Oleh:
Kelompok 4
4B
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
T.A2020/2021
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ............................................................................................................................................................... 2
B. Epidemiologi .......................................................................................................................................................... 2
C. Tanda dan Gejala ................................................................................................................................................. 3
D. Faktor Penyebab .................................................................................................................................................. 3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................................................................. 28
B. Saran ......................................................................................................................................................................... 28
REFERENSI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur
manusia dalam berperilaku dan bertindak.
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep
keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan,
kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati
bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang
dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual
mencakup hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai
inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan
dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah, sikap
seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-masing.
Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama.
Spiritual, keyakinan dan agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali
diartikan sama. Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara
Spiritual, keyakinan dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan
mempengaruhi pendekatan perawat dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan yang
holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga spiritualnya.
Pasien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat
yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal.
Sebagai seorang manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut,
maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas
aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan
menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat
dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah
akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah bagaimana konsep penyakit, dan Asuhan
keperawatan pada Lansia Dengan perubahan psiko, sosial dan spiritual : Defisit spiritual
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengekplorasi konsep pemyakit dan Asuhan
keperawatan pada Lansia Dengan perubahan psiko, sosial dan spiritual : Defisit spiritual
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau
sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan
sebagainya (Hawari, 2002).
Spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia,
yang meresapi hidup dan ungkapan serta dialami dalam tali temali hubungan antara diri
sendiri, sesama dan Allah SWT atau sumber hidup. Karena spiritual di bentuk melalui
pengalaman cultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang bersifat
universal.
Menurut Hamid (2000: 56) defisit spiritual adalah kondisi ketidakseimbangan yang
diakibatkan kekurangan asupan spiritual ditandai dengan kemunculan pernyataan-
pernyataan negatif seperti putus asa, tidak berdaya, tidak peduli, apatis, pernyataan
kesepian, dan lain-lain kondisi yang menggambarkan kehampaan dan kekosongan
spiritual. Jika defisit spiritual dibiarkan maka akan meningkat menjadi distress spiritual.
Distress spiritual adalah suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami gangguan spiritual. Kondisi ini ditandai dengan beberapa keadaan
seperti mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya
kekuatan, harapan dan arti kehidupan, pasien meminta pertolongan spiritual,
mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, bahkan mengalami
adanya keputusasaan.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(EGC, 2011).
B. Epidemiologi
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2008). WHO dan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 adalah usia permulaan tua. Sementara itu WHO mengatakan bahwa
lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho,
2006). Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya dicerminkan dari
peningkatan lanjut usia. Nugroho (2006) mengatakan secara demografis, berdasarkan
sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3
juta (4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah ini meningkat
menjadi ±8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini
2
meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar
15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi ±18,3 juta (8,5%) (Watson, 2003). Menurut perkiraan Biro Pusat
Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia.
Jumlah ini akan melonjak hingga ±33 juta lanjut usia (12% dari total penduduk)
(Watson, 2003). Jumlah lansia di Jawa Timur sendiri pada tahun 2012 mencapai 10,4%,
jumlah tersebut merupakan tertinggi kedua setelah Yogyakarta dengan jumlah lansia
13,04% (Kemenkes RI, 2013). Dengan bertambahnya Umur Harapan Hidup lansia pada
tahun 20120 yang diperkirakan menjadi 71,7 tahun setelah UHH 59,5 tahun pada tahun
1990, dan meningkatnya populasi lansia maka pemerintah perlu merumuskan kebijakan
dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia sehingga dapat
berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat (Kemenkes RI,
2013).
C. Tanda dan Gejala
Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberaniaan
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literature dan alam.
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan agama
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan.
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama.
e. Tiba-tiba berubah praktif agama
f. Ketidakmampuan untuk intropeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
D. Penyebeb/ Faktor resiko.
Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik Abuse
3
b. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998)
1. Faktor Predisposisi
a. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini
akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual
seseorang.
b. Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial, tingkatan sosial
2. Faktor Presipitasi
a. Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat
karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri,
orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas.
4
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Di Panti Jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya terdapat 30 orang lansia. 20 orang lansia yang
mengalami defisit spritual. Dari masing- masing tersebut 11 orang lansia yang berjenis kelamin
laki-laki dan 9 orang lansia yang berjenis kelamin perempuan. Secara keseluruhan usia mereka
keseluruhan yang mengalami defisit spiritual rata-rata pada rentang 60-70 tahun dan 71-85
tahun. keluhan yang sering dialami oleh hampir seluruh lansia yang mengalami defisit spiritual
yaitu bahwa mereka kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan
diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan ditandai dengan gejala depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, harga diri rendah dan kurang dukungan sosial dalam memahami keyakinannya.
Bahkan ada beberapa lansia yang mengalami ketergantungan seperti malas mandi dan makan.
Ketika di kaji lebih dalam beberapa lansia mengatakan hidupnya tanpa harapan dan lebh suka
mengurung diri, menolak berinterkasi dengan oranlain ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan keagamaan dan ketidakmampuan untuk berdo’a.
