Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL BERMAIN SQUISHY BALL PADA ANAK USIA 9-12 BULAN

DI RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)


RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH:
1. DEVI MASITHA PURWANINGSIH (P1337420618008)
2. SEKAR AYUDYA DWI PUTRI M. (P1337420618014)
3. FAZANIZA ZULFA IZZATI (P1337420618047)
4. MAHARDIKA ROSADIN NOOR (P1337420618081)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat dan Iradat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan proposal tentang
“Terapi Bermain Squishy Ball pada anak usia 9-12 bulan di Ruang PICU RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang” tepat pada waktunya.
Banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan
laporan ini, namun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik berupa saran,
petunjuk, maupun penjelasan yang sangat membantu kelancaran penyusunan
laporan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak.
Kami mengucapkan mohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini
masih terdapat kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan masukan yang dapat
digunakan sebagai bahan penyempurnaan laporan proposal terapi bermain ini di
masa yang akan datang. Diharapkan laporan proposal bermain ini dapat
bermanfaat.

Semarang, 14 September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak adalah individu yang unik dan anak akan melewati tahap
tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Perkembangan
setiap anak akan berbeda-beda, hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam
tumbuh kembang anak. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sejak dini
dan terus menerus pada setiap kesempatan. Upayakan anak untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu kegiatan untuk stimulasi
tumbuh kembang anak. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulsi terarah adalah
kemampuan gerak halus, gerak kasar, kemampuan bicara, bahasa, serta
kemampuan bersosialisasi dan kemandirian (Sulistyawati, 2014).
Bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Adriana (2011)
menyatakan, “bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman dan pengetahuannya serta perkembangan keseimbangan mental
anak”. Selain itu, melalui bermain anak tidak hanya menstimulasi
pertumbuhan otot-ototnya tetapi juga perkembangan motoriknya.
Perkembangan stimulasi anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
permainan edukatif dan kreatif (APEK), karena mempunyai fungsi untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti motorik, bahasa,
kecerdasan, dan sosialisasi (Soetjiningsih, 2012). Terdapat berbagai jenis
permainan berdasarkan perkembangan stimuli. Sebagai contoh, permainan
yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus diantaranya
menyusun balok, bermain puzzle, melipat dan menggunting kertas, menyusun
benda kedalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya (Azmira, 2015).
Pada anak berusia 9-12 bulan yang sedang dalam tahap gemar
menggenggam benda dan mengenali lingkungan sekitarnya maka squishy ball
dapat dijadikan alat bermain yang sesuai. Squishy ini dimainkan dengan cara
diremas hingga kembali ke bentuk semula. Squishy ball bisa dijadikan alat
terapi bagi anak-anak dalam perkembangan motoriknya. Menggunakan
squishy ball sebagai alat bermain anak mampu merangsang perkembangan
koordinasi motorik halus terutama jari-jari dan telapak tangan. Menurut Lola
Binkerd, dalam tulisannya di Stress Cube, mainan seperti squishy dan action
figures dapat membuat jari-jari anak tetap sibuk.

Berkenaan dengan paparan di atas maka mendorong penulis untuk


melakukan terapi bermain tentang “Terapi bermain Squishy Ball pada anak
usia 9-12 bulan Di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD.
K.R.M.T. Wongosonegoro Kota Semarang”.

B. Tujuan
1. Tujuan Terapi
a. Tujuan Umum
Untuk menstimulasi tumbuh kembang anak usia 9-12 bulan
b. Tujuan Khusus
1) Untuk melatih kemampuan kognitif
2) Untuk melatih motoric halus anak
3) Untuk meningkatkan kepercayaan diri anak

C. Manfaat Terapi
1. Bagi Anak
Sebagai sarana atau metode yang dapat memacu anak untuk melatih
kemampuan kognitif dan motoric halusnya, dan meningkatkan perecayaan
dirinya..
2. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua dan tenaga pengajar agar mengguna
kan terapi bermain sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangka
n motoric halus dan kognitifnya kesabarannya melalui terapi bermain
squishy ball.
3. Bagi Perawat
Sebagai masukan agar menggunakan terapi bermain sebagai salah sa
tu metode dalam usaha mengembangkan tumbuh kembang anak terutama
dalam memberikan stimulasi motoric halus pada pasien anak usia 9-12
bulan dan anak usia toddler (1-3 tahun).
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan khusus
nya keperawatan anak dalam pemberian terapi modalitas bermain squishy
ball sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan stimulasi tu
mbuh kembang anak.
BAB II
ISI

A. Pengertian Anak 9-12 bulan


Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf. Selain itu untuk menjamin berlangsungnya proses
tumbuh kembang optimal, bayi membutuhkan pemeliharaan kesehatan
yang baik termasuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan,
diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai dengan umurnya,
mendapatkan imunisasi sesuai jadwal serta mendapatkan pola asuh yang
sesuai. Masa ini juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung sangat
erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.

B. Pengertian Terapi Bermain


Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stress, karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan karena situasi
tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak- anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak, seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak rawat
dirumah sakit (Wong, 2009).
Bermain merupakan cara alamiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak
belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami koflik. Melalui bermain
anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi serta daya kreasi
dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif
terhadap berbagai sumber stress (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Bermain merupakan stimulasi yang tepat bagi anak. Bermain dapat
meningkatkan daya piker anak sehingga anak mendayagunakan aspek
emosioanal, sosial, serta fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan
kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuannya, seta berkembangnya
keseimbangan mental anak (Andriana, 2017).

C. Fungsi Bermain
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, dan
cinta kasih. Bermain merupakan unsur yang penting untuk perkembangan
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Anak dengan
bermain dapat mengungkapkan konflik yang dialaminya. Bermain cara
yang baik untuk megatasi kemarahan, kekhawatiran, dan kedukaan.

D. Bentuk Permainan
Menurut Saputro dan Intan (2017), terapi bermain diklasifkasikan menjadi
dua yaitu:
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat misalnya
mewarnai gambar, melipat kertas origami dan menempel gambar.
Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya
menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca
buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi
kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.

E. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


Menurut Vanfeet (2010), dalam Saputro (2017) prinsip terapi bermain yang
diperhatikan di rumah sakit adalah:
1. Waktu bermain
Waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak yang di rumah
sakit adalah 15-20 menit. Waktu tersebut dapat membuat kedekatan an
tara orang tua dan anak serta tidak mengakibatkan anak kelelahan aki
bat bermain.
2. Mainan harus aman
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamana. Anak kec
il perlu rasa nyaan dan yakin terhadap benda yang dikenalinya dan tid
ak berbahaya bagi anak.
3. Sesuai kelompok usia
Perlu dijadwalkan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan berma
in anak dan usianya. Pada rumah sakit yang ada tempat bermainnya pe
rlu diperhatikan dan dimanfaatkan secara baik
4. Tidak bertentangan dengan terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terap
i mengharuskan anak harus istirahat, maka aktiitas bermain hendaknya
dilakukan di tempat tidur. Apabila anak harus tirah barung, haruss dipi
lih permianan yang dilakukan di tempat tidur.
5. Perlu keterlibatan orang tua
Keterlibatan orang ua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini diseb
abkan karena orang tua mempunyai kewajiban utnuk tetap melangsun
gkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada naka walaupun sedang di
rawat di rumah sakit.
F. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Perawatan anak di rumah sakit memaksakan untuk berpisah dari lin
gkungan yang dirasakan aman. Penuh kasih sayang dan menyenangkan yai
tu lingkungan rumah, permainan, dan teman sebayanya. Reaksi terhdap pe
rpisahan yang ditunjukan ialah dengan menolak makan, sering bertanya, m
enangis walaupun perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehat
an, perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan control diriny
a. Biasanya perawatan yang dilakukan di rumah sakit mengharuskan anak
membatasi aktivitas sehingga anak kehilangan kekuatan disi dan menimbu
lkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan me
ngucapkan ata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat dan k
etergantnga terhadap orang tua (Oktiawati, dkk, 2017).

G. Terapi Squishy Ball


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan
adalnya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan
telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak
kelihataan,melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan
dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini
sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Jenis
permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain : benda (permainan)
aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka,
boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan
menimbulkan suara, alat permainan yang berupa selimut, boneka, dan
lainlain.

Pada bayi berusia di atas usia 6 bulan sedang aktif-aktifnya bermain.


Dalam usia ini, anak mulai bisa berguling, duduk, merangkak, menarik
badan ke atas hingga posisi berdiri. Selain dari segi fisik dan motorik, bayi
usia 6-12 bulan juga sudah bisa :

a. Mengerti nama sendiri dan nama-nama benda di sekelilingnya


b. Mengidentifikasi anggota tubuh

c. Mencari benda yang disembunyikan

d. Memindahkan benda dari satu titik ke titik lain

e. Menikmati warna sepenuhnya dan senang melihat objek kompleks

f. Mulai senang mendengar musik

g. Bayi yang berusia 10 bulan ke atas juga mulai akan mencoba

meniru mimik dan perilaku orang dewasa.

Squishy ball merupakan mainan yang mirip seperti stress ball


namun terbuat dari kain dan memiliki bentuk yang lucu seperti
buahbuahan, karakter film kartun, dan beragam bentuk hewan lucu lainnya.
squishy bisa dijadikan alat terapi bagi anak-anak dalam perkembangan
motoriknya. Squishy tidak sekedar mainan dengan bentuk lucu
menggemaskan ditambah wanginya, tetapi juga media agar terapi tumbuh
kembang si kecil dan perkmbangan motoriknya . Squishy ini dimainkan
dengan cara diremas hingga kembali ke bentuk semula.

Menggunakan squishy ball sebagai alat bermain anak mampu


merangsang perkembangan koordinasi motorik halus terutama jari-jari dan
telapak tangan. Ketika anak meremas dan memijat squishy, secara tidak
langsung anak melatih gerakan motoriknya. Teknik dasar bermain Squishy
adalah dengan meremas, sampai si Squishy kembali ke bentuk semula.
Ketika mulai bermain Squishy, anak-anak pasti akan tergoda untuk
meremasnya berulang, dan aktivitas ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan koordinasi motorik halus terutama jari-jari dan
telapak tangan. Permainan ini cenderung aman bahkan mampu mengurangi
risiko kecanduan pada gadget juga televisi. Menurut Lola Binkerd, dalam
tulisannya di Stress Cube, mainan seperti squishy dan action figures dapat
membuat jari-jari anak tetap sibuk.
H. Prosedur Terapi Bermain Squishy Ball
1. Persiapan
a. Siapkan squishy ball yang akan digunakan sebagai alat terapi bermai
n
b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain
2. Cara Bermain
a. Letakkan squishy ball didepan anak atau ditangan anak
b. Demonstrasikan cara meremas squishy ball
c. Berikan pujian pada anak
BAB III
RANCANGAN TERAPI BERMAIN SQUISHY BALL

Topik : Terapi Bermain Puzzle Pada Anak 9-12 bulan di Ruang PI


CU RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang

Sub Topik : a. Stimulasi fungsi kognitif


b. Stimulasi fungsi motoric halus

Tempat : Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


Waktu : flexible (30 menit)

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain diharapkan anak dapat mengembangkan
tumbuh kemabangnya terutama dalam fungsi kognitif dan motoric halus
sesuai dengan usia infant (9-12) .
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain selama 30 menit diharapkan :
a. Segi Kognitif
Anak mampu memainkan squishy ball.
b. Segi Motorik
1) Motorik Halus
Anak mampu menggenggam dan memainkan squishy ball.

B. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Jenis permaian yang dipilih squishy ball.
2. Karakteristik Permainan
Klien dibimbing untuk melatih kemampuan kognitif dan mototik halus
melalui kegiatan menggenggam dan meremas squishy ball. Kegiatan
bermain ini diikuti klien dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Anak usia 9-12 bulan.
2) Anak kooperatif
b. Kriteria Eksklusi
1) Anak diluar usia 9-12 bulan.
2) Anak tidak kooperatif tidak mampu mengikuti proses kegiatan
sampai selesai.
3. Karakteristik peserta
a. Peserta adalah anak usia 9-12 bulan.
b. Jumlah peserta 1 anak dan didampingi oleh orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Peserta kooperatif
4. Sasaran
a. Anak usia usia 9-12 bulan di Ruang PICU RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro
b. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
c. Anak yang mau berapartisipasi dalam terapi bermain
5. Metode Permainan
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Langkah –
langkah :
a. Mahasiswa membuka acara, kontrak waktu menjelaskan tujuan dan
manfaat terapi bermain.
b. Mahasiswa menunjukan cara menggenggam dan meremas squishy
ball.
c. Selalu memberi reward untuk respon kooperatif dan positif dari para
peserta
6. Media
Sebuah squishy ball berbahan kain yang empuk dan lembut.
7. Setting Tempat

Keterangan :
Mahasiswa Orang Tua

Klien CI/Karu

C. Strategi Pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan Peserta
1 5 menit Pra kegiatan :
1. Memfasilitasi media terapi bermain
2. Mempersiapkan anggota terapi
bermain
3.Mempersiapkan peserta
2 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan - Menjawab salam
mengucapkan salam. - Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri - Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi - Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
3 10 menit Kegiatan bermain :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan - Mendengarkan dan
bermain squishy ball. memperhatikan
2. Membagikan squishy ball yang sudah anak
di siapkan - Antusias saat
3. Praktikan membantu anak dalam menerima peralatan
bermain squishy ball. - Antusias dalam
4. Fasilitator mendampingi anak dan menggenggam dan
memberikan motivasi kepada anak meremas squishy.
5. Memberitahu anak bahwa waktu - tampak antusias.
yang diberikan telah selesai
6. Memberikan pujian terhadap anak
4 5 menit Kegiatan penutup:
1. Memotivasi anak untuk - Menceritakan
menggenggam dan meremas squishy
ball secara mandiri - gembira
2. Memberikan squishy ball kepada -
orang tua
5 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian - Memperhatikan
kepada klien yang telah mengikuti
program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada - Mendengarkan
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup - Menjawab salam

D. Evaluasi
Evaluasi hasil yang diharapkan:
1. Anak dapat mengembangkan fungsi kognitif dan motoric halus
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktivitas
bermain

LAMPIRAN CONTOH TERAPI BERMAIN DENGAN SQUISHY BALL


BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TERAPI BERMAIN SQUISHY
BALL
A. PELAKSANAAN
1. Praktikan Faza dan praktikan Ayud mencuci tangan sebelum
mendatangi pasien
2. Praktikan Faza dan Ayud mengucapkan salam kepada pasien dan ibu
pasien serta memperkenalkan diri.
3. Praktikan Faza menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan dan
tujuannya
4. Praktikan Ayud mengawali jalannya permainan dengan An. A dengan
meletakkan bola yang sudah disiapkan di depan An.A
5. Praktikan Ayud dan Faza bermain bersama anak dan terkadang
mendemonstrasikan cara bermainnya. Sesekali, ibu An.A juga ikut
bermain dan diajak mengobrol bersama.
6. Praktikan Faza melakukan tahap terminasi dengan mengobservasi dan
menanyakan respon ibu dan An.A. Respon yang didapat yaitu :
 Ibu tampak senang dan supportive dengan terapi bermain yang
dilakukan.
 Ibu An.A mengatakan kalau An.A belum mempunyai squishy
ball dan hanya ada mainan mobil-mobilan milik kakaknya.
 An.A mau memainkan mainan yang diberikan dengan meremas,
mengangkat, dan melemparkan bola yang diberikan
7. Media bermain squishy ball diserahkan ke An.A sekaligus berpamitan
kepada An.A dan ibunya.
B. EVALUASI PELAKSANAAN
1. Evaluasi struktur
a. Terapi bermain dilaksanakan pada tanggal 19 September 2021
pukul 13.15 s.d 13.30 WIB di ruang PICU RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.
b. Sasaran terapi bermain adalah anak usia 9-12 bulan berjumlah 1
orang
c. Media yang digunakan adalah squishy ball yang terbuat dari
kain, berbahan lembut, dan terdapat lonceng di dalamnya yang
dapat berbunyi.
d. Sebelum pelaksanaan mahasiswa melakukan beberapa
persiapan yaitu :
1) Pembuatan proposal yang disetujui oleh pembimbing
klinis.
2) Pengorganisasian dan pembagian tugas sesuai dengan
proposal.
3) Persiapan fasilitas yang akan digunakan berupa squishy
ball.
4) Melakukan setting dan alur kegiatan dengan melakukan
kontrak waktu, menjelaskan tujuan kegiatan, mendapatkan
izin, melakukan pembukaan dan perkenalan, melakukan isi
kegiatan dan melakukan terminasi.
2. Evaluasi proses
a. Peserta kegiatan terapi bermain berjumlah 1 orang yaitu An.A
jenis kelamin perempuan yang berusia 12 bulan 1 hari.
b. Saat terapi bermain ketika bola diletakkan di depannya anak
hanya melihat dan memperhatikan tanpa mau menyentuhnya.
c. Ketika bola mulai disentuh ke tubuh peserta, peserta mulai
menunjukkan ketertarikan dengan mengikuti pergerakan bola.
d. Ketika bola digerakkan dan menimbulkan bunyi mata anak
mengikuti pergerakan bola.
e. Setelah itu, ketika bola diletakkan didepannya anak mulai
menyentuh, memegang dan mengangkatnya dengan tangan
kanan.
f. Ketika bola diletakkan di sisi kiri tubuhnya anak mampu
memegang dan mengangkatnya dengan tangan kiri.
g. Beberapa kali anak melempar bolanya.
h. Ketika mainan dijauhkan anak tidak berusaha menggapainya.
i. Ketika pelaksanaan anak beberapa kali menguap dan melihat ke
ibunya.
j. Ketika pelaksanaan sudah berlangsung sekitar 10 menit, anak
nampak bosan dengan mainan yang diberikan dan perhatiannya
teralihkan ke selang infus, baju praktikan dan face shield.
Beberapa kali An.A terlihat menggenggam dan menarik hal-hal
tersebut.
k. Terapi bermain berlangsung ± 15 menit.
3. Kendala yang dihadapi
a. Anak tampak mengantuk dan bosan ditengah-tengah terapi
bermain.
b. Saat terapi bermain, perhatian anak teralihkan ke hal lain seperti
selang infus, baju seragam, dan face shield praktikan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peserta kegiatan terapi bermain berjumlah 1 orang yaitu An.A berjenis
kelamin perempuan dan berusia 12 bulan 1 hari. Peserta mampu
menggenggam, memegang, mengangkat, dan sedikit melempar media
permainan yang diberikan. Orang tua antusias dan suppportive ketika
sebelum, saat, dan setelah kegiatan dilakukan. Kendala yang terjadi selama
proses pelaksaan yaitu anak tampak mengantuk terlihat dari anak yang sering
menguap, ditengah-tengah kegiatan anak tampak bosan dengan mainan yang
diberikan terlihat dari perhatian anak yang teralihkan ke hal lain disekitarnya.
B. SARAN
1. Bagi pelaksana untuk dapat mengakaji lebih dalam terkait mainan seperti
apa yang bisa membuat anak tertarik.
2. Bagi rumah sakit, akan lebih baik jika di setiap ruangan perawatan anak
terdapat mainan yang dapat digunakan oleh anak yang sedang sakit.
3. Bagi rumah sakit, akan lebih baik jika terapi bermain benar-benar
diterapkan dalam proses perawatan anak di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Adrina, D. (2012). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat
Hospitalisasi dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling
Indonesia), 3(1), 9-12. https://doi.org/10.21067/jki.v3i1.1972.

Wong D. L., Huckenberry M.J.(2008).Wong’s Nursing care of infants and


children. Mosby Company, St Louis Missouri.

Sulistyawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Selatan :


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai