Anda di halaman 1dari 50

Laporan Praktik Profesi Elektif

PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TERHADAP SKOR KELELAHAN


PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG CVCU RSUD ARIFIN
ACHMAD

Disusun oleh:
Mahdalena, S. Kep
NIM. 2011437715

Pembimbing Akademik:
Ns. Ade Dila Ruri, MNSc

Pembimbing Klinik
Ns. Rosmalinda, S.Kep.

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar istilah

kardiovaskuler. Kardiovaskuler adalah sistem pompa darah dan saluran-salurannya

(sampai ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan serta oksigen dalam darah

keseluruh tubuh (Russel, 2011)

Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting dalam

kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita mempunyai masalah

mengingat bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018).

Penyakit Jantung adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung

dan pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit jantung, tetapi yang paling umum

adalah penyakit jantung koroner dan stroke, namun pada beberapa kasus ditemukan

adanya penyakit kegagalan pada sistem kardiovaskuler (Homenta, 2014).

Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya dikenal dengan istilah gagal

jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah ke

seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi

dengan baik. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung

kanan (Mahananto & Djunaidy, 2017).

Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia disebabkan oleh

penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari seluruh

kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% disebabkan oleh penyakit

jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta dari 39,5 juta kematian (WHO,2015).
Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data menunjukan prevalensi

penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5% dari total

penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi penyakit

jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta

2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki prevalensi lebih tinggi

dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8%

(Kemenkes RI, 2018).

Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang salah

mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal jantung

menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal tergantung bagian jantung mana yang

mengalami gangguan (Russel, 2011).

Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang

mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit jantung iskemik,

penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis,

kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula

arteriovenosa). Apabila dominan pada sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru

kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital

(VSD,PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam

(Aspani, 2016).

Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema, anorexia, mual,

dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri menimbulkan gejala cepat lelah,

berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian

kanan dan kiri sama-sama mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan
adanya bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik dan

sirkulasi paru (Aspani, 2016).

Pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan menunjukkan

masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan

kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola

nafas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri,

ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit (Aspani, 2016).

Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan

yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki kontraktilitas atau perfusi sistemik,

istirahat total dalam posisi semi fowler, memberikan terapi oksigen sesuai dengan

kebutuhan, menurunkan volume cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan

haluaran (Aspani, 2016).

Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang dialami

pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi tidur semi fowler 45° terhadap kualitas

tidur dan tanda vital pasien gagal jantung diruang rawat intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung. Hasil Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur

terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. Namun, tidak ada pengaruh yang signifikan

antara sudut posisi tidur terhadap tanda vital. Oleh karena itu pengaturan sudut posisi

tidur dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik, sehingga bisa dipertimbangkan sebagai

salah satu intervensi untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.

Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah penting

kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama sehingga sangat

diperlukan peran perawat dalam penanganan pasien gagal jantung. Adapun peran perawat

yaitu care giver merupakan peran dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan
pendekatan pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang

teridiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi

(Gledis & Gobel, 2016). Selain itu perawat berperan melakukan pendidikan kepada pasien

dan keluarga untuk mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan tindak

lanjut di rumah (Pertiwiwati & Rizany, 2017).

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut dalam penerapan asuhan keperawatan di ruang CVCU dengan judul “Pengaruh

pijat punggung terhadap skor kelelahan pasien gagal jantung Di ruang CVCU RSUD

Arifin Achmad”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun oleh ners muda maka rumusan

masalah untuk makalah ini ialah, bagaimana pengaruh pijat punggung terhadap skor

kelelahan pasien gagal jantung Di ruang CVCU RSUD Arifin Achmad?.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:

a. Mengetahui pengaruh pijat punggung terhadap skor kelelahan pasien gagal jantung

Di ruang CVCU RSUD Arifin Achmad.

b. Menganalisis artikel yang berhubungan dengan pijat punggung terhadap skor

kelelahan pasien gagal jantung Di ruang CVCU RSUD Arifin Achmad.

c. Menerapkan evidence based practice yang sesuai dengan kebutuhan pasien di ruang

CVCU RSUD Arifin Achmad.


D. Manfaat

1. Bagi Institusi/ Petugas Kesehatan

Hasil Evidence Based Nursing Practice diharapkan dapat menjadi acuan penyusun

kebijakan terkait dengan pilihan tindakan untuk mengurangi skor kelelahan pasien

gagal jantung.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya bagi ilmu

keperawatan medical bedah tentang tindakan untuk mengurangi skor kelelahan

pasien gagal jantung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Jantung

1. Defenisi

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal

mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan

pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).

Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai

oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh

kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang

menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan

atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam

(nurarif, a.h 2015).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi

memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk

keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan

pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

2. Etiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut:

(Aspani, 2016)

a. Disfungsi miokard

b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).


1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus

arteriosus paten

2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta

3) Disaritmia

c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)

d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya

kardiomiopati.

Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan

gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,

menyebabkan kontraktilitas menurun.

b. Aterosklerosis koroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium

menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang

abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .

c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)


Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung

melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi

ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik

dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk

terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

d. Penyakit jantung lain

Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara

langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup

gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),

ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,

perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.

Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume

(peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan

(after load).

e. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,

tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke

jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik

dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

3. Manifestasi klinis

a. Gagal Jantung Kiri

1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar

saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan


bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui

auskultasi.

2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal

paroksismal (PND).

3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat

berubah menjadi batuk berdahak.

4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).

5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.

6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih

dimalam hari)

7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala

seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi,

gelisah, ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.

8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.

b. Gagal Jantung Kanan

Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan

jantung tidak mampu mengosongkan volume darah ddenga adekuat sehingga

tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali

dari sirkulasi vena.

1) Edema ekstremitas bawah

2) Distensi vena leher dan escites

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena di hepar.

4) Anorexia dan mual

5) Kelemahan
4. Klasifikasi gagal jantung

Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association

(NYHA), sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Klasifikasi Fungsional gagal jantung

Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak


menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau keletihan
berlebihan
Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan
keletihan dan palpitasi.
Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa
nyaman ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang
kurang dari biasa dapat menimbulkan gejala.
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa
merasa tidak nyaman : gejala gagal jantung kongestif
ditemukan bahkan pada saat istirahat dan
ketidaknyamanan semakin bertambah ketika
melakukan aktifitas fisik apapun.
Sumber : (Aspiani,2016)

5. Patofisiologis

Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai

organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal

disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung

normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan

curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan

perfusi organ vital normal.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu

meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat


aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan

usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin

memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir

normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.

Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung

yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah

jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk

mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup

yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa

pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah

yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi

pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan

arteriol). Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan

menurun.

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis

koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah ke

otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark

miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau

pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat

dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas

jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan

kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara

terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel

kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah

ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal

jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :

a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan

aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.

b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk

menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.

c. Ekokardiografi

1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan

kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama

EKG)

2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)

3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan

transesofageal terhadap jantung)

d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau

insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal

f. Elektrolit : Mungkinbberuban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi

ginjal terapi diuretik

g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal

jantung kongestif akut menjadi kronis.

h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis

respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2

(akhir)

i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN

menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin

merupakan indikasi

j. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan

hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung

7. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :

a. Terapi farmakologi :

Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin

converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker

(ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia

pada pasien dengan keluhan konstipasi.

b. Terapi non farmakologi :


Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya

hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit prognosis, obat-obatan

serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.

B. Fatigue

1. Pengertian

Fatigue atau kelelahan didefinisikan sebagai sesuatu yang luar biasa,

melemahkan, dan rasa kelelahan yang berkelanjutan yang dapat mengurangi

kemampuan untuk berfungsi dan melakukan kegiatan sehari-hari (Matura, Malone,

Jaime-Lara, & Riegel, 2018).Kelelahan adalah gejala subjektif, tidak menyenangkan,

yang menyatu. Perasaan tubuh total mulai dari kelelahan hingga kondisi kelelahan

keseluruhan yang tak henti-hentinya, yang mengganggu kemampuan individu untuk

berfungsi sesuai kapasitas normal mereka (Ekman & Ehrenberg, 2002).

Berikut pengertian fatigue/kelelahan secara umum menurut (Finsterer &

Mahjoub, 2014)

a. Penurunan progresif dalam kemampuan untuk mengaktifkan otot secara sadar.

b. Kesulitan dalam memulai atau mempertahankan kegiatan.

c. Persepsi perasaan lelah kognitif setelah melakukan kegiatan kognitif yang

melibatkan konsentrasi.

2. Klasifikasi fatigue

Fatigue dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Fatigue Akut

Fatigue yang terjadi kurang dari 6 bulan. Dapat terjadi pada individu yang

sehat.Biasanya terjadi sementara dan dapat hilang dengan istirahat yang cukup

(Finsterer & Mahjoub, 2014)


b. Fatigue Kronis

Fatigue yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Terjadi pada individu yang

sakit. dapat mengganggu kualitas kehidupan, mungkin berdampak negatif pada

emosional, sosial, atau pekerjaan dan dapat menyebabkan kecacatan(Finsterer &

Mahjoub, 2014). Kelelahan kronis tidak responsif terhadap istirahat dan mungkin

merupakan tanda patologi yang mendasarinya (Matura et al., 2018).

3. Dampak fatigue

Kelelahan adalah respons normal terhadap dampak fisik atau stres tetapi juga

bisa menjadi tanda kekacauan fisik. Dalam pengertian umum, kelelahan adalah suatu

kondisi yang diketahui semua orang dari pengalamannya sendiri, terlepas dari dirinya

usia, jenis kelamin, atau kesehatan. Pada individu yang sehat, kelelahan adalah reaksi

fisiologis yang berlangsung lama, aktivitas yang intens. Ini dapat diprediksi dan

sementara(Matura dkk, 2018). Hal Ini dapat berkurang dengan istirahat dan biasanya

tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Kelelahan pada penyakit individu memiliki

karakter berbeda. Individu yang sakit menggambarkan kelelahan sebagai rasa lelah

yang luar biasa saat istirahat, kelelahan dengan aktivitas, kurangnya energi yang

menghalangi tugas harian, inersia atau kurangnya daya tahan, atau hilangnya

semangat(Matura dkk, 2018). Kelelahan memiliki efek negatif berdampak pada

fungsi emosional, sosial, atau pekerjaan dan menyebabkan gangguan serius dalam

kualitas hidup secara keseluruhan (Matura dkk, 2018).

4. Faktor yang mempengaruhi

a. Usia

Beberapa aspek kelelahan bergantung pada usia. Persepsi kelelahan dan

keletihan meningkat seiring bertambahnya usia. Serat otot tipe I mampu bertahan

seiring penuaan, sedangkan serat otot tipe II berkurang seiring bertambahnya usia.
Orang yang lebih muda memiliki lebih banyak tipe Serat IIb daripada individu

yang lebih tua (Finsterer & Mahjoub, 2014).

b. Jenis Kelamin

Mengenai perbedaan antara jenis kelamin, pria mengalami neuromuskuler

perifer yang lebih jelas perubahannya yang terwujud sebagai pengurangan

kekuatan puncak otot quadricep yang lebih besar (torsi) setelah latihan daripada

wanita(Finsterer & Mahjoub, 2014). Di sisi lain wanita mengalami pengurangan

potensi motorik lebih jelas yang ditimbulkan ampitudo quadricep bila

dibandingkan dengan laki-laki. Pengurangan di pusat saraf quadricep dan

pertahanan tekanan lutut pada kekuatan terbesar (torsi) dapat meningkatkan risiko

lutut cedera pada wanita (Finsterer & Mahjoub, 2014).

5. Fatigue pada pasien gagal jantung

Fatigue adalah salah satu gejala utama pada gagal jantung yang digambarkan

pasien sebagai kelelahan fisik karena kehilangan energi yang berdampak pada

aktivitas sehari-hari untuk tetap mandiri (Austin, 2012). Fatigue dilaporkan sebagai

salah satu gejala paling menyusahkan pada pasien gagal jantung. Secara keseluruhan,

gejala-gejala ini dapat menyebabkan tingkat ketidaknyamanan umum, gangguan

mental, kesedihan atau penderitaan yang semuanya dapat mempengaruhi psikologis

pasien (Falk et al., 2009).

Fatigue terjadi karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

karena jantung gagal mempertahankan sirkulasi (Smith, et all 2008) sehingga pasokan

energi tidak dapat memenuhi permintaan energi yang dapat mempengaruhi baik

emosional maupun kesejahteraan fisik pasien (Ekman & Ehrenberg, 2002). Pada

pasien dengan gagal jantung, jantung mengalami disfungsi yang berakibat jantung

tidak dapat mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat untuk kebutuhan tubuh
meskipun tekanan pengisian cukup, sehingga curah jantung mengalami penurunan

(Gray, 2002). Penurunan curah jantung akan menyebabkan vasokonstriksi yang

memperburuk sirkulasi, sehingga kondisi perfusi perifer mengalami penurunan.

Kondisi tersebut akan menyebabkan kelelahan pada pasien gagal jantung(Tang, Yu,

& Yeh, 2010).

Faktor yang mempengaruhi fatigue pada gagal jantung diantaranya:

a. Usia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Woung-Ru dkk dan Evangelista

mengemukakan bahwa semakin tinggi umur maka pasien cenderung semakin

cemas,sehingga pasien cenderung mengalami kelelahan (Woung-Ru, 2010).

b. Jenis Kelamin

Mengenai perbedaan antara jenis kelamin, pria mengalami neuromuskuler

perifer yang lebih jelas perubahannya yang terwujud sebagai pengurangan

kekuatan puncak otot quadricep yang lebih besar (torsi) setelah latihan daripada

wanita (Finsterer & Mahjoub, 2014). Di sisi lain wanita mengalami pengurangan

potensi motorik lebih jelas yang ditimbulkan ampitudo quadricep bila

dibandingkan dengan laki-laki. Pengurangan di pusat saraf quadricep dan

pertahanan tekanan lutut pada kekuatan terbesar (torsi) dapat meningkatkan risiko

lutut cedera pada wanita (Finsterer & Mahjoub, 2014).

c. Grade gagal jantung

Dalam penelitian Lainsamputty & Mei-Chen (2018) menemukan sebagian

besar responden berada di grade gagal jantung kelas II (902%), hal ini sejalan

dengan penelitian Friedmann (2014) menemukan sebagian besar peserta grade

gagal jantung kelas II sebanyak 70,3% mengunjungi rawat jalan gagal jantung.

d. Komorbiditas
Komorbiditas gagal jantung dibagi menjadi Cardiovasculer problems dan

NonCardiovasculer Problems. CAD/ACS adalah penyakit kardiovaskuler yang

paling umum mendasari diantara responden (43,1%). Temuan ini sejalan dengan

penemuan Falk et al (2009) dimana responden memiliki penyakit CAD sebagai

komorbiditas tertinggi (67%). Namun terdapat penelitian juga mengemukakan

hipertensi merupakan komorbiditas utama pasien gagal jantung (Lum dkk, 2016).

C. Konsep Pijat Punggung

1. Definisi

Perkataan massage berasal dari bahasa Arab “Maas” yang berarti menyentuh

atau meraba. Massage diambil dari bahasa Francis. Dalam bahasa Indonesia disebut

pijat atau mengurut (lutut). Massage dapat diartikan pijat yang telah disempurnakan

dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia. Dapat pula didefinisikan dengan gerakan-

gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan

bermacammacam bentuk pegangan atau manipulasi.

Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling

bermanfaat dalam perawatan fisik (badan). Massage mengarahkan penerapan

manipulasi (penanganan) perawatan dari bagian luar tubuh yang dilakukan dengan

perantaraan tangan atau dengan bantuan alat-alat listrik (mekanik) seperti steamer

facial, vibrator dan sebagainya.

2. Aplikasi massage
Bagian tubuh yang dapat dimassage terutama pada bagian kulit kepala,

wajah, leher, bahu, punggung, dada bagian atas, tangan dan lengan.Hal hal yang

perlu dilakukan dalam melakukan massage:

a. Massage tidak dilakukan pada kondisi : jantung tidak baik, tekanan darah

tinggi sendi dan kelenjar membengkak, kulit lecet, pembuluh kapiler pecah

b. Massage membutuhkan sentuhan yang pasti dan kuat, hingga membangkitkan

kepercayaan pada orang yang diurut

Mengerjakan massage merupakan gabungan atau kombinasi dari satu atau

lebih gerakan dasar sesuai kondisi orang yang diurut serta hasil yang diinginkan.

Hasil perawatan massage tergantung atas besarnya tekanan, arah gerakan, dan

lamanya masing-masing jenis pengurutan.

3. Khasiat fisiologis massage

Khasiat pengurutan badan, lengan, dan tungkai pada jaringan-jaringan tubuh :

a. Meningkatkan peredaran darah kulit, dan merangsang susunan sensorik kulit

secara berirama

b. Meningkatkan peredaran darah otot dan menghilangkan tegangan serabut-

serabut otot

c. Memperbaiki gangguan ikat-ikat (ligamentum)

d. Melancarkan peredaran darah dan limfe

e. Merangsang susunan saraf secara berirama untuk mencapai efek seudatif

(merangsang dan menenangkan

f. Jaringan lemak : tidak terpengaruh oleh massage

4. Teknik Pemijatan secara khusus

Pemijatan sempurna, terdiri atas lima macam gerakan pokok :

a. Effleurage atau mengusap


Effleurage adalah gerakan urut mengusap yang dilakukan secara berirama

dan berturut-turut ke arah atas. Gerakan mengusap, yaitu gerakan ringan dan

terus menerus yang dilakukan dengan ujung jari bagian bawah pada bagian wajah

yang sempit seperti hidung dan dagu, dan dengan telapak tangan pada bagian

wajah yang lebar seperti dahi dan pipi.

Effleurage sering dipakai untuk muka, leher, kulit kepala, punggung, dada,

lengan dan kaki. Effleurage memiliki efek seudatif yaitu memberikan efek

menenangkan, hingga selalu dipakai diawal dan akhir pengurutan.

Khasiat gerakan urut ini :

1) Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah mati

2) Akibat pengusapan terhadap peredaran darah dan getah bening adalah

berikut:

a) Mempercepat pengangkutan zat-zat sampah dan darah yang

mengandung karbondioksida, memperlancar aliran limfe baru dan darah

yang mengandung sari makanan dan oksigen

b) Pertukaran zat (metabolisme) di semua jaringan meningkat dan

pemberian makanan kepada kulit dari dalam tubuh lebih terjamin.

b. Friction atau menggosok

Gerakan ini memberi tekanan pada kulit untuk memperlancar sirkulasi

darah, mengaktifkan kelenjar kulit, menghilangkan kerut dan memperkuat otot

kulit. Lakukan pijatan melingkar ringan dengan dua ujung jari yang ditekankan

tegak lurus pada bagian yang dipijat.

Khasiat gerakan friction yaitu :

1) Berpengaruh terhadap penyembuhan bagian-bagian jaringan yang sakit atau

kurang sempurna
2) Produksi kelenjar-kelenjar palit atau lemak oleh tekanan dan pelepasan

urutan menggosok ini, dirangsang hingga cara ini berfaedah terutama untuk

kulit kering.Friction mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peredaran

darah dan aktivitas kelenjar-kelenjar dalam kulit

c. Petrisage atau memijit/meremas

Gerakan ini menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk menjepit

beberapa bagian kulit. Pijatan jenis ini perlu sedikit tekanan (pressure) yang

dilakukan secara ringan dan berirama. Fulling adalah suatu bentuk petrisage yang

kebanyakan dipakai untuk mengurut lengan. Dengan jari kedua belah tangan,

lengan dipegang dan satu gerakan memijat dilakukan pada otot.

Khasiat gerakan petrisage adalah : Memperlancar penyaluran zat-zat dalam

jaringan ke dalam pembuluhpembuluh darah dan getah bening. Darah dan getah

bening mengantarkan sari makanan ke jaringan dan membawa ampas pertukaran

zat dari jaringan ke alat-alat pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening

tidak lancar, maka terjadilah pembendungan yang dapat dihindarkan secara

positif melalui pengurutan meremas.

d. Tapotage atau mengetik/menepuk

Tapotage merupakan gerakan ketukan yang berturut-turut dan cepat,yang

dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari. Ketukan dilakukan untuk

mengembalikan tonis otot-otot yang kendur dan pula untuk merangsang ujung

urat syaraf. Gerakan mencincang adalah gerakan menepuk yang dilakukan

dengan menggunakan bagian samping luar kedua tangan, yang ditepukkan pada

kulit secara berturut-turut dan berganti-ganti untuk pengurutan punggung, bahu

dan lenganKhasiat gerakan tapotage yaitu menyegarkan otot-otot, melancarkan

peredaran darah dan getah bening pada tempat yang diurut.


e. Vibratie atau menggetar

Vibrasi adalah gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan

urat syaraf dan menghilangkan kerut pada wajah. Pada pijatan ini gunakan ujung

jari dan telapak tangan untuk menggetarkan kulit secara bergantianVibrasi dapat

menggunakan alat yang disebut vibrator. Gerakan menggetar yang dilakukan

dengan menggetarkan ujung jari di atas urat syaraf dan merangsangnya

dinamakan vibrasi statis dan gerakan menggetar yang bertujuan untuk

menenangkan dan dilakukan sepanjang jalannya syaraf dengan ujung jari

dinamakan vibrasi dinamis.Khasiat gerakan vibrasi adalah untuk melemaskan

jaringan-jaringan dan menghilangkan ketegangan.

f. Gerakan Terpadu

Gerakan terpadu dilakukan terbatas pada pengurutan lengan, tangan dan

kaki yaitu pada sendi, baik gerakan ke muka, ke belakang atau memutar. Macam

gerakan :

a. Gerakan pasif dari pergelangan, dilakukan dengan cara melengkungkan tangan

ke belakang. Gerakan serupa dapat

dilakukan pada jari-jari kaki atau pada kaki

b. Gerakan ke arah telapak tangan secara pasif dilakukan dari pergelangan

dengan melengkungkan tangan ke bawah. Gerakan serupa dapat dilakukan

pada jari-jari tangan dan kaki

c. Gerakan memutar jari-jari secara pasif. Gerakan serupa dapat dilakukan untuk

lengan bawah, jari kaki atau kaki.


BAB III
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Critical Review

1. Judul Penelitian

Pengaruh Pijat Punggung terhadap Skor Kelelahan Pasien Gagal Jantung

2. Latar Belakang

Gagal jantung merupakan penyakit kronis yang secara langsung

menurunkan produktivitas penderitanya. Gagal jantung disebabkan oleh

kelelahan. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena

jantung gagal mempertahankan sirkulasi mengakibatkan terjadinya kelelahan

(Smith, Kupper, De Jonge, & Denollet, 2010). Kelelahan terjadi akibat penurunan

kapasitas fisik pasien gagal jantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang

berakibat menurunnya kemampuan pasien dalam meningkatkan kualitas

hidupnya. Kelelahan merupakan salah satu gejala gagal jantung.

Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

mengatasi masalah terutama akibat respon saraf simpatis. Secara fisiologis pijat

punggung merupakan salah satu teknik relaksasi yang memengaruhi tubuh secara

fisik maupun psikis. Pijat punggung memberikan efek relaksasi dengan cara

menstimulasi pengeluaran endorfin di otak yang berefek menekan aktifitas saraf

simpatis dan menstimulasi aktivasi saraf parasimpatis (Chen et al., 2013).

Dengan pijat punggung, maka pembuluh darah akan dilatasi, otot akan

relaksasi, serta kondisi psikologis akan lebih baik karena peningkatan endorfin

dan serotonin di otak. Pada fase tersebut, maka sirkulasi ke jaringan sistemik akan

mengalami perbaikan meskipun jantung mengalami penurunan dalam aspek


kontraktilitas maupun curah jantung. Perbaikan sirkulasi akan mengatasi

kelelahan yang dialami. Katabolisme akan terjadi, glukoneogenesis berlangsung

dengan baik sehingga jaringan mendapatkan energi. Peningkatan jumlah energi

strategis dalam tubuh akan secara langsung mengatasi kelelahan yang dialami

pasien dengan catatan pasien beraktivitas sesuai toleransinya.

3. Kritik Jurnal

a. Abstrak

Abstrak merincikan bagian bagian seperti tujuan penelitian, metode,

sampel, alat pengumpul data, aspek legal etik, metode analisa data, hasil dan

kesimpulan. Namun peneliti tidak mencantumkan kriteria inklusi dan kriteria

eklusi dari responden yang dipilih.

b. Pendahuluan

Pada bagian latar belakang, peneliti telah membahas secara

menyeluruh tentang gagal jantung, gejala gagal jantung yang menumbulkan

kelelahan, kelelahan, teknik relaksasi pijat punggung untuk mengurangi

kelelahan dan saling memiliki keterkaitan antara pembahasan pada latar

belakang tersebut.

Peneliti juga membahas beberapa penelitian terkait penggunaan teknik

relaksasi pijat punggung untuk mengurangi kelelahan.

c. Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental

dengan rancangan one group pretest and postest design tanpa menggunakan

kelompok control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

consecutive sampling dengan kriteria inklusi pasien gagal jantung kelas

fungsional III yang mengalami kelelahan, gagal jantung yang terjadi


disebabkan oleh penyakit arteri koroner, rentang usia 22-65 tahun, pasien

mampu berkomunikasi secara verbal dan sadar penuh. Berdasarkan hasil

perhitungan ditemukan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Intervensi

dilakukan pada pagi hari selama 15 menit dengan interval 24 jam selama 3

hari.

Pengukuran dilakukan 5 menit pasca intervensi. Intervensi pijat

punggung menggunakan instrumen panduan pijat punggung yang terdiri dari

metode: (a) hand changing, (b) teknik mengggesek dan memutar dengan ibu

jari, (c) teknik efleurasi merupakan tipe pijatan dengan cara menggosok

pijatan yang lambat dan luwes, (d) teknik petrisasi atau menarik secara

lembut, dan (e) teknik tekanan menyikat. Pengukuran skor kelelahan

menggunakan skala kelelahan fungsional assessment for chronic illness

therapy (FACIT). Instrumen FACIT mengukur parameter kelelahan

fisiologis maupun psikologis. Chandran, Bhella, Schentag, dan Glandman

(2007) menyatakan bahwa skala kelelahan FACIT memiliki nilai validitas

yang tinggi (Cronbach’s Alpha = 0,96) dan memiliki nilai reliabilitas yang

tinggi pula (0,95) sehingga sangat tepat untuk dijadikan instrumen dalam

pengukuran kelelahan.

d. Hasil Penelitian

Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara skor

kecemasan dengan skor kelelahan. Hasi uji juga menunjukkan adanya

pengaruh yang bermakna antara pijat punggung terhadap skor kecemasan (p<

0,05). Oleh karena itu, salah satu aspek yang menurunkan skor kelahan

adalah penurunan skor kecemasan setelah dilakukan pijat punggung. Peneliti

sudah memaparkan hasil penelitian dengan baik dan mudah dimengerti.


4. Analisa kemungkinan Penerapan Hasil Penelitian / Tujuan

Dari hasil penelitian diatas ners muda menerapkan penggunaan pijat punggung

terhadap kelelahan pasien gagal jantung yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi pasien yang ada di RSUD Arifin Ahmad ruang CVCU. Penelitian ini

dapat diterapkan di ruang CVCU dikarenakan pijat pinggung tidak membutuhkan

biaya dan bahan material untuk melakukan relaksasi ini, yang dibutuhkan hanya

sedikit waktu yang mana pada satu hari hanya dilakukan sekali selama 15 menit.

5. Kesimpulan

Terdapat pengaruh pijat punggung terhadap penurunan skor kelelahan pada

pasien gagal jantung.

6. Saran

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan standar prosedur operasional di ruang

CVCU RSUD Arifin Ahmad.

B. Asuhan keperawatan pasien kelolaan

1. Pasien Kelolaan Pertama

a. Pengkajian

1) Informasi umum

Nama/Inisial : Ny. D

Tanggal lahir : 31-01-1962

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal masuk : 29 Nov 2021

Suku bangsa : Batak

Tanggal pengkajian : 30 November 2021


Dari/Rujukan :-

No. RM : 01061427

Diagnosa medik : CHF

2) Keluhan utama

Ny D mengeluh nyeri dada lebih kurang 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Dada terasa terhimpit, napas sesak, semakin bertambah sesak jika Ny. D

beraktifitas, Ny. D mengeluh badannya terasa lemas, sering merasa lelah, tidak

berdaya, tidak dapat melakukan aktivitas yang berat, tidak dapat berjalan jauh

kekamar mandi, ia mengatakan semua aktivitasnya dibantu keluarga.

3) Riwayat kesehatan sebelumnya

Ny. D mengatakan ia mempunyai riwayat sakit hipertensi sejak tahun 2015

dan terkena serangan jantung sejak tahun 2020. Ny. D pernah dirawat pada tahun

2020 di ruanagan jantung, tetapi setelah itu Ny. D mengaku tidak rutin kontrol

untuk penyakit jantungnya.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit jantung

pada anggota keluarga yang lain, tetapi ayahnya Ny. D pernah mengalami

penyakit Stroke.

5) Pemeriksaan fisik

a) Tanda-tanda vital

- Tekanan Darah : 188/103 mmHg

- Nadi : 109 x/menit

- Suhu : 36,8C

- Pernapasan : 26x/menit

b) Kepala dan leher


- Rambut: Rambut(-), kepala simetris, tampak bersih.

- Mata: Refleks pupil (+/+), pasien dapat menggerakkan kelopak mata

secara spontan, tidak terdapat gangguan penglihatan

- Hidung: Simetris, Pernafasan cuping hidung (-)

- Mulut: Mukosa bibir tampak kering, pasien tidak terpasang ETT atau

OPA

- Gigi : gigi tampak tidak lengkap, pasien tidak menggunakan gigi palsu

- Telinga : telinga tampak bersih, simetris, tidak terlihat perdarahan, tidak

ada jejas, tidak ada gangguan pendengaran

- Leher : tidak tampak lesi atau massa, tidak ada peningkatan JVP

c) Dada

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, lesi (-), pasien tampak sesak, adanya

retraksi dinding dada

Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), taktil fremitus (+)

Perkusi : Terdengar sonor pada dada bagian kanan dan kiri,

Auskultasi: bunyi jantung S1 diikuti bunyi jantung S2, tidak ada suara

tambahan, suara nafas vesikular

d) Tangan : terpasang IVFD di kanan dengan cairan Rl, tangan teraba dingin,

CRT <3 detik, tidak tampak lesi pada tangan

e) Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak simetris

Palpasi : tidak teraba pembesaran massa atau organ di kuadran kiri atas-

bawah, abdomen teraba lembek

Perkusi : Suara timpani pada abdomen kuadran kiri-kanan atas dan kiri-

kanan bawah.
Auskultasi: bising usus 9x/menit

f) Genitalia : pasien terpasang kateter

g) Kaki : kaki kiri-kanan simetris, tidak tampak lesi, CRT <3 detik, akral teraba

dingin, punggung kaki tampak edema derajat 1

h) Punggung: tidak tampak kelainan bentuk punggung

6) Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

- Hemoglobin: 9,7 g/dL (Nilai normal 12-16)

- Leukosit 4.700 /mcl (4.800-10.800)

- Trombosit 9.000 /mcl (150.000-450.000)

- Eritrosit 3,53 juta (4,2-5,4 juta)

- Hematokrit 29,1% (37-47 %)

- Troponin I kuantitatif : 138,9 mg/L : Positif (< 19 : negatif) dan (19 -

<100 : observasi)

7) Medikasi/obat-obatan yang diberikan

- IVFD Rl 500mg 20 tpm

- furosemide injeksi 3 x 1 amp

- Ranitidine injeksi 2 x 1 amp

- ISDN 2 x 10 mg

- captopril 3 x 12,5 mg

- KSR 2 x 1

- Metformin 2 x 500 mg

- Glimepirid 1 x 2 mg

b. Analisa Data

Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan


S: Tekanan darah tinggi yang Intoleransi aktivitas b.d
- Ny D mengeluh nyeri dada menyebabkan kerja jantung kelelahan dan ketidak
lebih kurang 1 hari sebelum meningkat seimbangan kebutuhan
masuk rumah sakit. ↓ dan suplai oksigen
- Dada terasa terhimpit, napas Jantung gagal memompa
sesak, semakin bertambah darah keseluruh tubuh
sesak jika Ny. D beraktifitas ↓
- Ny. D mengeluh badannya suplai dan kebutuhan
terasa lemas, sering merasa oksigen tidak seimbang
lelah, tidak berdaya ↓
- Ny. D mengatakan tidak dapat Asam laktad meningkat
melakukan aktivitas yang berat, ↓
tidak dapat berjalan jauh Kadar H2O dan CO2
kekamar mandi meningkat O2 berkurang
- Ny. D mengatakan semua ↓
aktivitasnya dibantu keluarga Kelelahan

O: Intoleransi aktivitas
- Tekanan Darah : 188/103
mmHg
- Nadi : 109 x/menit
- Suhu : 36,8C
- Pernapasan : 26x/menit
- Pasien tampak sesak
- Pasien tampak lemas
- Pasien bedrest total
- Pasien terpasang kateter
- Troponin I kuantitatif : 138,9
mg/L : Positif (< 19 : negatif)
dan (19 - <100 : observasi)

c. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Energy Management
b.d kelelahan dan keperawatan selama 1x24 jam - Observasi adanya pembatasan
ketidak seimbangan didapatkan intoleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
kebutuhan dan suplai berkurang dengan kriteria hasil - Dorong pasien untuk
oksigen - Berpartipasi dalam akttivitas mengungkapkan perasaan
fisik tanpa disertai terhadap keterbatasan
peningkatan tekanan darah, - Kaji adanya faktor yang
nadi dan RR menyebabkan kelelahan
- Mampu melakukan aktivitas - Monitor nutrisi dan sumber energi
sehari-hari (ADLs) secara tangadekuat
mandiri - Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

d. Implementasi

Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


3 Des Intoleransi 09:00 - Observasi adanya 3 Desember 2021 (09.00)
2021 aktivitas b.d pembatasan klien
kelelahan dan dalam melakukan S:
ketidak aktivitas - Pasien mengatakan belum
seimbangan - Dorong pasien untuk dapat melakukan aktivitas
kebutuhan dan mengungkapkan secara mandiri
suplai oksigen perasaan terhadap - Pasien mengatakan semua
keterbatasan aktivitas ps masih dibantu
- Kaji adanya faktor oleh perawat
yang menyebabkan - Pasien mengatakan jika
kelelahan beraktivitas napasnya
- Monitor nutrisi dan bertambah sesak, jantungnya
sumber energi yang berdebar dan terasa sangat
adekuat lelah
- Monitor pasien akan - Pasien mengatakan badannya
adanya kelelahan terasa lemas
fisik dan emosi - Pasien mengatakan kurang
secara berlebihan nafsu makan
- Monitor respon - Pasien mengatakan tidak bisa
kardivaskuler tidur karena sesak napas
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur O : - Pasien tampak lemas dan
dan lamanya kelelahan
tidur/istirahat pasien - TD: 154/97
- Mengakaji tingkat - N: 102x/m
kelelahan pasien - R: 26x/m
dengan - S: 36,9 C
menggunakan skala - Skor kelelahan sebelum
kelelahan pijat punggung : 28
fungsional - Skor kelelahan setelah
assessment for pijat punggung: 35
chronic illness
therapy (FACIT) A : - Masalah intoleransi
- Berikan terapi pijat aktivitas belum teratasi
punggung untuk
mengurangi P: Lanjutkan intervensi monitor
kelelahan pasien respon kardivaskuler terhadap
selama 15 menit aktivitas, monitor pola tidur dan
dalam sehari lamanya tidur/istirahat pasien,
- Mengkaji ulang kaji skor kelelahan pasien,
skor kelelahan berikan terapi pijat punggung
pasien untuk mengurangi kelelahan
- Bantu klien untuk pasien, bantu klien untuk
mengidentifikasi mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas yang mampu dilakukan, monitor
mampu dilakukan respon fisik, emosi, social dan
- Monitor respon fisik, spiritual.
emosi, social dan
spiritual
4 Des Intoleransi 08:00 - Monitor respon 4 Des (08.00)
2021 aktivitas b.d kardivaskuler S:
kelelahan dan terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
ketidak - Monitor pola tidur kelelahan yang dirasakan
seimbangan dan lamanya sudah mulai berkurang
kebutuhan dan tidur/istirahat pasien - Pasien mengatakan
suplai oksigen - Mengakaji tingkat sudah dapat melakukan
kelelahan pasien aktivitas ringan di tempat
dengan tidur seperti makan
menggunakan skala sendiri, duduk dan
kelelahan berbaring tanpa di bantu
fungsional perawat
assessment for O:
chronic illness - TD : 134/88 mmHg
therapy (FACIT) - N : 90 x/menit
- Berikan terapi pijat - RR : 22 x/menit
punggung untuk - S : 37,3 C
mengurangi - Skor kelelahan sebelum
kelelahan pasien pijat punggung : 40
selama 15 menit - Skor kelelahan setelah
dalam sehari pijat punggung: 45
- Mengkaji ulang
skor kelelahan A : - Masalah intoleransi
pasien aktivitas teratasi sebagian
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi P: intervensi dilanjutkan,
aktivitas yang monitor respon kardivaskuler
mampu dilakukan terhadap aktivitas, monitor pola
- Monitor respon fisik, tidur dan lamanya tidur/istirahat
emosi, social dan pasien, kaji skor kelelahan
spiritual pasien, berikan terapi pijat
punggung untuk mengurangi
kelelahan pasien, bantu klien
untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
5 Des Intoleransi 08:00 - Monitor respon 5 Des (08.00)
2021 aktivitas b.d kardivaskuler S:
kelelahan dan terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
ketidak - Monitor pola tidur sudah tidak ada
seimbangan dan lamanya merasakan kelelahan lagi
kebutuhan dan tidur/istirahat pasien dan tubuhnya sudah
suplai oksigen - Mengakaji tingkat terasa ringan
kelelahan pasien - Pasien mengatakan
dengan sudah dapat melakukan
menggunakan skala aktivitas ringan
kelelahan - Pasien mengatakan
fungsional sudah tidak ada
assessment for merasakan sesak napas
chronic illness O:
therapy (FACIT) - TD : 117/82 mmHg
- Berikan terapi pijat - N : 87 x/menit
punggung untuk - RR : 20 x/menit
mengurangi - S : 36,9 C
kelelahan pasien - Skor kelelahan sebelum
selama 15 menit pijat punggung : 40
dalam sehari - Skor kelelahan setelah
- Mengkaji ulang pijat punggung: 48
skor kelelahan
pasien A : - Masalah intoleransi
- Bantu klien untuk aktivitas teratasi
mengidentifikasi
aktivitas yang P: anjurkan pasien untuk
mampu dilakukan istirahat yang cukup, asupan
makan yang seimbang, batasi
aktivitas yang berat.
2. Pasien Kelolaan Kedua

a. Pengkajian

1) Informasi umum

Nama/Inisial : Tn. N

Tanggal lahir : 31-12-1958

Umur : 63 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal masuk : 5 Desember 2021

Suku bangsa : Jawa

Tanggal pengkajian : 5 Desember 2021

Dari/Rujukan :-

No. RM : 01077060

Diagnosa medik : CH

2) Keluhan utama

Tn. N mengeluh nyeri dada, dada terasa berdebar-debar, sesak napas, lemas,

gampang lelah, tidak dapat melakukan aktivitas yang berat. Tn. N mengatakan

jika ia berjalan sesak napas bertambah, dan badan terasa letih.

3) Riwayat kesehatan sebelumnya

Tn. N mengatakan ia mengalami sakit jantung lebih kurang 2 bulan,

sebelum rawatan yang sekarang ia pernah di rawat juga di ruang CVCU 1 minggu

yang lalunya.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang

menderita penyakit jantung ataupun penyakit kronis lainnya

.
5) Pemeriksaan fisik

a) Tanda-tanda vital

- Tekanan Darah : 113/79 mmHg

- Nadi : 89 x/menit

- Suhu : 37,0C

- Pernapasan : 25 x/menit

b) Kepala dan leher

- Rambut: Rambut(-), kepala simetris, tampak bersih.

- Mata: Refleks pupil (+/+), pasien dapat menggerakkan kelopak mata

secara spontan, tidak terdapat gangguan penglihatan

- Hidung: Simetris, Pernafasan cuping hidung (-)

- Mulut: Mukosa bibir tampak kering, pasien tidak terpasang ETT atau

OPA

- Gigi : gigi tampak tidak lengkap, pasien tidak menggunakan gigi palsu

- Telinga : telinga tampak bersih, simetris, tidak terlihat perdarahan, tidak

ada jejas, tidak ada gangguan pendengaran

- Leher : tidak tampak lesi atau massa, tidak ada peningkatan JVP

c) Dada

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, lesi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), taktil fremitus (+)

Perkusi : Terdengar sonor pada dada bagian kanan dan kiri,

Auskultasi: bunyi jantung S1 diikuti bunyi jantung S2, tidak ada suara

tambahan, suara nafas vesikular

d) Tangan : terpasang IVFD di kanan dengan cairan Nacl 3%, tangan teraba

dingin, CRT <3 detik, tidak tampak lesi pada tangan


e) Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak simetris

Palpasi : tidak teraba pembesaran massa atau organ di kuadran kiri atas-

bawah, abdomen teraba lembek

Perkusi : Suara timpani pada abdomen kuadran kiri-kanan atas dan kiri-

kanan bawah.

Auskultasi: bising usus 7x/menit

f) Genitalia : pasien terpasang kateter

g) Kaki : kaki kiri-kanan simetris, tidak tampak lesi, CRT < 3 detik, akral teraba

dingin, kaki edema derajat 2

h) Punggung: tidak tampak kelainan bentuk punggung

6) Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

- Hemoglobin: 10,6 g/dL (Nilai normal 14-18)

- Leukosit 18.410/µL (4.800-10.800)

- Eritrosit 3.640.000 / µL (4.700.000-6.100.000)

- Albumin 3,1 g/dL (3,2 – 4,6)

- Ureum 131 mg/dL (17,1 – 49,2)

- Kreatinin 2,70 mg/dL (0,55 – 1,30)

- D – Dimer 1,90 µg/mL (0-0,50)

7) Medikasi/obat-obatan yang diberikan

- -VFD NaCl 3 % 500mg 20 tpm

- Nitrokaf 2x1

- CPG 1x75mg

- Rebamipide 3 x 1

- Ramipril 1 x 2,5
- Lansoprazole 2 x 1

- ISDN 3x5mg

- Antrovastatin 1 x 20 mg

- Aspilet 1 x 50 mg

b. Analisa Data

Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan


S: Tekanan darah tinggi yang Intoleransi aktivitas b.d
- Tn. N mengeluh nyeri dada, menyebabkan kerja jantung kelelahan dan ketidak
dada terasa berdebar-debar meningkat seimbangan kebutuhan
- Tn. N mengeluh sesak napas ↓ dan suplai oksigen
- Tn. N mengeluh lemas, Jantung gagal memompa
gampang lelah darah keseluruh tubuh
- Tn. N mengeluh tidak dapat ↓
melakukan aktivitas yang suplai dan kebutuhan
berat. oksigen tidak seimbang
- Tn. N mengatakan jika ia ↓
berjalan sesak napas Asam laktad meningkat
bertambah ↓
- Tn. N mengeluh badan terasa Kadar H2O dan CO2
letih. meningkat O2 berkurang
O: ↓
- Tekanan Darah : 113/79 Kelelahan
mmHg ↓
- Nadi : 89 x/menit Intoleransi aktivitas
- Suhu : 37,0C
- Pernapasan : 25 x/menit
- Pasien tampak lemas
- Pasien bedrest total
- Pasien terpasang kateter
c. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Luaran Intervensi
Keperawatan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Energy Management
b.d kelelahan dan keperawatan selama 1x24 jam - Observasi adanya pembatasan
ketidak seimbangan didapatkan intoleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
kebutuhan dan suplai berkurang dengan kriteria hasil - Dorong pasien untuk
oksigen - Berpartipasi dalam akttivitas mengungkapkan perasaan
fisik tanpa disertai terhadap keterbatasan
peningkatan tekanan darah, - Kaji adanya faktor yang
nadi dan RR menyebabkan kelelahan
- Mampu melakukan aktivitas - Monitor nutrisi dan sumber energi
sehari-hari (ADLs) secara tangadekuat
mandiri - Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

d. Implementasi

Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Evaluasi


6 Des Intoleransi 15:00 - Observasi adanya 6 Desember 2021 (15:00)
2021 aktivitas b.d pembatasan klien S:
kelelahan dan dalam melakukan - Pasien mengatakan belum
ketidak aktivitas dapat melakukan aktivitas
seimbangan - Dorong pasien untuk secara mandiri
kebutuhan dan mengungkapkan - Pasien mengatakan semua
suplai oksigen perasaan terhadap aktivitas ps masih dibantu
keterbatasan oleh perawat
- Kaji adanya faktor - Pasien mengatakan jika
yang menyebabkan beraktivitas napasnya
kelelahan bertambah sesak, jantungnya
- Monitor nutrisi dan berdebar dan terasa sangat
sumber energi yang lelah
adekuat - Pasien mengatakan badannya
- Monitor pasien akan terasa lemas
adanya kelelahan - Pasien mengatakan kurang
fisik dan emosi nafsu makan
secara berlebihan - Pasien mengatakan tidak bisa
- Monitor respon tidur karena sesak napas
kardivaskuler
terhadap aktivitas O : - Pasien tampak lemas dan
- Monitor pola tidur kelelahan
dan lamanya - TD: 115/77 mmHg
tidur/istirahat pasien - N: 80x/m
- Mengakaji tingkat - R: 20 x/m
kelelahan pasien - S: 36,9 C
dengan - Skor kelelahan sebelum
menggunakan skala pijat punggung : 26
kelelahan - Skor kelelahan setelah
fungsional pijat punggung: 30
assessment for
chronic illness A : - Masalah intoleransi
therapy (FACIT) aktivitas belum teratasi
- Berikan terapi pijat
punggung untuk P: Lanjutkan intervensi monitor
mengurangi respon kardivaskuler terhadap
kelelahan pasien aktivitas, monitor pola tidur dan
selama 15 menit lamanya tidur/istirahat pasien,
dalam sehari kaji skor kelelahan pasien,
- Mengkaji ulang berikan terapi pijat punggung
skor kelelahan untuk mengurangi kelelahan
pasien pasien, bantu klien untuk
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mengidentifikasi mampu dilakukan, monitor
aktivitas yang respon fisik, emosi, social dan
mampu dilakukan spiritual.
- Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
7 Des Intoleransi 15:00 - Monitor respon 7 Des (15.00)
2021 aktivitas b.d kardivaskuler S:
kelelahan dan terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
ketidak - Monitor pola tidur kelelahan yang dirasakan
seimbangan dan lamanya sudah mulai berkurang
kebutuhan dan tidur/istirahat pasien - Pasien mengatakan
suplai oksigen - Mengakaji tingkat sudah dapat melakukan
kelelahan pasien aktivitas ringan di tempat
dengan tidur seperti makan
menggunakan skala sendiri, duduk dan
kelelahan berbaring tanpa di bantu
fungsional perawat
assessment for O:
chronic illness - TD : 124/88 mmHg
therapy (FACIT) - N : 77 x/menit
- Berikan terapi pijat - RR : 22 x/menit
punggung untuk - S : 36,3 C
mengurangi - Skor kelelahan sebelum
kelelahan pasien pijat punggung : 32
selama 15 menit - Skor kelelahan setelah
dalam sehari pijat punggung: 40
- Mengkaji ulang
skor kelelahan A : - Masalah intoleransi
pasien aktivitas teratasi sebagian
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi P: intervensi dilanjutkan,
aktivitas yang monitor respon kardivaskuler
mampu dilakukan terhadap aktivitas, monitor pola
- Monitor respon fisik, tidur dan lamanya tidur/istirahat
emosi, social dan pasien, kaji skor kelelahan
spiritual pasien, berikan terapi pijat
punggung untuk mengurangi
kelelahan pasien, bantu klien
untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
9 Des Intoleransi 08:00 - Monitor respon 9 Des (08.00)
2021 aktivitas b.d kardivaskuler S:
kelelahan dan terhadap aktivitas - Pasien mengatakan
ketidak - Monitor pola tidur sudah tidak ada
seimbangan dan lamanya merasakan kelelahan lagi
kebutuhan dan tidur/istirahat pasien dan tubuhnya sudah
suplai oksigen - Mengakaji tingkat terasa ringan
kelelahan pasien - Pasien mengatakan
dengan sudah dapat melakukan
menggunakan skala aktivitas ringan
kelelahan - Pasien mengatakan
fungsional sudah tidak ada
assessment for merasakan sesak napas
chronic illness O:
therapy (FACIT) - TD : 114/82 mmHg
- Berikan terapi pijat - N : 66 x/menit
punggung untuk - RR : 20 x/menit
mengurangi - S : 36,9 C
kelelahan pasien - Skor kelelahan sebelum
selama 15 menit pijat punggung : 43
dalam sehari - Skor kelelahan setelah
- Mengkaji ulang pijat punggung: 50
skor kelelahan
pasien A : - Masalah intoleransi
- Bantu klien untuk aktivitas teratasi
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan P: anjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup, asupan
makan yang seimbang, batasi
aktivitas yang berat.

