkan
perilaku pencegajan juga meningkat.

3. Persepsi terhadap keuntungan (Perceived benefits)


Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode
yang disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Penerimaan
susceptibilitysesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat
menimbulkankeseriusan (perceived threat) menghasilkan suatukekuatan yang
mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan
seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam
mengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntunganyangdirasakan
(perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut.
Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya
kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak
diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan
kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok. Contohnya adalah
Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus
melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin.

Perceived benefits secara ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki


hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu yang sadar akan
keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat.

4. Persepsi terhadap hambatan (perceived barriers)


Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan atau persepsi
menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Perceived
barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabilaindividu
menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakantersebut.
Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan
(seperti:ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan
(seperti:khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang mungkin berperan

7
sebagaihalangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.Contoh lain
SADARI (periksa payudara sendiri) untuk perempuan yang dirasa agak
susah dalm menghitung masa subur membuat perempuan enggan SADARI.
Hubungan perceived barriers dengan perilaku sehat adalah negatif. Jika
persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidak
akan dilakukan.

5. Cuest to action
Tambahan dari empat kepercayaan heaalth belief model adalah cues of
action atau pemicu. Pemicu timbulnya perilaku adalah kejadian, orang, atau
barang yang dapat mendorong seseorang merubah perilakunya.Cues to
action bisa juga di katakan sebagai hal yang mempercepat tindakan atau
membuat seseorang merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan
tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti
dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan
perilaku sehat. Bentuk dari cues of action banyak bentuknya salah satunya
yaitu illness of family member, media reports, saran dari orang lain, nasehat
dari petugas kesehatan, poster, dll.

6. Self-efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri unuk
melakukan sesuatu Seseorang umumnya tidak mencoba melakukan sesuatu
yang baru kecuali mereka berpikir mereka mampu melakukannya. Jika
seseorang percaya sebuah perilaku baru itu berguna (perceived benefit),
tetapi tidak berfikir dia mampu melakukannya (perceived barrier),
kemungkinan besar bahwa perilaku itu tidak akan dilakukan.

7. Faktor lainnya (modifying factors)


Selain 6 faktor pembentuk di atas (5 pembentuk utama) ada juga yang di
sebut modifying factors yang dapat di bagi kedalam 3 variable yaitu :

a. Variabel demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, latar belakang
budaya, sosial dan ekonomi
b. Variabel psikologis yang terdiri dari kepribadian, kelas sosial, tekanan
sosial
c. Variabel struktural yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman tentang
masalah

8
HBM menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku kesehatan sebagai

petunjuk cara kerja dari perilaku kesehatan yang meliputi persepsi individu,

faktor-faktor yang berpengaruh dan kemungkinan untuk bertindak.

Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Individual Perceptions Modifying Factors Likelihood of Action

Age, sex, ethnicity, Perceived benefits


personality, socioeconomic, minus perceived
knowledge barriers

Perceived
Perceived threat of Likelihood of
susceptibility/perceived
disease behavior
seriousness

Cues to action

Gambar 2.1 Component of the Health Belief Model


Sumber: Stretcher, V., & Rosenstock I.M. (1997). The Health Belief Model. In
Glanz K., Lewis F.M., & Rimer B.K., (Eds). Health Education: Theory, Research
and Practice. San Fransisco: Jossey-Bass

Model ini menjelaskan dan memprediksikan kemungkinan terjadinya perubahan


perilaku yang dihubungkan dengan pola keyakinan (belief) atau perasaan
(perceived) tertentu. Model ini didasarkan atas sekuensi agar perubahan perilaku
terjadi yaitu:

1. Adanya perasaan bahwa kesehatannya dalam keadaan terancam


2. Adanya perasaan individu tentang kerentanannya dan keseriusan penyakit
3. Faktor perubahan atau keterbatasan (modifying factors) berkaitan dengan
umur, jenis kelamin, etnis, kepribadian, sosial ekonomi dan pengetahuan
yangberhubungan dengan perasaan tentang adanya manfaat dan hambatan
dalam perubahan perilaku.
4. Adanya petunjuk, edukasi, gejala atau media informasi yang dapat
mempengaruhi seseorang tentang bahaya penyakit sehingga merasa perlu

9
mengambil tindakan (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,
2015).

D. Kelebihan dan Kekurangan Health Belief Model

1. Kelebihan health belief model


a. Mudah di gunakan
b. Bentuk intervensi yang praktis bagi tenaga kesehatan khususnya untuk
tindakan preventif
c. Analisator perilaku yang beresio terhadap kesehatan
2. Kekurangan health belief model
a. Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku
untuk masyarakat kelas menengah saja.
b. Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item
kuesioner HBM tidak random dan dapat dengan mudah dibaca oleh
responden sehingga validasinya diragukan.
c. Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan
keyakinan seseorang.

10
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Health belief model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu


secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat
atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh
keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan
tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh

Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi kerentanan
yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan (perceived
seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benefits), dan hambatan yang
dihadapi (perceived barriers) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,
2015).

Dalam perkembangannya, perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau


mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong
untu bertindak (cues to action) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh,
2015).

2. SARAN

Dari makalah ini di harapkan dapat membantu masyarakat maupun tenaga

kesehatan untuk lebih mengetahui tentang konsep dan penerapan health belief

model sehingga dapat di gunakan untuk menyusun langkah konkrit dalam

tindakan preventif terhadap perilaku masyarakat yang tidak sehat

11
DAFTAR PUSTAKA

Salihat, Kurnia. 2009. Hubungan Persepsi Literatur. Universitas Indonesia :

Jakarta http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124279-S-5618-
Hubungan%20persepsiLiteratur.pdf (Di akses pada 28 Agustus 2017)
Putri, Devi. 2016. Gambaran Health Belief Model Pada Penderita Kanker Yang Memilih
Dan Menjalani Pengobatan Alternatif. Universitas Sunan Ampel :
Surabaya http://digilib.uinsby.ac.id/13200/ (Di akses pada 28 Agustus 2017)
Ummuzahroh, 2015. Konsep Health Belief Model.
https://www.scribd.com/document/286894081/Konsep-Health-Belief-Model-doc
(Di akses pada 28 Agustus 2017)
Widyautama, A. 2016. Studi Deskriptif Mengenai Health Belief pada Mahasiswa
Perokok Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Universitas
Islam Bandung : Bandung
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4816/06bab2_wid
yautama_10050010126_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Di akses 28
Agustus 2017)
Aditama, T, Y., Rokok dan Kesehatan, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta, 1997.

Green, L, W., Kreuter, M, W., Health Promoting Planning : An Educational And


Environment, Mayfield Publishing, 1991.

Crofton, J., Simpson, D., Tembakau: Ancaman Global, PT. Elex Media
Computindo, Jakarta, 2009.

Sarwono., Sosialisasi Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,


2004.

Bustan, M, N., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta,


2007.

12

Anda mungkin juga menyukai