Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH GAWAT DARURAT PSIKIATRI

BHSP PERILAKU KEKERASAN

Di susun oleh kelompok 5 :

1. Muhammad Taufik : P07220118049


2. Musa : P07220118050
3. Mustajam : P07220118051
4. Naomiokrita : P07220118052
5. Nuriyanti : P07220118053
6. Nurul Hasanah Hafit : P07220118054
7. Riana Armania Putri : P07220118055
8. Sahrul Ramadhan : P07220118056
9. Shilvi Aulia Anwar : P07220118057
10. Wulan Awaliyatul Hamidah : P07220118058
11. Yeti Nurcahyani : P07220118059
12. Yuliana : P07220118060

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas
mata kuliah Gawat Darurat Psikiatri yang berjudul “BHSP Perilaku Kekerasan”
tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari
berbagai pihak.

Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat


kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami ucapkan
terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua
pihak yang membacanya.

Samarinda, 30 Juli 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................5

1.3 Tujuan ........................................................................................................6

BAB II Tinjau Pustaka .........................................................................................7

2.2 Konsep Komunikasi BHSP.........................................................................7

2.2 Menentukan Masalah Utama Klien.............................................................9

2.3 SP Pasien dan Keluarga dengan Masalah : Perilaku Kekerasan...............10

BAB III PENUTUP .............................................................................................29

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................29

3.2 Saran..........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan komunikasi
terapeutik, yang merupakan komunikasi yang dilakukan perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan sehingga memberikan terapi untuk
proses penyembuhan pasien dan membantu pasien mengatasi masalah
yang dihadapinya melalui komunikasi. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, dan menghargai
keunikan pasien (Nurhasanah, 2009). Dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik perawat mempunyai empat fase komunikasi, yang yaitu fase
preinteraksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi. Adapun tugas-
tugas yang harus diselesaikan pada tiap fase adalah sebagai berikut :
a. Fase Pre interaksi
Merupakan fase persiapan sebelum terjadi kontak pertama antara
perawat dan pasien. Pada fase ini perawat harus mengeksplorasi diri
terhadap perasaan – perasaan diri seperti ansietas, ketakutan dan
keraguan. Tugas perawat dalam fase ini adalah mengumpulkan
informasi tentang pasien dan mengeksplorasikan perasaan diri
b. Fase Orientasi
Pada fase orientasi, perawat dan pasien pertama kali bertemu. Pada
fase ini, penting bagi perawat untuk memperkenalkan dirinya dengan
menggunakan nama, baik secara lisan maupun tulisan. Tugas perawat
dalam tahapan ini adalah mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan
harapan dan mengidentifikasi kecemasan, mengalisis kekuatan dan
kelemahan diri, mengumpulakan data tentang pasien, serta
merencanakan pertemuan
c. FaseKerja
Tugas perawat pada fase ini adalah memenuhi kebutuhan atau
mengembangkan pola – pola adaptif pasien serta melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan pada tahap preinteraksi. Tahap

4
kerja adalah inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik, karena
didalamnya perawat dituntut membantu dan mendukung pasien untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa
respons atau pesan komunikasi verbal dan non verbal yang
disampaikan oleh pasien.
d. FaseTerminasi
Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan mengakhiri
interaksinya dengan pasien, tahap ini bersifat sementara maupun
menetap. Terminasi adalah satu tahap yang sulit tapi sangat penting
dari hubungan terapeutik karena rasa percaya dan hubungan intim
antara perawat dan pasien telah berlangsung optimal. Fase ini untuk
merubah perasaan dan mengevaluasi kemajuan pasien.
Perilaku Kekerasan, ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan
kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di
sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan
orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga
bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/
orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan
alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga
selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan
kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Konsep Komunikasi BHSP?
2. Bagaimana menentukan masalah utama klien?
3. Bagaimana SP Pasien?
4. Bagaimana itu SP Keluarga dengan masalah Perilaku Kekerasan?

5
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep komunikasi dan SP dengan masalah Perilaku
Kekerasan

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi BHSP


Komunikasi BHSP adalah komunikasi untuk bina hubungan saling percaya
antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan
maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah
teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara
orang gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik.
Perbedaannya adalah:
1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,
penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang
wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan
penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri
sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang
lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita
penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar


pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka
lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah,
kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan
jiwa :

7
1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik
meminta klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan
perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus
sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan
yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan
berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan
dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan
maka harus direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum
kita support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah
mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.

Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa


komponen tersebut adalah:

1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu


seseorang bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang
menyerang seseorang akan melumpuhkan ketahanan psikologisnya,
dengan dukungan dari sahabat, orang - orang terdekat, suami, istri,
orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap
stressor menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya
adaptif maka hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif
hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan
menjadi sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka
dia akan mengalami Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia
seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak
pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya

8
lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini
adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua
kelebihan dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya
tersebut satu paket dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan
tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma
maka dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam
atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan
pada saudara kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor
pendukung munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan
saraf pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi
perubahan pada fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan,
ex : lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna
jika perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.

Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua
faktor bisa direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita
gangguan jiwa dapat ditekan sekecil mungkin.

2.2 Menentukan Masalah Utama Klien


Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan

9
pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan (Purwanto, 1994). Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali
pengalamannya secara rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek/topic jika perubahan isi topic tidak merupakan
sesuatu yang sangat menarik klien.

2.3 SP Pasien dan Keluarga dengan Masalah : Perilaku Kekerasan


Perilaku Kekerasan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
 Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
 Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
 Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
 Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya

10
 Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan
dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan  yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat  marah   secara:
a) Verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

11
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

ORIENTASI:

“Selamat pagi  pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil saya yudi,

12
saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah bapak”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab
lain yang membuat bapak  marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah
uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons
pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting
pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang
pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui

13
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak  sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak


rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi” 

SP 2  Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
 

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya
datang lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”

14
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”

“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”

KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul
kasur dan bantal”.

 “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi
kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan,
pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

 “Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau
berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam
ini?”

 “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai

15
jumpa&istirahat y pak”
 

 
 

 SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik


b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang


sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

16
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya pak:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab
marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang
dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di
sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak.”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’.
Coba praktekkan. Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol


marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

“Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang,
dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”

 “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

17
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai
nanti ya”

SP 4  Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual 

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik


dan sosial/verb
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

18
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,
yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa
kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan
pasien)

19
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”

 “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita
buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti
sekarang saja, jam 10 ya?”

 “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat   

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah


yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat
c.  Susun jadual minum obat secara teratur 

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, 
bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat


kemarin?”

20
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

FASEKERJA (perawat membawa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!

 “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang  merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya
ini harus bapak   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7  malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu
mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”. “Bila terasa
mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat 
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter


ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”

21
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat
dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga:   Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara


merawat klien perilaku kekerasan di rumah   

22
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari
perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain

23
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya
yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang sekarang  tentang masalah yang Ibu hadapi?”

“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”

“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

KERJA

“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik
Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”

“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar
akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan,
keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”

“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu
artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya
dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar?
Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””

“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat
teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”

24
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”

“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”

“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung kepada bapak?”

“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol Kemarahan

a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah


b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

25
ORIENTASI
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita
ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu
tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita
latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih
bersama”

KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan.
Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan
Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu  kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka
yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak
menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak  dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”.

26
 “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu.
Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara
yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan
langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk
beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus
dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk
meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi
tenang,  tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum
obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau
menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak
dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya
secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

27
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan
yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk
Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi
Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di
rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai
reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman,ungkapan perasaan terhadap yang tidak
menyenangkan(kecewa,keinginginan tidak tercapai,tidak puasa),serta
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,diarahkan pada diri
sendiri,orang lain,dan lingkungan.
Perilaku kekeraan adalah hasil dari marah yang
ekstrim(kemarahan)atau kekuatan(panic)sebagai respon terhadap perasaan
terancam baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.Perasaan
marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptive.
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah
yang dapat diterima oleh norma-norma social dan kebudayaan,sedangkan
respon maladaptive ,yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah
yang menyimpang dari norma-norma social dan budaya lingkungannya.

3.2 Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bias membantu klien dan
keluarga dala mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah
perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam
pengkajian,diagnose,perencanaan.implementasi dan evaluasi.Namun hal
yang utama yang perlu dilakukan adalah Bina hubungan saling percaya
antara perawat dan klien.

29
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Dalan, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.


Edisis 2. Jakarta : Airlangga

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,


RSJP Bandung, 2000

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi
Bandung : RSJP Bandung.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Rafika adiatma

Purba, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Edisi Pertama.
Jakarta : EGCS

30

Anda mungkin juga menyukai