Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“Hasil Hasil Penelitian ke Dalam Askep Dalam Mengatasi Sistem Endokrin,


Imunologi, Pencernaan dan Perkemihan, Trend dan Issue, Evidence Based
Practice”

Disusun oleh kelompok 6 :


Bernadetha Inadona 131911001
Deva Sandy Alfarizi 131911002
Patia Andari 131911015

Dosen pembimbing :
Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
T.A.2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“Hasil Hasil Penelitian ke Dalam Askep Dalam Mengatasi Sistem Endokrin, Imunologi,
Pencernaan dan Perkemihan, Trend dan Issue, Evidence Based Practice”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

Tanjungpinang, 31 Juli 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Contoh Kasus
B. Pengertian
C. Patofisiologi
D. Diagnosa Medis
E. Penatalaksanaan
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Spiritual adalah suatu akitivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang
berhubungan dengan kegiatan spiritual atau agama. Distress Spiritual merupakan merupakan
suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak
sesuai dengan keyakinan atau kepecayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi .
Bagi individu yang mengalami masalah bencana, Ketidaknyamanan akibat permasalahan-
permasalahan akan menimbulkan pertanyaan bagi klien tentang kejadian yang akan terjadi
selanjutnya terhadap dirinya. Klien terkadang ragu terhadap spiritual atau agama yang
dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan atau
dipertimbangkan bila klien mengeluh gejala-gejala fisik dan tidak berespon terhadap intervensi
yang efektif. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Seseorang belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang
dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap individu. Pengalaman hidup
baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang.
Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk
menguji imannya. Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,
kehilangan, dan bahkan kematian.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang distress spiritual
2. Untuk mengetahui tentang psikopatologi atau psikodinamika
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnosa medis dan diagnosa
keperawatan
4. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan distress spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
1. Riwayat penyakit ; manisfestasi klinis tumor hipofise berpariasi tergantung pada
hormon manayang disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan.

2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

3. Keluhan utama, mencakup :  Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi. 


Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.  Dispaneuria dan pada peria
disertai dengan imptensia.  Nyeri kepala, kaji P,Q,R,S,T.
B. Pengertian

Menurut Mirowsky dan Ross (2003) distress diakibatkan oleh dua bentuk
utama yaitu depresi dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan
semangat, kesepian, putus asa, atau tidak berharga, berharap orang lain mati, kesulitan
tidur, menangis, merasa segala sesuatu adalah sebuah usaha, dan tidak mampu untuk
pergi. Kecemasan adalah ketegangan, gelisah, khawatir, marah, dan takut.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang
dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan
suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas
segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover (2001)
antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap
dirinya dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.
C. Psikopatologi/Psikodinamika

a. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
Faktor Predisposisi psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan verbal, moral,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pola asuh, pertahanan psikologi, dan
kontrol.
b. Faktor Presipitasi

 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres


spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :

• Respon Kognitif
• Respon Afektif
• Respon Fisiologis
• Respon Sosial
• Respon Perilaku
D. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Medis
1. Stress
2. Depresi
b. Diagnosa Keperawatan

3. Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang


peduli, termasuk Tuhan
4. Distress Spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan
nilai, tes keyakinan spiritual (Sumber: Wilkinson, 2005)
E. Penatalaksanaan

a. Terapi Medis
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah
masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
b. Terapi Keperawatan

Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk mencapai


tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga
kepuasan spiritual dapat terwujud. Rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA (2012) meliputi :
a. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-
sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka
agama, meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut, memberikan
informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien mengenali
situasi yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi.
c. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman
dalam kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien,
memberikan rasa aman.
Menurut jurnal The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess
spiritual distress in hospitalised elderly persons (2010) Distress spiritual bisa dinilai
dengan menggunakan model kebutuhan spiritual yang disebut dengan SDAT (Spiritual
Distress Assessment Tool). SDAT adalah prosedur penilaian formal untuk
mengidentifikasi kebutuhan rohani yang belum terpenuhi, mencetak hasil sejauh mana
kebutuhan rohani tetap terpenuhi dan untuk menentukan kehadiran distress
spiritual. Hasil awal menunjukkan bahwa SDAT adalah instrumen yang diterima
untuk menilai distress spiritual seseorang di rumah sakit. Instrumen ini menyediakan
alat untuk komunikasi dengan kosakata yang baik , dan memberikan dasar baru untuk
mengintegrasikan spiritualitas ke dalam rencana pasien perawatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
kemampuan memaknai hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, atau
dengan kekuatan yang lebih tinggi. Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yaitu kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan
diri, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya.
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi
spiritual seseorang. Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.

B. Saran

Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan


pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan skill menangani klien dengan distress spiritual. Ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual
klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Manod.S,Jobin.G,dkk.2010.The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess


spiritual distress in hospitalised elderly persons. Jurnal BMC Geriatrics, 10:88

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006.

Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

Nursalam dan Dian N.2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV. Jakarta
: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai