Anda di halaman 1dari 97

MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. S DENGAN


CONGESTIVE HEART FAILURE DIRUANG WIJAYA KUSUMA
RSUD WONOSARI

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Pada Stase Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Nazwar Hamdani R., S.Kep., Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Agustino Fransisko Kainama : 22160020

Nurul Aeynani Lammix : 22160043

Antonia Du’a Arapun Dacunha : 22160116

Merlyn E de FRETES : 22160011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS

Clinical Instruktur (CI) Dosen Pembimbing


Ruang Wijaya Kusuma Akademik

( ) ( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

menjadi penyebab kematian nomer satu didunia yang di perkirakan akan

terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. Di Indonesia

penyakit tidak menular menjadi penyebab terbesar kematian dini. Jumlah

penderita penyakit jantung di Indonesia terus meningkat. Setiap tahunnya

lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM)

(63% dari seluruh kematian) dan 90% dari kematian dini terjadi di negara

yang berpenghasilan rendah dan menengah (Evy Aulia Anita, 2021)

Menurut data dari Riskesdas (2018), menyebutkan bahwa prevalensi

penyakit jantung menurut karakteristik umur pada tahun 2018, angka

tertinggi ada pada usia lansia yang umurnya > 75 tahun (4.7%) dan terendah

ada pada usia < 1 tahun (0,1%). Kemudian pervalensi menurut jenis kelamin

pada tahun 2018, menunjukan angka tertinggi pada perempuan yaitu,

perempuan ada 1,6 % dan laki-laki ada 1,3 % (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2018). Gagal jantung merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus

menungkat kejadiannya terutama pada lansia.

Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan

jantung yang mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu :

penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup


aorta, penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis

jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula 3 3

arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri,

penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid,

penyakit jantung kongenital (VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli

pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam (Aspani, 2016).

Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema,

anorexia, mual, dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri

menimbulkan gejala cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan

penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian kanan dan kiri sama-sama

mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya

bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik

dan sirkulasi paru (Aspani, 2016).

Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan

menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak

pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah

jantung, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer

tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit

nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit (Aspani, 2016).

Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki

kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,

memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume


cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).

Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang

dialami pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi tidur

semi fowler 45° terhadap kualitas tidur dan tanda vital pasien gagal jantung

diruang rawat intensif RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian

ini membuktikan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap

kualitas tidur pasien gagal jantung. Namun, tidak ada pengaruh yang

signifikan antara sudut posisi tidur terhadap tanda vital. Oleh karena itu

pengaturan sudut posisi tidur dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik,

sehingga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk

memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.

Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu

masalah penting kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian

yang utama sehingga sangat diperlukan peran perawat dalam penanganan

pasien gagal jantung. Adapun peran perawat yaitu care giver merupakan

peran dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan

pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang

teridiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi

sampai evaluasi (Gledis & Gobel, 2016). Selain itu perawat berperan

melakukan pendidikan kepada pasien dan keluarga untuk mempersiapkan

pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan tindak lanjut di rumah

(Pertiwiwati & Rizany, 2017).


Hasil studi pendahuluan didapatkan data tahun 2019 di RSUD dr

Kanujdoso Djatiwibowo khususnya ruang perawatan Flamboyan B terdapat

293 kasus dan menjadi penyakit dengan urutan ke-5 dari Top 1000

diagnosis. Sedangkan diruang Flamboyan E dalam periode bulan Oktober-

Desember 2019 lalu terdapat 23 kasus. Penelitian Widagdo (2017),

menunjukan bahwa distribusi responden sebagian besar adalah perempuan

dengan usia > 60 tahun yang pada umumnya mengalami menoupause yang

menyebabkan kolesterol LDL meningkat sehingga perempuan lebih banyak

menderita gagal jantung. Menurut penelitian Prasetyo (2015) menyebutkan

bahwa umur juga dapat menjadi resiko keadaan kardiomegali yang terjadi

pada gagal jantung.

Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang

salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya

istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk

mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

berbagai hal tergantung bagian jantung mana yang mengalami gangguan

(Russel, 2011). Seperti saat sedang istirahat atau aktivitas yang ditandai

dengan takipnea, takikardi dan ronchi paru (PERKI; 2015). Pada pasien

gagal jantung saat kondisi istirahat saturasi oksigen berkisar antara 91%

sampai 95% jika terjadi penurunan maka berdampak pada penurunan

oksigenasi jaringan dan produksi energy sehingga berkonstribusi pada

penurunan kemampuan aktifitas pasien sehari-hari (Sepdianto, 2013).


B. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami definisi gagal jantung kongestif

(CHF)

b. Mengetahui dan memahami etiologi gagal jantung kongestif

(CHF)

c. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis gagal jantung

kongestif (CHF)

d. Mengetahui dan memahami patofisiologi gagal jantung

kongestif (CHF)

e. Mengetahui dan memahami pathway gagal jantung kongestif

(CHF)

f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang gagal

jantung kongestif (CHF)

g. Mengetahui dan memahami komplikasi gagal jantung kongestif

(CHF)

h. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dan

keperawatan gagal jantung kongestif (CHF)


i. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami

gagal jantung kongestif (CHF).

j. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

k. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

l. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).

m. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang

mengalami gagal jantung kongestif (CHF).


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung

gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun

tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016). Gagal jantung

adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh

kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh

gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel

(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)

(Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu

lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi

tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu,

sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani,

2016).

B. Etiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :

(Aspani, 2016):

1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload):

a. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus

arteriosus paten

b. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta

c. Disaritmia

3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)

4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

1. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita

kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung

mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit

degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan

penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung

karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,

menyebabkan kontraktilitas menurun.

2. Aterosklerosis koroner Aterosklerosis koroner mengakibatkan

disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot

jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam

laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya

mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium


menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan

dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung.

3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat

menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk

hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko

terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia

baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

4. Penyakit jantung lain Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk

jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk

mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau

stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral

dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan

preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after

load).

5. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolisme (misal: demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia

juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis


respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat

menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Manifestasi Klinis

1. Gagal Jantung Kiri

a. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar

saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan

bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui

auskultasi.

b. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal

paroksismal (PND).

c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat

berubah menjadi batuk berdahak.

d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).

e. Perfusi jaringan yang tidak memadai.

f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih

dimalam hari)

g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala

seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi,

gelisah, ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.

h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.

2. Gagal Jantung Kanan Kongestif jaringan perifer dan viscelar

menonjol, karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan


volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari

sirkulasi vena.

a. Edema ekstremitas bawah

b. Distensi vena leher dan escites

c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas

abdomen terjadi akibat pembesaran vena dihepar.

d. Anorexia dan mual

e. Kelemahan

D. Patofisiologi

Menurut Fajriah (2020) patofiologi Gagal jantung kongestif sebagai

berikut : Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan

tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal

jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat

mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah

dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung.

Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi

organ vital normal.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon

primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya

beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga


respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini

pada keadaan normal.

Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas

jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung

normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan

mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila

mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus menyesuaikan.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,

yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang mengisi

jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada

tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung

dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus

dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang

ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu

terganggu maka curah jantung akan menurun.

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis

koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului

terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan


afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard)

dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan

kontraktilitas jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung

merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel

kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel

kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel

kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel

brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.


E. Pathway
Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan
Indonesia dalam (PPNI,2017)

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mahananto & Djunaidy (2017) Pemeriksaan Penunjang yang dapat

dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung kongestive di antaranya

sebagai berikut :

1. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan

aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.

2. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk

menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi

sebelummnya.

3. Ekokardiografi :

a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume

balik dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan

ditanyakan bersama EKG)

b. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)

c. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan

transesofageal terhadap jantung)

4. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis

katup atau insufisiensi


5. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal

6. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan

fungsi ginjal terapi diuretic

7. Oksimetrinadi: Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal

jantung kongestif akut menjadi kronis.

8. Analisa gas darah: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis

respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2

(akhir)

9. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin: Peningkatan BUN

menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan

kreatinin merupakan indikasi

10. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan

hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung.

G. Komplikasi

Menurut putra (2020) komplikasi pada penyakit gagal jantung kongestif

diantaranya:

1. Irama jantung tidak normal

Salah satu komplikasi gagal jantung kongestif adalh atrial fibrilasi

atau irama jantung yang tidak normal. Komplikasi ini terjadi karena

gagal jantunng membuat jantung menjadi lemah dan bagian serambi


menjadi sulit untuk berkontraksi tepat pada waktunya. Detak jantung

yang tak beraturan diatas dapat membuat gagal jantung menjadi

memburuk dan memicu palpitasi (detak jantung menjadi kencang).

Kondisi tersebut juga beresiko menimbulkan gumpalan darah yang

bisa berpidah ke otak dan memicu stroke.

2. Kerusakan pada katub jantung

Jantung memiliki empat buah katub yang membuka dan menutup

untuk mejaga aliran masuk dan keluar darah pada kondisi normal.

Gagal jantung membuat organ ini lebih keras untuk memompa darah

dan menimbulkan perubahan ukuran. Perubahan ukuran jantung dapat

menimbulkan kerusakan pada katub jantung yang mengakibatkan

gagal atau kerusakan pada ginjal.

3. Gagal ginjal

Seperti organ lain, ginjal membutuhkan suplai darah agar bisa bekerja

dengan normal. Tanpa darah yang cukup, ginjal sulit menyingkirkan

sampah yang ada di darah. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi

berupa gagal ginjal. Penyakit pada ginjal juga dapat memperburuk

gagal jantung yang dialami penderitanya. Pasalnya, ginjal yang rusak

tidak dapat menyingkirkan kelebihan air dari darah dengan normal.

Kondisi ini kemudian memicu penumpukan air di dalam tubuh yang

kemudian akan menaikan tekanan darah. Tekanan darah tinggi dapat

menambah masalah baru pada jantung.

4. Kerusakan pada organ hati


Hati turut menjadi organ yang menjadi sasaran komplikasi gagal

jantung. Gagal jantung dapat memicu penumpukan cairan yang

kemudian meningkatkan tekanan pada pembulu vena portal. Pembulu

vena portal berfungsi untuk mengalirkan darah dari system

pencernaan menuju organ hati. Tekanan pada pembulu vena diatas

akan menimbulkan terbentuknya jaringan parut (luka) pada organ hati

dan menganggu aktifitas organ ini yang vital bagi tubuh.

5. Kerusakan pada paru-paru

Komplikasi gagal jantung juga bisa menimpa paru-paru. Gagal

jantung membuat jantung sulit untuk mengalirkan darah dari paru-

paru untuk keluar. Darah kemudian dapat menumpuk di paru-paru,

meningkatkan tekanan pada pembulu vena di organ pernapasan ini,

dan mendorong cairan masuk ke kantung udara atau alveolus.

6. Anemia

Anemia juga dapat menjadi komplikasi gagal jantung. Seperti

disampaikan diatas, gagal jantung memicu kerusakan pada ginjal.

Padahal ginjal berfungsi vital dalam produksi hormon protein yang

disebut eritropoietin (EPO). EPO berperan penting dalam produksi sel

darah merah yang baru dan sehat. Dengan terjadinya gagal jantung

dan kerusakan ginjal, produksi EPO pun terganggu yang kemudian

juga menghambat produksi sel darah merah.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Aspani (2016) penatalaksanaan gagal jantung dibagi menjadi dua

terapi:

1. Terapi farmakologi

Terapi yang dapat diberikan yaitu, golongan diuretik, angiotensin

converting enzyme inhibitor (ACEI) , beta bloker, angiontensin

receptor blocker (ARB), glikosida jantung, antagonis aldosterone,

serta pemeberian laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.

2. Terapi non famakologis

Terapi non farmakologis yaitu, tirah baring, perubahan gaya hidup,

pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta

pencegahan kekambuahan, monitoring, dan kontrol faktor resiko.

I. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas :

1) Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status

perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor

register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan

pasien.
b. Keluhan utama :

1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal,

ortopnea

2) Lelah, pusing

3) Nyeri dada

4) Edema ektremitas bawah

5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen

6) Urine menurun

c. Riwayat penyakit sekarang :

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan

memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.

Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler

pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan

edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang

mengganggu pasien.

d. Riwayat penyakit dahulu :

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada

pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas

infark miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia.

Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien

pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga

alergi yang dimiliki pasien

e. Riwayat penyakit keluarga:


Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung,

dan penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.

f. Pengkajian data:

1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia,

letargi, kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat

istirahat atau saat beraktifitas.

2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites,

disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur,

peningkatan JVP, sianosis, pucat.

3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat

penyakit paru.

4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan

muntah.

5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat,

nokturia, diare atau konstipasi.

6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.

7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang

8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada

kulit/dermatitis

g. Pemeriksaan fisik :

1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi,

kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku pasien.

2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata

sistolik : 110-140 mmHg Nilai rata-rata diastolik :

80-90 mmHg

b) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit

(bradikardi atau takikkardi)

c) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20

x/menit Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea

pada saat istirahat / aktivitas

d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun

3) Head to toe examination :

a) Kepala : bentuk , kesimetrisan

b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak

c) Mulut: apakah ada tanda infeksi

d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak,

kesimetrisan

e) Muka; ekspresi, pucat

f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan

limfe

g) Dada: gerakan dada, deformitas

h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah

arkus kosta kanan


i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur

kulit, edema, clubbing, bandingakan arteri radialis

kiri dan kanan

j) Pemeriksaan khusus jantung :

(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat,

letak ictus cordis (normal : ICS ke5)

(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena

dilatasi atau hepertrofi ventrikel

(3) Perkusi : batas jantung normal pada orang

dewasa Kanan atas : SIC II Linea Para

Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea

Para Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea

Para Sternalis sinistra Kiri bawah : SIC IV

Linea Medio Clavicularis Sinistra

(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II BJ I :

terjadi karena getaran menutupnya katup

atrioventrikular, yang terjadi pada saat

kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan

systole BJ II : terjadi akibat getaran

menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis

pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada

permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih

lemah daripada BJ I)
4) Pemeriksaan penunjang:

a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya

pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang

menegaskan diagnosa CHF

b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi,

hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan

AMI), ekokardiogram

c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia,

hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung,

Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin

meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien

terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa

berdasarkan SDKI adalah :

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

a. Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau

eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler

b. Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler Batasan

karakteristik:
1) Kriteria mayor : 1) Subjektif : Dispnea. 2) Objektif :

PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH

arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur.

2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping

hidung, pola nafas abnormal, warna kulit abnormal,

kesadaran menurun.

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

a. Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan

ventilasi adekuat

c. Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas)

Batasan karakteristik :

1) Kriteria mayor : 1) Subjektf : Dipsnea 2) Objektif :

Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi

memanjang, pola nafas abnormal

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : Ortopnea 2) Objektif :

Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit

menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi dan

inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.

3. Penurunan curah jantung (D.0008)


a. Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

b. Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau

perubahan kontraktilitas Batasan karakteristik :

1) Kriteria mayor : 1) Subjektif : Lelah 2) Objektif : Edema,

distensi vena jugularis, central venous pressure (CVP)

meningkat/,menurun

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : - 2) Objektif : Murmur

jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery wedge

pressure (PAWP) menurun

4. Nyeri akut (D.0077)

a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset

mendadak atau lambatberintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

b. Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia) Batasan

karakteristik :

1) Kriteria mayor : 1) Sujektif : Mengeluh nyeri 2) Objektif :

Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : - 2) Objektif : Tekanan

darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan


berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus

pada diri sendiri, diaforesis.

5. Hipervolemia (D.0022)

a. Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel,

dan/atau intraseluler.

b. Penyebab : ganguan mekanisme regulasi Batasan karakteristik :

1) Kriteria mayor : 1) Subjektif : Ortopnea, dispnea,

paroxymal nocturnal dyspnea (PND) 2) Objektif : Edema

anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat

dalam waktu singkat, JVP dan/atau CVP meningkat ,

refleks hepatojugular (+)

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : - 2) Objektif : Distensi vena

jugularis, suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar

Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output,

kongesti paru.

6. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

a. Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang

dapat menggangu metabolisme tubuh

b. Penyebab : penurunan aliran arteri dan/atau vena Batasan

karakteristik :

1) Kriteria mayor : 1) Subjektif : - 2) Objektif : Pengisian

kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,


akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit

menurun.

2) Kriteria minor : 1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas

(klaudikasi intermiten) 2) Objektif : Edema, penyembuhan

luka lambat, indeks ankle- brakial 20% dari kondisi

istirahat.

K. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawata Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Gangguan pertukaran Tujuan: Setelah dilakukan (Pemantauan Respirasi I.01014)
gas b.d perubahan tindakan keperawatan diharapkan Observasi :
membran alveolus- pertukaran gas meningkat. 1. Monitor frekuensi irama,
kapiler Kriterian hasil : kedalaman dan upaya nafas
(Pertukaran gas L.01003) 2. Monitor pola nafas
1. Dipsnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk
2. Bunyi nafas tambahan efektif
menurun 4. Monitor nilai AGD
3. Pola nafas membaik 5. Monitor saturasi oksigen
4. PCO2 dan O2 membaik 6. Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik:
7. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi:
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Kolaborasi:
10. Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktifitas dan/atau tidur
2 Pola nafas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan (Manajemen jalan nafas I.01011)
b.d hambatan upaya tindakan keperawatan diharapkan
nafas (mis: nyeri saat pola nafas membaik. Kriteria Observasi:
bernafas) hasil : 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
(pola nafas L.01004) kedalaman, usaha nafas)
1. Frekuensi nafas dalam 2. Monitor bunyi nafas tambahan
rentang normal (mis: gagling, mengi, Wheezing,
2. Tidak ada pengguanaan otot ronkhi)
bantu pernafasan 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
3. Pasien tidak menunjukkan aroma)
tanda dipsnea Terapeutik:
4. Posisikan semi fowler atau
fowler
Edukasis:
5. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian
bronkodilato, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu.
3 Penurunan curah Tujuan : setelah dilakukan (Perawatan jantung I.02075)
jantung b.d perubahan tindakan keperawatan diharapkan
preload/ perubahan curah jantung meningkat. Kriteria Observasi:
afterload/ perubahan hasil : 1. Identifikasi tanda/gejala primer
kontraktilitas (curah jantung L.02008) penurunan curah jantung
1. Tanda vital dalam rentang 2. Identifikasi tanda/gejala
normal. sekunder penurunan curah
2. Kekuatan nadi perifer jantung
meningkat. 3. Monitor intake dan output
3. Tidak ada edema cairan
4. Monitor keluhan nyeri dada
Terapuetik:
5. Berikan terapi terapi relaksasi
untuk mengurangi strees, jika
perlu
Edukasi:
6. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
7. Anjurkan berakitifitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
4 Nyeri akut b.d gen Tujuan : setelah dilakukan (Manajemen nyeri I.08238)
penedera fisiologis tindakan keperawatan diharapkan
(Mis: Iskemia) tingkat nyeri menurun. Kriteria Observasi:
hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik
(Tingkat nyeri L.08066) nyeri, durasi, frekuensi,
1. Pasien mengatakan nyeri intensitas nyeri
berkurang dari skala 7 2. Identifikasi skala nyeri
menjadi 2 3. Identifikasi faktor yang
2. Pasien menunjukkan ekspresi memperberat dan memperingan
wajah tenang nyeri
3. Pasien dapat beristirahat Tarapeutik:
dengan nyaman 4. Berikan terapi non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
Edukasi:
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
5 Hipervolemia b.d Tujuan: setelah dilakukan (Manajemen hipervolemia
gangguan mekanisme tindakan keperawatan diharapkan I.03114)
regulasi keseimbangan cairan meningkat.
Kriterian hasil : Observasi:
(keseimbangan ciran L. 03020) 1. Periksa tanda dan gejala
1. Tererbebas dari edema hipervolemia (mis:
2. Haluaran urin meningkat ortopnes,dipsnea,edema,
3. Mampu mengontrol asupan JVP/CVP meningkat,suara nafas
cairan tambahan)
2. Monitor intake dan output
cairan
3. Monitor efek samping diuretik
(mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik:
4. Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi:
5. Anjurkan melapor haluaran urin
6 Perfusi perifer tidak Tujuan : setelah dilakukan (Perawatan sirkulasi I.02079)
efektif b.d penurunan tindakan keperawatan diharapkan
aliran arteri dan/atau perfusi perifer meningkat. Observasi:
vena Kriteria hasil : 1. Periksa sirkulasi
(Perfusi perifer L.02011) perifer(mis:nadi
1. Nadi perifer teraba kuat perifer,edema,pengisian
2. Akral teraba hangat kapiler, warna,suhu)
3. Warna kulit tidak pucat 2. Identifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi
Terapeutik:
3. Lakukan hidrasi
Edukasi:
4. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolestrol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
6. Informasikan tanda dan gejala
darurat yanng harus dilaporkan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Perawat : 1. Nurul Aeynani Lammix

2. Agustino Fransisko Kainama

3. Antonia Du’a Arapun Dacunha

4. Merlyn E de FRETES

Tanggal Pengkajian : Minggu, 19 November 2022

Jam Pengkajian : 09.00 WIB

1. Biodata

a. Pasien

Nama : Tn. S
Umur : 78 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Duda
Alamat : Kranon Kepek Wonosari
Tanggal Masuk RS : 18 November 2022
Jam MRS : 19.00 WIB
Diagnosa Medis : CHF (Congestive Heart Failure)

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. P
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Kranon Kepek Wonosari
Hubungan dengan klien : Anak

2. Keluhan Utama

Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak napas dan batuk sejak

kurang lebih 1 minggu yang lalu, nyeri pada dada kanan serta demam.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak napas dan batuk

sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, nyeri pada dada sebelah kanan

keluarga juga mengatakan karena pasien sudah sesak banget maka dari

itu keluarga membawa pasien ke UGD RSUD Wonosari pukul 19.00

WIB. Di UGD pasien mendapatkan terapi O2 dengan nasal kanul 4 liter

dan terpasang infus Nacl 0,9 % dengan 20 tpm.

TD : 150/90 mmHg, Nadi : 118 x/i, Respirasi : 26 x/I, Suhu : 38,7

derajat celcius, SpO2 : 95 %.

b. Riwayat penyakit/kesehatan dahulu:

1) Penyakit yang pernah dialami :


a) Kanak-kanak : Pasien mengatakan waktu kecil pernah

sakit demam, batuk dan flu.

b) Kecelakaan : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah

jatuh dari motor

c) Pernah dirawat : Keluarga pasien mengatakan tidak pernah

dirawat di RS sebelumnya.

d) Operasi : Keluarga pasien mengatakan tidak pernah

di operasi

2) Alergi (obat, makanan, plester) : Keluarga pasien mengatakan tidak

ada riwayat alergi

3) Imunisasi : Keluarga pasien mengatakan tidak tahu

untuk imunisasinya

4) Kebiasaan : Pasien mengatakan hanya mengkonsumsi

air putih, manis dan suka makan yang berlemak

5) Obat-obatan

a) Lamanya : Pasien mengatakan mengkonsumsi obat

hipertensi sejak terkena penyakit hipertensi yaitu 3 tahun yang

lalu

b) Macam : Captropil 25 mg
c. Riwayat penyakit keluarga :

Keluarga pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki

penyakit menular, tetapi hanya pasien saja yang memiliki Riwayat

hipertensi.

Genogram

Keterangan :

: Perempuan : pasien

: laki-laki

: tinggal satu rumah

: meninggal
4. Basic Promoting Physiology Of Health

a. Aktivitas dan Latihan

1) Sebelum Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien

bisa melakukan aktivitas sebagaimana mestinya, kadang kalau

pagi pasien suka jalan-jalan kecil untuk olahraga.

2) Selama Sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien

hanya berbaring di tempat tidur saja karena kalau banyak

bergerak dada pasien berdebar-debar dan nyeri. Pasien

mengatakan sesak napas saat banyak bergerak. Pasien

mengatakan sering lelah.

DO : Pasien tampak badrest, Pasien tampat tidur

telentang, pasien tampak tidak beraktivitas.

Kemampuan Ambulasi & ADL (indeks barthel) :

Sebelum Selama
Aspek Kriteria
Sakit Sakit
Makan/minum 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan
2 0
memotong, menyuap
2 : Mandiri
Mandi 0 : tergantung orang lain
1 0
1 : mandiri
Perawatan diri 0 : membutuhkan bantuan
(Grooming) orang lain
1 : mandiri dalam 1 0
perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur
Berpakaian/berdandan 0 : tergantung orang lain
1 : sebagaian dibantu
2 0
(misal mengancing)
2 : mandiri
BAK 0 : inkontinensia atau pakai
kateter dan tidak terkontrol
1 : kadang inkontinensia
2 1
(maks, 1x24 jam)
2 : kontinensia (teratur
untuk lebuh dari 7 hari)
Buang air besar 0 : inkontinensia (tidak
teratur atau perlu enema)
1 : kadang inkontinensia 2 1
(sekali seminggu)
2 : kontinensia (teratur)
Penggunaan toilet 0 : tergantung bantuan
orang lain
1 : membutuhkan bantuan,
2 0
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 : mandiri
Berpindah 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
3 1
2 : Bantuan kecil (1
orang)
3 : mandiri
Berjalan/mobilitas 0 : immobile (tidak
mampu)
1 : menggunakan kursi
roda
2 : berjalan dengan 3 0
bantuan satu orang
3 : mandiri (meskipun
menggunakan alat
bantu seperti tongkat)
Naik dan turun tangga 0 : tidak mampu
1: membutuhkan bantuan
1 0
(alat bantu)
2: mandiri
Interpretasi Hasil Nilai
Ketergantungan total 0-4
Ketergantungan berat 5-8
Ketergantungan sedang 9-11
Ketergantungan ringan 12-19
Mandiri
20
Hasil Intrepretasi penilaian pasien : 3 (Ketergantungan Total)

Tabel skala jatuh dari morse :

No Pengkajian Skala Nilai Ket


1 Riwayat Jatuh : apakah Tidak 0 0
jatuh dalam 3 bulan Ya 25
terakhir
2 Diagnosa sekunder : Tidak 0 15
Apakah memiliki lebih Ya 15
dari satu penyakit
3 Alat bantu jalan : 0 0 Bedrest
Bedrest / dibantu
perawat
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada 30
benda-benda sekitar.
(Kursi, Lemari, Meja)
4 Terapi intravena : Tidak 0 20
Apakah saat ini Ya 20
terpasang infus
5 Gaya berjalan / cara 0 0 Bedrest
berpindah : Normal /
bedrest / immobile
(tidak dapat bergerak
sendiri)
Lemah tidak bertenaga 10
Gangguan atau tidak 20
nomal (pincang / diseret
6 Status mental : 0 0
Menyadari kondiri
dirinya.
Mengalami keterbatasan 15
daya ingat
Total nilai

Tingkat Resiko Nilai MPS


Tidak beresiko 0 – 24
Resiko rendah 25 – 50
Resiko tinggi >51

Hasil Interpretasi penilaian pasien : 35 (resiko rendah)

b. Tidur dan istirahat

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah ada

gangguan dalam tidur dan istirahatnya. Pasien tidur 6-7 jam saat

malam hari dan kurang lebih 1 jam pada siang hari.

2. Selama sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien tidur

tidak ada gangguan. Keluarga mengatakan pada malam hari

kurang lebih pasien tidur hanya 7 jam dan siang hari kurang lebih

tidur selama 2 jam.

DO : Palpebra tidak hitam, Konjungtiva ananemis, Pasien tidak

lesu.
c. Kenyamanan dan nyeri

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada merasakan

nyeri yang seperti ini

2. Selama sakit

DS :

Onset : Pasien mengatakan nyeri muncul pada saat banyak

untuk aktivitas

Paliatif : Pasien mengatakan nyeri berkurang pada saat tidak

beraktivitas

Provocatif : Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika banyak

beraktivitas atau bergerak

Quality : Pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk tusuk

Region : Pasien mengatakan nyeri terasa pada dada kanan

Severity/Scale : Pasien mengatakan nyeri berada pada rentang 3

Time : Pasien mengatakan nyeri timbul selama 3-5 detik

DO : Pasien tampak menahan rasa nyeri, pasien tampak

meringis, pasien tampak memegangi dada sebelah kanan.


d. Nutrisi

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari tetapi

dengan porsi sedikit. Keluarga pasien juga mengatakan pasien

suka makan yang manis dan berlemak

2. Selama sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien makan

makanan yang diberikan dari rumah sakit dan selalu habis.

DO : Pasien tampak makan sesuai dengan makanan yang

diberikan oleh RS, dimeja pasien terlihat tidak ada sisa makanan.

Diit pasien yaitu diit jantung II. A = IMT : 56 kg/163 cm =21,07

kg/m2. B = Hb : 14,1 gr/dl (Normal) Eritrosit : 4,40 (Normal). C =

pasien tidak tampak lemas, konjungtiva ananemis, turgor kulit

elastis.

e. Cairan, elektrolit dan asam basa

1. Sebelum sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien banyak

meminum air putih kurang lebih 2 liter, tetapi kalua pagi sering

meminum teh manis.


2. Selama sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien minum

nya air putih saja, sehari hanya meminum setengah aqua tanggung

yaitu 300 ml

DO : Mukosa bibir pasien tampak kering, turgor kulit elastis

Dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB

Input Output
Makan 150 ml Urin 800 ml
Minum 300 ml Feses 0
Air metabolisme 280 cc IWL 840 cc
Infus* 1000 ml Drainage* Tidak ada
Nutrisi NGT* Tidak ada Pendarahan* Tidak ada
Obat* 35 ml Muntah* Tidak ada
Lainnya - Lainnya Tidak ada
Total 1.765 Total 1.640
*kalua ada
Balance cairan = input – output
1.765 – 1.640
125

f. Oksigenasi

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada sesak atau

masalah dalam pernafasan nya


2. Setelah sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien sering

mengatakan sesak pada saat sering bergerak atau beraktivitas.

DO : Pasien tampak terpasang nasal kanul 4 lpm, pasien tampak

berbaring. RR = 26 x/i, pasien tampak menggunnakan otot bantu

pernapasan dan tampak pola napa takipnea.

g. Eliminasi fekal/bowel

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan saat

BAB, BAB 1 kali sehari yaitu pada pagi hari.

2. Setelah sakit

DS : Keluarga mengatakan pasien belum ada BAB sejak masuk

rumah sakit.

DO : Perut pasien terasa sedikit kencang, pasien tidak memakai

pampers

h. Eliminasi urin

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan dalam sehari BAK bisa 3 sampai 4

kali dan tidak ada gangguan saat BAK

2. Setelah sakit
DS : Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien sudah

BAK sebanyak 10 x tetapi sedikit-sedikit kurang lebih 50 cc,

keluarga pasien juga mengatakan untuk warna BAK yaitu kuning

kecoklatan.

DO : Pasien tidak terpasang kateter, dan urin 800 cc dalam 11

jam, warna kuning kecoklatan, bau khas urin

i. Sensori, persepsi, dan kognitif

1. Sebelum sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan pendengaran pasien sudah

menurun dan susah untuk mendengar apabila berbicara terlalu

jauh. Keluarga pasien juga mengatakan penglihatan pasien sudah

mulai kabur.

2. Setelah sakit

DS : Keluarga pasien mengatakan tidak menggunakan alat

bantu bantu apapun untuk penurunan pendengaran dan pada

penglihatan juga tidak menggunakan alat bantu

DO : Pasien saat diajak biacara mampu menjawab dengan baik

tetapi harus dengan suara yang sedikit keras agar pasien

mendengar. Penglihatan pasien sedikit tidak fokus

j. Mobilisasi dan imobilisasi

1. Sebelum sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit dapat bergerak aktif

seperti bekerja dan tidak memiliki gangguan aktivitas apapun.

2. Setelah sakit

DS : Pasien mengatakan apabila beraktivitas / bergerak akan

nyeri pada dada kanan.

DO : Pasien tampak tidak bergerak karena takut nyeri timbul.

Aktivitas pasien terbatas karena akan memicu jantung akan

bekerja dengan cepat,

k. Integritas kulit dan luka

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan tidak memiliki luka pada kulit

2. Setelah sakit

DS : Pasien mengatakan tidak memiliki luka pada kulit

DO : Pasien tampat tidak ada luka, pasien tampak pucat.

l. Kebersihan dan perawatan diri

1. Sebelum sakit

DS : Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan diri seperti

mencuci rambut, mandi 1 kali sehari, gunting kuku jarang, ganti

baju apabila mandi.

2. Setelah sakit
DS : Keluarga mengatakan selama sakit pasien belum ada

diseka badannya dan belum mengganti pakaian pasien karena

takut, keluarga pasien juga mengatakan kuku pasien panjang-

panjang.

DO : Pasien tampak belum ganti pakaian sejak masuk rumah

sakit, Kuku pasien tampak panjang dan kotor, tempat tidur pasien

tampak kotor, rambut pasien tampak berantakan, baju pasien

tampak lusuh karena belum diganti.

5. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran umum

Kesadaran : Composmentis

GCS : E : 4, V : 5, M : 6

Vital Sign : TD : 193/90 mmHg

Nadi : Frekuensi : 86 x/menit

Irama : Reguler

Kekuatan/isi : Lemah

Respirasi : Frekuensi : 26 x/menit

Irama : Vesikuler

Suhu : 38,7 derajat celcius

b. Kepala :

Kulit kepala : Kulit kepala tampak kotor


Rambut : Rambut pasien beruban serta kusut

Muka : Muka pasien simetris tidak ada jejas

Mata

Palpebra : Palpebra pasien tidak kehitaman

Kornea : Kornea terdapat adanya katarak

Sklera : Sklera pasien tampak keruh

Pupil : Pupil pasien isokor

Lensa : Keluarga pasien mengatakan penglihatan terlihat

kabur

Visus : Tidak terkaji

Hidung : Hidung pasien simetris dan terpasang nasal kanul

Mulut : tidak ada stomatitis, gigi belakang berlubang

c. Telinga : Telinga pasien simetris, tidak kotor dan tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

d. Leher : Tidak ada jejas tidak ada gangguan menelan tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid

e. Punggung : Tidak ada jejas dan tidak ada kelainan

f. Pinggang : Tidak ada kelainan pada pinggang

g. Dada : Bentuk : Simetris

1) Pulmo : Inspeksi : Tidak ada jejas, pengembangan

dada

Simetris. Menggunakan otot bantu

Pernafasan.
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : Suara pulmo normal yaitu sonor

Auskultasi : Suara vesikuler dan tidak ada

Suara tambahan

2) Cor : Inspeksi : Tidak ada jejas, memar dan tidak

ada

Pembengkakan, ictus cordis tidak

terlihat

Palpasi : Ictus kordis teraba pada intercosta

4-

Perkusi : Suara jantung pekak, batas atas

intercostal 3, batas kanan linia

parasternal kanan, batas kiri mid

clavicula kiri, batas bawah

intercostal 6 kiri.

Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular

(lup

dup) dan tidak ada suara tambahan.

h. Abdomen :

Inspeksi : Tidak ada asites dan tidak ada memar

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada perut, tidak ada


pembengkakan

Perkusi : Suara perut timpani

Auskultasi : Bising usus 11 x/menit

i. Genetalia :

DS : Pasien mengatakan pada bagian genetalia tidak ada

kelainan maupun gangguan lain

DO : Tidak terkaji karena pasien dan keluarga tidak mau

j. Rectum :

DS : Pasien mengatakan tidak ada Riwayat hemoroid

DO : Tidak terkaji karena pasien dan keluarga tidak mau

k. Ekstremitas :

DS : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada tangan dan

kaki

DO : kekuaran otot 5555/5555/5555/5555. Jari-jari pasien

lengkap tidak ada kelaianan. CRT >3 detik.

l. Status Neurologi (untuk pasien dengan gangguan neurologis)

Saraf-saraf cranial

1) Nervus I (olfactorius) : penghidu : Mampu mencium bau obat

2) Nervus II (Opticus) : penglihatan : Mata kanan dan kiri kabur


3) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

a) Kontriksi pupil : isokor

b) Gerakan kelopak mata : Kelopak mata membuka dan

menutup simetris

c) Gerakan bola mata : Simetris kanan dan kiri

d) Gerakan mata kebawah & dalam : Gerakan mata kebawah dan

ke dalam simetris

4) Nervus V (Trigeminus)

a) Sensibilitas/sensori : Pasien peka terhadap rangsangan

(cubitan)

b) Refleks dagu : Pasien mampu menggerakkan dagu

c) Refleks kornea : Tidak ada

5) Nervus VII (Facialis)

a) Gerakan mimic : Mampu membuka

mulut dan tersenyum

b) Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : Pasien mampu

merasakan rasa manis

6) Nervus VII (Acusticus)

Fungsi pendengaran : Tidak mampu mendengar

7) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

a) Refleks menelan : Mampu menelan

b) Refleks muntah : Reflek muntah

ketika makan
c) Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Pasien mampu

merasakan rasa pahit

8) Nervus XI (Assesorius)

a) Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : pasien mampu

b) Mengangkat bahu : pasien mampu

9) Nervus XII (Hypoglosis)

Deviasi lidah : Pasien mampu menggerakkan lidah

6. Psiko Sosio Budaya dan Spiritual :

Psikologis :

Perasaan klien setelah mendapatkan masalah ini adalah :

Pasien mengatakan setelah mengalami sakit ini ia takut akan kematian

Keluarga mengatakan khawatir akan kesehatan pasien

Cara mengatasi perasaan tersebut :

Pasien mengatakan untuk cara mengatasinya ia hanya bisa berserah diri

kepada Tuhan

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah :

Pasien mengatakan jika masalah terselesaikan dan ia sembuh ia akan

menjaga pola hidupnya dengan baik

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka :


Keluarga pasien mengatakan jika tidak dapat diselesaikan maka akan

menyesal

Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada :

Pasien mengatakan tidak tau banyak tentang penyakit yang dialami

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :

Pasien mengatakan sering ikut kegiatan dilingkungan nya seperti ronda

malam

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :

Pasien mengatakan tidak ada kegiatan yang tidak disukai

Cara mengatasinya : -

Pandangan klien tentang aktivitas sosial dilingkungannya :

Keluarga pasien mengatakan cukup aktif ikut ronda malam

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya : Jawa

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya : tidak ada


Spiritual :

Aktivitas ibadah sehari-hari : pasien mengatakan sholat 5 waktu.

Kegitan keagamaan yang biasa dilakukan : pengajian

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang

dialami : pasien mengatakan musibah yang dialami ini adalah dari Tuhan

7. Pemeriksaan penunjang :

(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 18-11-2022 Jam : 10.35

Jenis Hasil Harga Satuan Interpretasi


Pemeriksaan Normal Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.1 14-18 g/dl
Leukosit 16.94 4.7-10.3 10^3/ul
Eritrosit 4.40 4-5 10^6/ul
Trombosit 231 150-450 10^3/ul
Hematokrit 39.45 44-44 %
PDWc 36.6 0-0 %
MPV 7.4 0-0 fl
MCV 90 82-92 fl
MCH 32.2 27-31 pg
MCHC 35.9 32-71 g/dl
PRWc 16.2 0-0 %
RDWs 47.8 0-0 fl
PCT 0.17 0-0 %
NEU% 76.2 50-70 %
LYM% 18.0 25-40 %
MON% 3 3-7 %
EOS% 2 2-4 %
BAS% 0.9 0-1 %
Golongan Darah O
FUNGSI HATI
GPT 12 10-50 U/l
GOT 21 10-50 U/l
LEMAK
TG 107 <200 mg/dl
CHOL 119 50-220 mg/dl
FUNGSI GINJAL
Ureum 30 15-45 mg/dl
Creatinin 1.2 0.6-1.3 mg/dl
GLUKOSA
Glukosa Darah 121
80-140 mg/dL
Sewaktu
ELEKTROLIT
Kalium 3.4 3.4-5.3 mmol/L
Chlorida 107 95-108 mmol/L
Natrium 138 135-155 mmol/L
IMMUNOLOGI-SEROLOGI
Antigen SARS
Negativ Negativ
COV2

Pemeriksaan Radiologi, EKG, EEG, USG, SCANNING/dsb :

Pemeriksaan Radiologi

Thorax AP/PA/Lateral

Tanggal : 18-11-2022 Jam : 11.45 WIB

Kesan :

1. Bronchitis dd edema

2. Cardiomegali.

Terapi Medis :
Jenis Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Terapi
Cairan IV Infus Nacl 20 tpm IV Memenuhi
cairan tubuh
Obat Furosemide 20 mg / 8 IV Untuk
parenteral jam mengobati
penumpukan
cairan karena
gagal jantung
Untuk
mengobati
tekanan darah
tinggi
Pantoprazole 40 mg / 24 IV Untuk
jam meredakan
rasa panas
pada dada
Ondansentron 4 mg / 8 IV Untuk
jam mencegah
mual dan
muntah
Paracetamol 750 mg IV Untuk
menurunkan
rasa nyeri dan
demam
Obat peroral Captopril 3x25 mg Oral Untuk
pengobatan
hipertensi,
gagal jantung
kongestif
Spironolakton 2,5 mg / 24 Oral Untuk
jam mengatasi
gejala
gangguan
kecemasan
Bisoprolol 2,5 mg / 24 Oral Untuk
jam mengobati
hipertensi
atau tekanan
darah tinggi,
angina
pectoris
Miniaspi 80 mg / 24 Oral Untuk
jam mencegah
terjadinya
pembekuan
darah, stroke,
serangan
jantung, serta
serangan
penyempitan
darah ke otak
Simvastatin 20 mg / 24 Oral Untuk
jam menurunkan
kolestrol
yang
memiliki efek
samping
berupa
meningkatnya
timbulnya
katarak.
Obat topikal
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. S No. Register : 002248X

Umur : 78 tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Alamat : Kranon Kepek

Wonosari

Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem


19 Nov DS : Perubahan Penurunan
2022 - Pasien mengatakan sesak Afterload Curah
saat benapas Jantung
DO :
- TD :
- Nadi teraba lemah
- CRT >detik
- Pasien tampak pucat
- Pasien terpasang Nasal
Kanul 3 Lpm
19 Nov DS : Ketidakseimba Intoleransi
2022 - Keluarga pasien ngan antara Aktivitas
mengatakan selama sakit suplai dan
pasien hanya berbaring di kebutuhan
tempat tidur saja karena oksigen
kalau banyak bergerak
dada pasien berdebar-
debar dan nyeri.
- Pasien mengatakan sesak
napas saat banyak
bergerak.
- Pasien mengatakan sering
lelah.
DO :
- Pasien tampak badrest
- Pasien tampat tidur
telentang
- pasien tampak tidak
beraktivitas
- Pasien tampak sesak saat
bernapas
19 Nov DS : Kelemahan Defisit
2022 - Keluarga mengatakan Perawatan
selama sakit pasien Diri : Mandi,
belum ada diseka Berpakaian
badannya dan Berhias
- Keluarga pasien
mengatakan belum
mengganti pakaian pasien
karena takut.
- Keluarga pasien juga
mengatakan kuku pasien
panjang-panjang.
DO :
- Pasien tampak belum
ganti pakaian sejak
masuk rumah sakit.
- Kuku pasien tampak
panjang dan kotor
- Tempat tidur pasien
tampak kotor
- Rambut pasien tampak
berantakan
- Baju pasien tampak lusuh
karena belum diganti.
19 Nov DS : Ancaman Ansietas
2022 - Pasien mengatakan Terhadap
setelah mengalami sakit Kematian
ini ia takut akan kematian
- Keluarga mengatakan
khawatir akan kesehatan
pasien
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
DS: Hambatan Ketidak
- Keluarga pasien upaya napas efektifan pola
mengatakan pasien napas
mengalami sesak napas
dan batuk sejak kurang
lebih 1 minggu yang lalu.
- Keluarga pasien
mengatakan selama sakit
pasien sering mengatakan
sesak pada saat sering
bergerak atau beraktivitas.
DO:
- Pasien tampak terpasang
nasal kanul 4 lpm
- Pasien tampak berbaring
- RR = 26 x/i
- Pasien tampak
menggunnakan otot bantu
pernapasan
- Tampak pola napas
takipnea.

DIAGNOSA PRIORITAS

1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload

2. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan

Kebutuhan Oksigen

3. Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian Dan Berhias b.d Kelemahan

4. Ansietan b.d Ancaman Terhadap Kematian

5. Pola Napas tidak efektif b.d Hambatan Upaya napas


RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Tn. S No. Register : 002248X

Umur : 78 tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Alamat : Kranon Kepek

Wonosari

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasionalisasi Nama/


Hasil TTD
1 Perubahan “Curah Jantung “Perawatan Kel 22
Curah Jantung L.02008” Jantung I.02075”
b.d Perubahan O: O:
Afterload Setelah dilakukan a. Identifikasi a. Mengetahui
Tindakan keperawatan tanda/gejala tanda dan gejala
selama 3x24 jam pada primer penurunan primer dari
Tn. S diharapkan curah jantung penurunan curah
“Curah Jantung” Tn. S (dipsnea, jantung
dapat ditingkatkan kelelahan) b. Mengetahui
dari level 2 (Cukup b. Identifikasi tanda dan gejala
menurun) ke level 4 tanda/gejala sekunder dari
(cukup meningkat) sekunder penurunan curah
dengan kriteria hasil : penurunan curah jantung
a. Kekuatan nadi jantung (kulit c. Mengetahui
perifer : kuat pucat) saturasi normal
b. Tidak lelah c. Monitor saturasi d. Mengetahui
c. Tidak Sesak : RR oksigen apakah masih
21 x/i d. Monitor keluhan nyeri atau tidak
d. Tidak pucat nyeri dada

T:
T: a. Mengetahui
a. Posisikan semi apakah pasien
fowle atau fowler sesak atau tidak
dengan nyaman b. Mengetahui
b. Berikan oksigen agar saturasi
untuk tetap normal
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%

E: E:
a. Anjurkan a. Mengetahui
beraktivitas sesuai kerja jantung
toleransi

K: K:
a. Kolaborasikan a. Mengetahui dan
pemberian mempertahanka
antiaritmia, jika n irama jantung
perlu
2 Intoleransi “Toleransi Aktivitas “Manajemen Energi
Aktivitas b.d L.05047” I.05178”
Ketidakseimba Setelah dilakukan O: O:
ngan Antara Tindakan keperawatan Observasi/Identifikasi Mengetahui organ
Suplai Dan selama 3x24 jam pada gangguan fungsi tubuh apa yang
Kebutuhan Tn. S diharapkan tubuh yang menyebabkan
Oksigen “Toleransi Aktivitas” menyebabkan kelelahan
Tn. S dapat kelelahan
ditingkatkan dari level
2 (Cukup menurun) ke T: T:
level 4 (cukup Lakukan latihan Mengetahui apa
meningkat) dengan rentang gerak pasif latihan gerak pasif
kriteria hasil : dan/atau aktif dan/atau aktif Kel 22
a. Tidak mengeluh
E: E:
lelah
Anjurkan melakukan Mengetahui
b. Tidak sesak
aktivitas secara
beraktivitas : R :21 aktivitas secara
bertahap bertahap
x/i
c. Tidak sesak setelah
K: K:
beraktivitas : R :
Kolaborasikan Mengetahui pasien
21 x/I
dengan ahli gizi mendapatkan
d. Nadi 95 x/i
tentang cara asupan gizi yang
meningkatkan asupan cukup
makanan
3 Defisit “Perawatan Diri “Perawatan Diri
Perawatan L.11103” (I.11348)”
Diri : Mandi, Setelah dilakukan O: O:
Berpakaian dan Tindakan keperawatan Identifikasi kebiasaan Mengetahui
Berhias b.d selama 3x24 jam pada aktivitas perawatan kebiasaan aktivitas
Kelemahan Tn. S diharapkan diri sesuai usia apa yang dilakukan
“Perawatan Diri” Tn. pasien pada saat
S dapat ditingkatkan perawatan diri
dari level 2 (Cukup
menurun) ke level 3 T: T:
(sedang) dengan Fasilitasi Membantu pasien Kel 22
kriteria hasil : kemandirian, bantu dan keluarga dalam
a. Mampu BAK jika tidak mampu melakukan
dengan mandiri melakukan perawatan perawatan diri
b. Memiliki diri
keinginan untuk E:
melakukan E: Mengetahui pasien
perawatan diri Anjurkan melakukan mampu untuk
perawatan diri secara melakukan
konsisten sesuai perawatan diri
kemampuan secara konsisten
4 Ansietas b.d “Tingkat Ansietas” “Terapi Relaksasi” Kel 22
Ancaman (L.09093) (I.09326)”
Terhadap Setelah dilakukan O: O:
Kematian tindakan keperawatan a. Identifikasi teknik a. Mengetahui
selama 3 x 24 jam relaksasi yang relaksasi yang
pada Tn. S diharapkan pernah efektif digunakan
“Tingkat Ansietas “ digunakan efektif atau tidak
Tn. S dapat menurun b. Monitor respon b. Mengetahui
dari level 3 (sedang) terhadap terapi respon pasien
ke level 5 (menurun). setelah diterapi
Dengan Kriteria
Hasil : T: T:
a. Tidak gelisah. Gunakan relaksasi Mengetahui ansietas
b. Tidak tegang sebagai strategi yang dirasakanan
penunjang dengan berkurang
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai
E: E:
a. Anjurkan a. Mengetahui
mengambil posisi pasien dalam
nyaman keadaan rileks
b. Anjurkan rileks b. Agar terapi yang
dan merasakan dilakukan efektif
sensasi relaksasi
5. Pola Napas “Pola Napas” Manajemen Jalan
Tidak Efektif (L.01004) Napas
b.d Hambatan Setelah dilakukan (I.01011)
Upaya Napas tindakan keperawatan
(D.0005) selama 3 x 24 jam O: O:
pada Tn. S diharapkan a. Monitor Pola a. Mengetahui
“Pola Napas” Tn. S Napas frekuensi napas
dapat membaik dari (frekuensi, pada pasien
level 3 (sedang) ke kedalaman,
level 5 (menurun). usaha napas)
T:
Dengan Kriteria
T: a. Membantu
Hasil :
a. Posisikan semi- pasien dalam
a. Dipsnea dapat
fowler atau usaha
membaik
fowler mengurangi
b. Pengunaan oto
sesak.
bantu napas
b. Mngurangi
membaik
b. Berikan oksigen, sesak
c. Frekuensi napas
dapat membaik. jika perlu

E:
E: a. Membantu
a. Ajurkan asupan pasien dalam
cairan 2000 pemenuhan
ml/hari, jika cairan tubuh
tidak pasien.
kontraindikasi.
CATATAN PERKEMBANGAN HARI 1

Nama Klien : Tn. S No. Register : 002248X

Umur : 78 tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Alamat : Kranon Kepek

Wonosari

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 18 O: S: Kel 22
November a. Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
2022 tanda/gejala primer masih sesak
penurunan curah - Pasien mengatakan
jantung (dipsnea, masih lelah
kelelahan) - Pasien mengatakan
DS : nyeri pada dada
- Pasien mengatakan kanan
sesak - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan nyeri saat
lelah beraktivitas
DO : - Pasien mengatakan
- Pasien tampak lelah nyeri pada skala 3
- Pasien tampak sesak - Pasien mengatakan
- Respirasi 26 x/i nyeri timbul 3-5
detik
b. Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
tanda/gejala sekunder nyeri seperti di
penurunan curah tusuk-tusuk
jantung (kulit pucat) - Pasien mengatakan
DS : - aktivitas sesuai
DO : pasien tampak pucat toleransi itu seperti
apa
c. Memonitor saturasi
oksigen O:
DS : - - Pasien tampak
DO : sesak
- SpO2 : 91% - Pasien tampak
lelah
d. Memonitor keluhan - Pasien tampak
nyeri dada pucat
DS : - SpO2 91%
- Pasien mengatakan - Respirasi 26 x/i
nyeri pada dada sebelah - Pasien tampak
kanan meringis
- Pasien mengatakan - Pasien tampak
nyeri dada bertambah memegang dada
saat bergerak - Pasien tampak
- Pasien mengatakan duduk semi fowler
nyeri dada saat istirahat - Pasien
- Pasien mengatakan mendapatkan
nyeri pada skala 3 oksigen nasal
- Pasien mengatakan kanul 3 Lpm
nyeri timbul seperti di - Pasien tampak
tusuk tusuk bingung
- Pasien mengatakan
neyri timbul 3-5 detik A : Masalah belum
DO : teratasi
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak P : Lanjutkan
memegangi dada intervensi
a. Identifikasi
T: tanda/gejala primer
a. Memposisikan semi b. Identifikasi
fowle atau fowler tanda/gejala
dengan nyaman sekunder
DS : - c. Monitor saturasi
DO : d. Monitor keluhan
Pasien tampak duduk dengan nyeri dada
semi fowler e. Berikan O2
f. Anjurkan aktivitas
b. Memberikan oksigen sesuai toleransi
untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
DS : -
DO :
Pasien mendapatkan oksigen
dengan nasal kanul 4 Lpm
E:
Menganjurkan
beraktivitas sesuai
toleransi
DS :
- Pasien mengatakan
beraktivitas sesuai
toleransi itu seperti apa
DO :
- Pasien tampak bingung
2 18 O: S: Kel 22
November Mengobservasi/Identifikasi - Keluarga pasien
2022 gangguan fungsi tubuh mengatakan
yang menyebabkan latihan rentang
kelelahan gerak aktif dan
DS : - pasif itu seperti
DO : apa
- Tampak ada gangguan - Keluarga pasien
pada fungsi jantung dan mengatakan
paru aktivitas bertahap
itu yang seperti
T: apa
Melakukan latihan
rentang gerak pasif O:
dan/atau aktif - Tampak ada
DS : gangguan pada
- Keluarga pasien fungsi jantung paru
mengatakan latihan - Keluarga pasien
rentang gerak aktif dan tampak bingung
pasif itu yang seperti - Pasien
apa mendapatkan diit
DO : jantung II
- Keluarga pasien tampak
bingung A : Masalah belum
teratasi
E:
Menganjurkan melakukan P : Lanjutkan
aktivitas secara bertahap intervensi
DS : a. Lakukan gerak
- Keluarga pasien aktif dan pasif
mengatakan aktivitas b. Lakukan aktivitas
secara bertahap itu secara bertahap
seperti apa
DO :
- Keluarga tampak
bingung

K:
Mengkolaborasikan dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DS : -
DO :
- Pasien medapatkan diit
jantung II
3 18 O: S: Kel 22
November Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
2022 kebiasaan aktivitas mandi dalam
perawatan diri sesuai usia sehari hanya 1 kali
DS: - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan ganti baju apabila
mandi dalam sehari mandi saja
hanya 1 kali - Keluarga pasien
- Pasien mengatakan mengatakan belum
ganti baju apabila mandi berani untuk
saja memandikan
DO: pasien dan
- Pasien tampak lusuh mengganti baju
belum mandi pasien
- Baju pasien belum ganti - Keluarga pasien
tidak mau untuk
T: mengganti sprai
Memfasilitasi pasien
kemandirian, bantu jika - Keluarga
tidak mampu melakukan mengatakan takut
perawatan diri untuk mengganti
DS : baju dan sprai
- Keluarga pasien pasien
mengatakan belum
berani untuk O:
memandikan pasien dan - Pasien tampak
mengganti baju pasien lusuh belum mandi
DO : - Baju pasien belum
- Rambut pasien terlihat ganti
kusut - Rambut pasien
- Badan pasien tampak terlihat kusut
kotor - Sprai pasien
- Kuku pasien tampak tampak kotor
Panjang - Badan pasien
tampak kotor
E: - Kuku pasien
Menganjurkan tampak Panjang
melakukan perawatan diri - Keluarga pasien
secara konsisten sesuai tampak takut
kemampuan
DS: A: Masalah belum
- Keluarga mengatakan teratasi
takut untuk mengganti
baju dan sprai pasien P: Lanjutkan Intervensi
DO : 1. Kemampuan
- Keluarga pasien tampak mandi
takut 2. Kemampuan
berpakaian
3. Kemampuan
perawatan diri
4 18 O: S: Kel 22
November a. Mengidentifikasi - pasien mengatakan
2022 teknik relaksasi yang pernah
pernah efektif menggunakan tenik
digunakan tarik napas dalam
DS : jika mengalami
- Pasien mengatakan ansietas
pernah menggunakan - pasien mengatakn
teknik tarik napas dalam sedikit lega setelah
jika mengalami ansietas selesai melakukan
DO: terapi
- Pasien tanpak bisa - pasien mengatakan
menggunakan teknik menggunakan
tarik napas dalam relaksasi jika
mengalami ansietas
b. Memonitor respon - pasien mengatakan
terhadap terapi ia nyaman dengan
DS : posisi kepala lebih
- Pasien mengatakn tinggi pasien
sedikit lega setelah mengatakan dia
selesai melakukan terapi rileks dan bisa
DO: merasakan terapi
- Pasien tampak lebih
tenang, gelisah sudah O:
berkurang - pasien tanpak bisa
menggunakan
T: teknik tarik napas
Menggunakan relaksasi dalam
sebagai strategi penunjang - pasien tampak
dengan analgetik atau lebih tenang,
tindakan medis lain, jika gelisah berkurang
sesuai - pasien tampak bisa
DS : menggunakan
- Pasien mengatakan terapi tarik napas
menggunakan relaksasi - pasien diatur
jika mengalami ansietas dengan posisis
DO: kepala lebih tinggi
- pasien tampak bisa - pasien tampak
menggunakan terapi rilek dan bisa
tarik napas mengikuti terapi
yang diberikan
E:
a. Menganjurkan A : Masalah teratasi
mengambil posisi sebagian
nyaman
DS : P : lanjutkan Intervensi
- Pasien mengatakan ia Memonitor respon
nyaman dengan posisi terhadap terapi
kepala lebih tinggi
DO :
- Pasien diatur dengan
posisis kepala lebih
tinggi
c. Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
DS :
- pasien mengatakan dia
rileks dan bisa mersakan
terapi
DO:
- pasien tampak rilek dan
bisa mengikuti terapi
yang diberikan
5. O: S:
a. Memonitoring Pola - Pasien mengatakan
Napas (frekuensi nyaman dalam
napas) posisi semi fowler.
- Pasien mengatakan
DS : -
akan mengikuti
DO: ajuran yang
- RR : 26 x/i diberikan.
O:
T: - RR : 26 x/i
a. Posisikan semi-fowler - Pasien tampak
atau fowler dalam posisi semi
fowler
DS : - Pasien
- Pasien mengatakan mendapatkan nasal
nyaman dalam posisi canul 4 lpm
semi fowler. - Pasien tampak
memahami
DO:
informasi yang
- Pasien tampak dalam
dianjurkan
posisi semi fowler
A: Masalah Belum
b. Berikan oksigen, jika teratasi
perlu
DS : - P: Lanjutkan Intervesi:
- Monitor Pola
DO: Napas (frekuensi
- Pasien mendapatkan napas)
nasal canul 4 lpm - Posisikan semi-
E: fowler atau fowler
a. Ajurkan asupan cairan - Berikan oksigen,
2000 ml/hari, jika jika perlu
tidak kontraindikasi - Ajurkan asupan
DS: cairan 2000
- Pasien mengatakan akan ml/hari, jika tidak
mengikuti ajuran yang kontraindikasi.
diberikan.

DO:
- Pasien tampak
memahami informasi
yang dianjurkan
CATATAN PERKEMBANGAN HARI 2

Nama Klien : Tn. S No. Register : 002248X

Umur : 78 tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Alamat : Kranon Kepek

Wonosari

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 19 O: S: Kel 22
November a. Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
2022 tanda/gejala sesak sudah
primer penurunan berkurang
curah jantung - Pasien mengatakan
(dipsnea, masih lelah
kelelahan) - Pasien mengatakan
DS : neyri pada dada
- Pasien sudah berkurang
mengatakan sesak - Pasien mengatakan
berkurang neyri pada skala 2
- Pasien - Keluarga pasien
mengatakan lelah mengatakan pasien
DO : sudah aktivitas
- Pasien tampak miring kiri-miring
lelah kanan
- Pasien tampak
sesak O:
- Respirasi 24 x/i - Pasien tampak
masih sesak
b. Mengidentifikasi - Respirasi 24 x/i
tanda/gejala - Pasien tampak
sekunder pucat
penurunan curah - SpO2 93%
jantung (kulit - Pasien tampak
pucat) rileks
DS : - - Pasien tampak
DO : pasien tampak
pucat miring kiri

c. Memonitor saturasi A : Masalah teratasi


oksigen sebagian
DS : -
DO : P : Lanjutkan intervensi
- SpO2 : 93% a. Identifikasi
tanda/gejala primer
d. Memonitor dan sekunder
keluhan nyeri dada penurunan curah
DS : jantung
- Pasien mengatakan b. Monitor nyeri dada
nyeri pada dada c. Monitor saturasi
sebelah kanan oksigen
- Pasien mengatakan d. Anjurkan aktivitas
nyeri dada sesuai toleransi
bertambah saat
bergerak
- Pasien mengatakan
nyeri dada
berkurang saat
istirahat
- Pasien mengatakan
nyeri pada skala 2
- Pasien mengatakan
nyeri timbul
seperti di tusuk
tusuk
- Pasien mengatakan
neyri timbul 2-3
detik
DO :
Pasien tampak sedikit
rileks

E:
Menganjurkan
beraktivitas sesuai
toleransi
DS :
Keluarga pasien
mengatakan pasien
hanya beraktivitas
hanya miring kiri dan
miring kanan
DO :
Pasien tampak miring
sebelah kiri
2 19 Melakukan latihan S:
November rentang gerak pasif - Keluarga
2022 dan/atau aktif mengatakan pasien
DS : sudah bisa duduk
- Keluarga pasien dengan bantuan
mengatakan pasien - Keluarga pasien
sudah mampu mengatakan pasien
menggerakkan bisa menggerakkan
badan walaupun di badan dengan di
bantu bantu
DO :
- Keluarga pasien O:
membantu pasien - Keluarga pasien
untuk tampak membantu
menggerakkan pasien untuk
badan pasien bergerak Kel 22
- Pasien tampak
Menganjurkan duduk dibantu
melakukan aktivitas dengan keluarga
secara bertahap
DS : A: Masalah teratasi
- Keluarga pasien sebagian
mengatakan pasien
sudah mulai bisa P : Lanjutkan intervensi
duduk walaupun a. Latih rentang
dengan bantuan gerak aktif dan
DO : pasif
- Keluarga pasien b. Anjurkan
tampak membantu melakukan
pasien untuk aktivitas secara
duduk bertahap
3 19 O: S: Kel 22
November Mengidentifikasi - Keluarga pasien
2022 kebiasaan aktivitas mengatakan hanya
perawatan diri sesuai menyeka pasien
usia - Keluarga
DS: mengatakan
- Keluarga pasien menggantu baju
mengatakan pasien
kemarin hanya - Keluarga pasien
menyeka saja mengatakan sudah
- Keluarga pasien menyisir rambut
mengatakan pasien
kemarin sudah
mengganti baju O:
pasien walaupun - Rambut pasien
hanya celana saja tampak rapi
DO: - Baju pasien
- Pasien tampak tampak sudah ganti
sedikit sudah - Badan pasien
bersih terlihat bersih
- Celana pasien
sudah ganti A: Masalah teratasi
Sebagian
T:
Memfasilitasi P: Lanjutkan intervensi
kemandirian, bantu kemampuan merawat
jika tidak mampu diri
melakukan
perawatan diri
DS :
- Keluarga pasien
mengatakan sudah
mulai berani untuk
menyeka bagian
wajah pasien dan
menyeka badan
pasien
- Keluarga pasien
mengatakan sudah
bisa mengganti
celana pasien.
- Keluarga pasien
mengatakan sudah
menyisir rambut
pasien
DO :
- Rambut pasien
terlihat lebih rapi
- Sprai pasien masih
tampak kotor
- Badan pasien
tampak bersih
karena habis di
seka
- Kuku pasien
tampak masih
panjang

E:
Menganjurkan
melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
DS:
- Keluarga
mengatakan pagi
sudah menyeka
badan pasien dan
mencuci muka
pasien
- Keluarga
mengatakan tadi
pagi sudah
menyisir rambut
pasien
DO :
- Keluarga pasien
tampak sudah
berani untuk
merawat
kebersihan diri
pasien
4 19 Memonitor respon S : pasien mengatakn
November terhadap terapi sedikit lega setelah
2022 DS : pasien mengatakn selesai melakukan
sedikit lega setelah terapi
selesai melakukan
terapi O: pasien tampak lebih
DO: pasien tampak tenang, gelisah sudah
lebih tenang, gelisah berkurang
Kel 22
sudah berkurang
A: Masalah teratasi
sebagian

P: intervensi
dilanjutkan
Memonitor respon
terhadap terapi
5. O: S:
a. Memonitoring - Pasien mengatakan
Pola Napas nyaman dalam
(frekuensi napas) posisi semi fowler.
- Pasien mengatakan
DS: -
sudah mengikuti
DO: ajuran yang
- RR : 24 x/i diberikan.
- Pasien mengatakan
T: sesaknya mulai
a. Posisikan semi- berkurang
fowler atau
O:
fowler - RR : 24 x/i
DS: - Pasien tampak
- Pasien mengatakan dalam posisi semi
nyaman dalam fowler.
posisi semi fowler. - Pasien mendapatkan
nasal canul 3 lpm
DO: - Pasien tampak
- Pasien tampak memahami
dalam posisi semi informasi yang
fowler. dianjurkan
b. Berikan oksigen, A: Masalah teratasi
jika perlu sebagian
DS:
- Pasien mengatakan P: Lanjutkan Intervesi:
sesaknya mulai - Monitor Pola
berkurang. Napas (frekuensi
napas)
DO: - Berikan oksigen,
- Pasien mendapatkan jika perlu
nasal canul 3 lpm

E:
a. Ajurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
DS:
- Pasien mengatakan
sudah mengikuti
ajuran yang
diberikan.

DO:
- Pasien tampak
memahami
informasi yang
dianjurkan
CATATAN PERKEMBANGAN HARI 3

Nama Klien : Tn. S No. Register : 002248X

Umur : 78 tahun Diagnosa Medis : CHF

Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Alamat : Kranon Kepek

Wonosari

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
1 20 O: S: Kel 22
November a. Mengidentifikasi - Pasien
2022 tanda/gejala mengatakan sesak
primer penurunan sudah berkurang
curah jantung - Pasien
(dipsnea, mengatakan neyri
kelelahan) pada dada sudah
DS : berkurang
- Pasien - Pasien
mengatakan sesak mengatakan neyri
berkurang pada skala 2
DO : - Keluarga pasien
- Pasien tampak mengatakan
sesak pasien sudah bisa
- Respirasi 22 x/i duduk sendiri

b. Mengidentifikasi O:
tanda/gejala - Pasien tampak
sekunder masih sesak
penurunan curah - Respirasi 22 x/i
jantung (kulit - Pasien tampak
pucat) pucat
DS : - - SpO2 95%
DO : pasien tampak - Pasien tampak
pucat rileks
- Pasien tampak
c. Memonitor saturasi duduk
oksigen
DS : - A : Masalah teratasi
DO : sebagian
- SpO2 : 95%
P : Lanjutkan
d. Memonitor intervensi
keluhan nyeri dada a. Identifikasi
DS : tanda/gejala
- Pasien mengatakan primer dan
nyeri pada dada sekunder
sebelah kanan penurunan curah
- Pasien mengatakan jantung
nyeri dada b. Monitor saturasi
bertambah saat oksigen
bergerak
- Pasien mengatakan
nyeri dada
berkurang saat
istirahat
- Pasien mengatakan
nyeri pada skala 2
- Pasien mengatakan
nyeri timbul
seperti di tusuk
tusuk
- Pasien mengatakan
neyri timbul 2-3
detik
DO :
Pasien tampak sedikit
rileks

E:
Menganjurkan
beraktivitas sesuai
toleransi
DS :
Pasien mengatakan
pasien sudah bisa
duduk sendiri
DO :
Pasien tampak duduk
tanpa bantuan
2 20 Melakukan latihan S:
November rentang gerak pasif - Keluarga
2022 dan/atau aktif mengatakan
DS : pasien sudah bisa
- Keluarga pasien duduk sendiri
mengatakan pasien - Keluarga pasien
sudah mampu mengatakan
menggerakkan pasien bisa
badan sendiri menggerakkan
DO : badan sendiri
- Pasien
menggerakkan O:
Kel 22
badan sendiri - Pasien tampak
duduk sendiri
Menganjurkan - Pasien tampak
melakukan aktivitas menggerakkan
secara bertahap badan sendiri
DS :
- Keluarga pasien A: Masalah teratasi
mengatakan pasien
sudah mulai bisa P : Hentikan intervensi
duduk sendiri
DO :
Pasien tampak duduk
3 20 O: S: Kel 22
November Mengidentifikasi - Keluarga pasien
2022 kebiasaan aktivitas mengatakan
perawatan diri sesuai sudah menyeka
usia pasien 2x sehari
DS: - Keluarga pasien
- Keluarga pasien sudah mengganti
mengatakan sudah baju pasien
menyeka pasien
sehari 2 x pagi dan O:
sore - Pasien tampak
- Keluarga pasien bersih
mengatakan habis - Rambut pasien
menyeka tampak rapi
mengganti pakaian - Sprai pasien
pasien tampak lebih rapi
DO: - Kuku pasien
- Pasien tampak tampak lebih
lebih rapi dan tidak bersih
kotor
A: Masalah sudah
T: teratasi
Memfasilitasi
kemandirian, bantu P: Intervensi
jika tidak mampu dihentikan.
melakukan
perawatan diri
DS :
- Keluarga pasien
mengatakan sudah
berani untuk
merawat diri pasien
- Keluarga pasien
mengatakan sudah
berani untuk
mengganti sprai
tempat tidur pasien
dan keluarga
meminta bantuan
DO :
- Pasien tampak
lebih rapi
4 20 Memonitor respon S: Kel 22
November terhadap Nafas Pasien mengatakan
2022 Dalam nyeri berkurang
DS : setelah selesai
Pasien mengatakan melakukan nafas
nyeri berkurang setelah dalam
selesai melakukan
nafas dalam O:
DO: Pasien tampak lebih
Pasien tampak lebih tenang
tenang
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi
dihentikan
5. O: S:
a. Memonitoring - Pasien
Pola Napas mengatakan sesak
(frekuensi napas) berkurang
O:
DS: -
- RR : 22 x/i
DO: - Pasien
- RR : 22 x/i mendapatkan
nasal canul 3 lpm
T:
A: Masalah teratasi
a. Berikan oksigen, sebagian
jika perlu P: Lanjutkan
DS: Intervesi:
- Pasien mengatakan - Monitor Pola
sesak berkurang. Napas (frekuensi
napas)
DO: - Berikan oksigen,
- Pasien mendapatkan
jika perlu
nasal canul 3 lpm
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pada tahapan ini akan menguraikan tentang pembahasan asuhan

keperawatan pada pasien Tn. S umur 78 tahun, jenis kelamin laki-laki

dengan diagnosa medis CHF yang di rawat di Ruang Wijaya Kusuma

RSUD Wonosari, pada tanggal 18 November 2022, jam 19:00 WIB.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian didapatkan

data pasien dengan keluhan utama Pasien mengatakan sesak saat benapas,

Pasien mendapatkan terapi 02 Nasal Kanul 3 lpm. Nadi teraba lemah,

CRT > 5 detik, Pasien tampak pucat Keluarga pasien mengatakan selama

sakit pasien hanya berbaring di tempat tidur saja karena kalau banyak

bergerak dada pasien berdebar-debar dan nyeri. Pasien mengatakan sesak

napas saat banyak bergerak. Pasien mengatakan sering lelah, Pasien

tampak badrest Pasien tampat tidur telentang, pasien tampak tidak

beraktivitas, Pasien tampak sesak saat bernapas. Keluarga mengatakan

selama sakit pasien belum ada diseka badannya Keluarga pasien

mengatakan belum mengganti pakaian pasien karena takut, Keluarga

pasien juga mengatakan kuku pasien panjang-panjang. Pasien tampak

belum ganti pakaian sejak masuk rumah sakit, Kuku pasien tampak

panjang dan kotor Tempat tidur pasien tampak kotor, Rambut pasien

tampak berantakan, Baju pasien tampak lusuh karena belum diganti.

Pasien mengatakan setelah mengalami sakit ini ia takut akan kematian,


Keluarga mengatakan khawatir akan kesehatan pasien. Pasien tampak

gelisah dan Pasien tampak tegang.

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung

gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun

tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016). Gagal jantung

adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh

kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh

gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel

(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)

(Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).

Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas

jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung

normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan

mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.

Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus

menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada

setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah

darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi

yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang

serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan

ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan


perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah

satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.

B. Dignosa

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, didaptkan

beberapa diagnosa menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) antara

lain sebagai berikut :

1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan

Afterload

Penurunan Curah Jantung adalah jantung memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan

Antara Suplai Dan Kebutuhan Oksigen

Intoleransi Aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktifitas sehari-hari.

3. Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian dan Berhias

berhubungan dengan kelemahan

Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian dan Berhias adalah tidak

mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.

4. Ansietas berhubungan dengan Ancaman Terhadap Kematian

Ansietas adalah Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman

subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat

antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan

untuk menghadapi ancaman.


5. Pola Napas tidak efektif b.d Hambatan Upaya napas

Pola Napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi yang adekuat.

C. Intervensi

Intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi ke empat

diagnosa diatas Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017) yaitu:

1. Perubahan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload

dengan kode Intervensi (I.02075)

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Antara

Suplai Dan Kebutuhan Oksigen (I.05178)

3. Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian dan Berhias berhubungan

dengan Kelemahan (I.11348)

4. Ansietas berhubungan dengan Ancaman Terhadap Kematian

(I.09326)

5. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Manajemen Jalan Napas

berubungan (I.01011)

D. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah mengacu pada

intervensi yang telah ditetapkan. Dimana semua intervensi dilakukan


secara menyeluruh dan koperatif. Adapun implementasi yang dilakukan

masing-masing diagnosa adalah :

1. Diagnosa Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan

Afterload dengan implementasi :

- Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung

(dipsnea, kelelahan)

- Mengidentifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung

(kulit pucat)

- Memonitor saturasi oksigen

- Memonitor keluhan nyeri dada

- Menganjurkan beraktivitas sesuai toleransi

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Antara

Suplai Dan Kebutuhan Oksigen dengan implementasi :

- Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

- Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3. Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian dan Berhias berhubungan

dengan Kelemahan dengan implementasi :

- Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

- Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan

perawatan diri

- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai

kemampuan
4. Ansietas berhubungan dengan Ancaman Terhadap Kematian dengan

implementasi

- Memonitor respon terhadap terapi

- Memonitor respon terhadap Nafas Dalam

5. Pola Napas tidak efektif b.d Hambatan Upaya napas

- Memonitoring Pola Napas (frekuensi napas)

- Memposisikan semi-fowler atau fowler

- Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak


kontraindikasi

E. Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi penerapan asuhan keperawatan pada

Tn. S, untuk diagnosa keperawatan masalah penurunan curah jantung

teratasi sebagian. Untuk diagnosa keperawatan Intoleransi Aktivitas

berhubungan dengan Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan Kebutuhan

Oksigen didapatkan hasil akhir bahwa: Masalah teratasi. Untuk diagnosa

keperawatan Defisit Perawatan Diri : Mandi, Berpakaian dan Berhias

berhubungan dengan Kelemahan didapatkan hasil akhir bahwa Masalah

teratasi, dan untuk dignosa Ansietas berhubungan dengan Ancaman

Terhadap Kematian didapatkan hasil akhirnya Pasien tampak lebih tenang

pun teratasi hal ini berarti tujuan yang telah ditetapkan oleh penulis telah

dilakukan dengan baik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dari Tn. S dengan CHF diruang Wijaya

kusuma RSUD WONOSARI. Dapat disimpulkan bahwa :

1. Seluruh pengkajian yang dilakukan dan didapatkan hasil data yang

sesuai dengan teori yang digunakan.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan pohon masalah

yang dibuat Adapun diagnosa tersebut adalah Penurunan curah

jantung, intoleransi aktifitas, Defisit perawatan diri, dan ansietas.

3. Intervensi yang direncanakan dibuat sesuai dengan kondisi pasien.

4. Implementasi semua intervensi yang ditetapkan telah dilakukan

secara keseluruhan.

5. Evaluasi dimana ketika diagnosa adalah penurunan curah jantung,

tujuan masalah teratasi sebagian, intoleransi aktifitas tujuan

masalah teratasi, defisit perawatan diri tujuan masalah teratasi dan

ansietas tujuan masalah teratasi ditandai dengan pasien tampak

lebih tenang.

B. Saran
1. Bagi profesi keperawatan

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan referensi dalam menetapkan

intervensi pada pasien dengan penyakit CHF tetapi juga pada

pasien umumnya.

2. Bagi rumah sakit

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan

manajemen keperawatan yang harus diimplementasikan secara

komprehensif sesuai dengan disiplin ilmu keperawatan

3. Bagi penulis

Dari hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan upaya penulis untuk

menjadikannya acuan dan dasar dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang bagaimana pasien

dengan Penyakit CHF.


DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive

Heart Failure (Chf) Di Bangsal Jantung Rsup Dr. Djamil Padang

Aspaiani, Ry. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan

Kardiovaskuler: Aplikasi Nic&Noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Egc.

Evy Aulia Anita, Bambang Sarwono, Dwi Ari Murti Widigdo. (2021). Studi

Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif.

Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Semarang

Fajriah Nur Rahmadhani. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien

Dengan Gagal Jantung Kongestif (Chf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.

Samarinda

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate

Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure. Procedia

ComputerScience,124,

197–204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.

Melanie, R. (2012). Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas Tidur

dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur

Terhadap Kualitas Tidur Dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di

Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 15.


Nurarif,a.h. (2015) .Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis

Dan Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan

Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.

Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2017). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan

Discharge Planning Pada Pasien Di Ruang Tulip 1c Rsud Ulin Banjarmasin.

Dunia Keperawatan, 4(2), 82. https://doi.org/10.20527/dk.v4i2.2509.

Prasetyo, A. S. (2015). Keadaan Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung

Kongestif. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama,

2015; 4(1), 49-60

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

DPP PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI.2018,Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik, Cetakan III. Jakarta. DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan. Cetakan II. Jakarta. DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan. Cetakan II. Jakarta. DPP PPNI

Russel, D. M. (2011). 6 Bebas Dari Penyakti Paling Mematikan (Tim MedPre).

Yogyakarta

Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.

Brunner & suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.


Widagdo, F., Karim, D., & Novayellinda, R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Dirumah Sakit Pada Pasien CHF. Jurnal

Online Mahasiswa, 2015; 2 (1), 580-58

Anda mungkin juga menyukai