Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEGAWATDARURATAN KELAUTAN

“ PENANGANAN KORBAN TERKENA

RACUN HEWAN LAUT”

DOSEN PENGAMPU

Ns. Yanerith Chntya, S.Kep., M.Kep

Di Sususn Oleh :

HERNI MARSEL PIOH

19142010219

KELAS A2 KEPERAWATAN SEMESTER V

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat,
dan kuasaNya kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan project/riset
mengenai KEGAWATDARURAT KELAUTAN ini yang berjudul ”Penanganan korban
terkena bisa ikan di laut. Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Matakuliah “Kegawatdaruratan Kelautan” yang
telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat berharap riset ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai “Penanganan korban
terkena bias hewan laut” yang terjadi di dalam masyarakat. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, Saya masih membutuhkan kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membacanya.
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. PENGERTIAN GIGITAN BINATANG................................................................
B. MACAM-MACAM GIGITAN...............................................................................
C. PRINSIP PENATALAKSANAAN GIGITAN BINATANG.................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................
B. SARAN....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan. Contohnya seperti gigitan ular berbisa dan gigitan binatang laut yang sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular dan
gigitan binatang laut, maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami
menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa dan
gigitan binatang laut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan pada korban gigitan binatang laut ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gigitan Binatang


Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut
untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam
keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis yaitu yang berbisa
(beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan
binatang lebih besar dari pada luka biasa. Seseorang yang tergigit mempunyai resiko
terinfeksi. Pada umumnya bila tergigit binatang perlu mendapatkan pemeriksaan medis.
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam tubuh melalui
suntikan. Gigitan bintang atau sengatan serangga dapat menyebabkan nyeri yang
hebat dan pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai binatang walaupun tidak
selalu membahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan
bahkan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Kesadaran akan penyebab dari gigitan dan
sengatan ini dapat mengurangi atau mencegah timbulnya korban. Pengetahuan tentang
penanganan yang cepat dari tindakan pertolongan pertama dapat mengurangi parahnya
cedera akibat gigitan dan sengatan tersebut dan menjaga penderita dari sakit yang parah.

B. Macam-macam gigitan

1. Gigitan binatang laut (bisa ikan)


A. Gigitan ikan pari(Sting ray)
Kelompok hewan-hewan laut ini menyuntikkan racunnyadengan menusukkan
duri-duri /jarum-jarumnya. Ikan pari termasuk klas Elasmobrachil mempunyai tulang
rawan. Jenis ikan pari yang terkenal adalah pari kembang, pari bendera, pari pasir, dan
pari burung.
Bentuk badannya pipih seperti cakram dengan ekor menyerupai cambuk. Pada ekor
itu terdapat satu atau lebih duri yang berbisa. Ikan ini hidup di sekitar pantai. Ikan pari pasir
biasanya berbaring di dasar laut dan tertimbun pasir atau lumpur. Bila ada orang yang
menginjak badan ikan pari, ekornya akan memecut sambil memasukkan durinya.
Orang yang terkena duri ikan pari dalam 10 menit merasa sakit di sekitar
tusukan itu. Makin lama perasaan sakit itu akan makin bertambah hebat dan menjalar
keseluruh anggota badan yang tertusuk. Perasaan sakit biasanya berlangsung antara 6–48
jam, lalu berkurang.
Luka yang ditimbulakan berupa luka tusuk atau lasersi. Untuk mengeluarkan
duri dalam daging, biasanya diperlukan insisi. Setelah duri di keluarkan biasanya luka
akan membengkak, maka dari itu jangan dilihat langsung, cukup di kompres dengan
antiseptic (betadin). Bila peradangan telah tenang, barulah dilakukan penjahitan sekunder.

B. Tanda dan gejala


a. Pembengkakan
b. Mual, muntah dan diare
c. Tekanan darah menurun
d. Berkeringat
e. Jantung berdenyut tidak teratur
f. Kadang-kadang bisa menimbulakan kematian.
g. Kejang-kejang bahkan terkadang di sertai kelumpuhan otot-otot.

C. Penanganan
a. Aman diri dan lingkungan sekitar.
b. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
c. Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selam 30-60 menit.
Cara ini efektif untuk me-nonaktifkan racun yang tidak panas.
d. Bawa segera ke rumah sakit.

3. Gigitan Trigonid

A. Duri babi

Terdapat di perairan laut dangkal. Biasanya penderita terkena sangat trigonid di


sebabkan menginjak atau bersentuhan dengan bahan dengan bahan dengan bagian tubuh
binatang tersebut.

B. Tanda dan gejala


a. Timbul rasa nyeri dalam 90 menit.
b. Rasa panas di iaerah gigitan.
c. Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar (pingsan).
C. Penanganan
a. Aman diri dan lingkungan sekitar.
b. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
c. Tenangkan penderita.
d. Cabut duri babi yang menusuk.
e. Rendam bagian yang tergigit dalam air hangat.
f. Bersihkan luka dan imobilisasi daerah luka.

C. Prinsip penatalaksanaan gigitan binatang


Prinsip penatalaksanaan ada penderita dengan gigitan binatang sama dengan
pentalaksanaan pada penderita keracunan. Yang harus selalu diperhatikan pada penderita
keracunan maupun gigitan binatang hendaknya selalu monitor dan catat setiap perubahan-
perubahan yang terjadi airway, breating, dan sirkulasi (ABC)

2. Gigitan ular
A. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditangani dapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular
atau diduga digigit ular.

B. Etiologi
Ada tiga family ular berbisa yaitu elapidae, hydropidae, dan viparidae.

C. Patofisiologis
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut
bersifat:
a. Neurotoksin berakibat pada saraf perifer atau sentral, berakibat fatal karena paralise otot
otot lurik. Manifestasi klinis, kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu,
derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

b. Haemotoksin bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis, luka bekas gigitan yang
terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis dan
gagal ginjal.

c. Myotoksin mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan


mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia
akibat kerusakan sel-sel otot.

d. Kardiotoksin merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksindengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
patukan.
g. Enzim-enzim termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

D. Manifestasi klinis
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi efeknya berbeda-beda sesuai jenis racun yang
terkandung di dalam bisa ular, efek gigitan pada umumnya seperti :
a. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna.
b. Rasa sakit diseluruh persendian tubuh.
c. Mulut terasa kering.
d. Pusing, mata berkunang-kunang.
e. Demam, menggigil.
f. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan hati terasa sakit, pinggang terasa pegal akibat dari
usaha ginjal membersihkan darah.
g. Reaksi emosi yang kuat.
h. Penglihatan kabur.
i. Pingsan.
j. Mual muntah.
k. Diare.
l. Rasa sakit dan berat di dada juga perut.
m. Sukar bernafas dan berkeringat banyak.
n. Kesulitan menelan serta kaku di leher dan geraham.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi dibagi menjadi perawatan di
lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan
pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk dari pada memperbaiki keadaan, termasuk
membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres
dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip
dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama
implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan
menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara
efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena
(umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi
jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap seperti sawyer extractor, ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam
beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara
signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran
darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari
area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi
membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).
Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta
ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal.
Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan
lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk
memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran
darah.Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti
ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka
lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini
terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada
luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan
membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai,
dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu
mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk
kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Contohnya seperti gigitan ular berbisa dan gigitan binatang laut yang
sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.

B. Saran
Pada pembahasan ini tentang penanganan korban terkena bisa ular, bisa ikan dan duri
babi, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua
untuk mengantisipasi dari pada bentuk keracunan, faktor-faktor penyebab korban terkena bisa
ular, bisa ikan dan duri babi serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi
penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Racun

Jakarta, CNN Indonesia 2018. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/2018


V0204142524-269-273706/langkah-penanganan-sengatan-makhluk-laut

CANBERRA, KOMPAS.com 21 AGUSTUS 2021.


https://www.kompas.com/global/read/2021/08/21/145941270/alasan-ular-laut-serang-
penyelam-ahli-sebut-mereka-cuma-ingin-kawin?page=all

Dr. M. Isya Firmansyah, 30 SEPTEMBER 2020 https://www.youtube.com/watch?


v=BDPwpHes_VA

Anda mungkin juga menyukai