DISUSUN
Oleh :
Nama : Fahdia Gusti Rahayu
Nim: 1814201204
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien dengan fase
kritis dengan satu atau lebih gangguan fungsi sistem organ vital manusia yang
Pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien
dalam keadaan terancam jiwanya karena kegagalan satu atau multipel organ
untuk mengenali syok sedini mungkin pada pasien kritis. Pasien Kritis dengan
masa rawat yang lama akan menimbulkan banyak masalah kesehatan yang
246.151 (7,6%) merupakan pasien kritis kronis. Pasien kritis kronis dengan
sepsis (63,7%) dan yang lainnya seperti stroke, luka parah, cidera kepala dan
tracheostomy (Kahn et al, 2017). Penelitian Iyer (2019) di ruang ICU pada 100
Perawat merupakan salah satu bagian dari team ICU, yang mempunyai
ruang lingkup luas, karakteristik unik serta peran yang penting dalam
intervensi yang diberikan berupa perubahan posisi pasien dilakukan tiap 2 jam.
Pasien yang dirawat di ruang ICU dengan gangguan status mental misalnya
oleh karena stroke, injuri kepala atau penurunan kesadaran tidak mampu untuk
merasakan adanya tekanan namun mereka tidak bisa mengatakan kepada orang
lain untuk membantu mereka mengubah posisi. Bahkan ada yang tidak mampu
(Hidayati, 2020).
Prevalensi stroke di Indonesia menurut diagnosis tenaga medis pada populasi usia ≥15
tahun urutan tiga teratas yaitu di Provinsi Kalimantan Timur 14,7%, Provinsi Daerah
stroke di Sumatera Barat diperkirakan sebesar 7,4 per mil (Riskesdas, 2018).
Prevalensi penyakit stroke pada umur ≥15 tahun 2017 di Sumatera Barat naik
dari 7,4% menjadi 12,2% dimana juga terjadi peningkatan pada usia 15-24
tahun (0,2% menjadi 2,6%) usia 25-34 tahun (0,6% menjadi 3,9%) usia 35-44
tahun (2,5% menjadi 6,4%) (Hasil Riskesdas, 2018). Data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 didapatkan data bahwa
Stroke merupakan masalah berat bagi pasien, karena sesudah stroke pasien
sehari hari seperti sebelum sakit. Pasien sering mengeluh dan merasa bersalah, ini
adalah tanda bahwa pasien stroke mengalami penurunan harga diri (Pertamita, 2017).
Masniah, (2017) berpendapat bahwa penyintas stroke akan menjalani kehidupan sehari
hari dengan kelemahan fisik dalam waktu yang lama dan berdampak pada masalah
fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh
ke dalam gagal fungsi organ multipel. Perawat sebagai bagian dari tim
kasus stroke dan cidera kepala pada umumnya akan memberi dampak pada
tekanan darah menjadi tidak stabil (Hidayati, 2020). Pasien kritis yang
kemampuan secara aktif yang dapat mengganggu darah dan kerja jantung. Oleh
darah, heart rate, indikator perfusi perifer, pernapasan, produksi urine, saturasi
Pada tiga hari pertama bedrest,volume plasma akan berkurang 8%-10% dan
jantung, peningkatan masa istirahat dari denyut jantung dan penurunan volume
berasal dari dalam diri sebagai manifestasi perubahan fisiologi tubuh akibat
dari penyakit yang dideritanya.Selain itu stimulus dapat berasal dari luar
disebabkan oleh suatu penyakit misalnya stroke atau cerebral injury tidak
pasien merasakan adanya tekanan namun mereka tidak bisa mengatakan pada
orang lain untuk membantu merubah posisi. Dampak yang mungkin terjadi
pada pasien dengan penurunan kesadaran antara lain kerusakan mobilitas, jalan
nafas yang tidak paten, sirkulasi yang dapat terganggu akibat imobilisasi dan
tahapan: Head of Bed (HOB), latihan Range of Motion (ROM) pasif dan aktif,
hemodinamik yang baik. Pada posisi duduk tegak kinerja paruparu baik dalam
mobilisasi. Proses sirkulasi darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh dan
perubahan gravitasi tubuh. Sehingga perfusi, difusi, distribusi aliran darah dan
kepada pasien kritis di ruangan Intensive Care Unit yang direncanakan secara
diberikan mobilisasi progresif level 1 pada posisi Head of Bed, gravitasi akan
oksigen dalam paru-paru) yang lebih baik sehingga oksigen yang diikat oleh
saat diberikan ROM pasif pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
maka kebutuhan oksigen dalam sel meningkat, sebagai respon normal dari
sel oleh karena itu nilai saaturasi oksigen juga meningkat. Kemudian saat
pasien diberikan posisi miring kanan dan miring kiri maka akan terjadi
peningkatan ventilasi paru dan pertukaran gas akan lebih optimal dan
dapat mencegah dekubitus (p= 0,000) dan meningkatkan saturasi oksigen (p=
0,000).
4 tempat tidur. Pada bulan Januari- Mai 2022 jumlah pasien stroke dengan
ICU hanya diberikan perubahan posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Tahun 202.
2. Tujuan Khusus
Tahun 2022
D. Manfaat Penelitian
penelitian ini adalah seluruh pasien stroke yang dirawat diruang ICU
secara uji t-test. Penelitian ini dilakukan dengan cara sebelum diberikan
1. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
perawatan intensif.
peristiwa yang menakutkan yang terjadi di masa depan yang tidak bisa
dikendalikan, dan jika itu terjadi akan dinilai menjadi sesuatu yang
dasar.
iatrogenic.
orang lain
3. Krietria prioritas pasien masuk menurut Pedoman Pelayanan Instalasi
Rawat Intensif :
1. Pasien prioritas 1
2. Pasien prioritas 2
3. Pasien priorotas 3
pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh antara lain pasien
dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial
1. Definisi Stroke
Stroke adalah cedera vascular akut pada otak yang bersifat mendadak
Stroke adalah serangan akut mendadak dari disfungsi otak fokal dan
global yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, yang berlangsung
fokal dan global yang disebabkan oleh obstruksi aliran darah otak yang
disebabkan oleh perdarahan atau obstruksi, dan gejala serta tandanya sesuai
dengan bagian otak yang terkena. Orang yang bisa sembuh total, cacat atau
sel-sel saraf neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian
otak. Secara spesifik hal itu terjadi karena terhentinya aliran darah ke otak
iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat melakukan kegiatan mandirinya lagi.
Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemoragik mencapai 40-
80% dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama (Nassisi, 2016).
stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan darah dan oksigen
2. Klasifikasi Stroke
Ada dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Menurut Suiraoka (2016) secara umum stroke dapat terbagi atas dua
bagian yaitu :
a. Stroke hemoragik
darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Sebagian besar kasus stroke
bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah
terdiri dari :
atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.
Hampir sebagian besar pasien atau sekitar 83% mengalami stroke jenis ini.
3. Penyebab Stroke
dan emboli. Akibat penyakit lain atau karena bagian otak terluka dan
darah. Akibatnya fungsi otak terhenti dan fungsi otak menurun (Nasution,
2019).
Fazriesa, 2017).
proporsi stroke iskemik 74,0% dan proporsi stroke hemoragik 26,0%. Stroke
gangguan aliran darah ke otak, yang disebabkan oleh penyumbatan otak atau
pembuluh darah, (4) Penyebab lain, dan (5) Penyebab tidak diketahui
(Mutiarasari, 2019).
stroke sangatlah beragam, yaitu faktor yang tidak dapat dirubah (non
reversible), faktor yang dapat dirubah (reversible) dan kebiasaan hidup, yaitu
sebagai berikut :
disbanding wanita
2) Umur : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung
3) Kolestrol tinggi
4) Obseitas
5) Diabetes Melitus
6) Polisetemia
7) Stres emosional
c. Kebiasaan hidup
1) Merokok
2) Peminum alkohol
3) Obat-obatan terlarang
atau leher).
arteritis bakteri.
2) Infark miokardial.
3) Fibrilasi arteri.
e. Perdarahan
2) Perdarahan subaraknoid.
3) Ruptur anurisma.
4) Arteri venous malformation.
resiko yang tidak dapat di ubah dan faktor resiko yang dapat diubah.
1) Umur
umur memasuki 55 tahun keatas, resiko stroke meningkat dua kali lipat
setiap kurun waktu 10tahun. Namun bukan berarti stroke hanya terjadi
2) Jenis Kelamin
Resiko stroke pada pria lebih tinggi 20% daripada wanita. Namun
dibandingkan pria.
3) Garis Keturunan
transien iskemik.
4) Ras atau Etnik
5) Diabetes
6) Arterosklerosis
7) Penyakit Jantung
1) Obesitas
secara rutin 30-40 menit per hari dapat mengurangi resiko tersebut.
3) Merokok
serangan jantung.
membentuk plak.
stroke.
Oksigen sangat penting untuk otak jika terjadi hipoksia seperti yang
sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit
(AHA, 2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri
serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher (Ahmad, 2018).
terjadi iskemik.
jaringan otak.
pada aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui
batas krisis terjadi pengurangan darah secara drastic dan cepat. Obstruksi
suatu pembuluh darah arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area
yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi pembuluh darah
a. Mendadak mati rasa pada muka, lengan tangan atau kaki di satu sisi atau
bagian tubuh.
e. Pusing yang tidak dapat dijelaskan, berjalan yang tidak stabil atau jatuh
kemudian hari.
7. Penatalaksanaan
1) Tujuan terapi :
b) Mengatasi perdarahan.
2) Sasaran terapi :
a) Penyebab stroke hemoragik.
b) Perdarahan.
c) Tidak merokok.
b. Terapi farmakologi :
8. Komplikasi Stroke
stroke yaitu :
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus
karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan
31% menderita depresi pada 3 bulan pasca stroke dan keadaan ini lebih
9. Pencegahan Stroke
Pencegahan primer dilakukan kepada mereka yang masih sehat dan belum
a. Pencegahan primer
1) Menghindari kegemukan
Pencegahan stroke perlu dilakukan dengan menghindari
Untuk itu pola konsumsi harus diubah yaitu dari yang cenderung tinggi
karbohidrat dan lemak menjadi banyak sayur dan buah yang tinggi
serat. Dari sumber protein hewani gantikan posisi daging dengan ikan,
karena ikan memiliki kandungan lemak yang jauh lebih baik bagi
2) Menghindari stress
3) Menghidari minum alkohol dan obat yang memiliki efek buruk pada
arteri.
secara berlebihan
resiko stroke 1,5 hingga 4 kali lipat, terutaa pada penderita yang gula
b. Pencegahan sekunder
jantung.
8) Menghindari stress.
1) Perubahan Fisik
2) Perubahan Sosial
3) Perubahan Psikologis
a. Farmakologis
intra-arterial
3) Obat antiplatelet dapat diresepkan, karena trombosit berperan sangat
b. Non Farmakologis
1) Terapi Wicara
2) Fisioterapi
gerakan
4) Terapi Ozon
6) Hidroterapi
7) Senam Ergonomik
2019).
suplai darah keotak bila yoga dilakukan secara teratur. Aktivitas yang
(Ummaroh, 2019).
9) Terapi Musik
(Ummaroh, 2019).
1. Defenisi
yang utuh, dalam keadaan berfungsinya pusat otak yang lebih tinggi di
melibatkan hemisfer kiri atau kanan atau struktur-struktur lain dalam otak
2. Fisiologi Kesadaran
substansi griseria otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan
gelombang beta, individu menjadi dalam keadaan bangun dan terjaga. Lesi
(Maldonato, 2014).
3. Etiologi
2015).
f. Gangguan Metabolik
darah. Apabila aliran darah otak turun lebih rendah lagi, maka akan
Alzheimer.
(Maiese, 2017).
1. Koma Supratentorial
2. Koma Infratentorial
2013).
4. Manifestasi Klinis
c. Papil edema
e. Gelisah
f. Demam
g. Kejang
h. Retensi urine/inkontinensia urine
l. Takikardi/bradikardi
n. Sianosis, pucat dl
Scale didasarkan dari respon mata, verbal dan motorik yang dipakai untuk
oleh karena itu skor Glasgow Coma Scale harus dituliskan dengan tepat.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Defenisi
kepada pasien kritis di ruangan Intensive Care Unit yang direncanakan secara
mobilisasi progresif dilaksanakan setiap 2jam sekali dan memiliki waktu jeda
atau istirahat untuk merubah posisi lainnya selama 5-10 menit (Zakiyah,
2014).
2. Tujuan
(Vollman, 2013).
posisi setengah duduk. Posisi ini dapat dimulai dari 30° kemudian
bertingkat ke posisi 45°,65° hingga pasien dapat duduk tegak. Pada pasien
head of bed bisa menggunakan busur atau pun accu angle level. Alat ini
disalah satu dari tiga bidang, yaitu : sagital, frontal, transversal. (Potter,
pasien kecuali pada pasien patah tulang dan tingkat ketergantungan yang
sehari.
tidur yang memutar pasien dari sisi ke sisi. CLRT mencapai hasil terbaik
a. Level 1
FiO2 > 250, nilai PEEP <10, suhu <380C. RR 10-30x/menit, HR >60
<120 x/menit. MAP >55 <140, tekanan sistolik berkisar >90 <180 mmHg,
b. Level 2
dimulai dengan Range of Motion hingga tiga kali per hari, mulai
c. Level 3
Pasien pada level ini belum sepenuhnya sadar penuh, tetapi sudah
ada kontak mata (RASS-1). Pada level ini bertujuan untuk melatih
level ini dimulai dengan berlatih duduk di tepi tempat tidur lalu
d. Level 4
mandiri dan akhirnya melakukan berpindah duduk dari atau tempat tidur
ke kursi khusus. Pasien pada level ini sudah sadar penuh dan dalam
e. Level 5
pasien berpindah dan bergerak. Pasien pada level ini kooperatif, sadar
penuh (RASS-0). Kegiatan mobilisasi pada level ini dengan duduk di kursi
khusus lalu dilanjutkan dengan berdiri dan berpindah tempat. Kegiatan ini
dilakukan sebanyak dua hingga tiga kalli dalam sehari (VHA, 2010).
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mencuci tangan
keluarganya
keluarga pasien
akan dilakukan
b. Pelaksanaan
fleksi dan ekstensi bahu; ekstemitas bawah : fleksi dan ekstensi jari
kali.
c. Evaluasi
1) Mencuci tangan
Progresif
terakhir
Immobility
Perubahan respirasi,
kardiovaskuler,
metabolisme, Stroke
gastrointestinal, cairan
elektrolit, integumen
Penatalaksanaan
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoadmojo, 2012).
B. Defenisi Operational
berikut :
2022
Tahun 2022
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
kesadaran pasien.
Keterangan :
diteliti, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stoke yang
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
sampel yang akan diambil. Untuk mencegah terjadinya drop out maka
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
1) Responden yang tidak bisa dilakukan intervensi
(Notoadmojo, 2018).
1. Data Primer
wawancara.
2. Data Sekunder
data.
observasi apakah jawaban yang ada sudah relevan, lengkap, jelas, dan
5. Tabulasi (Tabulating)
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
komponen variabelnya.
2. Analisis Bivariat
H. Etika Penelitian
1. Izin Penelitian
payakumbuh.
penelitian, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
4. Autonomy
tidak ada paksaan dari peneliti kepada responden serta tetap menghormati
5. Kerahasiaan (Confidentiality)