CREATED BY:
SHINTA SALSABILA
P1337420922070
NERS PROFESSION
NURSING DEPARTMENT
POLTEKKES SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius
dalam kehidupan modern saat ini. Prevalensi stroke bertambah seiring
bertambahnya usia. World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa
stroke merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(Rasyid & Soertidewi, 2007). Menurut Smeltzer (2002), stroke atau cedera
serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak karena berhentinya
suplai darah ke bagian otak, yang mengakibatkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Indonesia menempati peringkat ke97 dunia untuk jumlah pasien stroke
terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau
9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011, dan pada tahun 2013
telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia menjadi 12,1 per
1.000 penduduk (WHO, 2011 dalam Riskesdas, 2007). Angka kematian
akibat stroke di Indonesia juga terus meningkat. Kejadian terbanyak penyebab
kematian utama hampir di seluruh RS di Indonesia karena penyakit stroke,
terdapat sekitar 550.000 pasien stroke baru setiap tahunnya, dan kematian
stroke meningkat sekitar 15,4% yaitu dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi
49,9% pada tahun 2001 dan terus meningkat menjadi 59,5% atau setara
dengan 8,3 per 1000 penduduk di tahun 2007 (Riskesdas, 2007).
Sebesar 80% pasien stroke mengalami kelemahan pada salah satu sisi
tubuhnya/hemiparese (Scbachter and Cramer, 2003). Kelemahan tangan
maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.
Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena karberkurangnya suplai darah
ke otak belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran
jarasjaras utama antara otak dan medula spinalis. Kelainan neurologis dapat
bertambah karena pada stroke terjadi pembengkakan otak (oedema serebri)
sehingga tekanan didalam rongga otak meningkat hal ini menyebabkan
kerusakan jaringan otak bertambah banyak. Oedema serebri berbahaya
sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama = Golden Periode (Gorman, et al,
2012).
B. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rom (range of
motion) terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke non-
hemoragic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Stroke
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah sebagai suatu sindrom klinis dengan gejala
berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat
menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam,
tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO, 1993 dalam
Mulyatsih, 2007). Sedangkan menurut Depkes (2004), stroke akut
adalah kumpulan gejala klinis yang terjadi pada menit pertama jam
pertama serangan stroke sampai dengan 2 minggu pasca serangan.
Smeltzer (2002) mendefinisikan stroke sebagai suatu kehilangan
fungsi otak karena berhentinya suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir,
memori, bicara, atau sensasi. Menurut Feigin (2007), gejala stroke
dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala fisik yang paling
khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi diwajah, lengan
atau tungkai disalah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, kesulitan
menelan dan hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi. Seorang
dikatakan terkena stroke jika salah satu atau kombinasi apapun dari
gejala di atas berlangsung selama 24 jam atau lebih.
B. Klasifikasi Stroke
Menurut Indrawati, dkk. (2016), mekanisme stroke dibagi
menjadi dua kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik atau stroke iskemik.
1. Stroke hemoragik
Stroke yang disebabkan karena adanya perdarahan akibat bocor
atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Aneurisma atau
pembengkakan pembuluh darah di otak.Aneuarisme atau
pembengkakan pembuluh darah adalah salah satu penyebab yang
umum dialami penderita stroke hemoragik. Seiring bertambahnya
usia, maka ada satu beberapa bagian dari dinding pembuluh darah
yang lemah bisa mengakibatkan pembuluh darah tersebut pecah.
Selain usia, faktor yang berisiko untuk terjadinya stroke
hemoragik adalah faktor keturunan dan secara umum terjadi
karena penderita memiliki tekanan darah yang tinggi atau
hipertensi.
Hipertensi kronis yang diderita pasien juga dapat menyebabkan
perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis
(radang pada pembuluh darah) atau nekrosis fibrinoid
(nekrosis/kematian sel karena kerusakan pembuluh darah yang
termediasi imun). Selain mengakibatkan gangguan aliran darah ke
bagian otak, pecahnya pembuluh darah arteri juga akan menekan
otak dan menyebabkan jaringan otak membengkak. Ada dua jenis
stroke hemoragik antara lain :
a. Perdarahan intraserbral yang merupakan jenis paling umum
dari stroke hemoragik. Hal ini terjadi saat arteri di otak pecah
dan membanjiri jaringan sekitarnya dengan darah, pendarahan
yang sering dijumpai berada didaerah putamen, thalamus,
subkrotikel, nucleus, kaudatus, dan cerebellum.
b. Pendarahan subarachnoid adalah perdarahan di daerah antara
lapisan dalam (piameter) dan lapisan tengah (aracnoid mater)
dan jaringan tipis pelindung otak (meninges).
2. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik
Terjadi karena pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini
disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan kolestrol pada
dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak.
Stroke iskemik dbagi menjadi 3 jenis yaitu : (1) stroke
trombotik (proses terbentuknya thrombus hingga menjadi
gumpalan); (2) stroke embolik (tertutupnya pembuluh arteri oleh
bekuan darah); (3) hipoperfusion sistemik (aliran darah ke seluruh
bagian tubuh berkurang karena adanya gangguan denyut jantung).
C. Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2013), penyebab kelainan
pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan stroke, antara lain :
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
7. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus
paranasal, dan wajah.
8. Kelaianan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan
faktor pembekuan darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik
trombositopenia purpura, trombositosis, limpoma intravaskular.
9. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
10. Angiopati amiloid
11. Kerusakan aneuriisma aorta
12. Komplikasi angiografi
D. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif dan Kuksuma (2015) :
1. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
2. Tiba – tiba hilangnya rasa peka
3. Bicara cedal atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan pengelihatan
6. Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
E. Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke.
Beberapa faktor juga dapat meningkatkan kemungkinan anda terkena
serangan jantung. Faktor resiko stroke antara lain :
1. Faktor Resiko Gaya Hidup
a. Kelebihan berat badan dan obesitas
b. Aktivitas fisik
c. Konsumsi alkohol
d. Pengguanaan obat – obatan terlarang, seperti kokain dan
methamphetamine
2. Faktor Resiko Medis
a. Tekanan darah tinggi. Risiko stroke meningkat jika tekanan
darah lebih tinggi dari 120 / 80 mmHg
b. Merokok atau menjadi perokok pasif
c. Kolestrol tinggi
d. Diabetes
e. Sllep apnea atau gangguan tidur
f. Penyakit kardiovaskuler
3. Faktor –Faktor Lain :
a. Riwayat keluarga stroke, serangan jantung atau TIA
b. Berusia 55 ke atas
c. Suku bangsa. Orang afrika – amerika memiliki risiko lebih
tinggi terkena stroke dari pada ras lain.
d. Jenis kelamin. Pria memiliki risiko stroke lebih tinggi dari
pada wanita, namun wanita lebih mungkin untuk meninggal
karena stroke dari pada pria. wanita juga memiliki risiko
terkena stroke dari penggunaan pil KB atau terapi hormone,
serta dari kehamilan dan persalinan (Safitri, 2016).
F. Patofisiologis
f. Rotasi bahu
Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah
a. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari kaki
b. Inversi dan Eversi Kaki
METODOLOGI
A. Topik
B. Subtopik
C. Tujuan Umum
D. Tujuan Khusus
E. Waktu
F. Tempat
Ruang Rajawali 2B
G. Setting
maka akan dilakukan desain inovatif berupa studi kasus, dimana pasien akan
Leaflet
1. Tahap Awal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pra Intervensi
b. Tahap Intervensi
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
menggunakan desain personal face to face. Responden terdiri dari 1 orang klien
dengan diagnosa medis stroke non hemoragic. Klien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kirinya kaku dan sulit untuk digerakkan. Klien mengatakan apabila
terlalu lelah atau setelah melakukan aktivitas berat pasti muncul rasa nyeri di
area dada sebelah kiri. Klien mengatakan apabila muncul rasa nyeri, klien
atas 0, dan ekstremitas kiri bawah 1. Setelah dikaji kekuatan ototnya, klien
gerakan sesuai dengan prosedur dan berada di posisi nyaman serta kondisi
berikut :
1. Tahap Awal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pra Intervensi
b. Tahap Intervensi
c. Post Intervensi
B. Faktor Pendukung
kondisi ruangan yang mendukung dan klien yang kooperatif sehingga dapat
D. Evaluasi Kegiatan
Relaksasi Benson Terhadap Rasa Nyeri” dapat berjalan dengan baik sesuai
rencana. Kondisi ruangan dan pasien yang kooperatif menjadi salah satu
keberhasilan dalam kegiatan ini. Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh hasil
sebagai berikut :