Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
TANJUNGPINANG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Trend dan Issue Evidence Based Practice”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...................................................................................
BAB II TINJAUAN ASKEP
A. PENGERTIAN EBP......................................................................................
B. MODEL EBP.................................................................................................
C. KOMPONEN KOMPONEN EBP.................................................................
D. METODE KONSEP ANALISIS EBP...........................................................
E. PERBEDAAN EBP DAN NON EBP............................................................
F. TAHAPAN TAHAPAN PRAKTIK BERBASIS BUKTI.............................
G. TAHAPAN TAHAPAN PENELITIAN KEPERAWATAN DALAM EBP.
H. PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERFORMA DALAM EBP...
I. FAKTOR FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PENGAPLIKASIAN
EBP................................................................................................................
J. PENGIMPLEMENTASI EBP DIDALAM PRAKTIK KEPERAWATAN..
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................31
B. SARAN........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik keperawatan sangat berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seorang klien. Praktik keperawatan didasarkan pada
komponen – komponen penting yang ada sehingga saat melakukan praktik
keperawatan akan meminimalisir resiko yang mungkin saja terjadi. Praktik
keperawatan tentunya dilakukan oleh seorang perawat yang telah lulus
bersekolah di perguruan tinggi yang telah mendapatkan ilmu – ilmu
keperawatan sebagai dasar atau pedoman di dalam melakukan tindakan
keperawatan. Kualitas pengobatan atau kesembuhan seorang pasien
bergantung kepada perawat karena memegang peranan penting terhadap
kesembuhan pasien. Perawat setiap hari akan bertemu langsung dengan pasien
sehingga ketika terjadi hal – hal yang aneh atau masalah lainnya itu semua
adalah tanggung jawab seorang perawat. Oleh karena itu, perawat harus
memberikan pelayanan yang bermutu, berkualitas, dan terbaik kepada pasien.
Namun demikian, tidak seperti yang kita bayangkan.
Kebanyakan perawat belum bisa melakukan hal itu dengan baik. Mereka
memberikan pelayanan terutama dalam asuhan keperawatan kepada klien
tidak didasarkan bukti – bukti atau mengikuti budaya saja yang diketahuinya
tanpa ada sumber – sumber bukti yang kuat dalam membuktikan
pelayanannya yang ia berikan. Hal ini mungkin akan beresiko terhadap pasien.
Intervensi yang tidak didasarkan pada pengalaman atau bukti – bukti yang
mendukung dan relevan dengan pasien akan membahayakan jiwa pasien
karena perawat sendiri kurang aspek pengetahuan serta keterampilan dalam
menyelesaikan kondisi klinis pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan bukti –
bukti, pengalaman dalam tindakan keperawatan, keterampilan serta
pengetahuan sangat penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan
berkualitas bagi seorang pasien.
Keterkaitan antara masalah yang dilakukan oleh perawat dalam praktik
keperawatan disebabkan karena perawat kurang mengaplikasikan EBP dalam
tugasnya untuk memenuhi pelayanan kesehatan. EBP menekankan kepada
perawat agar profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Profesional seorang perawat akan memberikan keuntungan bagi pasien.
Perawat harus menerapkan konsep EBP di dalam praktik keperawatan karena
EBP akan memberikan kefektivitasan dalam menangani segala permasalahan
yang ada berdasarkan bukti – bukti hasil riset penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan penelitian.
Pengaplikasian EBP dalam praktik keperawatan tentunya akan menjadi
dasar scientific dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pemberian
intervensi kepada pasien sehingga intervensi yang telah diberikan dapat
dipertanggungjawabkan dengan bijak. Perlunya pengaplikasian EBP
diterapkan di semua profesi kesehatan baik dokter, apoteker maupun ners.
Dengan pengaplikasian EBP di dalam pelayanan kesehatan akan memberikan
dampak positif bagi pasien, perawat, dan institusi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian EBP
Arti kata evidence dalam Bahasa Indonesia adalah bukti. Bukti dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu
peristiwa. Arti based dalam Bahasa Indonesia adalah dasar atau berdasarkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berdasarkan memiliki arti memakai
sebagai dasar; beralaskan; bersendikan. Sedangkan practice dalam Bahasa
Indonesia mempunyai arti praktek atau proses, dimana dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki makna pelaksanaan secara nyata apa yang disebut
dalam teori.
EBP pada masa ini sangat perlu dikembangkan dan diaplikasikan dalam
praktiknya untuk mendukung semua profesi dalam kesehatan baik dokter, perawat
ataupun farmasi untuk menuntun pengambilan keputusan atau tindakan yang
harus diberikan kepada klien dengan kualitas yang terjamin dan profesinal.
Tujuan
Grinspun, Vinari & Bajnok dalam Hapsari (2011) menyatakan tujuan EBP
memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat
memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang
terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap
pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
jaminan standar kualitas dan memicu inovasi.
Keuntungan EBP :
1 Metode untuk mengevaluasi sistem kerja perawat dalam melakukan
praktik keperawatan;
2 Mengintegrasikan komponen – komponen pendukung EBP dalam
pelayanan kesehatan;
3 Melakukan intervensi kepada pasien berdasarkan bukti – bukti hasil
penelitian;
4 Meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam proses pelayanan
kesehatan;
5 Bersikap profesional dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien;
6 Menguntungkan perawat, pasien, serta institusi kesehatan.
Penyebab
timbulnya
masalah
Iowa Trigger
Model Pengetahuan
kebijakan
penelitian
Pertimbangan
penerapan
dalam praktik
John
Hopkins
Model
Tahapan model ini yaitu
penyusunan practice
questions (PICO),
evidence, translation yang
sistematis
B. Model EBP
Langkah-langkah yang sistematis dibutuhkan dalam memindahkan
evidence ke dalam praktik guna meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan
(patient safety) dan dalam mengembangkan konsep, perawat dapat dibantu dengan
berbagai model EBP melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu
dan sumber yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegah implementasi
yang tidak runut dan lengkap dalam sebuah organisasi (Gawlinski & Rutledge,
2008). Setiap institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi
karena beberapa model memiliki keunggulannya masing-masing.
Model-model yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan EBP
adalah Iowa Model (2001), Stetler Model (2001), ACE STAR Model (2004), John
Hopkin’s EBP Model (2007), Rosswurm dan Larrabee’s Model. Karakteristik
model yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan EBP yang sering
digunakan yaitu IOWA Model dimana model ini dalam EBP digunakan untuk
meningkatkan kualitas layanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik
dan setting klinis. Ciri khas dari model ini adalah adanya konsep (triggers) dalam
melaksanakan EBP. Triggers adalah informasi ataupun masalah klinis yang
berasal dari luar organisasi. Terdapat 3 kunci dalam membuat keputusan, yaitu;
adanya penyebab mendasar timbulnya masalah, pengetahuan terkait dengan
kebijakan institusi atau organisasi, penelitian yang cukup kuat, dan pertimbangan
mengenai kemungkinan diterapkannya perubahan ke dalam praktik sehingga
dalam model tidak semua jenis masalah dapat diangkat dan menjadi topik prioritas
organisasi.
Model John Hopkins memiliki 3 domain prioritas masalah, yaitu praktik
keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Terdapat beberapa tahapan dalam
pelaksanaan model ini, yaitu menyusun practice question yang menggunakan
PICO approach, menentukan evidence dengan penjelasan mengenai setiap level
yang jelas dan translation yang lebih sistematis dengan model lainnya serta
memiliki lingkup yang lebih luas.
Penelitian
Keperawatan
Pengalaman Pendidikan
Komponen
EBP
Pelatihan Pengetahuan
Keterampilan
C. Komponen – Komponen Pendukung EBP
1 Penelitian Keperawatan
3 Pendidikan
4 Pengetahuan
5 Pelatihan / Seminar
6 Keterampilan
Definisi
Konsep
Analisis EBP
Konsep
Membangun Analisis EBP
Kasus Model (Walker dan
Metode Avant)
Konsep
Analisis
EBP
Atribut-
Tujuan
Atribut
Konsep
Pendefinisian
Analisis
EBP
Tujuan konsep analisis
penelitian yang berasal dari berbagai sumber dengan keahlian klinis seorang
perawat serta didukung dengan pengalaman yang telah dilakukannya. Dengan
demikian, kinerja perawat sangat berhubungan dengan kualitas kondisi pasien.
Perawat perlu meningkatkan hubungan interpersonal kepada pasien. Hubungan ini
akan menguntungkan seorang pasien karena dapat memenuhi dalam segi holistic
nya.
Anteseden
Konsekuensi
Referensi empiris
Contoh kasus
Kasus perbatasan
Kasus batas berisi sebagian besar atribut kritis konsep tetapi tidak
semuanya. Mphatso adalah petugas keperawatan dan penanggung jawab bangsal
bedah. Selama bekerja dia menemukan bahwa ada dokumentasi yang buruk
mengenai asuhan keperawatan yang mengarah pada asuhan yang buruk. Lalu dia
melakukan pertemuan untuk membahas dengan perawat dan cara meningkatkan
dokumentasi. Mereka berdiskusi untuk mengadopsi dokumentasi elektronik
dengan mengumpulkan, menilai dan mensintesis penelitian bukti pada
dokumentasi elektronik yang menunjukkan bahwa itu adalah cara yang efektif
untuk meningkatkan dokumentasi. Mereka mengidentifikasi perawat terdaftar
yang memiliki keahlian dan pengalaman yang diperlukan untuk memimpin proses
penerapan apa yang dipelajari bukti untuk memastikan dokumentasi yang baik.
Elektronik perangkat lunak dokumentasi diperkenalkan dengan dukungan dari
personal dan manajemen teknologi informasi dengan disediakan komputer.
Perawat berorientasi pada elektronik dokumentasi. Manajemen memantau proses
dan mengevaluasi apakah dokumentasi dilakukan dengan benar dan telah
ditingkatkan. Setelah tiga bulan mendokumentasikan secara elektronik proses
dievaluasi dan menemukan bahwa dokumentasi itu mudah, dilakukan dengan
benar, informasi pasien disimpan dengan benar dapat ditinjau kapan saja dan
mempromosikan kesinambungan perawatan.
Analisis: Ini adalah kasus batas karena hanya itu menunjukkan tiga atribut EBP:
mengumpulkan bukti dan mengintegrasikan pengalaman penyedia dan
menerapkan / memperkenalkan pendekatan dokumentasi baru.
Kasus sebaliknya adalah contoh dari yang tidak sesuai dengan konsep.
Yanjanani adalah seorang perawat terdaftar dengan Bachelor of Science di Jakarta
menyusui dan telah bekerja sebagai perawat selama lima tahun. Terdapat suatu
kunjungan pengawasan ke lingkungannya menunjukkan bahwa standar asuhan
keperawatan di bangsanya telah turun. Beberapa perawat di lingkungannya
menunjukkan kepadanya bahwa mereka dapat menggunakan EBP untuk
meningkatkan standar asuhan keperawatan. Meskipun dia belajar tentang EBP
dalam pendidikan pra layanannya, dia tampaknya tidak tertarik dan dia
menunjukkan kepada mereka bahwa dengan beban kerja di lingkungan mereka,
mereka tidak punya waktu untuk EBP dan itu lama proses. Apa yang bisa mereka
lakukan adalah memastikan bahwa itu benar menerapkan pendekatan pemecahan
masalah secara menyeluruh: mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah,
mengidentifikasi kriteria keputusan, mengembangkan berbagai solusi dan memilih
solusi optimal
Analisis: Ini adalah kasus yang bertentangan karena tidak mengandung semua
atribut EBP seperti mengumpulkan bukti; mengintegrasikan pengalaman
penyedia; preferensi pasien dan berlaku untuk meningkatkan penyediaan
perawatan
Kasus terkait
Berbasis
Berbasis Bukti
Kebiasaan
Berdasarkan
literatur jurnal Berdasarkan
dan artikel mouth to mouth
penelitian
Pertanyaan I : Intervention
Klinis
C : Comparison
O : Outcome
Tempat
Medline dan penyimpanan
Pengumpulan Cinahel data yang
Bukti Relavan komperhensif
3. Menilai Bukti
Menilai bukti merupakan mengevaluasi EBP untuk menciptakan
perubahan dengan menentukan nilai, prubahan praktikalisasi, dan kebermanfaatan
bukti (ONS, 2015). Dalam melakukan penilaian bukti tersebut, evaluasi terlebih
dahulu nilai ilmiahnya dan penerapannya dalam setiap yang ditemukan.
Kemudian, diskusikan dengan orang yang ahli dalam bidangnya dan tentukan
hasilnya yang paling sesuai untuk diterapkan ketika praktik. Ketika sudah
melakukan penilaian bukti, maka perawat akan mampu menjawab pertanyaan,
Apakah semu informasi yang telah diperoleh mampu menjawab pertanyaan PICO
perawat? Apakah informasi yang perawat peroleh menunjukkan bukti yang benar
dan terpercaya? Bisakah perawat menerapkan bukti tersebut ketika praktik?
(Nggie, 2010).
Penelitian Historis
Penelitian Korelasi
Penelitian
Eksploratoris
Penelitian Evaluasi
Penelitian
Deskriptif
G. Tahapan – Tahapan Penelitian Keperawatan dalam EBP
Penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan sesuai prosedur
penelitian untuk menyakan dan menjawab pertanyaan sehingga diperoleh
pengetahuan. Pengetahuan yang dihasilkan akan menjadi dasar ilmiah ketika
praktik keperawatan dan memutuskan efisiensi dari intervensi keperawatan
(Metheny, el al., 1998, 1989, 1990, 1994, 2000). Penelitian keperawatan didukung
oleh International Counsil of Nurses (ICN) (1986) dan American Nurses
Association (ANA). Dukungan yang ada merupakan cara untuk meningkatakan
mutu kesehatan dan kesejahteraan rakyat, memperbarui pengetahuan,
meningkatkan edukasi dan praktik profesional, dan menggunakan sumber daya
secara efisien dan efektif (Nggie, 2010). Terdapat 3 komponen dari penelitian
keperawatan yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Penelitian Manajemen Hasil
Penelitian hasil merupakan penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh suatu jawaban dan mendokumentasikan efektivitas
pelayanan kesehatan dan intevensinya (Polit dan Beck, 2004).
Suatu hasil penyampaian pelayanan berfokus pada penerima
pelayanan (klien, keluarga, atau komunitas) dan bukan pada yang
memberikan pelyanan (perawat atau dokter). Masalah pada penelitian
hasil harus dapat diukur. Unsur-unsur hasil mencakup hasil itu sendiri,
cara pengamatan, karakteristik kritisnya, dan rentang skalanya
(Melnyk dan Fineout-Overholt, 2005).
2. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara yang digunakan untuk
mendapatkan hasil pengetahuan yang paling objektif ketika melakukan
penelitian. Metode ilmiah dijadikan acuan penelitian sehingga
memiliki dapat terarah dan bisa mengahsilkan bukti yang valid,
reliable, dan dapat digeneralisasi (Nggie, 2010).
Peneliti menggunakan metode ilmiah untuk memahami,
menjelaskan, memperkirakan atau mengendalikan fenomena
keperawatan (Polit dan Beck, 2004). Langkah-langkah yang sistematik
mampu menekan opini peneliti yang bisa mempengaruhi hasil yang
diperoleh sehingga kesalahan penelitian bisa diminimalisir (Nggie,
2010). Polit dan Beck (2004) menjelaskan ada beberapa karakterisitik
penelitian ilmiah sebagai berikut:
a. Masalah yang perlu diidentifikasi.
b. Tahapan perencanaan dan penyelenggaraan penelitian
dilakukan secara teratur dan sitematik.
c. Peneliti mencoba mengendalikan faktor ekdternal yang tidak
diteliti namun bisa memengaruhi hasil penelitian.
d. Data yang diperoleh berdasarkan bukti empiris
e. Ditujukan secara general untuk kelompok klien atas
pengetahuan yang telah didapatkan dari memahami fenomena.
3. Keperawatan dan Pendekatan Ilmiah
Nggie (2010) membahas pendekatan ilmiah, dikaitkan dengan jenis-
jenis penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian historis: penelitian untuk menegakkan fakta dan
hubungan dengan masalalu. Contoh: pengamatan pada faktor
masayarakat yang membuat diterimanya perawat praktik ahli oleh
klien.
b. Penelitian eksploratoris: penelitian untuk menegakkan hipotesis
yang berhubugan dengan fenomena. Contoh: penelitian pilot yang
menguji program olahraga baru terhadap lansia yang menderita
demensia.
c. Penelitian evaluasi: penelitian terkait seberapa jauh program,
praktik, atau kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Contoh:
penelitian yang mengukur hasil promosi kepada orangtua dalam
meningkatakan kemampuan dalam menaati jadwal imunisasi
anakanya.
d. Penelitian deskriptif: penelitian yang mnegukur karakteristik
orang, situasi, atau kelompok dan frekuensi kejadian suatu
peristiwa. Contoh: penelitian yang menghadapi persimpangan RN
saat merawat klien obesitas.
e. Penelitian eksperimental: penelitian yang mengendalikan variable
penelitian secara acak untuk menguji variabel tersebut. Contoh:
suatu RCT membandingkan Chlorhexidine dengan Betadine dalam
menurunkan kejadian flebitis IV.
f. Penelitian korelasi: penelitian yang membahas hubungan antar
variabel tanpa intevensi aktif oleh peneliti. Contoh: penelitian yang
memperhatikan hubungan strata pendidikan RN dan kepuasan
mereka dalam peran keperawatan.
1. Penelitian kuantitatif
Penlitian ini yang berdasarkan pengukuran dan
kuantitatif yang rinci. Contohya mengukur tingkat
keparahan nyeri, tingkat pemulihan luka, dan suhu
tubuh. Penelitian kuantitatif berdasarkan data numerik,
analisis statistik, dan kontorl untuk menghilankan bias
(Polit dan Beck, 2004).
Survei merupakan penelitian kuantitatif yang sering
dilakukan untuk mendapatkan informasi dari populasi
mengenai frekuensi, distribusi, dan hubungan antar-
variabel dalam subjek penelitian (Polit dan Beck, 2004).
Misalnya survei yang dilakukan untuk mengukur
persepsi perawat terkait kesediaan dokter untuk bekerja
sama dalam praktik (Nggie, 2010)
Penelitian evaluasi merupakan pengukuran terhadap
hasil penelitian yang berdasarkan program, parktik,
prosedur atau kebijakan yang sedang dijalankan (Polit
dan Beck, 2004). Contohnya penelitian manajemen
hasil. Penelitian evaluasi akan menentukan keberhasilan
atau kegagalan dalam melaksanakan program. Jika
terjadi kegagalan maka akan diidentifikasi masalah
dalam program tersebut serta alasan tidak berhasilnya
program, atau hambatan yang mengahalanginya (Nggie,
2010).
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
mendapatkan hasil dari wawancara atau tidak dalam
bentuk nomerik. Penelitian kualitatif didasarkan
analisis induktif untuk mengkontruksi teori dari
pengamatan/wawancara spesifik (Polit dan Beck,
2004).
Terdapat metode untuk penelitian kualitatif.
Etongrafi merupakan penelitian yang melibatkan
pendeskripsian dan penafsiran dari tingkah laku
kultural (Polit dan Beck, 2004). Contohnya, peneliti
mengamati tingkah laku pada penderita Alzheimer yang
dihubungkan dengan antropologi, yang berfokus pada
budaya suatu populasi (Nggie, 2010).
Fenomena merupakan metode penelitian yang
bersumber dari pemikiran atau filsafat (Polit dan Beck,
2004). Penelitian ini berfokus pada pengalaman
manusia dalam kegiatan sehari-hari dan bagaimana
manusia itu bisa menginterpretasikannya dan peneliti
meminta untuk diceritakan kisahnya tentang fenomena
yang diteliti (Nggie, 2010). Contoh, Wongvantuyu dan
Poter (2005) meneliti pengalaman perempuan yang
membantu penderita cedar otak traumatik yang berusia
muda. Peneliti mengamati tingkah laku wanita,
tindakan, dan tujuan yang berkesinambungan untuk
membantu penderita tersebut.
Sementara itu terdapat peran Komite QI yang dimana tugasnya adalah untuk
meninjau aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap klien serta
mengenali berbagai kesempatan terbesar dalam meningkatkan kualitas, komite
memperhatikan aktivitas dengan risiko tinggi ( berpotensi mengakibatkan
terjadinya trauman bahkan kematian), volume tinggi ( aktivitas unit risiko), dan
bidang masalah ( bagi klien, staf, maupun instansi). Terkadang masalah yang
ditemukan adalah masalah yang tidak diperkirakan sebelumnya yang
menyebabkan cedera fisik maupun psikologis yang berat atau bahkan kematian.
Setelah masalah teridentifikasi. Badan komite selanjutnya akan menerapkan
model resmi dalam rangka untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ada banyak
model PI dan QI, salah satunya. Ada banyak model PI dan QI, salah satunya
adalah model PDSA. Yaitu :
Plan (rencanakan). Peninjauan dilakukan pada data yang didapat untuk dipahami
masalah apa yang sebenarnya terjadi guna mengidentifikasi kebutuhan perubahan.
Study (pelajari). Setelah diterapkan, kemudian hasil dari perubahan yang sudah
diterapkan harus dievaluasi kembali tentang bagaimana dampak atau
perkembangan dari penerapan perubahan tersebut.
Act (tindak). Jika perubahan tersebut dinilai efektif dan dapat memecahkan
masalah bahkan meminimalisir peluang terulang kasus tersebut. Maka perubahan
tersebut dalam diterapkan dalam performa untuk keseharian.
QI (quality PI (perfomance
improvement) improvement)
Minim
Kurangnya
Pengetahuan
Dukungan
Bahasa Asing
Perbedaan
tingkat Waktu
pendidikan
I. Faktor – Faktor Penghambat dalam Pengaplikasian EBP
4. Faktor penghambat utama yaitu pemahaman bahasa asing yang minim dan
pengetahuan yang terbatas. Hal ini dapat terjadi kepada seorang perawat
karena kurang nya budaya literasi atau kurang keikutsertaannya dalam
mengikuti kegiatan pelatihan untuk pengembangan ilmu dan peningkatan
keterampilan yang bisa didapat dengan kegiatan seperti seminar,
pengaplikasian riset hasil penelitian dsb;
5. Waktu dan pengetahuan merupakan hambatan utama yang di temukan dari
berbagai penelitian yang ada mengenai implementasi;
8. Fasilitas yang kurang memadai apa lagi pada era 4.0 dimana majunya
teknologi pada saat ini sehingga ketersediaan komputer sangat penting.
Seharusnya fasilitas harus dikembangkan baik dalam institusi kesehatan atau
pada saat proses penelitian. Dengan adanya fasilitas seperti komputer yang
tersambung internet akan memudahkan profesi kesehatan untuk mencari
sumber – sumber ilmiah yang mendukung dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien. Sumber – sumber ilmiah yang terdapat di internet
seperti jurnal, artikel ilmiah, dan riset hasil penelitian dapat dijadikan bukti
sebagai dasar pengimplementasian EBP dalam pelayanan kesehatan;
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN