RSUD SALEWANGENG
OLEH:
HARMIATI
PO.714.241.19.2.003
“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus CVD-SI Sinistra” telah disetujui untuk diajukan
sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik RSUD SALEWANGENG
Mengetahui,
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Azza Wa Jalla, yang telah
melimpahkan Rahmat beserta Hidayah-Nya sehingga penyusunan Laporan Kasus dengan judul
“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CVD-SI SINISTRA” dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk mendukung pelaksanaan Fisioterapi
Komprehensif
Laporan Kasus ini bisa terselesaikan dengan baik berkat arahan, dukungan, kesempatan dan
fasilisitasi dari berbagai sumbangsih dan pemikiran dari sahabat dan teman kelompok serta
komunikasi yang sangat baik dengan Clinical educator dan Preceptor dalam kegiatan Fisioterapi
Komprehensif ini.
Akhir kata, kami sangat berharap dengan adanya penyusunan makalah ini beserta segala
keterbatasan dan kekurangannya dapat memberikan sedikit kontribusi untuk menambah keilmuan
kita dalam ILMU FISIOTERAPI pada pendidikan yang sedang kami jalani. Besar harapan kami
agar para Dosen pembimbing dapat menuntun dan memberikan pelajaran dengan penuh kesabaran
atas segala keterbatasan kami ini. Oleh karena itu sebelum dan sesudahnya kami menghaturkan
banyak terima kasih atas peran serta semua pihak yang telah membantu.
Hormat Kami,
HARMIATI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke atau gangguan peredaran darah pada otak merupakan salah satu
sindrom yang diakibatkan oleh gangguan aliran peredaran darah ke otak yang
2013).
menjadi salah satu penyebab kecacatan kronik yang paling tinggi pada
sekitar 2,5 atau 250.000 orang yang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan
kejadian sebesar 1-2 per 1000 orang pada usia 45-54 tahun dan pada usia 75-
84 tahun angka kejadian meningkat menjadi 20 per 1000 orang. Selain itu
sebesar 4,0-5,0 per 1000 orang, diabetes melitus sebesar 1,5 – 3,0 per 1000
orang, merokok 1,5 – 2,9 per 1000 orang dan hiperlipidemia 1,0 – 2,0 per
seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah
et al., 2013).
penderita stroke, seperti gangguan pada fungsi vital otak yang menyebabkan
postur, gangguan sensasi, dan ganguan refleks gerak yang akan menurunkan
biasanya terjadi akibat adanya kelemahan dari otot-otot core stability (Tyson,
sehingga pasien mengalami kesulitan saat berdiri atau berjalan. Pasien pasca
stroke dengan kelumpuhan akan mengalami kesulitan mengontrol trunkus
salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
Stroke adalah sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi pada otak fokal
atau global dengan tanda dan gejala yang terjadi selama 24 jam atau lebih,
sindrom yang terjadi ini dapat menimbulkan kematian tanpa adanya penyebab
disebabkan adanya gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai
hasil dari infark cerebri (stroke iskemik) (America Heart Association- AHA,
2015).
kematian ketiga di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker (Bartoli et al,
ditemukan dalam 15-20% sisa stroke (Goldszmidt and Caplan, 2013). Penentuan
(Gofir, 2009). Tanda pasti yang dapat dilihat pada penderita stroke adalah
berkurangnya fungsi motoric. Selain itu, efek dari terjadinya stroke juga dapat
buta separuh lapang pandang, dan devisit batang otak (De Freitas et al, 2009).
dapat diberikan berupa latihan fisik. Latihan ini dapat diberikan selama 4
minggu dengan latihan 2 kali dalam seminggu dengan durasi 1 jam pada setiap
latihannya. Latihan fisik dapat diartikan sebagai gerakan yang terencana serta
disusun secara rapi serta akan dilakukan guna memelihara atau memulihkan satu
atau lebih aspek kebugaran (Hentu, 2018). Semakin cepat dilakukan rehabilitasi
pada pasien stroke maka semakin besar juga pengembalian fungsi gerak tersebut
(Purwanti, 2008).
B. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan masalah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Stroke
fungsi otak fokal atau global yang bersifat akut dan terjadi secara
yang mengarah ke otak, atau embolus yang terlepas dari jantung atau
penyebab ini banyak terjadi hampir 85% dari kasus stroke iskemik.
Sekitar 5-10% diakibatkan oleh gangguan darah, peradangan dan
infeksi. Dan penyebab stroke ini sering terjadi pada usia muda.
2. Keseimbangan
a. Keseimbangan Statis
b. Keseimbangan Dinamis
1. Otak
pusat dari semua alat tubuh. Otak terdiri dari bagian sistem saraf
Menurut Hines 2013, secara garis besar otak dibagi menjadi tiga
a. Cerebrum
1) Lobus frontal
2) Lobus parietalis
memori
3) Lobus Oksipital
gerakan
4) Lobus temporal
b. Cerebellum
pergerakan mata
gerakan refleks.
2. Vaskularisasi Otak
arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri
ke otak.
Gambar 2.3 Circulus Wilis
Sumber: Anatomy of the Brain
C. Epidemiologi
dibandingkan pada tahun 2007 sekitar 8,3 per 1000 penduduk mengalami
stroke.
sebanyak 11/8 persen, pada usia 45-65 tahun sebanyak 54,2 persen dan
pada umur >65 tahun sebanyak 33,5 persen. Pada umumnya angka
laki- laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada
lebih tinggi dari di desa sebesar (8,2‰). Prevalensi lebih tinggi pada
D. Etiologi
1. Faktor Modifikasi
a. Hipertensi
2009).
b. Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan faktor resiko terjadi stroke.
awal. Jika arteri pada jantung yang terpengaruh, arteri pada otak
c. Kolesterol
dinding arteri dan berjalan hingga arteri otak. Kolesterol darah tinggi
dapat dikurangi dengan diet dan olahraga, dan jika diperlukan dapat
stroke. Arti modifikasi pada faktor resiko ini adalah tiap individu
2. Faktor Non-Modifikasi
a. Usia
b. Jenis Kelamin
pada pria dibandingkan pada wanita, dan ini berlaku untuk seluruh
kelompok usia, kecuali dari 35-44 tahun dan seseorang yang berusia
E. Patofisiologi
nutrisi akan terhenti. Darah tersebut tidak sampai pada otak dan
menghentikan aktivitas kerja otak secara tiba-tiba. Jika hal tersebut terjadi
menimbulkan kematian sel. Hal inilah yang disebut dengan Stroke Iskemik
(Silva, 2014).
Stroke Iskemik terbagi menjadi dua tipe, yaitu trombotik dan embolik.
penggumpalan sel darah (trombosit) atau zat lain yang biasanya ditemukan
dalam darah. Pada stroke emboli juga disebabkan oleh gumpalan dalam
arteri, tetapi dalam kasus ini bekuan (embolus) terbentuk di tempat lain
selain di otak itu sendiri. Bekuan darah (misal dari jantung) atau lemak
(misal dari arteri lain) seperti di leher yaitu penyakit arteri karotid keluar
semua informasi yang seharusnya sampai pada otak dan tidak tejadi proses
F. Manifestasi Klinis
2. Hilangnya sensorik dan motorik, paling nyata pada muka, leher dan
ekstremitas atas.
8. Sakit kepala
G. Prognosis
Jumlah pasien stroke hemoragik relatif lebih sedikit, tetapi kasus yang
meninggal lebih besar daripada kasus yang bertahan hidup, karena stroke
hanya 20%. Hal yang sama dikemukakan peneliti bahwa lokasi stroke
prognosis dan tipe stroke ini memiliki prognosis yang lebih buruk
klinis. Penelitian Wardlaw, dkk (1998) didapatkan data pada 993 pasien
hidup sebesar 2,5 kali. Penelitian de Jong, dkk (2002) didapatkan data pada
333 pasien memperlihatkan bahwa pasien stroke dengan lebih dari satu
infark lakuner memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
satu infark lakuner. Angka mortalitas yang lebih tinggi (33% VS 21%),
angka frekurensi stroke yang lebih tinggi (21% VS 11%), dan nilai status
lebih dari satu. Pada kasus stroke perdarahan, angka mortalitas relatif lebih
saat masuk RS, dan ukuran hematoma. Penelitian Kiyohara, dkk (2003)
H. Komplikasi
progresif seperti tumor otak yang tumbuh. Setelah cedera terjadi, gejalanya
malnutrisi, luka bakar parah, penuaan serta berbagai penyakit serius dan
jantung, infeksi, atau imobilisasi lama dari anggota gerak (Wijaya, 2013).
tinggi dari normal yang disebabkan oleh hilangnya Kontrol supra spinal
2016).
kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan oleh
adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan dari luar yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa, gangguan ini terjadi pada
individu yang berada diatas kursi atau diatas tempat tidur, seringkali pada
7. Joint stiffness atau kaku sendi yang terjadi akibat imobilisasi yang terlalu
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer & Bare (2008); Black Hawks (2005) dalam Damhudi
spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri, ada tidaknya oklusi atau
ruptur.
bentuk arteri-vena.
(Pudiastuti, 2013).
J. Teknologi Fisioterapi
K. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Identitas Pasien
Data yang terdapat dalam identitas pasien ini berupa nama, jenis
masuk, diagnosa medis dan medika mentosa. Data tersebut harus diisis
2. Asesmen/Pemeriksaan
a. Anamnesis
dilakukan meliputi:
1) Keluhan Utama
2) Keluhan Penyerta
fisioterapi.
5) Riwayat Sosial
kesehatannya.
6) Kemampuan Sebelumnya
7) Goal/Harapan Pasien
b. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
scale (GCS).
2) Tekanan Darah
3) Nadi
pasien.
4) Pernafasan
c. Pemeriksaan Fisioterapi
1) Observasi
2) Kemampuan Sensorik
3) Kondisi Keseimbangan
tubuh.
4) Koordinasi
5) Kemampuan Fungsional
sebagai berikut:
a) Makan
b) Kebersihan diri
c) Berpakaian
d) Defekasi
e) Miksi
f) Penggunaaan toilet
g) Transfer
h) Mobilitas
i) Naik tangga
6) Analisa Gerakan
b) Kualitas Gerakan
c) Kompensasi
d) Pola Gerakan
e) Gerakan Involunter
7) Deformitas
a) Ashworth scale
(normal)
(ringan).
(4) Nilai 2 : kenaikan yang lebih jelas dalam tonus otot,
mudah (sedang).
berat).
kaki dan tandai lagi pada dinding sejajar ujung jari subjek.
Prosedur tes :
Pasien berdiri tegak dan rileks dengan sisi tubuh yang kuat
Skor normal :
Petunjuk Umum:
Klien diminta untuk melepaskan alas kakinya. Klien
Jenis tes:
yang keras
Skor normal:
huruf f.
d. Pemeriksaan Penunjang
3. Diagnosa Fisioterapi
data dan pemeriksaan yang telah dilakukan. Saat ini, dalam menentukan
a. Problematika Fisioterapi
pasien.
2) Activity Limitation
3) Participation Restriction
terhadap lingkungannya.
4. Perencanaan Fisioterapi
5. Intervensi Fisioterapi
a. Intervensi Fisioterapi
problem solving.
6. Evaluasi
Stroke
Hemoragik Iskemik
Trunk Control
UE dan LE Sinistra
Hypertone
M. Hamstring Spastik menurun
standing balance
Meningkatnya
Kelemahan
Strengthening
Exercise
Core
Gangguan
MRP
kontrol postural
Meningkatnya
Keseimbangan
BAB III
STATUS KLINIS
A. IDENTITAS KLIEN
1. No. MR : xx-xx-xx-xx
2. Nama : Tn. YS
6. Agama : Islam
B. ASESMEN/PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
anggota gerak tubuh sisi kiri saat os baru bangun tidur jam 04.00
tanpa tongkat.
e. Riwayat Sosial
f. Kemampuan Sebelumnya
Dapat beraktifitas sehari-hari secara mandiri
g. Goal/Harapan Klien
2. Pemeriksaan Umum
d. Pernafasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisioterapi
a. Observasi
Keterangan:
: Nyeri
: Hipertonus
: Hipotonus
: Kelemahan
: Spastik
b. Kemampuan Sensorik
sentuhan
2) Soft palpation: os mampu merasakan raba halus dan kasar
tumpul
c. Kondisi Keseimbangan
d. Koordinasi
e. Kemampuan Fungsional
1) Barthel Index
a) Makan 5
b) Mandi 0
c) Kebersihan diri 5
d) Berpakaian 5
e) Defekasi 10
f) Miksi 10
g) Penggunaan toilet 5
h) Transfer 5
i) Mobilitas 5
j) Naik tangga 0
+
50
b) Posisi berdiri
2) Kompensasi Gerakan
3) Pola Gerakan
4) Gerakan
Involunter Tidak
ada
g. Deformitas
Tidak ada
h. Asymmetry
- Inspeksi Statis
- Inspeksi Dinamis
Pasien sedang keadaan bedrest dan sulit untuk berpindah posisi baring.
42
- Palpasi
5) Suhu : DBN.
7) Oedem :-
8) Tenderness :-
i. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
4. Restrictive
jogging.
5. Tissue Impairment
a. Psikogen : Kecemasan.
ektremitas inferior.
d. Osteoartrogen: -
6. Specific Test
a. Vital Sign
TD : 145/85 mmHg
R : 20x/ menit
b. Zona latihan:
DL = DI + (30%-40%)(220-Usia-DI)
DI = 115,5 DI = 124
Batas denyut nadi latihan untuk pasien adalah antara 115,5 – 124 x/m.
Ket:
DNI : Denyut nadi istirahat
DNM : Denyut nadi maksimum
Nyeri diam :0
Nyeri gerak :0
Nyeri tekan :0
d. Tes Sensorik
sensasi.
45
4) Ekstremitas inferior dextra :5
f. Pemeriksaan Indeks
Barthel Hasil : 9
Morse) Hasil : 25
46
DeviasiRadial 0° DBN
Fleksi 0° DBN
Ekstensi 0° DBN
Abduksi 0° DBN
Hip
Adduksi 0° DBN
Eksorotasi 0° DBN
Endorotasi 0° DBN
Fleksi 0° DBN
Knee
Ekstensi 0° DBN
Dorsofleksi 0° DBN
Plantarfleksi 0° DBN
Ankle
Inversi 0° DBN
Eversi 0° DBN
7. Pemeriksaan Laboratorium
47
NRBC 0,000 33,0-66,0 103/uL
NEUT 13,60 19,0-45,0 103/uL
LYMPH 0,90 1,0-8,1 103/uL
MON 1,18 1,0-3,1 103/uL
EOS 0,71 0,0-1,0 103/uL
BASO 0,06 0,0-72,0 103/uL
IG 0,11 0,00-99,99 103/uL
Kimia Darah (05 September 2019)
GDP 75 <110 mg/dl
GD2PP 112 < 200 mg/dl
Albumin 3,4 3,5-5,0 gr/dl
Kolesterol total 157 200 mg/dl
Kolesterol HDL 23 L (> 55), P (> 65) mg/dl
Kolesterol LDL 98 <130 mg/dl
Trigliserida 110 0-200 mg/dl
Urinalisa (09 September 2019)
Ureum Urine 8 12-20 gr/24 jam
Kimia Darah (13 September 2019)
GDS 102 140 mg/dl
Ureum 37 10-50 mg/dl
Kreatinin 0,90 L(<1,3), P (<1,1) mg/dl
SGOT 138 <38 U/L
SGPT 264 <41 U/L
Albumin 3,6 3,5-5,0 gr/dl
Natrium 145 136-145 mmol/l
Kalsium 3,9 3,5-5,1 mmol/l
Klorida 115 97-111 mmol/l
C. Diagnosa Fisioterapi
1. Problem
Primer
Kelemahan otot
2. Problem Sekunder
b. Nyeri
d. Mencegah dekubitus
3. Problem Kompleks
E. Tujuan Fisioterapi
c. Menurunkan nyeri
e. Mencegah decubitus
F. Intervensi Fisioterapi
G. Evaluasi Fisioterapi
intervensi, biasanya setiap tiga kali dan atau setelah enam kali setelah
tindakan fisioterapi.
patofisiologi kondisi pasien atau adanya problem baru yang muncul dimana
H. Home Program
ke arah side lying atau supine tiap kurang lebih sepuluh menit untuk
I. Modifikasi
J. Kemitraan
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Hematologi
atau prose metabolic toxic dan inflamasi yang dapat meningkatkan kebutuhan
yang diberikan oleh fisioterapis (pasien mudah lelah). Prinsip Fisiotetapi pada
(ditunda)
otot. Kondisi leukositosis dan leukopeni yang tinggi juga memerlukan oksigen
yang sehingga jika diberikan latihan, pasien akan bernafas cepat dan dangkal
sebagai kompensasi pemenuhan kebutuhan oksigen di jaringan dan hal ini akan
menyebabkan sesak nafas. Apabila kadar leuokosit melebihi dari batas normal
maka dicurigai adanya infeksi atau radang akut, maka aksi FT sementara
ditunda. Pada pemeriksaan leukosit pada pasien Tn.A nilai WBC sebanyak
pendarahan intraserebral (Kim et al, 2005). Pemeriksaan kimia darah pada Tn.
A menunjukkan tingginya nilai SGOT sebesar 138 U/L dan SGPT 264 U/L.
energi di dalam siklus krebs yang biasanya organ jantung, hati, ginjal, pankreas
karena adanya masalah pada sistem energi pada organ-organ tersebut. Prinsip
miokard akut atau adanya pendarahan pada hati, kondisi ini absolut tidak bisa
memelihara
lingkup gerak sendi pasien serta mencegah terjadinya stiffness. Selain itu, perlu
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
American Stroke Association & American Heart Association (AHA). 2015. The
Stroke Family Caregiver.
Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin
Kementrian kesehatan RI. 2013. Data Riset kesehatan Dasar.
Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin
Kementrian kesehatan RI. 2018. Data Riset kesehatan Dasar.
Bartoli F., et al. 2013. Depression after Stroke and Risk of Mortality: A Systematic
Review and Meta-Analysis. Stroke Research and Treatment. 2013:1-11.
Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Cameron A, Joel J, Heidelbaugh & Masahito Jimbo. (2013). Diagnosis and office-
based treatoment of urinary incontinence in adults. Therapeutic
Advances in Urology, 181.
Centers for Disease Control and Prevention.2004. Data collection of primary
central nervous system tumors. National Program of Cancer Registries
Training Materials. Atlanta, Georgia: U.S. Department of Health and
Human Services Centers for Disease Control and Prevention. Pp. 16-25.
Damhudi, Dedi. 2008. Tesis Efektifitas Pengkajian Metode NIHSS dan ESS
(Fokus Neurologi) dalam mebuat Diagnosa Keperawatan Aktual pada
Pasien Stroke Berat Fase Akut di RSUP Fatmawati Jakarta. Jakarta:
Univesitas Indonesia.
De Freitas G. R., Christoph D. D. H., Bogousslavsky J. 2009. Topographic
Classification Of Ischemic Stroke, In Fisher M. (Ed). Handbook Of
Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd Series). Elsevier BV.
DiLegge S., et al. 2012. Stroke Prevention: ManagingModifiable Risk Factors.
Stroke Research and Treatment. 2012:1-1.
Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Student & Junior
Doctors. 11th edition. USA: Blackwell Publishing.
Fanzani, Alessandro et al. 2012. Molecular and cellular mechanism of skeletal
muscle atrophy: an update. J Cachexia Sarcopenia Muscle. 2012 Sep;
3(3): 163–179. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3424188/
Florensya, C., & Ardikal. (2013). Anatomi Fisiologi. Jakarta Timur.
Ginsberg L., 2008. Lecture Notes Neurology. Jakarta: Erlangga.
Gofir A., 2009. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press. Goldszmidt A.J., Caplan L.R., 2013. Stroke Esensial. Jakarta:
Indeks.
Gofir A., 2009. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press. Goldszmidt A.J., Caplan L.R., 2013. Stroke Esensial. Jakarta:
Indeks.
Guyton A.C., Hall J.E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hentu, Ardin S. 2018. Tesis Efektifitas Latihan Range of Motion (ROM) dan
Gerakan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Menggenggam dan Fungsi
Menggenggam Pada Pasien Stroke Di RSUD Sleman. Yogyakarta:
Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Handayani, F. 2013. Angka Kejadian Serangan Stroke Pada Wanita Lebih Rendah
Daripada Laki-Laki. Jurnal Keperawatan Medical Bedah. Vol 1/ no.
1:2013. Diakses pada tanggal 17 November 2015 pukul 19.00
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1229067&val=5087
Junaidi, Iskandar, 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.
Khan M.N., Khan H.D., Ahmad M., Umar M., 2014. Serum Total and HDL-
Cholesterol in Ischemic and Hemorrhagic Stroke.Ann. Pak.Inst.Med.
Sci.10 (1): 22-6.
Kim, H.C. et al. 2005. Elevated Serum Aminotransferase Level as a Predictor of
Intracerebral Hemorrhage: Korea Medical Insurance Corporation Study.
Stroke 36, p. 1642-1647.
Muttaqin, A. (2011). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
National Pressure Ulcer Advisory Panel. (2014). Pressure Ulcer Category/Staging
Illustrations. Diakses 13 September 2019 dari
http://www.npuap.org/resources/educational-and-
clinicalresources/pressure-ulcer-categorystaging-illustrations/.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Pinzon R., Asanti L. 2010. Awas Stroke! Pengertian, gejala, tindakan, perawatan,
dan pencegahan. Yogyakarta Andi: 1-4.
mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
Kriteria Penilaian:
Nilai/
Kategori Interpretasi
Skor
5 Normal Full ROM, menahan tahanan maksimum
4 Baik Full ROM, menahan tahanan sedang
Full ROM, melawan gravitasi dan mampu
3+ Cukup +
melawan tahanan minimum
3 Cukup Full ROM melawan gravitasi
Full ROM tanpa pengaruh gravitasi, lebih
3- Cukup -
dari setengah ROM melawan gravitasi
Full ROM tanpa pengaruh gravitasi, kurang
2+ Lemah +
dari setengan ROM melawan gravitasi
2 Lemah Full ROM tanpa pengaruh gravitasi
2- Lemah - Parsial ROM tanpa pengaruh gravitasi
Sedikit kontraksi (Inspeksi atau Palpasi),
1 Sangat Lemah
tanpa ada gerakan sendi
Tidak ada kekuatan
0 Tidak ada kontraksi sama sekali
sama sekali
Lampiran 3. Resiko Jatuh (Skala Morse)
Keterangan:
Risiko Tinggi : ≥45
Risioko Sedang : 25-44
Risiko Rendah : 0-24
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
kesimpulan bahwa pasien Tn. YS dengan keluhan kelemahan pada sisi tubuh
bagian kiri yang disebabkan oleh CVD SI. pada kasus CVD SI dirasa belum
dilakukan terkendala oleh waktu dan jadwal sesi terapi yang diberikan blum
B. Saran