Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN DISTRESS SPRITUAL
Dosen : Ns. Wahyu Sulfian,M.Kes

DISUSUN OLEH:
RANI SAFITRI
(202001130)
R2C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUUSANTARA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Klien dengan Distres Spritual” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah keperawatan jiwa . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Ns. Wahyu Sulfian M.Kes selaku
dosen mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palu 7 April 2022

Rani Safitri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Definisi......................................................................................................................................5
B. Etiologi......................................................................................................................................5
C. Patofisiologi...............................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................6
E. Asuhan Keperawatan.................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk
tuhan yang lainnya. Mengapa demikian?,tentu jawabannya karena manusia telah
diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa
berubah dari waktu ke waktu.Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat
dan kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa
dipungkiri juga banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan
makhluk tuhan lainnya. Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap
angung atau maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini
sebagai kontrol manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai
norma yang mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak. Dalam ilmu
keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan. Berdasarkan konsep keperawatan,
makna spiritual dapat dihubungkan dengan katakata : makna, harapan, kerukunan, dan
sistem kepercayaan. Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual
tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan
Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intrapersonal,
interpersonal, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia
yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam,
dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Distres spiritual?
2. Apa penyebab distres spiritual?
3. Bagaimana patofisiologi distress spiritual?
4. Tanda dan Gejala Distres spiritual?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan distres spiritual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari distres spiritual
2. Untuk mengetahui penyebab distres spiritual
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi distres spiritual
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala distres spiritual
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan distres spritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan (PPNI, 2016) Distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan terintegrasi serta
melebihi sifat alamiah biologis dan psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)

B. Etiologi
a. Menjelang ajal
b. Kondisi penyakit kronis
c. Kematian orang terdekat
d. Perubahan pola hidup
e. Kesepian
f. Pengasingan diri
g. Pengasingan sosial
h. Gangguan sosio-kultural
i. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
j. Kejadian hidup yang tidak diharapkan (PPNI, 2016)

C. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang
tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapakan melakukan
penyesuaian terhadap perubahan akibat stress. Ketika kita mengalami stress, otak kita
akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,
W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan
atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang
menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress. Stress akan menyebabkan
korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian
akan menstimulus saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus
ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang.
Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan
kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan
dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi, depresi, nyeri dan lama gagguan
(Blesch et al, 1991). Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap
stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat
ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik,
psikologis, sosial termasuk spiritual. Gangguan pada dimensi spritual atau distres
spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti
bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor
yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan
neurobiologi. Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual
karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi
kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

D. Tanda dan Gejala


Mayor :
1. Subjektif
a. Mempertahankan makna/tujuan hidup
b. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
c. Merasa menderita/kurang berdaya
2. Objektif
a. Tidak mampu beribadah
b. Marah pada tuhan
Minor :
1. Subjektif
a. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
b. Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
c. Merasa bersalah
d. Merasa terasing
e. Menyatakan telah diabaikan
2. Objektif
a. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual
b. Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan musik, menulis)
c. Koping tidak efektif
d. Tidak berminat pada alam/literatur spiritual (PPNI, 2016)
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Nama
c. Usia
d. Jenis kelamin
e. Tanggal pengkajian
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
a. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara
memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa
yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
b. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan
terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku
selama sakit?
c. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara
cintai atua begini penting bagi saudara?
d. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
e. Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
1) Perasaan ketika seseorang gagal
2) Perasaan tidak stabil
3) Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri
4) Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
5) Perasaan hampa.

a. Faktor Predisposisi :
1) Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses
interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi
perkembangan spiritual seseorang.
2) Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.  Faktor Precipitasi :
3) Kejadian Stresful Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat
terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang
yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik
dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
4) Ketegangan Hidup Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi
terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan
ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan
peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
b. Penilaian Terhadap Stressor :
1) Respon Kognitif
2) Respon Afektif
3) Respon Fisiologis
4) Respon Sosial
5) Respon Perilaku
c. Sumber Koping :
Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1) Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2) Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong
atau setuju dengan pendapat orang lain.
3) Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4) Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik
bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya
d. Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang
aktifitas spiritual.
e. Psikofarmaka :
1) Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas
apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.

2. Diagnosa Keperawatan
Distres Spiritual
a. Batasan karakteristik:
1) Ansietas
2) Insomnia
3) Letih
4) Menangis
5) Menyakan identitas
6) Menanyakan makna hidup
7) Menyakan makna penderitaan
8) Takut

3. Intervensi
a. Kaji faktor-faktor penyebab penunjang.
b. Hilangkan atau kurangi faktor penyebab dan penunjang, bila mungkin.
c. Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit atau lingkungan keperawatan.
d. Keterbatasan yang berhubungan dengan proses penyakit atau aturan tindakan.
e. Pemisahan dari artikel kitab suci, atau lingkungan spiritual bermakna.
f. Rasa takut menentang atau rasa malu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan. Berdasarkan
konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan katakata : makna,
harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan. Dyson mengamati bahwa perawat
menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya
sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan

B. Saran
Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka. PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai