Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CVA (Cerebro Vaskuler Accident) merupakan penyakit atau gangguan


fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologic) akibat terhambatnya
aliran darah ke otak. WHO mendefinisikan CVA adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global
(menyeluruh) yang berlangsung cepat dari 24 jam atau lebih, yang dapat
menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain selain gangguan vaskuler
(Ahmad, 2016). Kejadian CVA dapat menimbulkan kecacatan bagi penderita yang
mampu bertahan hidup. Salah satunya hambatan mobilitas fisik yang
mengakibatkan suatu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun
lebih pada ekstermitas secara mandiri dan terarah, seperti kelemahan otot dan
kerusakan fungsi yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik yaitu
gangguan neuromuskuler (Hermand, 2012).

Menurut WHO (World HealthOrganization) tahun 2015, kematian akibat CVA


sebesar 75% di seluruh dunia disebabkan oleh darah tinggi. Menuruthasil
Riskesdas2018, jumlah penderita CVA di indonesia berdasarkan diagnose tenaga
kesehatan (Nakes) diperkirakan sebesar 10,9%. Berdasarkan Nakes tahun 2015
Jawa Timur memiliki estimasi jumlah penderita sebanyak 1.800 orang. Faktor
pencetus terjadinya resiko CVA seperti hipertensi, merokok, penyakit jantung,
kurang aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, dan diabetes millitus. Kelemahan atau
kelumpuhan otot ekstermitas pada klien CVA dapat dipulihkan dengan fisioterapi.
Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin secara tepat dan cepat optimal serta
mencegah terjadinya kontraktur dan memberikan dukungan psikologis pada klien
dan keluarga klien.

1
Mobilisasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan guna mencegah
kelumpuhan pada penderita stroke. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi. Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Tujuan mobilisasi atau
mobilitas yaitu; memenuhi kebutuhan dasar manusia, mempertahankan interaksi
sosial dan peran sehari-hari, mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
(Hidayat, 2012).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan


menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu; mobilisasi dimana pasien
dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu oleh orang lain secara total
atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu; dimana pasien dalam menggerakkan
tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Secara psikologis
mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerak dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau
keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat
mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.

Hambatan mobilitas fisik akan terjadi pada pasien CVA Infark yang
mengalami gangguan pada kekuatan otot, maka akan berdampak pada saat
melakukan aktivitas sehari-hari. Biar tidak mengalami gangguan pada kekuatan
ototnya maka perlu diberikan mobilisasi kepada pasien seperti dengan
memberikan terapi range of motion atau ROM (Ariani, 2012). Peran perawat pada
pasien CVA Infark dengan hambatan mobiltas fisik adalah melakukan asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

2
menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan analisis data, merencanakan,
melaksanakan dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap masalah
yang dihadapi (Kusuma, 2015). Oleh karena itu, permasalahan kebutuhan dasar
mobilisasi atau mobilitas harus diperhatikan.

Pelayanan keperawatan pasien stroke dilakukan melalui kegiatan peningkatan


kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),
pemulihan (rehabilitatif), secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan di
pelayanan dasar maupun spesialistik (Depkes, 2012). Perawat memiliki peran
penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada proses
rehabilitasi dengan cara menggunakan pendekatan upaya promotif dan preventif
untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.Upaya pencegahan (preventif) dilakukan
untuk mengendalikan serangan ulang dan mencegah kecacatan. Upaya promotif
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien stroke dan keluarga yang memberikan
perawatan di rumah (Mulyatsih, 2010).

Rehabilitasi pada pasien stroke bertujuan untuk memperbaiki mobilitas dan


pencapaian perawatan diri secara mandiri oleh pasien. Proses penyembuhan dan
rehabilitasi pasien stroke dapat terjadi dalam waktu lama, yang membutuhkan
kesabaran dan ketekunan pasien dan keluarga. Dalam masa rehabilitasi seringkali
pasien stroke malas untuk melakukan latihan dalam menjaga mobilitas seperti
melakukan latihan rentang gerak, maka dari itu sangat diperlukan dukungan dari
keluarga untuk memberikan pengertian kepada pasien dan melatih serta
membantu pasien untuk selalu melakukan latihan rentang gerak (Brunner &
Suddarth, 2012) .

Pentingnya pemenuhan kebutuhan klien akan mobilisasi selama dilakukan


perawatan, menarik minat penulis untuk dilakukan studi kasus tentang “ Asuhan
Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik pada Pasien CVA Infark di RS Adi
Husada Undaan Wetan Surabaya”.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai


berikut “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasien
CVA Infark di RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya?”

1.3 Tujuan Studi Kasus

Diketahuinya asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien CVA


Infark di RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya

1.4 Manfaat Studi Kasus


1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil Studi kasus ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan


informasi kepada masyarakat mengenai asuhan keperawatan gangguan mobilitas
fisik pada pasien CVA infark di RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya

1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil studi kasus ini menambah informasi baru sebagai bahan


perbandingan serta referensi perkembangan ilmu keperawatan mengenai asuhan
keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien CVA infark RS Adi Husada
Undaan Wetan Surabaya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati., 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Satria Offset.

Ariani, T., 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika.

Hemand, T. H., 2015. Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan : definisi


& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Hidayat., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
jantung.pdf

https://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf

Kusuma.H, N. d., 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis&NIC-NOC.


Jogjakarta.

Mulyatsih E dan Ahmad A., 2010. Stroke; Petunjuk Perawatan Pasien Pasca
Stroke di Rumah. Jakarta: FK Universitas Indonesia.

Smeltzer C, Suzanne, Brunner & Suddarth., 2013. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Edisi 8 volume 1. Jakarta EGC

Smeltzer C, Suzanne, Brunner & Suddarth., 2013. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai