KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
kecacatan terutama pada usia lebih dari 60 tahun. Penderitanya banyak yang
pada kekuatan otot dan koordinasi gerak. Kondisi ini disebut dengan
tubuh untuk gerek fungsional pada ektermitas ( Ferry Agusman, 2017 ). Pada
pasien stroke sekitar 70% mengalami kelemahan otot pada satu sisi tubuh.
Dan dapat mengalami gangguan fungsi motoric atau kelemahan otot pada
esktermitas bila tidak mendapatkan pilihan terapi yang baik ( Ferry Agusman,
2017 ).
Menurut WHO dari tahun 1990 hingga tahun 2019 terjadi peningkatan
masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi keluarga dengan sumber
dan kini menjadi 10,9% permil. Angka kejadian stroke yakni sebanyak 2,9
juta jiwa dari 276,4 juta penduduknya mengalami stroke. Angka terjadinya
stroke mencapai 2,91 juta penduduk pertahunnya atau sekitar 10,9 per 1000
yang mengidap stroke ini adalah sebanyak 3.142 jiwa atau setara 17,3% kasus
setiap tahunnya.
dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.
lain terpai konseling, terapi Rohani, terapi wicara, dan terapi fisik. Terapi fisik
meningkatkan massa dan tonus otot dan menstimulasi otot. Semakin banyak
motorik yang terlibat maka akan semakin banyak pula kekuatan dalam otot
dan akan meningkatkan mobilisasi pada pasien. Contoh Latihan ROM pada
Terapi ini digunakan untuk memperaiki fungsi saraf yang terganggu akibat
Intervensi yang dapat dilakukan untuk pasien stroke adalah terapi medikasi
mengalami lesi yaitu menngunakan media cermin atau mirror therapy ( Aryati
Dwi, 2021 ). Terapi yang dapat digunakan oleh pasien stroke non hemoragic
pada pasien stroke non hemoragic yaitu menggunakan TERAPI CERMIN atau
mirror therapy yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien
stroke dengan kelemahan kekuatan otot. Bentuk bayangan yang terpantul dar
cermin akan memberikan stimulasi visual dan diikuti oleh bangian tubuh yang
terganggu. Terapi cermin atau mirror therapy ini merupakan terapi baru yang
yang terganggu. Terapi cermin melibatkan system mirror neuron yang terdapat
Penggunaan mirror therapy pada pasien stroke yang dialkukan selama 5 kali
dalam sehari dalam jangka waktu 7 hari dapat membuahkan hasil. Pasien yang
).
Therapy untuk melatih kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragic di
Masyarakat.
otot pada pasien stroke dengan kelemahan otot setelah diberikan Mirror
Therapy ?
1.3 Tujuan
anggota gerak pada pasien stroke dengan kelemahan anggota gerak setelah
1.4 Manfaat
a. Bagi Masyarakat
mirror therapy pada pasien stroke dengan kelemahan otot yang nantinya
b. Bagi Perawat
Meningkatkan keprofesionalan perawat dalam memberikan asuhan
c. Bagi Puskesmas
e. Bagi peneliti
TINJAUAN TEORI
kesadaran. Stroke dengan subatan pada otak ini disebut stroke non
2.1.2 Klasifikasi
1. Stroke Hemoragic
kematian.
2.1.3 Etiologi
lain:
1. Thrombosis Serebri, penyebab ini sering ditemukan pada
memiliki masalah.
metabolic otak.
okspital.
berikut:
pasti.
intracranial.
2.1.6 Komplikasi
lama, emboli paru, cenderung terjadi pada 7-14 haro pasca stroke.
miokard.
antara lain :
1. Terapi Okupasi, Terapi okupasi merupakan terapi yang
hemiparesis atau kelemahan otot pada satu sisi tubuh. Dan tak jarang
Barkah, 2021 ).
setiap harinya.
stroke juga harus dapat beradaptasi dengan kondisisnya saat ini, dan
tak banyak juga pasien yang depresi akibat penyakit stroke yang
Mirror terapi atau terapi cermin merupakan salah satu terapi yang
oleh bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot. Fokus dari terapi
ini adalah untuk memindahkan gerak anggota badan yang tidak sakit,
terapi cermin ini adalah bentuk dari citra dimana cermin digunakan
2022 )
gerak pada pasien stroke dapat berkurang dan pasien dapat melakukan
beberapa sesi di setiap waktuny, yakni sesi per menit dan sesi per minggu. Waktu
unrtuk durasi sesi per menit adalah sekitar 10-15 menit dalam 1x Latihan.
Sedangkan waktu sesi per minggu terapi yang dapat digunakan untuk berlatih
adalah 1-5 hari dengan dalam 1 hari terdapat 1x Latihan dengan waktu 10-15
menit dengan waktu istirahat selama 5 menit. Sedangkan tata cara untuk
untuk meningkatkan kekuatan otot pada area ekstermitas yang terganggu. Latihan
b) Latihan ini terdiri dari dua sesi, dimana tiap sesinya memiliki waktu 15 menit
c) Lihatlah pantulan tangan kiri anda dicermin, bayangkan jika oantulan tersebut
adalah tangan kanan anda. Dan anda tidak diperbolehkan untuk melihat tangan
diulang sesuai dengan instruksi yang ada dan dengan kecepatan yang konstan
e) Jika anda masih belum mampu untuk menggerakkan tangan anda yang sakit,
maka anda harus lebih berkonsentrasi dan bayangkan seolah olah anda mampu
Pada saat terai dilakukan posisis pasien adalah duduk dengan posisi tangan dan
lengan diletakkan di atas meja. Dengan sebuah cermin berada diantara kedua
tangan pasiaen, sedangakn posisi tangan yang mengalami kelemahan berada pada
balik cermin dan tangan yang sehat diletakkan di depan cermin agar psien dapat
melihat pantulan tangan yang sehat seolah olah adalah tangan yang sakit. Pada
pertemuan berikutnya jika pasien sudah mampu agar lebih berkonsentrasi maka
pasien akan diberikan Latihan gerak dasar. Namun jika pasien masih belum
mampu untuk berkonsentrasi maka akan tetap diberikan Latihan adaptasi terlebih
cermin. Jika pasien sudah mampu berkonsentrasi maka di setiap sesi Latihan akan
diberikan Latihan gerak dasar, dan jika pasien sudah mampu melakukannya secara
terus menerus maka pasien akan diberikan Latihan variasi. Jika Latihan variasi
sudah dapat dikuasai oleh pasien maka akan diberikan Latihan gerak shaping atau
respons pasien setiap melakukan Gerakan yang ada. Jika pasien merasa kesemutan
atau nyeri pada daerah yang bermasalah, maka Latihan harus dihentikan terlebih
yaitu Latihan afaptasi, gerak dasar, gerak variasi, dan gerak kombinasi. Pada saat
awal Latihan perawat diharuskan memberi contoh terlebih dahulu pada pasien dan
a) Adaptasi, pada awal pelaksanaan terapi pasien biasanya masih kesulitan dalam
b) Gerak dasar : Latihan gerak dasar diberikan Ketika pasien sudah mampu
berkonsentrasi melihat pantulan bayangan dari cermin. Latihan ini dibagi menjadii
tiga bagian
1. Fleksi elbow : posisi pertama yaitu kedua lengan diletakkan diatas meja.
Posisi kedua yaitu lengan bawah diangkat 45 derajat dari meja dengan posisi
kedua siku menumpu mejaa. Posisi ketiga yaitu kedua lengan bawah membentuk
Gerakan mendorong
3. Rotasi interna dan eksterna : psosisi pertama yaitu geser lengan bawah
mendekati badan. Posisi kedua yaitu geser lengan bawah Kembali ke Tengah.
c) Variasi : Gerakan ini diberikan Ketika pasien sudah mampu untuk melakukan
mengahadap ke bawah. Kemudian posisi yang kedua adalah telapak tangan dibuka
2. Grip dan prehinson : Letakkan kedua tangan diatas meja, kemudian lakukan
3. Berhitung dengan jari : menunjukkan dengan jari angka satu sampai lima.
Gerakan variasi secara terus menerus. Latihan ini memiliki tingkat kesulitan yang
lebih tinggi dibandingkan Gerakan Gerakan yang lalin. Shaping diberikan agar
pasien tidak merasa bosan dan agar pasien tetap dapat berkonsentrasi selama
terapi berlangsung. Instruksi Gerakan yang diberikan merupakan Gabungan dari
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
berkunjung atau berobat yang terdiagnosis menderita stroke di
Puskesmas Kendalsari Kota Malang sebanyak … orang penderita
stroke
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien yang menderita stroke.
menentukan kriteria-kriteria tertentu :
1. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan
diteliti.Kriteria Inklusi :
a. Klien bersedia menjadi responden,
b. Pasien yang menderita stroke,
a.Tahap Persiapan
b.Tahap Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumen. Hasil
ditulis, dalam catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkrip.
2. Mereduksi Data
3. Penyajian data
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, data kemudian dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
Kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.
Pada saat mengisi butir soal, baik saat uji validitas maupun
penelitian semua responden hanya mencantumkan inisial namanya
saja sehingga identitas responden terjaga.
3. Confidentiality (kerahasiaan)