A. Data Pokus
1. Demografi
a. Tabel 3.1.1
Distribusi klien berdasarkan nama lansia panti jompo welas asih wilayah Kab
Tasikmalaya
No Nama Frekuensi Persentase (%)
1 Ny.A 1 5.0
2 Ny.B 1 5.0
3 Ny.D 1 5.0
4 Ny.E 1 5.0
5 Ny.F 1 5.0
6 Ny.G 1 5.0
7 Ny.H 1 5.0
8 Ny.M 1 5.0
9 Ny.R 1 5.0
10 Tn.A 1 5.0
11 Tn.B 1 5.0
12 Tn.C 1 5.0
13 Tn.G 1 5.0
14 Tn.H 1 5.0
15 Tn.I 1 5.0
16 Tn.J 1 5.0
17 Tn.M 1 5.0
18 Tn.O 1 5.0
19 Tn.S 1 5.0
20 Tn.T 1 5.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.1.1 menunjukan bahwa seluruh lansia di panti jompo Welas Asih di
Kab Tasikmalaya sebanyak 20 orang yang mengalami Defisit Spiritual
b. Tabel 3.2.1
5
Distribusi lansia berdasarkan jenis kelamin di panti jompo Welas Asih Kab.
Tasikmalaya
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 11 55.0
Perempuan 9 45.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.2.1 menunjukan bahwa lansia yang yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 11 orang (55.0%) dan lansia yang berjenis kelamin perempuan
sebannyak 9 orang (45.0%) di panti jompo Welas Asih Kab.Tasikmalaya.
c. Tabel 3.2.2
Distribusi lansia berdasarkan umur lansia di panti jompo Welas Asih Kab.
Tasikamalaya
Umur Lansia Frekuensi Persentase (%)
60-70 Tahun 10 50.0
71-85 Tahun 10 50.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.2.2 menunjukan bahwa masing-masing lansia dengan rentang umur
60-70 Tahun sebanyak 10 orang (50.0%) dan rentang umur 71-85 Tahun
(50.0%) di panti jompo Kab.Tasikmalaya.
d. Tabel 3.2.3
Distribusi klien berdasarkan agama lansia yang di anut di panti jompo Welas
Asih Kab. Tasikmalaya.
Agama Lansia Frekuensi Persentase (%)
Islam 20 100.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.2.3 menunjukan bahwa 100.0% beragama Islam
e. Tabel 3.2.4
Distribusi lansia berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di panti jompo Welas
Asih Kab. Tasikmalaya.
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
SD 5 25.0
SMP 8 40.0
SMA 7 35.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.2.4 menunjukan pendidikan terkahir lansia SD sebanyak 5 orang
(25.0%), SMP sebanyak 8 orang (40.0%) dan SMA sebanyak 7 orang (35.0%) di
panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
2. Pengkajian Status Fungsional
Barthel Indeks, Indeks kartz dan Sullivan
a. Tabel 3.3.1
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian Barthel indeks di panti jompo Welas
Asih Kab. Tasikmalaya
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
0-20 Ketergantungan 2 10.0
21-61 Ketergantungan 3 15.0
berat/sangat tergantung
6
62-90 Ketergantungan berat 6 30.0
91-99 ketergantungan ringan 9 45.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.3.1 menunjukan lansia dengan pengkajian barthel indeks didaptakan
0-20 sebanyak 2 orang (10.0%), 21-61 ketergantungan berat/sangat tergantung
sebanyak 3 orang (15.-0%), 62-90 ketergantungan berat sebanyak 6 orang
(30.0%) dan 91-99 ketergantungan ringan sebanyak 9 orang (45.0%) di panti
jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
b. Tabel 3.3.2
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian indeks kartz di panti jompo welas Asih
Kab. Tasikmalaya
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
A 9 45.0
B 6 30.0
D 3 15.0
G 2 10.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.3.2 menunjukan bahwa lansia dengan pengkajian Indeks Kartz
didapatkan nilai A = Kemandiran dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil,berpakaian, dan mandi sebanyak 9 orang (45.0%), nilai B =
Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut sebanyak 6
orang (30.0 %), nilai D = Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan sebanyak 3 orang (15.0%) dan nilai G =
Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut sebanyak 2 orang (10.0%) di
panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
c. Tabel 3.3.3
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian posisi dan keseimbangan (Sullivan) di
panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
42-54 mampu melakukan 1 05.0
aktivitas
28-41 mampu melakukan 12 60.0
sedikit aktivitas
14-27 mampu melakukan 7 35.0
bantuan maksimal
Total 20 100.0
Dari tabel 3.3.3 menunjukan bahwa hasil penkajian lansia berdasarkan posisi
dan keseimbangan (Sullivan) dengan kriteria 42-54 mampu melakukan aktiviitas
sebanyak 1 orang (05.0%), 28-41 mampu melakukan sedikit aktivitas sebanyak
12 orang (60.0%) dan 14-27 mampu melakukan bantuan maksimal sebanyak 7
orang (35.0%) di panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
3. Pengkajian stataus kognitif/afektif
SPMSQ, MMSE, IDB dan GDS
a. Tabel 3.4.1
7
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian status kognitif/afektif : SPMSQ di panti
jompo Welas Asih Kab.Tasikmalaya
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
Kesalahan 0-2 fungsi 1 05.0
intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan 8 40.0
intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan 11 55.0
intelektual sedang
Total 20 100.0
Dari tabel 3.2.3.1 menunjukan bahwa hasil pengkajian lansia berdasarkan
SPMSQ paling banyak melakukan kategori kesalahan 5-7 kerusakan intelektual
sedang sebanyak 11 orang (55.0%) dan paling sedikit kategori kesalahan 0-2
fungsi intelektual utuh sebanyak 1 orang (05.0%) di panti jompo Welas Asih
Kab.Tasikmalaya.
b. Tabel 3.4.2
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian status kognitif/afektif : MMSE di panti
jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
24-30 Normal 1 05.0
17-23 Gangguan kognitif 13 65.0
ringan
0-16 Gangguan kognitif 6 30.0
berat
Total 20 100.0
Dari tabel 3.4.2 menunjukan bahwa hasil pengkajian lansia berdasarkan MMSE
paling banyak pada nilai 17-23 Gangguan kognitif ringan sebanyak 13 (65.%)
dan paling sedikit pada nilai 24-30 normal (05.0%) di panti jompo Welas Asih
Kab. Tasikmalaya.
c. Tabel 3.4.3
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian status kognitif/afektif : IDB di panti
jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
Kriteria Frekuensi Prsentase (%)
5-7 Depresi ringan 5 25.0
8-15 Depresi sedang 11 55.0
16 Depresi berat 4 20.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.4.3 menunjukan bahwa hasil pengakajian lansia berdasarkan IDB
paling banyak pada kriteria 8-15 depresi sedang sebanyak 11 orang (55.0%) dan
paling sedikit pada kriteria 16 depresi berat sebanyak 4 orang (20.0%) di panti
jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
d. Tabel 3.4.4
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian status kognitif/afektif : GDS di panti
jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
5-9 kemungkinan besar 3 15.0
8
depresi
>10 Depresi 17 75.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.4.4 menunjukan bahwa hasil pengkajian lansia berdasarkan GDS
paling banyak dalam kriteria nilai >10 Depresi sebannyak 17 orang (75.0%) di
panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
4. Pengkajian fungsi sosial
a. Instrumen APGAR
Tabel 3.5.1
Distribusi lansia berdasarkan pengkajian fungsi sosial : instrumen APGAR di
panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
Kriteria Frekuensi Presentase (%)
8-10 Fungsi sosial normal 1 05.0
5-7 Fungsi sosial cukup 7 35.0
0-4 Fungsi sosial kurang 12 60.0
Total 20 100.0
Dari tabel 3.5.1 menunjukan bahwa hasil pengkajian lansia berdasarkan
instrumen APGAR paling banyak pada kriteria 0-4 fungsi sosial kurang sebanyak
12 orang (60.0%) dan paling sedikit pada kriteria 8-10 fungsi sosial normal
sebanyak 1 orang (05.0%) di panti jompo Welas Asih Kab. Tasikmalaya.
b. Riwayat Psikososial
Selama interaksi klien menunjukkan kurang kooperatif.
c. Riwayat Spiritual
Klien kurang kooperatif dalam dalam menemukan arti kehidupan.
5. Interpretasi Data
Interpretasi Data Masalah Keperawatan
Secara keselurahan lansia kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup
melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan.
Berdasarkan pengkajian status
kognitif/afektif lansia paling banyak Distress Spiritual
mengalami depresi sedang (55.0%)
Berdasarkan pengkajian status
kognitif/afektif lansia paling banyak
medapai penilaian lebih >10 depresi
(75.0%)
Secara keseluruhan lansia dengan
defisit spiritual mengalami kecemasan
Ada beberapa
Berdasarkan pengkajian status
fungsional sebagian lansia tidak Ansietas
terpenuhi kebutuhannya seperti dan
mandi dan berpakaian (15.0%)
Dan ketergantungan ke pada enam
fungsi (10.0%)
9
Berdasarkan pengkajian status
fungsional beberapa lansia mengalami
ketergantungan berat (30.05)
Beberapa lansia mengalami
ketergantungan melakuakn aktivitas
dengan bantuan maksimal (35.0%)
Berdasarkan pengkajian ststus Ketidakberdayaan
fungsional lansia paliang banyak
mengalami ketergantungan ringan
(45.0%)
Berdasarkan pengkajian fungsi sosial
paling banyak lansia memperoleh nila
0-4 yaitu fungsi sosial kurang (60.0%)
6. Prioritas Masalah
Percepatan penyelesaian
Kesadaran masyarakat
Ketersediaan keahlian
untuk mempengaruhi
dalam menyelesaikan
Kemampuan perawat
akan adanya masalah
Motivasi masyarakat
dalam penyelesaian
masalah
dicapai
Masalah Kesehatan
Jumlah nilai
PRIORITAS
Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria :
Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3)
Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2) Sedang (2)
Rendah (1) Rendah (1) Rendah (1) Rendah (1) Rendah (1) Rendah (1)
Bobot 5 Bobot 10 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8
(D.0082) 1X5=5 1 X 10 = 10 2 X 5 = 10 2 X 7 = 14 3 X 8 24 2 X 8 = 16 79 1
Distres
Spiritual b.d
perubahan
pola
hidup/kesepi
an
pengasingan
diri dan
sosial/ganggu
an sosio
kultural.
(D.0080) 1X5=5 1 X 10 = 10 3 X 5 = 15 2 X 7 = 14 2 X 8 = 16 2 X 8 = 16 76 2
Ansietas b.d
disfungsi
sistem
komunitas
10
(D.0092) 1X5=5 2 X 10 = 20 2 X 5 = 10 1X7=7 2 X 8 = 16 2 X 8 = 16 74 3
ketidakberda
yaan b.d
interaksi
personal yang
tidak
memuaskan
B. Diagnosa Keoerawatan
1. (D.0082) Distres Spiritual b.d perubahan pola hidup/kesepian pengasingan diri dan
sosial/gangguan sosio kultural.
a. Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan.
b. Penyabab dan tanda mayor
1) Penyabab
a) Menjelang ajal
b) Kondisi penyakit kronis
c) Perubahan pola hidup
d) Kesepian pengasingan diri dan sosial
e) Gangguan sosio-kultural
f) Peningkatan ketergangtungan pada orang lain
g) Kejadian hidup yang tidak diharapkan
2) Tanda mayor
DO :
a) Tidak mampu beribadah
b) Marah pada Tuhan
DS :
a) Mempertanyakan makna/tujuan hidup
b) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
c) Merasa menderita/tidak berdaya
c. Gejala dan tanda minor
DO :
1) Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual
2) Tidak mampu bekreativitas
3) Koping tidak efektif
4) Tidak berminat pada alam/literatur spiritual
DS :
1) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
2) Mengluh tidak dapat menerima
3) Merasa bersalah
4) Merasa terasing
5) Menyatakan telah diabaikan
d. Kondisi klinis yang terkait
1) Penyakit kronis
2) Penyakit terminal
11
3) Kehilangan bagian tubuh
4) Kelahiran mati, kematian janin, keguguran
5) Kemandulan
6) Gangguan psikiatrik
2. (D.0080) Ansietas b.d disfungsi sistem komunitas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesipik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Penyabab dan tanda mayor
1) Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Ancaman terhadap kematian
d) Kekhawatiran mengalami kegagalan
e) Disfungsi sistem keluarga
f) Kurang terpapar informasi
2) Tanda mayor
DO :
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
DS :
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
c. Gejala dan tanda minor
DO :
a) Frekuensi napas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) TD meningkat
d) Muka tampak pucat
e) Suara bergetar
f) Kontak mata buruk
g) Beriorentasi pada masa lalu
DS :
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
d. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
12
3. (D.0092) ketidakberdayaan b.d interaksi personal yang tidak memuaskan
a. Definisi
Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara
signifikan : persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang
b. Penyabab dan tanda mayor
1) Penyebab
a) Program perawatan/pengobatan yang komplek atau jangka panjang
b) Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
c) Interaksi interpersonal tidak memuaskan
2) Tanda mayor
DO :
a) Bergantung pada orang lain
DS :
a) Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya
c. Gejala dan tanda minor
DO :
a) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
b) Pengasingan
DS :
a) Merasa diasingkan
b) Menyatakan keraguan tentang knerja peran
c) Menyatakan kurang kontrol
d) Merasakan tertekan (depresi)
d. Kondisi klinis terkait
1) Diagnosa yang tidak terduga atau baru
2) Peristiwa traumatis
3) Diagnosa penyakit kronis
4) Diagnosa penyakit terminal
5) Rawat inap
C. Perencanaan Keperawatan
1. Fokus
13
- Vervalisasi 1. mengekspresikan perasaan tentang
makna dan penyakit dan kematian
tujuan hidup 2. Berikan kesempatan mengekspresikan
meningkat dan meredakan marah secara tepat
- Verbalisasi 3. Yakinkah bahwa perawat bersedia
kepuasan mendukung selama masa
terhadap ketidakberdayaan
makna hidup 4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
meningkat aktivitas
- Verbalisasi 5. Diskusikan keyakinan tentang makna dan
perasaan tujuan hidup, jika perlu
tenang 6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
meningkat Edukasi
- Verbalisasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
penerimaan
teman, dan/atau orang lain
meningkat
2. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok
- Verbaliasi
pendukung
percaya pada
3. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan
orang lain
imajinasi terbimbing
meningkat
kolaborasi
- Prilaku
marah pada 1. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis
tuhan ustdaz,pendeta, romom biksu)
menurun
- Verbalisasi
perasaan
bersalah
menurun
- Verbalisasi
perasaan
diabaikan
menurun
- Verbalisasi
perasaan
menyalahkan
diri sendiri
menurun
- Mimpi buruk
menurun
- Perasaan
takut
menurun
- Kewasdpaaan
berlebihan
menurun
kemampuan
14
beribadah
membaik
15
3 (D.0092) (L.09071) (I.12360) Bimbingan Sistem Kesehatan
ketidakberdayaa Keberdayaan Observasi
n b.d interaksi Setelah dilakukan 1. Identifikais masalah kesehatan individu,
personal yang tindakan keluarga dan masyarakat
tidak keperawatan 2. Identifikasi inisiatif individu, keluaga dan
memuaskan selama ..X.. jam di masyarakat
harapkan klien Terapeutik
dapat 1. Fasilitas pemenuhan kebutuhan
melaksanakan kesehatan
aktivitas 2. Fasilitas pemenuhan kebutuhan
meningkat dengan kesehatan mandiri.
KH : 3. Libatkan kolega/teman untuk
- Verbalisasi membimbing pemenuhan kebutuhan
mampu kesehatan
melaksanak 4. Siapkan pasien untuk mampu
an aktivitas berkolaborasi dan bekerjasama dalam
meningkat pemenuhan kebutuhan kesehatan
- Verbbalisasi Edukasi
keyakinan 1. Bimbing untuk bertanggung jawab
tentang mengidentifikasi dan mengembangkan
kinerja kemampuan memecahkan masalah
peran kesehatan secara mandiri.
meningkat
- Berpartisip
asi dalam
perawatan
mningkat
- Pernyataan
kurang
kontrol
menurun
- Pernyataan
rasa malu
menurun
- Perasaan
tertekan
menurun
- Pengasinga
n menurun
2. Komplementer
16
Judul Efektivitas terapi piskoreligius terhadap penurunan tingkat depresi lansia di
Jurnal panti sosial Tresna Werdha Abiyoso Sleman Yogyakarta
Jawab YA YA YA YA YA
Masalah dari Penelitian Sebeum di Dapat Penelitia
jurnal ini ini berikan disimpulkan n ini
adalah merupakan perlakuan bahwa dilaksana
depresi penelitian terapi berdasarkan kan pada
semakin menggunaka psikoreligiu analisis uji Mei 2014
berat apabila n desain s dengan Wilcoxon
tingkat penelitian nilai mean dengan
tingkat Quasy 11.000 membandingka
kereligiusan Experiment Setelah di n antara
lansia atau berikan kelompok
rendah.. latar eksperimen perlakuan eksperimen
belakang design berupa dan kelompok
kehidupan dengan terapi kontrol
agama klien, rancangan psikoreligiu didaptkan nilai
keluarga dan penelitian s depresi Z sebesar -
penddikan menggunaka lansia 4.638, nilai Z
agama n non mengalami pada penelitian
merupakan equivalent penurunan ini lebih kecil
faktor yang control yang mana daripada nilai Z
sangat group diketahui pada tabel. Jadi
penting. design, dari nilai terapi
desain mean psikoreligius
penelitian sebesar efektif
ini hampir 5.352 dari terhadap
sama data penurunan
dengan tersebut tingkat depresi.
pretest- diketahui
posttest adanya
group pengaruh
control yang
design, signifikan
hanya saja dari terapi
pada desain psikoreligiu
ini s terhadap
kelompok penurunan
eksperimen tingkat
amaupun depresi. Hal
kelompok ini di dapat
kontrol diartikan
tidak dipilih bahwa
secraa terapi
random. psikoreligiu
s efektif
17
terhadap
penurunan
tingkat
depresi.
Judul Pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingakat depresi pada lansia
Jurnal
Jawab YA YA YA YA Ya
Masalah dari Penelitian Sebeleum di Hasil penelitian Penelitia
jurnal ini ini berikan mendapatkan n ini
adalah merupakan terapi kesimpulan dilaksana
sebagai penelitian psikoreligius adanya kan pada
makhluk Quasi setelah pengaruh yang Novembe
ciptaan Tuhan eksperimen dianalisis sangat r 2016
kita dengan melalui uji t siginifikat dari
diwaibkan design dapat terapi
untuk penelitian digambarkan psikoreligius
berbakti menggunak bahwa nilai dalam
kepadanya, an One nya di menurunkan
tetapi kita Group pre dapatkan derajat depresi
terkadang and post 30,87. pada lansia.
tidak test design. Setelah Setelah
menjalankan diberikan dilakukan
secara perlakuan terapi tersebut
maksimal piterz dengan do,a
atau khusuk psikoreligius dan dzikir
karena mengalami pasien merasa
lemahnya penurunan senang,
keimanan. yang nyaman di
Pengambilan signifikan panti, dan lain-
sample menjadi 9,07 lain. Hal ini
dengan (t hitung menunjukan
menggunakan 21,8) dan P adanya
teknik non value 0,000 < perubahan
probability a (0,05) respon
sampling artinya emosional.
dengan cara bahwa terapi
purposive psikoreligius
sampling di mempunyai
panti Wredha pengaruh
Dharma Bakti yang sangat
Kasih signifikan
Surakarta. dalam
menurunkan
deraat
depresi pada
lansia
18
Judul Pengaruh pemberian terapi [sikoreligius (Dzikir tasbih) terhadap kualitas tidu
Jurnal lansia di RW 02 Jebres wilayah Kera UPT Puskesmas Sibela.
Jawab YA YA YA YA YA
19
menurunkan
kecemasan dan
menangulangi
depresi pada
lansia yang
menjadi
pencetus lansia
mengalami
gangguan pola
tidur.
3. Promosi Kesehatan
P I C O T
(Patient/Clinica (Intervention) (Comparasion) (Outcome) (Time)
l Problem)
Judul Pengaruh pendekatan spiritual terhadap tingkat kesepian pada lanjut usia di
Jurnal panti sosial Tresna Werdha warga Tama Kelurahan Timbangan Kecamatan
Indralaya Utara.
Jawab YA YA YA YA YA
Masalah dari Penelitian Sebelum Dapat Penelitia
jurnal ini ini dilakukan disimpulkan n ini
adalah merupakan pendekatan bahwa dilaksana
kesepian penelitian spiritual sebagian besar kan pada
merupakan menggunaka menunjukan lansia April
masalah n penlitian bahwa dari mengalami 2014
psikologis pre- 19 penurunan
yang sering eksperiment responden tingkat
terjadi pada al dengan terdapat 4 kesepian
lansia, menggunaka orang 21,1% setelah
terutama n desain one dengan dilakukan
yang tinggal group pre tingkat pendekatan
di Panti test-post kesepian spiritual, dari
werdha. Salah test yang ringan, 9 16 orang
satu dilakukan orang 47,4% kesepian
penyebab selama 3 dengan tingkat berat
kesepian minggu tingkat menjadi
adalah akibat mulai kesepian kesepian
kekosongan tanggal 4-25 sedang dan tingkat ringan,
spiritual. juni 2012. 6 orang dari 9 orang
Poluasi 31,6% kesepian
penelitian ini dengan tingkat sedang
adalah lanjut tingkat 7 orang
20
usia yang kesepian diantaranya
tinggal di berat. menajdi
panti sosial Setelah kesepian
Tresna dilakukan tingakt ringan
Werdha pendekatan dan 1 orang
Warga Tama spiritualmen tidak kesepian,
Indralaya. unjukan dan yang
bahwa dari sebelumnya 2
19 orang tingkat
responden kesepian
terdapat 1 ringan menajdi
orang 5,3% tidak kesepian..
dengan
tingakt
kesepian
sedang 15
orang 78,9%
dengan
tingkat
kesepian
riangan dan
3 orang
15,8%
dengan
tidak
kesepian.
Judul Hubungan spiritualitas dengan kesepian pada lansia di UPT pelayanan Sosial
Jurnal Tresna Werdha (PSTW)
Jawab I M R D
21
salah satu independen (p value=0,000; diharapkan dapat
gangguan dalam r=-0,718). mengkaji secara
psikologis pada penelitian ini Spiritualitas holistik dan
lansia yang adalah menjadi salah menyeluruh
dapat diatasi spiritualitas satu strategi masalah yang
dengan sedangkan koping dalam sedang dihadapi
spiritualitas. variabel mengatasi oleh lansia
dependennya kesepian pada termasuk dengan
adalah lansia. aspek spiritualitas
kesepian. Spiritualitas sehingga lansia
Penelitian ini menjadi sumber yang tidak
menggunakan kekuatan lansia mempercayai
desain analitik dalam orang lain untuk
observasional menghadapi berbagi
dengan masalah dan masalahnya dapat
pendekatan meningkatkan berkomunikasi
cross sectional. kualitas hidup, dan
Sebanyak 91 sehingga dapat mengutarakan
responden mengurangi masalahnya
diperoleh kesepian.
dengan teknik Penelitian
simple random menunjukkan
sampling bahwa
menggunakan pentingnya
Spiritual Well- meningkatkan
Being Scale spiritualitas untuk
(SWBS)(r=0,89 mengurangi
5) dan UCLA tingkat kesepian
Loneliness pada lansia yang
Scale (r=0,94). tinggal di Panti
Analisis data Werdha.
menggunakan
uji korelasi
Spearman
dengan tingkat
signifikansi
0,05.
D. Implementasi Keperawatan
Intervensi Implementasi
No Dx Tujuan & KH
Keperawatan Keperawatan
22
1 (D.0082) (L.01006) (I.09276) Dukungan Observasi
Distres status spiritual
1. Mengidentifikasi
Spiritual b.d spiritual
Observasi perasaan khawatir,
perubahan Setelah
kesepian dan
pola dilakukan 1. Identifikasi
ketidakberdayaan
hidup/kesepi tindakan perasaan khawatir,
2. Mengidentifikasi
an keperawatan kesepian dan
pandangan tentang
pengasingan selama ..X... ketidakberdayaan
hubungan antara
diri dan jam di 2. Identifikasi
spiritual dan kesehatan
sosial/ganggu harapkan pandangan tentang
3. Mengidentifikasi
an sosio beribadah hubungan antara
harapan dan kekuatan
kultural. klien spiritual dan
pasien
membaik kesehatan
4. Mengidentifikasi
dengan KH : 3. Identifikasi
ketaatan dalam
- Vervalisas harapan dan
beragama
i makna kekuatan pasien
Terapeutik
dan tujuan 4. Identifikasi
hidup ketaatan dalam 1. Mengekspresikan
meningkat beragama perasaan tentang
- Verbalisas Terapeutik penyakit dan kematian
i kepuasan 2. Memberikan
1. mengekspresikan
terhadap kesempatan
perasaan tentang
makna mengekspresikan dan
penyakit dan
hidup meredakan marah
meningkat kematian
secara tepat
2. Berikan
- Verbalisas 3. Meyakinkah bahwa
kesempatan
i perasaan perawat bersedia
mengekspresikan
tenang mendukung selama
meningkat dan meredakan
masa ketidakberdayaan
marah secara tepat
- Verbalisas 4. Menyediakan privasi
3. Yakinkah bahwa
i dan waktu tenang untuk
perawat bersedia
penerimaa aktivitas
mendukung selama
n 5. Mendiskusikan
meningkat masa
keyakinan tentang
ketidakberdayaan
- Verbaliasi makna dan tujuan
4. Sediakan privasi
percaya hidup, jika perlu
dan waktu tenang
pada 6. Menfasilitasi melakukan
untuk aktivitas
orang lain kegiatan ibadah
meningkat 5. Diskusikan
Edukasi
keyakinan tentang
- Prilaku
makna dan tujuan 1. Menganjurkan
marah
hidup, jika perlu berinteraksi dengan
pada
tuhan 6. Fasilitasi keluarga, teman,
menurun melakukan dan/atau orang lain
kegiatan ibadah 2. Menganjurkan
- Verbalisas
Edukasi berpartisipasi dalam
i perasaan
kelompok pendukung
23
bersalah 1. Anjurkan 3. Mengajarkan metode
menurun berinteraksi relaksasi, meditasi, dan
- Verbalisas dengan keluarga, imajinasi terbimbing
i perasaan teman, dan/atau kolaborasi
diabaikan orang lain
1. Mengatur kunjungan
menurun 2. Anjurkan
dengan rohaniawan
- Verbalisas berpartisipasi
(mis ustdaz,pendeta,
i perasaan dalam kelompok
romom biksu)
menyalah pendukung
kan diri 3. Ajarkan metode
sendiri relaksasi, meditasi,
menurun dan imajinasi
- Mimpi terbimbing
buruk kolaborasi
menurun
1. Atur kunjungan
- Perasaan
dengan rohaniawan
takut
(mis
menurun
ustdaz,pendeta,
- Kewasdpa
romom biksu)
aan
berlebihan
menurun
kemampu
an
beribadah
membaik
24
i khawatir kecemasan, jika 4. Mendengarkan dengan
akibat memungkinkan penuh perhatian
kondisi 3. Pahami situasi yang 5. Menggunakan
yang membuat ansietas pendekatan yang tenang
dihadapi 4. Dengarkan dengan dan meyakinkan
menurun penuh perhatian 6. Menempatkan barang
- Prilaku 5. Gunakan pribadi yang
gelisah pendekatan yang mmeberikan
menurun tenang dan kenyamanan
- Prilaku meyakinkan 7. Memotivasi
tegang 6. Tempatkan barang mengidentifikasi situasi
menurun pribadi yang yang memicu
- Keluhan mmeberikan kecemasan
pusing kenyamanan Edukasi
menurun 7. Motivasi 1. Menjelaskan prosedur,
- Konsentra mengidentifikasi termasuk sensasi yang
si situasi yang mungkin dialami
membaik memicu kecemasan 2. Menginformasikan
- Pucat Edukasi secara faktual mengenai
menurun 1. Jelaskan prosedur, diagnosis, pengobatan
- Pola tidur termasuk sensasi dan prognosis
membaik yang mungkin 3. Menganjurkan keluarga
- Fekuensi dialami untuk bersama pasien,
pernapasa 2. Informasikan jika perlu
n secara faktual 4. Menganjurkan
membaik mengenai melakukan kegiatan
- Frekuensi diagnosis, yang tidak kompetetif,
nadi pengobatan dan sesuai kebutuhan
membaik prognosis 5. Menganjurkan
- Td 3. Anjurkan keluarga mengungkapkan
membaik untuk bersama perasaan dan persepsi
- Orientasi pasien, jika perlu 6. Melatih kegiatan
membaik 4. Anjurkan pengalihan untuk
melakukan mengurangi
kegiatan yang tidak ketengangan.
kompetetif, sesuai 7. Melatih penggunaan
kebutuhan mekanisme pertahanan
5. Anjurkan diri yang tepat
mengungkapkan 8. Melatih teknik relaksasi
perasaan dan Kolaborasi
persepsi 1. Mengkolaborasi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketengangan.
7. Latih penggunaan
25
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
3 (D.0092) (L.09071) (I.12360) Bimbingan Observasi
ketidakberda Keberdayaan Sistem Kesehatan 1. Mengidentifikas
yaan b.d Setelah Observasi masalah kesehatan
interaksi dilakukan 1. Identifikais individu, keluarga dan
personal yang tindakan masalah kesehatan masyarakat
tidak keperawatan individu, keluarga 2. Mengidentifikasi
memuaskan selama ..X.. dan masyarakat inisiatif individu,
jam di 2. Identifikasi inisiatif keluaga dan masyarakat
harapkan individu, keluaga Terapeutik
klien dapat dan masyarakat 1. Menfasilitasi
melaksanaka Terapeutik pemenuhan kebutuhan
n aktivitas 1. Fasilitas kesehatan
meningkat pemenuhan 2. Menfasilitas pemenuhan
dengan KH : kebutuhan kebutuhan kesehatan
- Verbalisas kesehatan mandiri.
i mampu 2. Fasilitas 3. Melibatkan
melaksana pemenuhan kolega/teman untuk
kan kebutuhan membimbing
aktivitas kesehatan mandiri. pemenuhan kebutuhan
meningkat 3. Libatkan kesehatan
- Verbbalisa kolega/teman 4. Menyiapkan pasien
si untuk membimbing untuk mampu
keyakinan pemenuhan berkolaborasi dan
tentang kebutuhan bekerjasama dalam
kinerja kesehatan pemenuhan kebutuhan
peran 4. Siapkan pasien kesehatan
meningkat untuk mampu Edukasi
- Berpartisi berkolaborasi dan 1. Membimbing untuk
pasi dalam bekerjasama dalam bertanggung jawab
perawatan pemenuhan mengidentifikasi dan
mningkat kebutuhan mengembangkan
- Pernyataa kesehatan kemampuan
n kurang Edukasi memecahkan masalah
kontrol 1. Bimbing untuk kesehatan secara
menurun bertanggung jawab mandiri
- Pernyataa mengidentifikasi
26
n rasa dan
malu mengembangkan
menurun kemampuan
- Perasaan memecahkan
tertekan masalah kesehatan
menurun secara mandiri.
- Pengasing
an
menurun
E. Evaluasi Keperawatan
1. Formatif
a. Vervalisasi makna dan tujuan hidup meningkat
b. Verbalisasi perasaan tenang meningkat
c. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
d. Prilaku gelisah Pernyataan kurang kontrol menurun
e. Pernyataan rasa malu menurun
f. Perasaan tertekan menurun menurun
2. Sumatif
a. Verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup meningkat
b. Kemampuan beribadah membaik
c. Konsentrasi membaik
d. Orientasi membaik
e. Verbalisasi mampu melaksanakan aktivitas meningkat
f. Pengasingan menurun
27
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau
sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan
sebagainya (Hawari, 2002).
Spiritual merupakan perasaan, pemikiran, pengalaman dan prilaku yang timbul dari
pencarian akan yang kudus. (Boudreaux, O’Hea dan Chasuk, 2002:39)
Spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia,
yang meresapi hidup dan ungkapan serta dialami dalam tali temali hubungan antara diri
sendiri, sesama dan Allah SWT atau sumber hidup. Karena spiritual di bentuk melalui
pengalaman cultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang bersifat
universal.
Jadi Defisit Spiritual adalh kondisi ketidak seimbangan yang diakibatkan kekurangan
asupan spiritual di tandai dengan kemunculan pernyataan-pernyataan negatif seperti
putus asa, tidak berdaya, tidak peduli, apatis, pernyataan kesepian dan lain-lain.
B. Saran
Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan
memahami konsep Asuhan keperawatan pada Lansia Dengan perubahan psiko, sosio
dan spiritual : Defisit Spiritual
28
REFERENSI
SDKI 2017. Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indicator Diagnostic 2017. Tim
pokja SDKI DPP PPNI
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan
2018. Tim pokja SDKI DPP PPN
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan 2018.
Tim pokja SDKI DPP PPN
https://id.scribe.com/doc//137026657/distress-spiritual-Isi
Saesno,.Siti Arifah. 2014. Efektivitas terapi piskoreligius terhadap penurunan tingkat depresi
lansia di panti sosial Tresna Werdha Abiyoso Sleman Yogyakarta. Jurnal keperawatan Jiwa. Vol.2
No.1
https://scholar.google.com/scholar?start=0&q=pengaruh+terapi+psikoreligius+pada+lansia+&
hl=en&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3DREezcNIfNdwJ
https://scholar.google.com/scholar?start=0&q=pengaruh+terapi+psikoreligius+pada+lansia&h
l=en&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3DMRHLBvFSFqsJ
https://scholar.google.com/scholar?start=0&q=pengaruh+terapi+psikoreligius+pada+lansia&h
l=en&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3DHBptCojnhC0J
Matilah,Ulfi Bin’i.dkk. 2018. Hubungan spiritualitas dengan kesepian pada lansia di UPT
pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW). E-jurnal pustaka kesehatan Vol.6 No.3