Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PSIKOSOSIAL DISTRESS SPIRITUAL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Mata Kuliah : Ns. Tri Nurhidayati, S.Kep, MMed.Ed

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. TATA IQMALIA F (G2A222002)


2. DINDA DWI SEPTIANI (G2A222022)
3. ALVINA LUTFIANI (G2A222028)
4. IKHWAN HAMZAH (G2A222034)
5. WANDA GABY N (G2A222048)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PSIKOSOSIAL DISTRESS SPIRITUAL”.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Dan kami selaku
penyusun meminta maaf apabila makalah ini jauh dari sempurna. Semoga semua pihak yang
turut membantu menyelesaikan makalah ini mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ns.
Tri Nurhidayati, S.Kep, MMed.Ed atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan masukan dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini pada
pembuatan selanjutnya.

Semarang, 03 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu yang hidup tak lepas dari masalah yang menimpanya. sikap
individu dalam menghadapi masalah tersebut pun ditentukan melalui keyakinannya.
Keyakinan yang dimiliki individu pasti berkaitan erat dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing. Spiritual, agama, dan keyakinan sering kali disamakan padahal ketiga hal
tersebut adalah hal yang berbeda. Dalam ilmu keperawatan spiritual sangat diperhatikan.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna dari spiritual dapat dihubungkan dengan kata-
kata : makna, harapan, kerukunan dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Dorman, 1997).
Dyson mengungkapkan bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersbut dalam
hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan.
Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup
yang berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Aspek spiritualitas merupakan
bagian penting dalam peningkatan kualitas hidup. Spiritualitas merupakan sumber
kekuatan yang digunakan individu saat menghadapi tekanan emosional, penyakit fisik,
bahkan kematian (Dewi & Anugerah., 2020). Kebutuhan spiritual dibutuhkan oleh setiap
individu di dunia ini karena merupakan elemen penting untuk membentuk suatu karakter
dari individu itu sendiri. Jika seseorang kehilangan kebutuhan spiritualnya maka
dikhawatirkan dia akan mengalami distres spiritual. (Aisyah, Lusiani, and Widiyanti
2021)
Distress spiritual merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang
traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau
kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Dengan demikian
kebutuhan spiritual pasien harus terus dikelola dan ditingkatkan dengan cara memberikan
pasien motivasi akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa, membantu pasien menerima
keadaan dan penyakitnya, menjadi pendengar yang aktif sehingga pasien mempunyai
harapan untuk sembuh dan terhindar dari distess spiritual. (Aulia 2017)
B. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan mengenai distress spiritual, mulai dari definisi, etiologi, mekanisme
koping, rentang respon dan terapi
2. Mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada psikososial distress spiritual
3. Mengetahui rencana tindakan perawatan pada psikososial distress spiritual.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis yaitu
menambah wawasan mengenai psikososial distress spiritual
2. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca yaitu agar
pembaca mengetahui dan memahami mengenai psikososial distress spiritual, baik
pengertian hingga rencana tindakan yang dilakukan.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi Distress Spiritual
Distress spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri,
orang lain, linkungan atau Tuhan (PPNI 2016).
Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang
lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri
sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016). Distress spiritual juga
didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial (EGC, 2011). Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan individu menemukan arti
atau kebermaknaan kehidupannya.
Menurut Monod (2012) Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan
marah kepada tuhan. Distress spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan
diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya (Mesnikoff, 2002 dalam Hubbell et al,
2006).
B. Etiologi Distress Spiritual
1. Faktor predisposisi
a. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga dapat mengganggu proses interaksi, dimana dalam proses interaksi ini
akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual
seseorang.
b. Faktor prediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
2. Stressor presipitasi
a. Kejadian stresful: Kejadian stresful dapat mempengaruhi perkembangan spiritual
seseorang karena terjadi perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan
orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik
dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b. Ketegangan Hidup : beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas. (Hamid & Ester 2008).
C. Mekanisme Koping Distress Spiritual
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual:
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan
pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang
efektif.
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif
(Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
1) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam
memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin
& Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis
yang penting, diantaranya adalah:
a) Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari
Colley's looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi
masalah yg dihadapi.
b) Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi
(internal control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh
keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil
hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).
2) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam
mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi
stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus
terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah
tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir
dengan sendirinya. Sebagian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan
menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua
permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada
sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3) Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi
situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam
menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang
dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan
seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur,
tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang
memperparah keadan sakitnya.
D. Rentang Respon
Menurut Nursalam (2013) respon spiritual yang ada pada manusia dapat dibagi menjadi
dua, yaitu respon spiritual adaptif dan respon spiritual maladaptif. Respon spiritual
adaptif akan menunjukkan sikap yang positif terhadap diri sendiri dan Tuhan dalam
berbagai kondisi meskipun menderita dan sedih sekalipun.
a. Respon spiritual adaptif meliputi :
- Ketabahan hati
- Pandai mengambil hikmah
- Harapan yang realistis
b. Respon spiritual maladaptif adalah distress spiritual
Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya.
Adaptif Maladaptif

1. Harapan yang realistis Gangguan biologis, Distress spiritual


Sosiokultural, kejadian stressful,
tekanan spiritual
2. Tabah dan sabar
3. Pandai mengambil hikmah

E. Terapi Aktivitas Distress Spiritual


1. Psikofarmako
a. Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien.
b. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas masuk
kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.
c. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
d. Mengukur vital sign secara periodik.
2. Manipulasi Lingkungan
a. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
c. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.
F. Asuhan Keperawatan Distress Spiritual
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu instrumenyang dapat digunakan adalah puchalski's FICA Spritiual History
Toll (Pulschalski, 1999) dalam Yosef Andrian (2022) :
a) F : faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi seseorangyang spiritual atau religious? Apa yang saudara
fikirkan tentang keyakinan saudara dalam memberi makna hidup?
b) I : impotamce dan influence. (apakah hal ini penting dikehidupan saudara). Apa
pengaruhnya trhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri
sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
c) C : community ( apakah saudara bagian darisebuah komunikasi spiritual apa
realigius?) apakah komunokasi tersebut mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cinta
atau gimana penting bagi saudara?
d) A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Proses pengkajian klien dengan masalah psikososial menurutu Keliat et al
(2020) adalah sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Identitas klien berisi nama klien, jenis kelami, tanggal lahir, usia, pekerjaan dan
alamat klien, Identitas diperlukan untuk memngetahui perkembangan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien dengan masalah psikososial biasanya terjadi pada klien
yang mengalami masalah fisik, dirawat di rumah sakit, hingga kehilangan orang
yang disayang. Keluhan utama yang muncul biasanya adalah cemas, khawatir,
takut, putus asa, depresi, tidak bisa tidur, dan gejala lainnya.
3. Pengkajian Faktor Presiposisi Dan Presipitasi
Faktor prediposisi merupakan faktor yang mempengaruhi masalah psikososial
klien sejak lahir hingga 6 bulan sebelum klien sakit. Faktor presipitasi adalah
faktor yang mempengaruhi klien sejak 6 bulan sebelum sakit hingga saat dirawat.
Faktor predisposisi terdiri dari 3 yaitu biologis, psikologis, dan sosial kultural :
a. Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisiologis
dari individu yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial yaitu:
1) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan kehamilan)
2) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
3) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB
obesitas atau terlalu kurus
4) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
5) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak dan
remaja
6) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
7) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik,
wajah, bibir, perbaikan jariangan parut, prosedur pembedahan transeksual,
aborsi
8) Adanya perubahan penampilan akibat penyakit kronis, kehilangan bagian
tubuh, kehilangan fungsi tubuh, dan trauma berat
b. Psikologis
Faktor Psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi
psikologis dari individu yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial,
yaitu:
1) Mengalami stres psikologis yang panjang dan berlarut-larut
2) Hambatan komunikasi verbal: gagap, tidak mampu mengungkapkan yang
dipikirkan
3) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: perpisahan dengan orang
yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, diturunkan dari jabatan, konfliktengan rekan kerja, penganiayaan
seksual, sering mengalami kegagalan, mengalami episode depresi
berikutnya
4) Memiliki konsep diri yang negatif: ideal diri tidak realistis, kurangnya
penghargaan dari orang lain, gambaran diri negaif, gangguan peran,
bingung identitas
5) Motivasi: kurang dukungan sosial: kurang mendapat dukungan dari
lingkungan sekitar
6) Kontrol diri: kourang dapat menahan dorongan melakukan sesuatu yang
negatif
7) Kepribadian: mudah mengalami kecemasa, menutup diri, tidak suka
bercerita dengan orang lain
c. Sosial Kultural
1) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya sehingga mudah mengalami kecemasan.
Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963) mengemukakan jika tugas
perkambangan sebelumnya tidak perpenuhi dapat menjadi predisposisi
terhadap masalah psikososial. Sebagai respon terhadap stres, tampak
perilaku yang berhubungan dengan tahap perkembangan sebelumnya
karena individu mengalami regresi ke atau tetap berada pada tahap
perkembangan sebelumnya.
2) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis
kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya masalah
psikososial
3) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari.
4) Mengalami perubahan status atau prestise.
5) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permanen.
6) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pension.
7) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan.
8) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi).
9) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain.
10) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan).
4. Genogram
Menggambarkan garis keturunan klien sebanyak 3 generasi.
5. Analisasi diagnosa keperawatan
Analisis diagnosa keperawatan berisikan data subyektik dan obyektif yang
menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah psikososial.
2. Diagnosa Keperawatan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan, keyakinan, kepercayaan atau keagamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merupakan akibat dari masalah-masalah fisik
atau psikososial yang dialami (Stuart dan Laira, 2014).
3. Intervensi Distress Spiritual
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah
distress spiritual adalah:
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang keyakinannya
d. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai agamanya
f. Fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan.
Dalam Yosef Andrian (2022), intervensi keperawatan pada pasien distress
psikososial yaitu :
1) Sp. 1-p : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran
terhadap agam yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.
2) Sp. 2-p : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas
klien untuk menjelaskan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk
ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
4. Hasil Yang Diaharapkan
a. Menunjukkan harapn
b. Menunjukkan kesejahteraan spiritual
1) Berarti dalam hidup
2) Memiliki pandangan tentang spiritual
3) Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
4) Berdo’a atau beribadah
5) Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
6) Keterkaitan dengan orang lain untuk berbagai pikiran, perasaan dan kenyataan
c. Klien tenang
5. Evaluasi Keperawatan
a. Mampu beristirahat dengan tenang
b. Menyatakan penerimaan keputusan moral
c. Mengekspresikan rasa damai
d. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
e. M e n u n j u k k a n   s i k a p   e f e k t i f   t a n p a   r a s a   m a r a h ,   r a s a   b e r s a l
a h   d a n ansietas
f. Menunjukkan prilaku lebih positif
g. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Distress spiritual merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang
traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau
kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Dengan demikian
kebutuhan spiritual pasien harus terus dikelola dan ditingkatkan dengan cara
memberikan pasien motivasi akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Membantu
pasien menerima keadaan dan penyakitnya, menjadi pendengar yang aktif sehingga
pasien mempunyai harapan untuk sembuh dan terhindar dari distess spiritual.
2. Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami
mengharapkan saran agar kami dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan
dibuat selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya
mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari keperawatan jiwa mengenai
distress spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Popy Siti, Eli Lusiani, and Anggriyana Tri Widiyanti. 2021. “Machine Translated by
Google Distres Spiritual Remaja ‘ Pria Sex Men ’ ( LSL ) Terinfeksi HIV Di Bandung.” :
8–16.

Beo, Yosef Andrian, I Dewa Gede, Ahmad Guntur Alfianto, dkk. (2022). Ilmu Keperawatan
Jiwa dan Komunitas. Jawa Barat : Media Sains Indonesia.

Aulia, Tria. 2017). “Kebutuhan Spiritual Yang Dibutuhkan Manusia Sebagai.”

Hamid, A. Y. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Widiyawati, Wiwik.(2020). Keperawatan Jiwa. Malang : Literasi Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai