Anda di halaman 1dari 8

Vol.3 No.

7 Desember 2022 7125


……………………………………………………………………………………………………...
ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN DENGAN
STROKE ISKEMIK

Oleh
Tejo Saksono1), Adiratna Sekar Siwi2), Dwi Puji Putranti3)
1,2,3Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

E-mail: 1tejosaksono42@gmail.com, 2adiratnasekarsiwi@uhb.ac.id,


3dwipujiputranti@gmail.com

Abstrak
Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia, dimana stroke menjadi
penyebab kematian terbanyak nomor kedua setelah penyakit jantung. Stroke iskemik tanpa ada
riwayat stroke sebelumnya merupakan jenis stroke yang paling banyak ditemui. Gejala yang sering
muncul dan menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu biasanya
seperti perubahan tingkat kesadaran, kesulitan bicara, kesulitan menelan, sakit kepala yang terjadi
secara tiba-tiba, kehilangan koordinasi, mual muntah, kejang, kehilangan keseimbangan, kesulitan
menggerakan salah satu anggota tubuh dan juga kelemahan pada salah satu sisi tubuh. Tujuan penulis
adalah memberikan Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas fisik pada pasien dengan Stroke
Iskemik. Tindakan dengan memberikan implementasi hambatan mobilitas fisik selama 3 hari
perawatan. diagnosa gangguan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot belum teratasi.
Kata Kunci: Stroke Iskemik, Hambatan Mobilitas Fisik

PENDAHULUAN pertama perawatan, sedangkan data American


Stroke menjadi masalah serius yang Health Association (AHA) dalam Mutiasari
dihadapi hampir diseluruh dunia, dimana stroke (2019) menyebutkan bahwa setiap 40 detik
menjadi penyebab kematian terbanyak nomor terdapat 1 kasus baru stroke dengan pevalensi
kedua setelah penyakit jantung. Hal tersebut 795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi
dikarenakan serangan stroke yang terjadi secara setiap tahunnya dan kira-kira setiap 4 menit
mendadak dapat menyebabkan kematian, terdapat 1 pasien stroke meninggal. Angka
kecacatan fisik dan mental baik pada usia kematian akibat stroke ini mencapai 1 per 20
produktif maupun usia lanjut. Stroke merupakan kematian di Amerika serikat (WHO, 2019 dalam
penyebab umum kedua kematian dan menjadi Annita, 2020).
masalah utama penyebab kecacatan di seluruh Stroke di Indonesia merupakan penyakit
dunia (Roberta, 2015). Stroke adalah suatu tanda dengan penyebab kematian terbesar yaitu sekitar
klinis yang berkembang secara cepat akibat 15,4% kematian, diikuti hipertensi, diabetes,
gangguan otak fokal atau global dengan gejala- kanker, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau (PPOK). Berdasarkan data Riset Kesehatan
lebih tanpa adanya penyebab lain yang jelas, Dasar (Kemenkes, 2019), prevalensi stroke di
selain vaskuler (Herdianti, 2018). Indonesia berdasarkan diagnosis Dokter pada
Menurut World Stroke Organization penduduk umur lebih dari 15 Tahun sebesar
(WHO) bahwa 1 diantara 6 orang di dunia akan 10,9% dengan 10,6-11,3%. Prevalensi stroke di
mengalami stroke di sepanjang hidupnya, di Jawa tengah sebesar 11,4%.
negara maju stroke menjadi penyebab nomor Stroke iskemik tanpa ada riwayat stroke
satu admisi pasien ke rumah sakit, dengan sebelumnya merupakan jenis stroke yang paling
proporsi kematian sebanyak 20% dalam 28 hari banyak ditemui. Durasi stroke sejak terkena

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7126 Vol.3 No.7 Desember 2022
………………………………………………………………………………………………………….
serangan stroke pertama mayoritas dengan dalam gerak fisik atau lebih ekstremitas secara
jangka waktu 1-5 tahun. Kekambuhan stroke mandiri (PPNI, 2017). Akibat dari kelemahan
berulang biasanya terjadi pada rentang waktu 7- atau kelumpuhan akan menimbulkan gangguan
12 bulan dari serangan stroke sebelumnya mobilitas fisik dalam melakukan aktivitas sehari-
(Basuki, 2018). hari. Intervensi utama yang dilakukan pada
Gejala stroke bervariasi tergantung pada pasien stroke yang mengalami gangguan
lokasi perdarahan dan jumlah jaringan otak yang mobilitas fisik yaitu dukungan ambulasi dan
terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa mobilisasi. Dukungan ambulasi yaitu
ada peringatan dan seringkali terjadi pada saat memfasilitasi untuk meningkatkan aktivitas
aktivitas. Gejala yang sering muncul dan pergerakan fisik (PPNI, 2017).
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih Mengatasi masalah pada pasien stroke
buruk dari waktu ke waktu biasanya seperti dengan masalah keperawatan hambatan
perubahan tingkat kesadaran, kesulitan bicara, mobilitas fisik adalah dengan memberikan
kesulitan menelan, sakit kepala yang terjadi asuhan keperawatan secara komprehensif.
secara tiba-tiba, kehilangan koordinasi, mual Pentalaksanaan untuk pasien stroke dengan
muntah, kejang, kehilangan keseimbangan, gangguan mobilitas fisik bisa dilihat pada
kesulitan menggerakan salah satu anggota tubuh Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
dan juga kelemahan pada salah satu sisi tubuh pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot
(Rahayu, 2017). meningkat, rentang gerak (ROM) meningkat.
Masalah fisik yang muncul pada pasien Sedangkan intervensi yang akan dilakukan dapat
stroke yaitu hilangnya kesadaran selama stroke, disesuaikan dengan Standar Intervensi
inkontinensia, kelumpuhan atau kelemahan otot, Keperawatan Indonesia (SIKI) sesuai dengan
spastistitas gerakan sentakan otot yang tidak kebutuhan pasien (Nurarif dan Kusuma, 2015).
disadari, kesulitan menelan. Fungsi yang hilang
karena gangguan kontrol motorik penderita LANDASAN TEORI
stroke mengakibatkan hilangnya koordinasi, Stroke iskemik adalah stroke yang
kemampuan keseimbangan tubuh dan disebabkan karena adanya hambatan atau
kemampuan untuk mempertahankan posisi sumbatan pada pembuluh darah otak tertentu
tertentu. Pasien stroke akan mengalami sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh
kelemahan otot, sehingga akan menyulitkan pembuluh darah tersebut tidak mendapat
pasien melakukan pergerakan (Muttaqin, 2013). pasokan energi dan oksigen, sehingga pada
Gangguan gerak dapat terjadi karena kelemahan akhirnya jaringan sel-sel otak di daerah tersebut
otot dan ketidakmampuan untuk bergerak karena mati dan tidak berfungsi lagi (Bustan, 2015).
adanya kerusakan susunan saraf pada otak dan Kelumpuhan wajah atau anggota badan
kekakuan pada otot dan sendi yang dapat biasanya hemiparesis yang timbul mendadak
menimbulkan masalah kemandirian pasien paska atau kelumpuhan ekstremitas, adanya serangan
stroke. Sebesar 80% pasien stroke mengalami defisit neurologis fokal, berupa kelemahan atau
kelemahan pada salah satu sisi tubuh/ hemiparese kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
(Gorman, 2014). Hal tersebut memberikan sisi tubuh.
dampak pada Activity Daily Living (ADL) Tujuan dari implementasi adalah
dimana seseorang akan tergantung pada orang membantu klien dalam mencapai tujuan yang
lain baik sebagian dibantu maupun telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
ketergantungan total. kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
Masalah keperawatan yang sering kesehatan dan memfasilitasi koping.
ditemukan pada pasien stroke salah satunya Perencanaan keperawatan dapat dilaksanakan
adalah gangguan mobilitas yaitu keterbatasan dengan baik jika klien mempunyai keinginan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.7 Desember 2022 7127
……………………………………………………………………………………………………...
untuk berpartisipasi dalam implementasi tekanan darah: 130/ 70 mmHg, frekuensi nadi: 60
keperawatan (Nursalam, 2016). kali permenit, frekunsi nafas: 22 kali permenit
dan Suhu: 36,0ºC.
METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil pengkajian yang
Penelitian ini menggunakan metode studi didapatkan keluhan utama pasien mengeluhkan
kasus dengan pendekatan proses asuhan kaki sebelah kanan sulit digerakan. Data objektif
keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa yang diperoleh kekuatan otot ekstremitas atas
data, penegakkan diagnosa, perencanaan, pasien kanan 0 (amputasi), kiri 5, dan kekuatan
implementasi tindakan, hingga proses evaluasi. otot ekstremitas bawah pasien kanan 3, kiri 5.
Studi kasus menggunakan salah satu pasien yang Tekanan darah 130/ 70 mmHg, ROM terbatas,
terdiagnosa. Data yang digunakan berdasarkan keadaan tubuh pasien lemas. Setelah penulis
hasil pengkajian yang mengacu pada lembar melakukan analisa data didapatkan diagnosa
pengkajian asuhan keperawatan serta utama yaitu hambatan mobilitas fisik
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik. berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Proses analisa data akan dilakukan dengan Implementasi, sesuai dengan perencanaan
mengelompokkan data yang didapatkan dari yang telah disusun sebelumnya dan disesuaikan
hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan fisik, lalu dengan terapi yang telah diperoleh.
dianalisis sehingga mendapatkan diagnosa Tabel 4.2 Implementasi Keperawatan Hambatan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilitas Fisik
Hasil diagnosa akan memberikan acuan No Tgl/jam Implementasi
1. Kamis 1. Mengidentifikasi toleransi
intervensi, tindakan dan proses evaluasi yang 01 September fisik melakukan pergerakan.
akan dilakukan. Pelaksanaan studi kasus 2022 2. Memonitor tekanan darah
Pukul sebelum memulai
dilakukan selama 3 hari perawatan. 10.00 WIB mobilisasi.
3. Monitor kondisi umum
selama melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN mobilisasi.
Hasil 2. Jumat 1. Mengidentifikasi toleransi
02 September fisik melakukan pergerakan.
Hasil pengkajian didapatkan Pengkajian 2022 2. Memonitor tekanan darah
yang dilakukan oleh penulis pada Kamis 01 Pukul sebelum memulai mobilisasi
11.00 WIB (ROM pasif).
September 2022 jam 09.00 WIB di Desa Tanjung 3. Monitor kondisi umum
RT 05 RW 02 Purwokerto Selatan, diperoleh selama melakukan
mobilisasi.
data yang bersumber dari pasien yaitu pasien 3 Sabtu 1. Mengidentifikasi toleransi
bernama Tn H, berumur 73 tahun, berjenis 03 September fisik melakukan pergerakan.
2022 2. Memonitor tekanan darah
kelamin laki-laki, beragama Islam, bersuku Pukul sebelum memulai
bangsa Jawa, pekerjaan pedagang, sudah 10.00 WIB mobilisasi.
3. Monitor kondisi umum
menikah dengan pendidikan terakhir SD dan selama melakukan
bertempat tinggal di Tanjung, Rt 05 Rw 02, mobilisasi.
Purwokerto Selatan. Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada tanggal 03 September 2022
Pengkajian riwayat kesehatan meliputi
didapatkan data subjektif sebagai berikut pasien
keluhan utama saat dilakukan pengkajian, pasien
mengatakan kaki kanan masih belum bisa
mengeluh kaki sebelah kanan sulit digerakkan.
digerakan. Data objektif seperti keadaan umum
Riwayat penyakit sekarang, pasien mengatakan
baik, pasien sulit menggerakan kaki kanan,
kaki kanan susah digerakkan sejak 2 bulan yang
pasien tampak dibantu aktifitasnya, kekuatan
lalu yaitu sekitar bulan Juli 2022. Pasien dibawa
otot ekstremitas kanan 2 dan ROM mengalami
berobat oleh keluarganya ke RSI Purwokerto.
keterbatasan. Tanda tanda vital pasien yaitu
Selama di rumah pasien mendapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi: 76
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
kali permenit, frekuensi nafas: 19 kali permenit.
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7128 Vol.3 No.7 Desember 2022
………………………………………………………………………………………………………….
Assessement diagnosa gangguan hambatan asuhan keperawatan sehingga dapat diketahui
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan penerapan asuhan keperawatan pada kasus yang
kekuatan otot belum teratasi. Planning lanjutkan ada sesuai teori atau tidak.
intervensi. 2. Diagnosa Keperawatan
Pembahasan Setelah penulis melakukan analisa data
Berdasarkan pengelolaan kasus yang telah didapatkan diagnosa utama yaitu hambatan
dilakukan sesuai urutan pelaksanaan proses mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai kekuatan otot. Tahap diagnosa keperawatan
evaluasi. Dalam kasus tersebut telah muncul memungkinkan perawat menganalisis dan
beberapa hal yang perlu untuk dibahas mensintesis data. Peneliti mengangkat hambatan
sehubungan dengan adanya permasalahan yang mobilitas fisik sebagai diagnosa utama karena
timbul dalam tinjauan teori, pengangkatan keterbatasan merupakan faktor utama yang
diagnosa keperawatan, rencana tindakan atau membuat pasien mengalami berbagai macam
intervensi dan respon penderita/ perkembangan gangguan dalam melakukan aktifitas dalam
masalah yang dicapai setelah dilakukan tindakan keadaan normal. Dan berdasarkan patofisiologi
asuhan keperawatan pada Tn H yang penulis yang telah dijelaskan pada teori bahwa stroke
kelola selama tiga hari dan penulis telah iskemik disebabkan oleh trombosis dan emboli
menemukan prioritas masalah keperawatan, sehingga menyebabkan sumbatan pada
yaitu dengan asuhan keperawatan masalah pembuluh darah sehingga suplai darah dan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan oksigen berkurang ke otak terjadi iskemik otak
penurunan kekuatan otot. dan menyebabkan nekrosis dan defisit neurologi
1. Pengkajian yang menyebabkan penurunan fungsi motorik
Pengkajian merupakan tahap awal dari dan muskuloskeletal terjadi lelemahan pada
proses keperawatan. Pengkajian dilakukan anggota gerak sehingga menyebabkan gangguan
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. mobilitas fisik.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Menurut Padila (2015) pasien dengan
didapatkan data seorang pasien menderita stroke gangguan mobilisasi akan mengalami defisit
iskemik dengan keluhan mengalami kelumpuhan perawatan diri yang ditandai dengan gangguan
pada ekstremitas bagian kanan, dengan diagnosa neuromuskular, menurunnya kekuatan otot,
keperawatan hambatan mobilitas fisik menurunnya kontrol otot dan koordinasi serta
disebabkan oleh: penurunan kendali otot, gangguan fisik. Data yang ditemukan adalah
penurunan kekuatan otot. Stroke dapat ketidakmampuan pasien dalam melakukan
berdampak pada berbagai fungsi tubuh, aktifitas sehari-hari dengan tujuan agar pasien
diantaranya adalah defisit motorik berupa mampu melakukan perawatan diri secara aman,
hemiparesis. Pasien stroke mengalami aktivitas seperti mandi dibantu oleh keluarga dan
hemiparesis, yang berupa gangguan fungsi otak perawat. Sehingga penulis mengangkat diagnosa
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh ini sebagai diagnosa pertama karena dengan
gangguan suplai darah ke otak (Puspitasari keterbatasan/ penurunan kekuatan otot yang di
2020). alami pasien, pasien akan membutuhkan
Asuhan keperawatan penyakit stroke pertolongan orang lain dalam pemenuhan
iskemik, salah satu diagnosa keperawatan yang kebutuhan perawatan dirinya.
muncul yaitu hambatan mobilitas fisik. Studi 3. Intervensi
kasus yang diterapkan oleh peneliti yaitu Tahap selanjutnya yaitu perencanaan,
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien perencanaan keperawatan merupakan tugas
dengan diagnosa medis Stroke Iskemik di Desa lanjut dari perawat setelah mengumpulkan data
Tanjung dan peneliti membahas pelaksanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.7 Desember 2022 7129
……………………………………………………………………………………………………...
pasien sesuai dengan pengkajian yang telah 4. Implementasi
dilakukan. Tahap ini ditetapkan tujuan dan Implementasi dilakukan setelah rencana
alternatif tindakan yang akan dilakukan pada keperawatan tersusun. Implementasi merupakan
tahap implementasi dalam upaya memecahkan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
masalah atau mengurangi masalah yang terjadi asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
pada pasien. keperawatan guna membantu penderita
Tujuan setelah dilakukan tindakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pasien mengalami yang dilakukan fleksi, ekkstensi, hiperekstensi,
peningkatan mobilitas fisik, dengan kriteria hasil abduksi, adduksi (ROM). Penulis melakukan
pasien meningkat dalam aktivitas fisik. Tindakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
ROM merupakan salah satu intervensi yang yang telah disusun sebelumnya. Hasil
diterapkan pada asuhan keperawatan pada Tn H, implementasi yang dilakukan pada pasien
tindakan ROM yang pasif ini meliputi fleksi, dengan hambatan mobilitas fisik dilakukan
ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi pada dengan menyesuaikan dengan kondisi pasien
ektremitas sebelah kanan bawah. Salah satu tanpa meninggalkan prinsip dan konsep
tanda dan gejala pada pasien stroke yaitu ada keperawatan.
kelemahan pada bagian ekstremitasnya sehingga Rencana tindakan masalah hambatan
menurut Potter & Perry, (2015) penatalaksanaan mobilitas fisik tidak semua dilakukan oleh
pasien post stroke yaitu rehabilitasi untuk penulis, tindakan yang dapat dilakukan adalah
mencegah kecacatan pada ekstermitasnya seperti mengukur vital sign sebelum dan sesudah latihan
latihan rentang gerak yang dilakukan oleh mobilisasi, kaji kemampuan pasien dalam
perawat ataupun fisioterapi, latihan rentang mobilisasi, ajarkan pasien tentang mobilisasi
gerak dilakukan agar tidak terjadi kontraktur dengan latihan ROM aktif dan ROM pasif,
ataupun atrofi otot. melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
Prinsip dasar latihan ROM antara lain yaitu secara mandiri sesuai kemampuan pasien,
ROM dikerjakan minimal 2 kali sehari, ROM menganjurkan kepada keluarga untuk
dilakukan pada pagi hari dengan rentang waktu mendampingi pasien saat mobilisasi dan
pemberian 15-20 menit dilakukan secara membantu dalam pemenuhan kebutuhannya,
perlahan dan hati-hati, hal ini bertujuan untuk mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana
meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas merubah posisi dan latihan ROM. ROM baik
dan kekuatan otot. Hal ini sejalan dengan pasif maupun aktif memberikan efek pada fungsi
penelitian yang dilakukan Agusrianto dengan motorik pada anggota ekstremitas atas pada
hasil bahwa latihan ROM selama 6 hari dengan pasien pasca stroke (Chaidir et al, 2014).
rentan waktu 15-20 menit masalah mobilitas fisik Mencegah hilangnya kemampuan
dapat teratasi dengan kriteria hasil pada keseimbangan tubuh dan postur dalam
ekstremitas kanan bawah skala 2 menjadi 3 melakukan pergerakan fisik, dapat diterapkan
(Agusrianto, 2020). Bagian-bagian tubuh yang latihan ROM, dan mengubah posisi pada pasien
dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, yang memiliki mobilitas sendi yang terbatas.
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. Latihan ini dilakukan untuk menjaga fungsi sendi
Latihan ROM dapat dilakukan pada semua serta memelihara dan mempertahankan kekuatan
persendian atau hanya pada bagian-bagian yang otot. Latihan mobilisasi tersebut harus dilakukan
dicurigai mengalami proses penyakit, melakukan pada pasien dengan hambatan mobilitas, karena
ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya jika tidak dilakukan akan mengakibatkan
setelah mandi atau perawatan rutin telah beberapa otot mengalami atrofi, kehilangan
dilakukan. tonus otot, dan kekakuan sendi (Potter & Perry,
2015).

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7130 Vol.3 No.7 Desember 2022
………………………………………………………………………………………………………….
Berdasarkan penelitian Mawarti, (2017) lanjut yaitu 64 tahun. Sehinggga kemampuan
yang berjudul Pengaruh Latihan ROM (Range Of untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi
Motion) Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan menurun sejalan dengan penuaan.
Otot Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada PENUTUP
pengaruh latihan ROM pasif 2x sehari terhadap Kesimpulan
peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke Penulis telah melakukan pengkajian
dengan hemiparise di paviliun flamboyan RSUD kepada Tn H yang dilakukan selama 3x24 jam,
Jombang. Dan peneliti menganjurkan untuk langkah-langkah yang digunakan oleh penulis
pemberian latihan ROM pasif 2x karena terbukti dalam pengkajian yaitu dengan metode
efektif pada masa rehabilitasi. wawancara, observasi, melakukan pemeriksaan
Menurut analisa peneliti, dengan fisik, dan dokumentasi hasil. evaluasi setelah
mengajarkan pasien mobilisasi seperti latihan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
ROM bertujuan untuk mencegah terjadinya rencana tindakan keperawatan, dilakukan
kekakuan pada sendi dan otot, karena jika sendi evaluasi untuk mengetahui dan memantau
dan otot yang lemah tersebut dibiarkan terus perkembangan dan menilai seberapa tingkat
menerus diam tidak digerakkan akan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
menyebabkan kekakuan dan sulit untuk telah dilakukan pada Tn W. Hasil evaluasi yang
digerakan kembali. Upaya yang dapat dilakukan dilakukan selama 3 hari hambatan mobilitas fisik
untuk mengurangi kekakuan dan kelemahan belum teratasi.
pada sendi dan otot pada pasien stroke iskemik
yaitu dengan mengajarkan pasien dalam DAFTAR PUSTAKA
mobilisasi seperti latihan ROM sehingga dapat [1] Affandi, I.G. & Reggy, P. (2016).
memberikan asuhan keperawatan secara Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial
profesional dan komprehensif kepada pasien pada Stroke. CDK, 43(3), 180–184.
5. Evaluasi [2] Agusrianto, A. and Rantesigi, N. (2020).
Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan Penerapan Latihan Range of Motion
keperawatan hambatan mobilitas fisik (Rom) Pasif terhadap Peningkatan
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot Kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien
pada tanggal 03 September 2022 didapatkan data dengan Kasus Stroke. Jurnal Ilmiah
subjektif sebagai berikut pasien mengatakan kaki Kesehatan.
kanan masih belum bisa digerakan. Data objektif [3] American Stroke Association. (2016).
seperti keadan umum baik, pasien sulit Primary prevention of ischemic stroke.
menggerakan kaki kanan, pasien tampak dibantu [4] Anggriani, A. et al. (2018). Pengaruh
aktifitasnya, kekuatan otot ekstremitas kanan 2 (Range of Motion) Terhadap Kekuatan
dan ROM mengalami keterbatasan. Tanda tanda Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non
vital pasien yaitu tekanan darah 120/ 80 mmHg, Hemoragik. 3(2), p. 64.
nadi 76x/ menit laju pernafasan 19x/ menit. [5] Annita, Deswita, Kudri, A. (2020).
Assessement diagnosa gangguan hambatan Perbedaan Kadar Hemoglobin, Nilai
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan Hematokritdan Jumlah Eritrosit Pada
kekuatan otot belum teratasi. Planning lanjutkan Stroke Iskemikdan Stroke Hemoragik.
intervensi. Menurut Ambarwati (2014) usia juga Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang 11 nomor 2 (Desember 2020)
dalam melakukan suatu kegiatan dalam [6] Basuki. (2018). Penerapan ROM (Range
mobilisasi pada individu lansia, dimana Of Motion) Pada Asuhan Keperawatan
ditemukan usia pada pasien yang memiliki usia Pasien Stroke Dengan Gangguan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.7 Desember 2022 7131
……………………………………………………………………………………………………...
Mobilitas Fisik Di RSUD Wates Kulon [18] Nurhidayat, S. & C. H. R. (2014). Buku
Progo. Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial
[7] Bustan. (2015). Manajemen pengendalian dan Gangguan Perderaran Darah Otak.
penyakit tidak menular. Rineka Cipta. Pustaka Baru.
[8] Chaidir R. & Zuardi M.I. (2014). Pengaruh [19] Nursalam. (2016). Konsep Penerapan
Latihan Range Of Motion Pada Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Ekstermitas Atas Dengan Bola Karet Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen
Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke Penelitian Keperawatan.Jilid I. Salemba
Non Hemorogi Di Ruangan Rawat Stroke Medika.
RSSN Bukittinggi Tahun 2014 [20] Potter, & Perry, A. G. (2015). Buku Ajar
[9] Gorman, Dafer, and L. (2022). Ataxic Fundamental Keperawatan: Konsep,
Hemiparesis: Critical Appraisal of a Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2.
Lacunar Syndrome Jakarta: EGC.
[10] .Herdianti, E ., Muhartono, H. dan [21] Padila. (2015). Asuhan Keperawatan
Kosoema, T.A. (2018). Hubunhan penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha
Tekanan Darah Ketika Masuk IGD Dengan Medika.
Keluaran Motorik Pasien Stroke Iskemik. [22] PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar
Jurnal Kedokteran Diponegoro Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Diponegoro Medikal Journal), Vol. 7, No . Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan
2 Pengurus PPNI.
[11] Indriyani, D. (2019). Upaya Peningkatan [23] Price A.S., & W. M. L. (2015).
Mobilitas Fisik Melalui Terapi Rom Pada Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Penyakit, Volume 2. EGC.
Hemoragik. Jurnal Publikasi Institut [24] Pudiastuti, D. R. (2013). Penyakit pemicu
Teknologi Sains dan Kesehatan. PKU stroke. Nuha Medika.
Muhammadiyah Surakarta [25] Puspitasari, P.N. (2020). Hubungan
[12] Kemenkes. (2019). In Riset Kesehatan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke.
Dasar 2018. Laporan Nasional Riskesdas jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Vol
2018. 12, No 2, (Desember 2020)
[13] Marwati, H. and farid (2017). Pengaruh [26] Rahayu. (2017). Pengaruh Pemberian
Latihan Rom (Range Of Motion) Pasif Latihan Range Of Motion (Rom) Terhadap
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Kemampuan Motorik Pada Pasien Post
Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparase. Stroke Di Rsud Gambiran.
[14] Mubarak W.I., Lilis I., J. S. (2015). Buku [27] Roberta, C. (2016). Hiperglikemi
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Salemba Berhubungan Dengan Keluaran Pasien
Medika. Stroke Iskemik Dan Hemoragik Rawat
[15] Mutiarasari. D (2019). Ischemic Stroke: Inap Di RSUP Dr. M. Djamil.
Simptoms, Risk Factor, And Prevention. [28] Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018).
Jurnal ilmiah kedokteran, Vol 6, No 1, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Medika Tadulako Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta:
[16] Muttaqin, A. & K. S. (2013). Gangguan Dewan Pengurus PPNI
Gastrointestinal Aplikasi. Asuhan [29] Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).
Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Standar Intervensi Keperawatan
Medika. Indonesia : Definisi dan Tindakan
[17] Notoatmodjo. (2016). Metodologi Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan
Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7132 Vol.3 No.7 Desember 2022
………………………………………………………………………………………………………….
Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
[30] Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
[31] Wardhana, A. W. (2016). Strategi
Mengatasi stroke dan bangkit dari stroke.
Pustaka Pelajar.
[32] Wartonah, T. &. (2015). Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 5.
Penerbit Salemba Medika.
[33] Wijaya, A.S dan Putri, Y. M. (2013).
Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Askep. Nuha Medika.

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai