Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL

PEMBELAJARAN KOMUNITAS DENGAN HEALTH BELIEF MODEL (HBM)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I

Disusun Oleh :
Dini Andini C1614201043
Acep Tohir C1714201032
Ajeng Adinda M C1714201033
Anis Khoirunnisa C1714201034
Ari setiawan C1714201035
Awal Febriyan C1714201036
Azizah Fakhrunnia C1714201037
Dede Fikri Haikal C1714201038
Eka Hardianti Budiana C1714201040
Eva Sofhia C1714201041
Febby Firmansyah C1714201042
Ilma Himawati C1714201044
Lusi C1714201047
Maulana Ahmad M C1714201048
Mukhsin Abdulah C1714201051

3B
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “REVIEW JURNAL PEMBELAJARAN KOMUNITAS
HBM” Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah studi
Keperawatan jiwa II

Dalam penulisan laporan ini saya merasa masih banyak kekeurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami sehingga ksaya dapat menyelesaikan
tugas ini.

Tasikmalaya,05 November 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................................................... 2

A. Latar belakang............................................................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................................4
A. Sejarah HBM ................................................................................................................................................................ 6
B. Pengertian HBM......................................................................................................................................................... 3
C. Komponen HBM......................................................................................................................................................... 3
D. Kekurangan dan Kelebihan ................................................................................................................................... 3
E. Penerapan HBM ......................................................................................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................................................

A. Sejarah HBM ................................................................................................................................................................ 6


B. Sejarah HBM ................................................................................................................................................................ 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku kesehatan masyarakat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat. Belakangan ini, kualitas kesehatan masyarakat di Indonesia
mengalami penurunan akibat perilaku kesehatan masyarakat yang buruk.
Penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat perilaku kesehatan masyarakat yang
buruk ini kemudian menjadi suatu hal yang sangat krusial bagi petugas kesehatan. Perilaku
yang buruk, rusaknya lingkungan, dan penurunan kualitas kesehatan menjadi siklus yang
harus diputus untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat.
Melalui teori Health Belief Model, kita mampu mempelajari perilaku kesehatan masyarakat
yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan kualitas kesehatan masyarakat.
Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori Health Belief Model yang baik akan tercipta
kualitas kesehatan masyarakat indonesia yg baik pula.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari Health Belief Model?
2. Sebukant dan jelaskan komponen Health Belief Model?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari Health Belief Model?
4. Bagaimana contoh penerapan Health Belief Model?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari Health Belief Model.
2. Mengetahui komponen Health Belief Model.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Health Belief Model.
4. Mengetahui contoh penerapan Health Belief Model

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah
HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologis sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan
pada program pencegahan dan pencegahan penyakit (Hocbaum 1958,Rosenstok
1960.1974). Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala gejala sakit yang
terdiagnosis terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian penyembuhan.
Sebelumnya, Witson (1925) mengembangkan teori yang dinamakan sebagai Teori S-R atau
stimulus rangsangan yang menyatakan bahwa semua yang terjadi (perilaku) diakibatkan
karena adanya penguatan (reinforcement), kemudian Skiner (1938) menguatkan bahwa
setiap perilaku yang mendapatkan ganjaran memungkinkan seseorang akan meningkatkan
atau mengulangi perilaku tersebut.
B. Pengertian HBM
Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama sebagai sebuah konsep,
yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai keadaan sempurna baik fisik,
mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan catat (World Health
Organization (WHO), 2017).
Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan. Sehingga belief yaitu
keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan tindakan atau perilaku tertentu, misalnya
seseorang percaya bahwa mandi akan membuat tubuh bersih dari kotoran (Putri, 2016).
Sedangkan Hayden (2017: 67) mengatakan bahwasanya keyakinan sangat erat dengan
budaya yang merupakan presepsi seseorang tentang suatu benar meskipun itu tidak suatu
kebenaran. Sehingga dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belief
merupakan suatu keyakinan terhadap sesuatu baik benar atau salah yang dipengaruhi oleh
budaya sehingga dari keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu tidakan atau perilaku.
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang
disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam (Mahmud, 2008: 1). Sedangkan
pengertian model yang mengacu pada Health Belief Model ini adalah suatu representasi
dari suatu ide dalam suatu kondisi. S
Health Belief Model sejauh ini adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan
kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz & Lewis, 2002; Nationan Cancer Institute (NCI),

2
2003). Health Belief Model ini juga menjadi salah satu dari teori perilaku kesehatan
(Maulana, 2009: 51). Dimana teori kesehatan perilaku adalah kombinasi antara
pengetahuan, pendapat, dan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
mengacu pada kesehatan mereka (Kennedy, 2009).
Model ini digunakan sebagai upaya menjelaskan secara luas bagaimana kegagalan
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini penyakit (Glanzz dkk, 1997) dan
sering dipertimbangkan sebagai kerangka yang utama dalam perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan manusia (Schmidt dkk, 1990). HBM juga dapat dikatakan sebagai
formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau
tidak tentang kesehatan mereka, sehingga untuk mengetahui tentang presepsi individu,
dapat dinilai dari variabel yang meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan,
kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut (Putri,
2016).
Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu
untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Becker, 1984). Health belief model
juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu
dalam berperilaku sehat (Conner dan Norman, 2005).
C. Komponen Dasar HBM
1. Perceived seriousness/severity
Perceived seriousness disebut juga sebagai keparahan yang dirasakan. Keparahan yang
dirasakan bermaksud sebagai presepsi seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit
yang diderita individu (Anies, 2006). Sehingga perceived seriousness juga memiliki
hubungan dengan perilaku sehat, jika presepsi keparahan individu tinggi maka ia akan
berperilaku sehat (Conner, dkk, 2003).
Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan kondisi (konsekuensi
medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau kematian) dan dampaknya terhadap
gaya hidup (konsekuensi social yang meliputi kemampuan kerja, hubungan social, dan
lain-lain) (Hochbaum, 1958). Contohnya individu percaya bahwa merokok dapat
menyebabkan kanker (Subagiyo, 2014).
2. Perceived susceptibility
Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang dirasakan atau sebagai
presepsi subyektif seseorang tentang risiko terkena penyakit (Anies, 2006). Perceived
susceptibility ini juga mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan

3
suatu penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada kemungkinan mendapatkan
penyakit kanker payudara sebelum dia mendapatkan mammogram (Hayden, 2009).
3. Perceived benefits
Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang dirasakan. Ini mengacu pada
persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai tindakan yang tersedia untuk
mengurangi ancaman penyakit atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit)
(Lamorte, 2016). Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah (atau
menyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi
dari yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan, sehingga orang tersebut akan
menerima tindakan kesehatan yang disarankan jika dianggap bermanfaat (Hochbaum,
1958).
Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu penyakit dan juga sudah
mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan
kesehatan yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut
dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya (Anies, 2006).
Contohnya individu yang sadar akan keuntungan deteksi dinipenyakit akan terus
melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau
terdapat seseorang tidak merokok, maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo,
2014).
4. Perceived barriers
Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan. Ini mengacu pada
perasaan seseorang terhadap hambatan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
disarankan (Lamorte, 2016). Ada variasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau
hambatan, yang menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang tersebut
mempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal itu mungkin
mahal, berbahaya (misalnya, efek samping), tidak menyenangkan (misalnya
menyakitkan), menyita waktu, atau merepotkan (Glanz, 2008).
Contoh dari komponen ini adalah jika terdapat seseorang yang terbiasa merokok,
kemudian tidak merokok, maka pasti merasakan mulut terasa masam. Contoh lain yakni
SADARI (periksa payudara sendiri) untuk permpuan dirasa susah dalam menghitung
masa subur, sehingga membuat perempuan enggan untuk melakukan SADARI
(Subagiyo, 2014).
5. Cues to action

4
Cues to action disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan kesiapan. Inilah
rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses pengambilan keputusan untuk
menerima tindakan kesehatan yang direkomendasikan (Lamorte, 2016). Isyarat ini bisa
bersifat internal (misalnya nyeri dada, mengi, dan lain-lain) atau eksternal (misalnya
pesan-pesan kesehatan melalui media massa, nasihat atau anjuran teman atau
konsultasi dengan petugas kesehatan) (Anies, 2006).
Bila seseorang termotivasi dan dapat merasakan tindakan yang menguntungkan untuk
diambil, perubahan aktual sering terjadi bila ada isyarat eksternal atau internal untuk
memicu tindakan. Besarnya isyarat yang dibutuhkan untuk memicu tindakan akan
bergantung pada motivasi untuk berubah dan keuntungan yang dirasakan (Hochbaum,
1958). Contoh dari komponen ini salah satunya, saat ini, banyak dokter atau media
massa merekomendasikan bertindak dalam konteks berhenti merokok (Subagiyo,
2014) .
6. Self-efficacy
Self-efficacy disebut sebagai keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk mengambil
tindakan (Anies, 2006). Ini mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang terhadap
kemampuannya untuk berhasil melakukan perilaku. Self-efficacy adalah konstruksi
dalam banyak teori perilaku karena berhubungan langsung dengan apakah seseorang
melakukan perilaku yang diinginkan (Lamorte, 2016).
D. Kekurangan dan Kelebihan HBM
Gottwald & Brown (2012) memaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari Health
Belief Model, yang akan dipaparkan dalam bentuk table dibawah ini.

Kelebihan Kekurangan
HBM memrpediksi seseorang apakah HBM mengasumsikan keputusan kesehatan
mungkin melakukan tindakan pencegahan dibuat secara rasional
HBM membantu untuk memprediksi Dibutuhkan pandangan bio-medis tentang
apakah seseorang dapat mengubah kesehatan
perilaku mereka
HBM menggambarkan pentingnya Bukti bahwa model ini efektif dalam
kepercayaan individu dan memeriksa kaitannya dengan perilaku kesehatan
bagaimana perubahan dalam kepercayaan seperti penyalahgunaan alkohol atau
dapat menyebabkan perubahan perilaku merokok yang terbatas
HBM membantu seseorang untuk HBM tidak mengakui faktor penentu
memeriksa biaya dan manfaat dari kesehatan yang lebih luas
tindakan apa pun

5
HBM menggambarkan sifat kompleks HBM tidak mengenal peran keluarga,
pengambilan keputusan dan berbagai kehidupan sosial, lingkungan budaya
faktor yang mempengaruhi perubahan sebagai faktor politik
Hambatan yang dirasakan diikuti oleh HBM tidak menyadari bahwa tidak semua
kerentanan yaitu dua dimensi terpenting isyarat untuk bertindak memiliki bobot
dalam memprediksi perubahan yang sama, misalnya sebuah poster tidak
akan memiliki dampak yang sama seperti
keluarga yang tidak sehat.
Sumber: green & tones (2010); Naidoo & wills (2009);

pender et al. (2010) dalam Gottwald & Brown (2012)

sedangakan secara teoritis, menurut Mulana (2009: 58) terdapat empat kelemahan HBM,
diantaranya:
1. HBM lebih didasarkan penelitian terapan dalam permasalahana perndidikan kesehatan
daripada penelitian akademis (Mulana, 2009: 58).
2. HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti pemikiran bahwa
setiap pilihan perilaku selalu berdasarkan pertimbangan rasional. Selain
rasionalisasinya diragukan, HBM juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap
kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu (Mulana, 2009: 58).
3. HBM hanya memerhatikan keyakinan kesehatan. Kenyantaannya orang dapat membuat
banyak pertimbangan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan,
tetapi masih memengaruhi kesehatan. Sebagai contohnya, seseorang dapat bergabung
dengan kelompok olahraga karena kontak sosial atau ketertarikan pada seseorang
dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya dengan
kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya (Mulana, 2009: 58).
4. Berkaitan dengan ukuran komponen-komponen HBM, banyak studi menggunakan
konsep operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit dibandingkan. Hal ini
menunjukkan hasil yang tercampur dan prediksi yang tidak konsisten. Analisis model
ini menunjukkan bahwa berbagai prediktor dapat berubah sewaktu-waktu (Mulana,
2009: 58).

6
Gambar . Health Belief Modal (Sumber: Sarafino, 1990 dalam Bart Smet, 1994: 160)

E. Penerapan HBM
Tarkang & Zotor (2015), memaparkan enam kunci komponen HBM, yang disertai dengan
aplikasi dan penerapannya di permasalahan saat ini.
Konsep Aplikasi Penerapan

Perceived susceptibility Menentukan populasi beresiko Kesempatan seseorang


dan tingkat risikonya. Mengukur merasa terinfeksi
risiko berdasarkan sifat atau HIV/AIDS
perilaku seseorang,
ketinggiannya dirasakan rentan
jika rendah
Perceived Menentukan dan menjelaskan Keseriusan yang
seriousness/severity konsekuensi dari risiko dan dirasakan dengan
kondisinya terjangkitnya HIV/ AIDS
Pe Menentukan tindakan untuk Manfaat penggunaan
rceived benefits memperjelas efek positif yang kondom yang dirasakan
diharapkan dan menjelaskan
bukti efektivitas
Perceived barriers Mengidentifikasi dan mengurangi Hambatan yang dirasakan
hambatan melalui kepastian untuk penggunaan
kondom
Cues to action Memberikan informasi Peristiwa pribadi dan
bagaimana caranya? dengan lingkungan yang
promosikan kesadaran memotivasi seseorang
untuk menggunakan
kondom

Self efficacy Memberikan pelatihan, Keyakinan akan

7
bimbingan dan penguatan positif
kemampuan seseorang
untuk berhasil
menggunakan kondom
Selain penerapan HBM diatas, Subagiyo (2014), juga menjelaskan contoh penerapan. Dapat
dilihat dalam table berikut.

Konsep Penerapan
Perceived susceptibility Perempuan memiliki presepsi bahwa mereka dapat
menderita kanker payudara
Perceived seriousness/severity Perempuan percaya bahwa kanker payudara adalah
penyakit yang membahayakan dan menyakitkan
sehingga diperlukan langkah pencegahan
Perceived benefits Perempuan percaya dengan melakukan SADARI
(periksa payudara sendiri) adalah upaya preventif
yang menguntungkan
Perceived barriers Perempuan harus menghitung masa subur terlebih
dahulu sebelum melaukan SADARI sehingga
muncul keengganan dalam melakukanya
Cues to action Melakukan tindakan nyata SADARI dan membuat
jadwal masa menstruasi sehingga mengetahui masa
subur
Self efficacy Merasa percaya diri setelah melakukan SADARI.
Salah satu contoh kegunaan HBM yakni dalam kegiatan imunisasi sehingga memberi kesan
bahwa orang yang mengikuti program imunisasi akan menjadikan percaya akan hal-hal
berikut (Maulana, 2009: 54):
1. Kemungkinan terkena penyakit tinggi (ketidakkebalan)
2. Jika tercangit, penyakit tersebut membawa akibat serius
3. Imunisasi merupkan cara paling efektif untuk pencegahan penyakit
4. Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil beberapa penelitian HBM
mennjukkan kebalikanya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. The Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus
pada sikap dan keyakinan individu
2. HBM atau Health Belief Model dikembangkan pertama kali tahun 1950-an oleh seorang
psikologf sosial di layanan kesehatan Publik AS yaitu dimulai dengan adanya kegagalan
pada program Pencegahan dan pencegahan penyakit ( Hocbaum 1958,Rosenstok
1960.1974 )
3. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
a. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
4. Ada beberapa model perilaku untuk melindungi kesehatan yang umum digunakan yaitu
:
a. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) disingkat dengan TRA.
b. Teori Motivasi perlindungan (Protection Motivation Theory)
c. Teori manfaat yang diharapkan dan subjektif (Subjective Expected Utility)
B. Saran
Mengingat besarnya manfaat dari teori Health Belief Model ini, maka seharusnya teori
Health Belief Model ini tidak hanya terbatas ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan
begitu saja. tetapi seharusnya, seorrang yang mengabdi dibidang kesehatan khususnya
kesehatan masyarakat mampu menerapkan konsep Health Belief Model dalam kehidupan
nyata.
Diharapkan, dengan pemahaman mengenai perilaku kesehatan masyarakat melalui Health
Belief Model, akan tercipta kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang baik pula.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34711807/teori_health_belief_model

https://www.academia.edu/35000975/The_Health_Belief_MOdel_HBM

Anda mungkin juga menyukai