C. Pembahasan

Pada asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis didapatkan hasil

bahwa terapi pijat punggung efektif dalam menurunkan skor kelelahan pada pasien gagal

jantung. Berdasarkan analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi pijat

punggung dapat menghilangkan kelelahan yang dirasakan pasien gagal jantung sehingga

pasien dapat melakukan aktivitas ringan secara mandiri.

Tindakan pijat Pasien pertama Pasien ke 2


punggung Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Hari ke 1 28 35 26 30
Hari ke 2 40 45 32 40
Hari ke 3 40 48 43 50

Dari hasil tabel diatas dapat menunjukkan bahwa nilai skor kelelahan pasien jauh

lebih meningkat setelah dilakukan pijat punggung, dan pada hari ke tiga intervensi pasien

sudah mengalami kelelahan ringan. Pada kategori kelelahan dnegan menggunakan skala

FACIT pasien yang memiliki skor ≤ 30 maka pasien tersebut termasuk dalam kategori

mengalami kelelahan yang berat. Semakin tinggi skor kelelahan pasien artinya semakin

baik kualitas hidup pasien tersebut dan terapi pijat punggu dapat meningkatkan skor

kelelahan pasien.

Terapi pijat punggung merupakan salah satu terapi komplementer yang memiliki

banyak manfaat salah satunya adalah mampu meningkatkan peredaran darah otot dan

menghilangkan tegangan serabut-serabut otot. Terapi pijat punggung tidak memerlukan


imaginasi maupun sugesti. Intervensi dilakukan pada pagi hari selama 15 menit dengan

interval 24 jam selama 3 hari. Pengukuran dilakukan 5 menit pasca intervensi. Intervensi

pijat punggung menggunakan instrumen panduan pijat punggung yang terdiri dari

metode: (a) hand changing, (b) teknik mengggesek dan memutar dengan ibu jari, (c)

teknik efleurasi merupakan tipe pijatan dengan cara menggosok pijatan yang lambat dan

luwes, (d) teknik petrisasi atau menarik secara lembut, dan (e) teknik tekanan menyikat.

Secara fisiologis pijat punggung merupakan salah satu teknik relaksasi yang

memengaruhi tubuh secara fisik maupun psikis. Pijat punggung memberikan efek

relaksasi dengan cara menstimulasi pengeluaran endorfin di otak yang berefek menekan

aktifitas saraf simpatis dan menstimulasi aktivasi saraf parasimpatis. Dengan pijat

punggung, maka pembuluh darah akan dilatasi, otot akan relaksasi, serta kondisi

psikologis akan lebih baik karena peningkatan endorfin dan serotonin di otak. Pada fase

tersebut, maka sirkulasi ke jaringan sistemik akan mengalami perbaikan meskipun

jantung mengalami penurunan dalam aspek kontraktilitas maupun curah jantung (Chen et

al., 2013).

Perbaikan sirkulasi akan mengatasi kelelahan yang dialami. Katabolisme akan

terjadi, glukoneogenesis berlangsung dengan baik sehingga jaringan mendapatkan energi.

Peningkatan jumlah energi strategis dalam tubuh akan secara langsung mengatasi

kelelahan yang dialami pasien dengan catatan pasien beraktivitas sesuai toleransinya.

Mekanisme lain pijat punggung dalam mengatasi kelelahan adalah dengan cara

merelaksasikan beberapa kumpulan otot di area punggung yang akan merangsang sistem

limbik di hipotalamus untuk mengeluarkan corticotropin releasing factor (CRF).

Substansi tersebut akan menstimulasi hipofisis untuk meningkatkan sekresi endorfin dan

pro opioid melano cortin (POMC) yang akan meningkatkan produksi ensefalin oleh
medula adrenal sehingga akan memengaruhi suasana hati dan memberikan perasaan rileks

(Black & Hawks, 2010).

Nugraha, dkk (2017) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pijat Punggung

terhadap Skor Kelelahan Pasien Gagal Jantung mengambil kesimpulan bahwa terapi pijat

punggung bermakna mengurangi skor kelelahan pada pasien gagal jantung, dan

didapatkan hasil bahwa terapi pijat punggung dapat menjadi sebagai pilihan terapi

relaksasi yang tidak membutuhkan biaya dan relatif mudah untuk dilakukan oleh perawat

maupun keluarga pasien yang terlatih dan dapat dilakukan di klinik maupun non klinik.

Selain itu, pijat punggung tidak memerlukan peralatan yang rumit, sederhana, murah, dan

terjangkau untuk meningkatkan efikasi diri pada pasien dengan gagal jantung. Terapi pijat

punggung merupakan salah satu intervensi keperawatan yang diharapkan dapat

membantu mengurangi kelelahan pada pasien gagal jantung.

D. Keterbatasan

Pada saat melakukan asuhan keperawatan hanya dapat dilakukan kepada 2 orang

pasien dikarenakan keterbatasan jumlah pasien yang bisa dilakukan intervensi pijat

punggung.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil analisa pada 2 pasien yang telah dilakukan asuhan keperawatan dan

intervensi pijat punggung untuk melihat pengaruhnya terhadap skor kelelahan pasien

gagal jantung dan terbukti dapat bahwa pijat punggung dapat menurunkan skor

kelelahan pasien gagal jantung sehingga pasien dapat melakukan aktivitas yang ringan

secara mandiri tanpa adanya meningkatan respon fisik dan fisiologis tubuh.

B. Saran

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Asuhan keperawatan diharapkan menjadi tambahan informasi yang dapat

dijadikan acuan atau pedoman di bidang keperawatan mengenai pengaruh pijat

punggung terhadap skor kelelahan pasien gagal jantung sehingga dapat

menambah pengetahuan dan menerapkannya di kehidupan nyata.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi tenaga

kesehatan khususnya perawat untuk lebih berperan aktif dalam melakukan dan

mengajarkan pasien terkait pijat punggung pada pasien gagal jantung.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat terutama

pada keluarga yang anggota keluarganya yang mengalami gagal jantung sehingga

dapat melakukan pijat punggung secara mandiri sehingga rasa kelelahan yang

dirasakan pasien gagal jantung dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai