Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
Dosen pengampuh : Ns Nurfadhilah S.kep

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Herawati

Munding

Iqra amalia

Risnawati

Lismayana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIkes BINA GENERASI POLEWALI


MANDAR AHUN AJARAN 2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
LAPORAN PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
Definis Distress Spritual.....................................................................................................................4
Etiologi Distress Spritual....................................................................................................................4
Patofisiologi Distress Spritual............................................................................................................5
Karakteristik Distress Spritual............................................................................................................6
Faktor yang Berhubungan Distress Spiritual......................................................................................7
Proses Keperawatan Distress Spiritual..............................................................................................7
Startegi pelaksanaan distress spiritual..............................................................................................8
Terapi aktifitas...................................................................................................................................9
Sumber Koping..................................................................................................................................9
BAB II...................................................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................10
PENGKAJIAN....................................................................................................................................10
Faktor Predisposisi :.....................................................................................................................10
Faktor Presipitasi :.......................................................................................................................10
a. Penilaian Terhadap Stressor................................................................................................11
b. PSIKOFARMAKA...................................................................................................................11
Diagnosa :........................................................................................................................................11
Intervensi :.......................................................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
kesimpulan......................................................................................................................................12
Saran................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Distress Spritual
Menurut Bergren-Thomas dan Griggs (1995 dalam Young & Koopsen, 2007)
menjelaskan bahwa distress spiritual adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami gangguan atau kekacauan nilai dan keyakinan yang biasanya memberikan
kekuatan, harapan dan makna hidup. Menurut Herdman & Kamitsuru (2014)
dijelaskan bahwa distress spiritual merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait
dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna dalam hidup melalui
hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dunia atau alam dan kekuatan yang lebih
besar dari diri sendiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
Distress spiritual atau krisis spiritual terjadi ketika seseorang tidak dapat menemukan
makna dan tujuan hidup ,harapan, cinta, kedamaian,kekuatan dalam hidup mereka.
Krisis ini bisa terjadi saat seseorang mengalami ketiadaan hubungan dengan hidup,
sesama, alam dan ketika situasi hidup bertentangan dengan keyakinan yang
dimilikinya.

B. Etiologi Distress Spritual


Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik →Abuse
b. Pengkajian Psikologis→Status mental, mungkin adanya depresi,
marah,kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri
rendah,dan pemikiran yang bertentangan
c. Pengkajian Sosial Budaya→dukungan sosial dalam memahamikeyakinan
klien

1. Faktor predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
prosesinteraksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting
bagi perkembangan spiritual seseorang. Faktor predisposisi
sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, p Ketegangan
Hidup pengalaman sosial, tingkatan sosial.

2. Faktor Presipitasi
 Kejadian Stressfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat
terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan
dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan
dalam menjalin hubungan baik dengan dirisendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam
menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas.

C. Patofisiologi Distress Spritual


 Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak.
 stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan
penyesuaian terhadap 5 perubahan akibat stres. ketika kita mengalami stres,
otak kita akan berespon untuk terjadi. konsep ini sesuai dengan yang
disampikan oleh 'anon, .. yang menguraikan respon melawan atau melarikan
diri/ sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang
menyiapkan seseorang menghadapi an!aman yaitu stres.
 res akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan. sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh
sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang
bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. gangguan pada
sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian.
gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk halusinasi , depresi, nyeri dan lama
gagguan.
 otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan muncullnya gangguan jiwa. kegagalan fungsi
kompensasi dapat ditandai dengan mun!ulnya gangguan pada perilaku sehari-
hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
 ngguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi
 tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya
depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya
depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
 perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual
karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam
memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spiritual.

D. Karakteristik Distress Spritual


Menurut Herdman & Kamitsuru (2014) batasan karakteristik dari distress spiritual
yaitu sebagai berikut :
 Hubungan dengan Diri Sendiri
Yang berhubungan dengan diri sendiri meliputi: marah, kurangnya
ketenangan atau kedamaian, perasaan tidak dicintai, rasa bersalah, kurang
dapat menerima atau 6 kurang pasrah, koping yang tidak efektif, tidak cukup
tabah, mengungkapkan kurangnya makna hidup.
 Hubungan dengan Orang Lain
Berhubungan dengan orang lain meliputi: mengungkapkan rasa terasing,
menolak berinteraksi dengan pemimpin spiritual, menolak berinteraksi
dengan orang yang dianggap penting, pemisahan dari sistem pendukung.
 Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam
Berhubungan dengan seni, musik, literatur, alam meliputi ketidakmampuan
mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya (misalnya menyanyi,
mendengarkan musik ataupun menulis), dan tidak berminat atau tertarik pada
alam maupun membaca literatur spiritual.
 Hubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar
Berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya meliputi
mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya,
merasa ditinggalkan, putus asa, ketidakmampuan untuk introspeksi diri,
ketidakmampuan untuk mengalami pengalaman religiositas,
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, ketidakmampuan
untuk berdoa, merasakan penderitaan, meminta menemui pemimpin
keagamaan, dan mengalami perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual.

Menurut Carpenito (2013) batasan karakteristik distress spiritual dibagi


berdasarkan mayor dan minor. Karakteristik mayor adalah karakteristik yang
harus ada pada distress spiritual yaitu klien mengalami suatu gangguan dalam
sistem keyakinan. Batasan karakteristik minor yaitu karakteristik yang
mungkin ada pada klien dengan distress yaitu :
1. Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan penderitaan
2. Mempertanyakan kredibilitas terhadap sistem keyakinan
3. Mendemonstrasikan keputusan atau kekecewaan
4. Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa
dilakukan
5. Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan
6. Mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk hidup
7. Merasakan perasaan kekosongan spiritual
8. Menunjukkan keterpisahan emosional dari diri sendiri dan orang lain
9. Menunjukkan kekhawatiran-marah, dendam, ketakutan mengenai arti
kehidupan, penderitaan, kematian.
10. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam sistem
keyakinan.

E. Faktor yang Berhubungan Distress Spiritual


Menurut Anandarajah dan Hight (2001, dalam Young dan Koopsen, 2007) distress
atau krisis spiritual dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental dan sering
diperburuk oleh penyakit medis atau takut mati. Faktor tambahan lain yang
berhubungan dengan distress spiritual meliputi. kehilangan orang yang dicintai,
rendahnya harga diri, penyakit mental, penyakit alamiah, penyakit fisik, perasaan
kehilangan sesaat, penyalahgunaan benda terlarang, reaksi yang buruk dengan
sesama, tekanan fisik atau psikologis, ketidakmampuan untuk mengampuni,
kekurangan mencintai diri sendiri dan yg terakhir kecemasan ekstrem.
Menurut Herdman (2012) faktor yang berhubungan dengan distress spiritual yaitu
sebagai berikut: menjelang ajal, ansietas, sakit kronis, kematian, perubahan hidup,
kesepian, nyeyi, keterasingan diri maupun sosial dan gangguan sosiokultural.

Menurut Herdman (2012) faktor yang berhubungan dengan distress spiritual yaitu
sebagai berikut: menjelang ajal, ansietas, sakit kronis, kematian, perubahan hidup,
kesepian, nyeyi, keterasingan diri maupun sosial dan gangguan sosiokultural.

F. Proses Keperawatan Distress Spiritual


Proses keperawatan distress spiritual terdiri dari 5 tahap yaitu:
1. Proses keperawatan – pengkajian.
Pada proses pengkajian yaitu dilakukan pengkajian terhadap keyakinan klien
seperti sumber kekuatan dan arti spiritual pada klien, mengkaji bagaimana
kepuasan atau pencapain hidup, hubungan dengan masyarakat, ritual dan praktek
keagamaan, pekerjaan dan harapan klien.

2. roses keperawatan – diagnose


Kesejahteraan spiritual sebaiknya dipikirkan secara luas dan tidak terbatas pada
agama. Semua orang beragama, dalam arti bahwa mereka membutuhkan sesuatu
yang dapat memberikan arti dalam hidup mereka. Untuk sebagian orang hal ini
berarti percaya kepada Tuhan dalam arti tradisional, untuk yang lainnya hal ini
merupakan perasaan keselarasan dengan alam, sementara yang lainnya lagi hal
ini dapat keluarga dan anak-anak. Ketika pasien percaya bahwa hidup tidak
memiliki arti dan tujuan hidup dalam arti apapun saat itulah terjadi distress
spiritual.
3. Proses keperawatan – perencanaan.
Pada proses perencanaan perlu diperhatikan kolaborasi dengan klien dan keluarga
akan pilihan intervensi, konsul dengan pemimpin keagamaan, ritual spiritual dan
observasi.

4. Proses keperawatan – implementasi.


Dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat perlu mendengarkan pasien,
perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien, kemampuan perawat untuk
menerima apa yang disampaikan pasien, dan menyikapi dengan bijaksana
keterbukaan pasien pada perawat. Promosi kesehatan yaitu menyatakan
pentingnya kebutuhan spiritual pada pasien. Membantu berdoa atau mendoakan
pasien juga merupakan salah satu tindakan keperawatan terkait spiritual pasien,
menghubungi atau merujuk pasien kepada pemuka agama, perawat dan pemuka
agama dapat bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

5. Proses keperawatan – evaluasi


Untuk melengkapi siklus proses keperawatan spiritual pasien, perawat harus
melakukan evaluasi yaitu dengan menentukan apakah tujuan telah tercapai. Hal
ini sulit dilakukan karena dimensi spiritual yang bersifat subjektif dan lebih
kompleks. Membahas hasil dengan pasien dari implementasi yang telah
dilakukan tampaknya menjadi cara yang baik untuk mengevaluasi spiritual care
pasien.

G. Startegi pelaksanaan distress spiritual


Tindakan Psikoterapeutik
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalahagar pasien:
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
 Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
 Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
 Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau
penyakitatau perubahan spiritual dalam kehidupan
 Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan
 Ikut serta dalam kegiatan keagamaan

b. Tindakan keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
 Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien
 Bantu pasien mengungkapkan perasan dan pikiran akan terhadap spiritual
yang diyakininya.
 Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
 Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan dan agama
yang dianut oleh pasien.
 Fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
 Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan
 Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan inadah
atau kegiatan spiritual lainnya.

H. Terapi aktifitas
a. Psikofarmako
 Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara
tersendiri.Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak
digolongkan secara jelasabuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga,
empat atau lima.
 Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
 Mengukur vital sign secara periodik.

b. Manipulasi Lingkungan
 Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
 Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
 Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

I. Sumber Koping
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
 Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
 Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
 Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
 Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
 Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk
meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool :

 F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan
tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri
sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah
ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini
penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
 Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
 Perasaan ketika seseorang gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa

a. Faktor Predisposisi :
 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.

b. Faktor Presipitasi :
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.

c. Penilaian Terhadap Stressor :


 Respon Kognitif
 Respon Afektif
 Respon Fisiologis
 Respon Sosial
 Respon Perilaku

d. PSIKOFARMAKA :
 Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan
dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia
III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu,
dua, tiga, empat atau lima.

B. Diagnosa :
- Distress Spritual

C. Intervensi :
 Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap
agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
perubahan spritual dalam kehidupan.
 Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan.
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada aktivitas spiritual,
yang merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang dialami.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,teman dan tokoh
masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang
mengalami distress spiritual selain obat yangdi berikan di rumah sakit.

B. Saran
a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distressspiritual.
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasiendengan distress
spiritual.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distressspiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Young & Koopsen. (2007). Spritualitas, kesehatan dan penyembuhan,

Medan: Bina Media Perintis. Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015).

Diagnosis KeperawatanDefinisi &Klasifikasi2015- 2017.Edisi 10. Jakarta: EGC. Carpenito. (2002).


Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis.

(Kadar, K,S., Evriyani, D., & Egi, Penerjemah). Ed.ke-9. Jakarta: EGC. Abdul Hamid, 2009. Konsep
dan Tuntutan Praktis Basis Data. Yogyakarta : Andi Offset NANDA International. 2005. Diagnosa
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati. Jakarta : EGC Varcarolis, E. M. & Halter, M. J. (2010).
Foundation of Psychiatric Mental Health Nursin: a Clinical Approach. Louis: Missouri.

Anda mungkin juga menyukai