Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

DALAM GANGGUAN KONSEP DIRI

KELOMPOK 10

1. FEBIANA DEVI TANTIA BLU (171111011)


2. FEBRIANA DA COSTA SOARES (171111012)

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri dengan baik dan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok.

Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri ini disajikan dalam


konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri dengan benar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala


kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari
pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu
mendatang.

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 1
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................... 1

1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori .................................................................................. 2
2.1.1 Pengertian ............................................................................... 2
2.1.2 Penyebab ................................................................................. 2
2.1.3 Tanda dan Gejala .................................................................... 3
2.1.4 Pembagian Konsep Diri .......................................................... 4
2.2 Asuhan Keperawatan ....................................................................... 6
2.2.1 Pengkajian............................................................................... 7
2.2.2 Diagnosa ................................................................................. 8
2.2.3 Perencanaan(Intervensi) ......................................................... 9
2.3 Web Of Caution ................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri. Konsep diri dibangun pada saat seseorang dapat berpikir
dan mengenali hal-hal yang dapat mempengaruhinya, dimulai pada saat remaja
hingga usia tua. Data menunjukkan bahwa cara berpikir secara negatif sangat
mempengaruhi pada masa usia lanjut karena intensitas emosional dan perubahan
fisik berhubungan dengan penuaan. (Potter & Perry, 2010).

Individu dengan konsep diri yang positif mampu lebih baik membentuk,
mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan diri sendiri
(interpersonal), melawanpenyakit psikologis dan fisik.Individu yang memiliki
konsep diri yang kuat mempunyaikemampuan sangat baik untuk menerima sesuatu
atau beradaptasi dengan perubahan yangterjadi selama hidupnya baik itu
menyangkut dirinya sendiri atau dengan orang lain. Namun apabila terjadi
ketidakseimbangan diantara haltersebut maka akan terjadi gangguan konsep diri.

Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri merupakan salah satu
bentuk masalah kejiwaan yang sering terjadi. Gangguan konsep diri meliputi
gangguan pada: gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan
hargadiri.

1
Dengan demikian perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam menghadapi klien dengan
gangguan konsep diri mampu memberikan fungsi suportif berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan fisik dan dukungan emosional termasuk psikis kepada klien dan
dapat menyertakan keluarga dalam rencana perawatan klien, membantu keluarga berprilaku
terupetik yang dapat menolong pemecahan masalah klien, dan memberikan pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa, sehingga masalah kesehatan jiwa khususnya
gangguan konsep diri dapat teratasi dan dicegah.

1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa pada klien dengan konsep diri

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengeidentifikasi teori konsep diri

2. Untuk mengidentifikasi gambaran pengkajian keperawatan jiwa pada klien dengan


gangguan pada konsep diri

3. Untuk mengidentifikasi bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan


konsep diri yang diterapkan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 PENGERTIAN
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Stuart and
Sudeen, 1998).
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan
bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap
diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep
diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atasdiri kita yang
diukur dengan standar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)

Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah:


1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari
masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan
rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga
akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Dia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
sebelum menginstrospeksi orang lain dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan
hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya
dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

3
Ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif adalah:

1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah
atau naik tangan, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum
dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang
seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam
berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang
terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun dia mungkin berpura-pura menghindari pujian, dia
tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,
segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan
dengan kesenangannya terhadap pujian.

3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan
siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada kelebihan orang lain.

4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah
ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang
tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak
berkelahi (bermusuhan).

5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing
dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.

2.1.2 PENYEBAB GANGGUAN KONSEP DIRI

Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan gangguan
konsep diri antara lain :
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang
telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh orang tua, maka akan
menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf. Sedangkan sikap negative yang ditunjukkan
oleh orang tua, akan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berhargauntuk dikasihi,
untuk disayangi dan dihargai.
2. Kegagalan

4
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan pertanyaan kepada
diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab terletak pada kelemahan diri
sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung lebih
negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu termasuk dalam menilai diri sendiri.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang
akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering berfungsi sebagai regulator atau
rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku. Agar keberadaan kita dapat diterima oleh
masyarakat dan dapat beradaptasi diri dengan baik.
5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah rumit dengan
berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun
dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan kearah yang lebih positif.

2.1.3 TANDA DAN GEJALA GANGGUAN KONSEP DIRI

Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang
negatif terhadap tubuhnya secara fisik. (Muhith, 2015)

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:


a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan.
g. Mengungkapkan ketakutan.

2. Gangguan Ideal Diri

5
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak realistis, ideal diri
yang samar, dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit
umunya ideal dirinya dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu
tinggi dan sukar di capai. (Muhith, 2015)

Tanda dan gejala gangguan ideal diri:


a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal saya tidak bisa ikut ujian karena sakit,
saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas luka operasi di wajah saya, kaki saya yang
dioperasi membuat saya tidak bisa lagi main bola.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misal saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa
penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak
mungkin lagi sekolah. (Muhith, 2015)

3. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus seklah, putus hubungan kerja. Peran membentuk pola perilaku yang
diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok
sosial. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)
Sepanjang hidup seseorang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan.
Transisi tersebut antara lain:
a. Transisi situasi, terjadi ketika orangtua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau orang
pindah rumah, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan.
b. Transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan yang sehat atau sejahtera kea rah sakit atau
sebaliknya.
Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa dilakukan
tersebut menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan suasana baru sesuai dengan peran
pengganti yang didapatkan atau seseorang harus mampu menyesuaikan dengan kondisi yang
dialami setelah kehilangan fungsi peran yang biasa dilakukan.

4. Gangguan Identitas

6
Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh
dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
(Muhith, 2015).
Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja adalah waktu banyak terjadi
prubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba menyesuaikan diri
dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Seseorang yang
lebih dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri
berkembang lebih kuat. (Potter & Perry, 2005)
Persepsi-persepsi dalam gangguan identitas antara lain (Muhith, 2015):
 Persepsi psikologis
a. Bagaimana watak saya sebenarnya?
b. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?
c. Apa yang dapat sangat mencemaskan saya?
 Persepsi sosial
a. Bagaimana orang lain memandang saya?
b. Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
c. Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
 Persepsi fisik
a. Bagaimana pandangan saya terhadap penampilan saya?
b. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?
c. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

5. Gangguan Harga Diri


Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri identik dengan harga diri yang rendah.
faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti:
a. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan
anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk

7
mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya
pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya.

b. Ideal diri tidak realistis.


Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat
kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan
tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri
dan akhirnya percaya diri akan hilang.

c. Gangguan fisik dan mental


Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi


Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak
dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak
harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak
adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di
lingkungannya.

e. Pengalaman traumatik yang berulangMisalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam,
kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau
strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon
yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial
pada trauma.

8
2.1.4 PEMBAGIAN KONSEP DIRI

Pembagian Konsep Diri


Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di
kemukakan oleh Stuart and Sundeen (2006), yang terdiri dari :

1. Citra Tubuh ( Body Image )


Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru
setiap individu (Stuart and Sundeen , 2006). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,
menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat , 2005 ).
Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Citra tubuh
adalah sikap, presepsi keyakinan, dan pengetahuan individu terhadap tubuhnya baik sadar maupun
tak sadar. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya
akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat,
2005).

2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen, 2006). Standart
dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan di inginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai-
nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal
diri akan mewujudkan cita– cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya)
dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di
pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa
remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman (Keliat,
2005).

3. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana
seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi
di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 2005). Stress peran

9
terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu
banyak.

4. Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh
(Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek
diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri.
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, 2005). Identitas jenis
kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita
banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis
kelamin tersebut.

5. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 2006). Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering
gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 2005). Biasanya
harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.

Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh
orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan
resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung
lama) dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata).

2.2 Asuhan keperawatan

10
A. Pengkajian
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola konsep diri, pola
berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya nilai keyakinan
dan tanda tanda ke arah perubahan fisik, seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa
bersalah, dan lain lain.
1. PENGKAJIAN
 IDENTITAS DIRI
1. Bagaimana anda menggambarkan krakteristik anda?
2. Bagaimana orang lain menggambarkan diri anda ?
3. Apa yang di sukai dalam diri anda ?
4. Apa saja kekuatan,bakat dan kemampuan anda?
5. Apa yang anda ingin ubah pada diri ana jika anda bisa mengubahnya yang
sangat menggangu anda jika anda berpikir seseorang tidak menyukai anda ?
 GAMBAR DIRI/ CITRA DIRI (TUBUH)
1. Bagaimana anda memandang diri anda?
2. Bagaimana anda memandang orang lain di sekitar anda?
3. Apakah anda nyaman dengan keadaan anda saat ini ?
4. Apakah anda mensyukuri keadaan anda saat ini ?
5. Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda?
 PERAN/PERILAKU
1. Apakah anda bersedia untuk menceritakan mengenai keluarga anda?
2. Bagaimana hubungan anda dengan orang terdekat?
3. Apa tanggung jawab anda dalam keluarga ?
4. Apa tanggung jawab anda dengan lingkungan sekitar ?
5. Peran atau tanggung jawab yang ingin anda ubah ?
 IDEAL DIRI
1. Apakah anda mendapat apa yang anda inginkan?
2. Tujuan apa dalam hidup anda yang terpenting ?
3. Apakah yang sudah tercapai dalam hidup anda, dan apakah anda puas dengan
pencapaian yang anda dapat ?
 HARGA DIRI
1. Apa yang anda rasakan mengenai atau tentang diri anda ?
2. Apakah anda sudah merasa puas dengan hidup anda ?
3. Bagaimana cara anda menyikapi tanggapan orang lain mengenai keburukan
yang belum tentu ada pada diri anda ?
4. Bagaimana cara anda menyikapi tanggapan orang lain mengenai kekurangan
yang ada pada diri anda ?

Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri

11
Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang
negatif terhadap tubuhnya secara fisik. (Muhith, 2015)

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:


a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan.
g. Mengungkapkan ketakutan.

Gangguan Ideal Diri


Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak realistis, ideal diri
yang samar, dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit
umunya ideal dirinya dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu
tinggi dan sukar di capai. (Muhith, 2015)

Tanda dan gejala gangguan ideal diri:


a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal saya tidak bisa ikut ujian karena sakit,
saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas luka operasi di wajah saya, kaki saya yang
dioperasi membuat saya tidak bisa lagi main bola.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misal saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa
penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak
mungkin lagi sekolah. (Muhith, 2015)

Gangguan Peran

12
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus seklah, putus hubungan kerja. Peran membentuk pola perilaku yang
diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok
sosial. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)
Sepanjang hidup seseorang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan.
Transisi tersebut antara lain:
c. Transisi situasi, terjadi ketika orangtua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau orang
pindah rumah, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan.
d. Transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan yang sehat atau sejahtera kea rah sakit atau
sebaliknya.
Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa dilakukan
tersebut menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan suasana baru sesuai dengan peran
pengganti yang didapatkan atau seseorang harus mampu menyesuaikan dengan kondisi yang
dialami setelah kehilangan fungsi peran yang biasa dilakukan.

Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh
dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
(Muhith, 2015).
Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja adalah waktu banyak terjadi
prubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba menyesuaikan diri
dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Seseorang yang
lebih dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri
berkembang lebih kuat. (Potter & Perry, 2005)
Persepsi-persepsi dalam gangguan identitas antara lain (Muhith, 2015):
 Persepsi psikologis
d. Bagaimana watak saya sebenarnya?
e. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?
f. Apa yang dapat sangat mencemaskan saya?
 Persepsi sosial

13
d. Bagaimana orang lain memandang saya?
e. Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
f. Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
 Persepsi fisik
d. Bagaimana pandangan saya terhadap penampilan saya?
e. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?
f. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

Gangguan Harga Diri


Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri identik dengan harga diri yang rendah.

faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti:


a. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua
menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya
dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak
mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau
penting baginya.

b. Ideal diri tidak realistis.


Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita-cita yang
terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat
individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi
e. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga
diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-

14
ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika
kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang
negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.

f. Pengalaman traumatik yang berulangMisalnya akibat aniaya fisik, emosi dan


seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi,
peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak
mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma
umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif
terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial
pada trauma.

B. Diagnosis keperawatan gangguan konsep diri :

15
1. Diagnosa : Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan gangguan konsep
diri, dikarenakan terjadinya traumayang tiba-tiba.
Dengan Batasan Karakteristik:
1. Meremehkan kemampuan dalam menghadapi situasi
2. Perilaku tidak asertif
3. Tanpa tujuan
4. Tantangan situasiterhadap harga diri
5. Tidakberdaya
6. Ungkapan negative tentang diri

2. Diagnosa : Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan gangguan konsep diri,
dikarenakan perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama.
Dengan Batasan karakteristik:
1. Ekspresi rasa malu
2. Kegagalan hidup berulang
3. Kontak mata kurang
4. Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
5. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
6. Meremehkan kemampuan mengatasi situasi
7. Perilaku bimbang
8. Perilaku tidak asertif
9.
3. Diagnosa : ketidakefektifan Koping berhubungan dengan gangguan konsep diri,
dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
Dengan Batasan Karakteristik:
1. Ansietas
2. Bingung peran
3. Ketidakadekuatan adaptasi terhadap perubahan
4. Ketidaksesuaian harapan perkembangan
5. Konflik peran
6. Kurang dukungan eksternal untuk melaksanakan peran
7. Kurang percaya diri
8. Kurang manejemen diri
9. Performa peran tidak efektif
10. Tidak berdaya

4. Diagnosa : ketidakefektifan Performa peran, berhubungan dengan gangguan


konsep diri, dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.
Dengan Batasan Karakteristik:

16
1. Akses dukungan sosial tidak adekuat
2. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
3. Ketidak mampuan meminta bantuan
4. Ketidakmampuan mengatasimasalah
5. Ketidakmampuan menghadapi situasi
6. Kurang perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
7. Kurang resolusi masalah
8. Letih
9. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
10. Perubahan konsentrasi
11. Perubahan pola komunikasi
12. Strategi koping tidak efektif

C. Rencana Intervensi :
1. Diagnosa prioritas :
Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan gangguan konsep diri
dikarenakan perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama.

Definisi : munculnya persepsi negative tentang makna diri sebagai respons


terhadap situasi saat ini.

Tujuan Umum :Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis


Tujuan Khusus :Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah yang ia hadapi

Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukkan percaya diri yang efektif
2. Menggunakan perilaku untuk menurunkan presepsi negative
3. Menggunakan strategi yang efektif untuk mengatasi situasi
4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari
5. Mengungkapakan secara verbal tentang rencana penerimaan atau mengubah situasi
Intervensi :

17
1. Peningkatan harga diri
2. Dukung pasien untuk bias mengidentifikasi kekuatan
3. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
4. Dukung pasien tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri
5. Kuatkan kekuatan pribadi yang diidentifikasi pasien
6. Dukung pasien dalam terlibat memberikan afirmasi positif melalui
pembicaraan pada diri sendiri dansecara verbal terhadap dirisetiaphari
7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi respons positif dari orang lain
8. Bantu pasien untuk mengatur tujuan yang realistic dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih tinggi
9. Bantu pasien untuk menerima ketergantungan terhadap orang lain dengan
tepat
10. Dukung pasien dalam tanggung jawab pada diri sendiri dengan tepat
11. Dukung pasien dalam tanggung jawab pada diri sendiri, dengan tepat
12. Dukung pasien menerima tantangan baru
13. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan harga
diri
14. Buat pernyataan positif menegenai pasien
15. Berikan pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan
16. Instruksi orangtua mengenai pentingnya minat dan dukungan mereka dalam
mengembangkan konsep diri positif anak-anak

2. Peningkatan koping
1. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
2. Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian pasien terhadap perubahan-
perubahan dalam citratubuh, sesuai dengan indikasi
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
4. Berikan suasana penerimaan
5. Dukung sikap (pasien) terkait denganharapan yang realistis sebagai upaya
untuk mengatasi perasaan ketidakberdayaan

18
6. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
7. Cari jalan untuk memahami perspektif pasien terhadap situasi yang penuh
stress
8. Dukung kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
9. Dukung aktivitas-aktivitas social dan komunitas (agar dapat dilakukan)
10. Kenali latar belakang budaya dan spiritual pasien
11. Eksplorasi alasan pasien mengkritik diri
12. Bantu pasien dalam mengidentifikasi responpositif dari orang lain
13. Dukung identifikasi nilai hidup yang spesifik
14. Diskusikan konsekuensi dari tidak mengatasi rasa bersalah dan malu
15. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri
16. Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat
17. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan dan mengelola kebutuhan gaya hidup maupun
perubahan peran
18. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan
19. Dukung pasien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri.

BAB III

19
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.Komponen konsep
diri terdiri dari 5 komponen yaitu :

a. Gambaran diri
b. Ideal diri
c. Harga diri
d. Peran
e. Identitas diri

Konsep diri bukan merupakan suatu hal yang dibawa sejak lahir tetapi dipelajari sebagai hasil
dari pengalaman unik individu dengan: dirinya sendiri, orang terdekat serta dengan realitas yang
terjadi disepanjang kehidupannya

3.2 Saran

1. Perawat harus menjalin hubungan yang baik dengan klien untuk terwujudnya asuhan
keperawatan yang dilakukan
2. Perawat harus menggunakan komunikasi terapeutik dan respon empati
3. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan
konsep diri
4. Perawat harus mendengarkan dan mendorong pasien untuk mendiskusikan pikiran dan
perasaan klien

DAFTAR PUSTAKA

20
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4.
Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 ed.7. Jakarta: Salemba

Stuard, And Sundeen. 1991. Principles And Practice Of Psychiatric Nursing Ed 4. St Louis: The
CV Mosby Year Book.

Stuart G. W & S.J. Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mshy Year Book

Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta
: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai