Oleh :
ASNAWATI
NIM : 06380
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk dipertahankan dalam
ujian sidang program Diploma III Keperawatan Akademi Keperawatan Fatima Parepare
Parepare, Agustus 2009
Mengetahui :
Pembimbing I Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Asnawati
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Pinrang, 1 Juli 1988
Agama : Islam
Suku / bangsa : Bugis / Indonesia
Alamat : Jl. Jend. Sudirman Kec. Watang Sawitto Kab. Pinrang
No. HP : 085 255 492 691
B. Pendidikan
1. Tamat SD No. 161 Pinrang, Tahun 2000
2. Tamat SLTP Negeri 5 Pinrang, Tahun 2003
3. Tamat SMA Negeri 1 Pinrang, Tahun 2006
4. Akademi Keperawatan Fatima Parepare, Tahun 2009
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut terucap dan tertulis selain panjatan rasa syukur kepeda Tuhan Yang
Maha Esa, berkat ridho dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Diagnosa Hernia
Scrotalis di Unit Perawatan Maria Rumah Sakit Fatima Parepare tepat pada waktunya.
Karya tulis ilmiah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan
Fatiam Parepare.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan khususnya dalam
penyusunan materi dimana keterbatasan dalam sumber kepustakaan, maupun dalam
pengumpulan data, tetapi berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk secara moril sehingga
penulisan karya tulis ini dapat terwujud.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini khususnya kepada :
1. Ners. Agustina B. S.Kep, selaku DirektrisAkademi Keperawatan Patima Praepare,
sekaligus sebagai pembimbing II penyusunan karya tulis ilmiah.
2. Drg. Merly Gosal, selaku Direktur Rumah Sakit Fatima Parepare.
3. Romauli Hutapea AMK, selaku kepala bagian keperawatan Rumah Sakit Fatima Parepare.
4. Agus Kamasi AMK selaku kepala unit keperawatan Maria Rumah Sakit Fatima Parepare.
5. Segenap karyawati unit perawatan Maria Rumah Sakit Fatima Parepare.
6. Petrus Taliabo, S.Kep, selaku pembimbing dan penguji II dalam ujian karya tulis ilmiah
ini.
7. Andreas Tena, S.Kep, selaku penguji I karya tulis ilmiah ini.
8. Segenap staf Akademi Keperawatan Fatima Parepare.
9. Kedua orang tua tercinta dan sanak saudara, serta teman teman atas dorongan doa dan
bantuan yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan sampai selesai
penyusunan karya tulis ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar tulisan ini menjadi
pedoman Asuhan Keperawatan pada kasus kasus yang sama dan penulis tetap berharap
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Kesempurnaan hanya milik Tuhan
Yang Maha Esa dan segala kekurangan dimiliki oleh manusia.
Parepare 28 juli 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan masalah
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penulisan 3
E. Manfaat Penulisan 4
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medik
1. Etiologi .
2. Bagian dan Klasifikasi Anemia ..
3. Anatomi Fisiologi
4. Patofisiologi
5. Gambaran Klinik
6. Komplikasi ..
7. Test Diagnostik ..
8. Penatalaksanaan
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
C. Patoflow diagram
BAB III TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Klasifikasi Data
C. Analisa Data
D. Prioritas Masalah
E. Rencana Asuhan Keperawatan
F. Implementasi Keperawatan
G. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
SATUAN ACARA PANYULUHAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang
dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin
kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut
menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kabutuhannya dengan usaha yang ekstra,
tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja
tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ
tubuh.
Adapun hubungannya dengan penyakit hernia yairu dengan bekerja berat untuk memenuhi
kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat,
yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu,
batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intraabdominal
sehingga terjadi kelemahan otot otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia
inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai
scrotum.
Adapun insiden hernia yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000
operasi hernia yang dilakukan tiap tahunnya. Indirek inguinalis hernia di sisi kanan, adalah
tipe hernia yang paling banyak dijumpai pria dan wanita, sekitar 25% pria dan 2% wanita
mengalami hernia inguinalis. Sedangkan hernia femoralis hanya dijumpai pada 3% kasus.
Insiden hernia strangulata dan incarserata pada anak anak 10 20%, sebanyak 50%
diantaranya terjadi pada anak anak usia kurang dari enam bulan, sekitar 10 30% anak
anak memiliki hernia dinding perut, sebagian besar hernia tipe ini menutup saat berusia satu
tahun. Di Indonesia tahun 2007 sekitar 60% hernia terjadi di sebelah kanan, 30% di sebelah
kiri dan 10% di kedua sisi.
Di Rumah Sakit Fatima jumlah kasus hernia yaitu pada tahun 2007 terdapat 22 kasus hernia,
tahun 2008 sebanyak 28 kasus dan tahun 2009 dalam satu semester terdapat empat kasus
hernia. Dari jumlah kasus tersebut ditemukan 45 kasus hernia yang terjadi pada pria dan 10
kasus pada wanita untuk semua umur.
Melihat dari insiden yang ditemukan, penulis memperhatikan kasus kasus yang ada oleh
karena itu, melalui asuhan keperawatan ini akan berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik pada pasien dengan penyakit hernia, penulis akan berusaha memberikan penyuluhan
dan terapi hernia dengan berbagai referensi dan literatur yang selengkap mungkin dan
informasi yang terbaru.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia scrotalis.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan gambaran tentang :
1). Pengkajian
2). Perencanaan
3). Pelaksanaan
4). Evaluasi
b. Mengetahui tentang proses penyakit hernia scrotalis serta menerapkan asuhan
keperawatan.
c. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam merawat pasien dengan hernia scrotalis.
d. Memenuhi persyaratan menyelesaikan program D III Keperawatan Fatima Parepare.
C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan yaitu :
1. Study kepustakaan
Dengan mempelajari buku buku tentang penyakit hernia scrotalis di perpustakaan dan
internet.
2. Study kasus
Penulis memberi asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien dengan hernia scrotalis
di ruang perawatan Maria Kamar I2 Rumah Sakit Fatima Parepare dengan menggunakan
beberapa tahapan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, untuk mencapai tahapan tersebut di atas, dalam pengumpulan data penulis
menggunakan beberapa cara yaitu :
a. Interview
Mengadakan wawancara dengan melibatkan pihak yang berkompeten seperti ; pasien,
keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Observasi
Selain menggunakan wawancara, penulis juga memakai cara pengamatan langsung segala
kegiatan yang dilakukan di ruangan serta mengetahui keadaan klien selama perawatan.
Pemeriksaan fisik secara umum yaitu : pengkajian secara menyeluruh tentang semua system
tubuh yang meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
c. Metode diskusi
Mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing dan CI ruangan dalam hal asuhan
keperawatan pada kasus hernia scrotalis.
d. Study dokumentasi
Mempelajari status pasien dan catatan medik atau study dokumentasi.
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis.
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan ilmu atau teori yang
didapat selama pendidikan.
2. Rumah sakit
Dapat menjadi masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit sebagai panduan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien khususnya dengan hernia scrotalis.
E. Sistematiak Penulisan
Dalam penulisan, sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah :
1. BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas : Latar belakang, Tujuan Penulisan, Metode
penulisan dan Sistematika penulisan.
2. BAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari Konsep Medik dan Konsep Dasar
Keperawatan. Dalam Konsep Medik diuraikan : Definisi, Etiologi, Klasifikasi Hernia,
Anatomi dan Fisiologi, Patifisiologi, Manifestasi Klinik, Komplikasi, Test Diagnostik dan
Penatalaksanaan. Dan dalam Konsep Dasar Keperawatan diuraikan : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan evaluasi.
3. BAB II : Menguraikan tentang tinjauan kasus.
4. BAB IV : Menguraikan pembahasan kasus
5. BAB V : Menguraikan mengenai kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
a. Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui
lubang (ofertura) pada struktur di sekitarnya. Umumnya protusio organ abdominal melalui
celah dari dinding abdomen (Sue Hinehliff, 1999)
b. Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek)
pada dinding rongga itu. Dimana dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin (Rizal, 2007).
c. Hernia adalah protusi / penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan (Romi, 2006)
d. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga diamana
rongga tersebut harusnya berada di dalam keadaan normal tertutup (Nanda, 2009).
e. Hernia adalah keluarnya isi rongga tubuh atau abdomen lewat suatu celah pada dinding
yang mengelilinginya (Khadir, 2009).
2. Etiologi
a. Anomali kongenital
b. Melemahnya otot otot abdomen
c. Tekanan intraabdomen seperti :
1) Mengejan saat defekasi dan miksi.
2) Batuk menahun.
d. Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah :
1) Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus
vaginalis.
2) Kerja otot yang terlalu kuat.
3) Mengangkat beban yang berat
4) Batuk kronik
5) Mengejan sewaktu miksi dan defekasi
Peregangan otot abdomen karena meningkatnya tekanan intra abdomen seperti obesitas dan
kehamilan (Samsudin, 2006).
e. Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah lemahnya dinding rongga
perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup karena :
1) Akibat dari pembedahan sebelumnya.
2) Kongenital.
3) Hernia kongenital sempurna.
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat tempat tertentu.
4) Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-
tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 1 tahun) setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis).
5) Aquisal adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
a) Tekanan intraabdominal yang tinggi.
Banyak yang dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK.
b) Konstitusi tubuh
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada
orang gemuk juga dapat terjadi hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intra abdomen.
e) Sikatrik
f) Penyakit yang melemahkan dinding perut..
5. Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-delapan dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis ini akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan perioneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritoniae.Bila bayi lahir umumnya prosesus ini mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan
timbul hidrokel, bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak terobliterasi maka akan timbul
hernia inguinalis lateralis congenital, pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minor resistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan hernia inguinalis
lateral akuista keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah
kehamilan,batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostat.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam hernia
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus,
dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum yang disebut herna skrotalis (Samsuddin
2006)
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi
Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia semakin semakin sempit
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Timbul edema bila terjadi obstruksi usus
yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis.Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan konstipasi.Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaam akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis, juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan
karena ususnya berputar.Bila isi perut terjepit dapat terjdi shock, demam, asidosis metabolik
dan abses.
6. Manifestasi klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan tersebut
biasa mengecil dan menghilang pada saat istiahat dan bila menangis, mengejan, mengangkat
beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat
ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik.Pada inspeksi ditemukan asimetris pada
kedua sisi lipat paha, skrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien
diminta untuk mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri.Palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, dirasa konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan
dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak kadang cincin
hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar (Samsuddin,2006).
Keluhan yang dirasakan dapat terjadi dari yang ringan hingga berat karena pada dasarnya
hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu celah dinding perut, keluhan
berat yang timbul disebabkan karena terjadinya penyempitan isi perut tersebut pada celah
yang dilaluinya.
Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang timbul.Benjolan yang ada tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul jika kita mengedan, batuk, mengangkat
beban berat.Biasa tonjolan dapat hilang jika kita istirahat.
Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyari hebat ,maka perlu dipikirkan adanya
penyempitan isi perut.Biasanya jenis hernia inguinalis yang lateralis lebih memberikan
keluhan nyeri hebat yang dibandingkan dengan jenis hernia inguinalis medialis.Terkadang
benjolan yang ada masih dapat dimasukkan kedalam rongga perut dengan tangan kita sendiri
,yang berarti menandakan bahwa penyempitan yang terjadi belum terlalu parah.Namun, jika
penyempitan yang terjadi sudah parah, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali dan nyeri
yang dirasakan sangatlah hebat, nyeri dapat disertai mual dan muntah.Hal ini dapat terjadi
jika sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi.Hernia strangulata merupakan
suatu keadaan yang gawat, jadi perlu segerah dibawah kedokter untuk mendapatkan
pertolongan.
7. Komplikasi
Komplikasi hernia tengantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia antara lain:
a. Obstruksi usus sederhana
b. Perforasi
c. Abses lokal, fistel atau peritonitis
d. Syock
e. Asidosis metabolik
8. Test diagnostic
a. Rongent
b. USG
c. Sinar X abdomen
9. Penatalaksanaan
Penanganan biasa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitive berupa
operasi.Tindakan konrsevatif antara lain:
a. Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi, jika reposisi tidak
berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera .
b. Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi konservatif dengan :
1) Obat penenang
2) Posisi trendelemburg
3) Kompres es
4) Tindakan operatif :
Pinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi, hernioplasti dan herniografi :
a) Herniotomi : Pembebasan kantong hernia sampai pada lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan.
b) Hernioplasti : memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding kanalis
inguinalis.
c) Herniografi : membuat plasty di abdomen sehingga LMR(locus minorus resistem).
5) Penanganan pasca operasi
a) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencengah terjadinya hematoma.
b) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler agar dinding abdmen ditegang.
c) Diusahakan agar penderita tidak menangis serta mengejan.
d) Dalam waktu satu bulan jangan mengangkat benda yang berat.
e) Selama waktu tiga bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan
intraabdomen.
a. Pengumpulan data
Merupakan pengumpulan informasi yang sistematis tentang klien termasuk kekuatan dan
kelemahan pasien yang dikumpulkan dari pasien sendiri, keluarga, orang terdekat dan rekan
medik.Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1) Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi :nama lengkap, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat. Identitas penanggung jawab meliputi :nama
lengkap, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan hubungan dengan pasien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien dan yang lazim ditemukan pada pengkajian ini adalah
terdapat benjolan pada lokasi tertentu dan nyeri
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pasien saat masuk rumah sakit misalnya terdapat benjolan dan terasa nyeri.
c) Riwayat kesehatan lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, atau penyakit
lain.Apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini dikaji apakah ada keluarga yang menderita/mengalami penyakit keturunan
misalnya : Diabetes mellitus, Hepatits, dan lain-lain.
e) Riwayat psikososial meliputi :
- Pola konsep diri : pandangan pasien terhadap keadaanya
- Pola kognitif : pengetahuan klien tentang penyakit yang dialaminya
- Pola koping : menyankut hal-hal yang dilakukan pasien dan keluarga dalam menangani
masalahnya.
- Pola interaksi : menggambarkan bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dengan orang
lain dan perawat yang merawatnya selama di rumah sakit.
f) Riwayat spiritual
Bagaimana ketaatan pasien dalam menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama yang dianut,
dukungan keluarga terhadap kepercayaan pasien dan acara keagamaan yang biasa diikuti.
g) Pengkajian fisik
Dilakukan secara persistem yang difokuskan pada adanya gejala yang paling sering atau
utama adalah adanya benjolan dan terasa nyeri. Dalam pemerikssan fisik digunakan empat
prosedur yang melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perabaan dan penghidu.Empat
prosedur itu adalah:
- Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang hanya terbatas pada penglihatan
tetapi juga meliputi indera penglihatan dan penghidu.
Penglihatan : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, kedalaman
pernapasan dan simetrisitas, bahasa tubuh, postur dan pergerakan.
Pendengaran : mendengarkan sifat batuk, nada suara, suara napas, atau isi interaksi dengan
orang lain.
Penghidu : mendeteksi bau.
- Palpasi adalah menyentuh dan menekan pemukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan adanya pembengkakan, massa, mencatat suhu, kelembapan, dan
tekstur kulit.
Tekanan : menentukan tekanan nadi (kuat, lemah, teratur), mengevaluasi edema.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
- Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan dibawahnya.
Menggunakan ujung jari : mengetuk dada untuk mendengar ada tidaknya cairan atau massa.
Menggunakan palu pekusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah.
- Auskultasi adalah mendengar di ruang antikubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung paru, abdomen (bising usus)
- Test diagnostic
b. Mengelompokkan data
Pengelompokkan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis yang terdiri dari :
1) Data subjektif : merupakan data yang didapat berdasarkan keluhan-keluhan pasien yang
tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data objektif : merupakan data yang biasa dilihat dan diukur oleh seorang perawat.
c. Analisa data
Kegiatan yang dilakukan untuk menginterpretasikan dan pengambilan keputusan.
d. Fokus pengkajian.
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh,
pada tahap ini, semua data atau informasi klien dibutuhkan untuk menentukan masalah
kesehatan.
1) Aktivitas/istirahat.
Tanda dan gejala : atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan yang perlu
mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
2) Eliminasi.
Tanda dan gejala : konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia dan
retensi urine.
3) Integritas ego.
Tanda dan gejala : cemas, depresi, menghindar, ketakutan akan timbul paralysis, ansietas
masalah pekerjaan, finansial keluarga.
4) Neurosensoris.
Tanda dan gejala : penurunan refleks tendo dan kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan,
kesemutan, ketakutan, kelemahan dari tangan dan kaki.
5) Nyeri atau ketidaknyamanan.
Tanda dan gejala : sikap, perubahan cara berjalan, nyeri tertusuk paku, semakin memburuk
dengan batuk, bersin membengkokkan badan
6) Keamanan
Gejala : adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.(Doengues,1999,hal.320-
321).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah klinis tentang respon aktual dan potensial dari individual,
keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan dalan proses kehidupan .
Diagnosa keperawatan pada masalah hernia yaitu :
a. Nyeri akut / kronis b/d agen pencedera fisik : kompresi saraf, spasme otot.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri, ketidak nyamanan
c. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan b/d tidak mengenal sumber
sumber informasi.
3. Rencana keperawatan
Perencanaan tindakan / intervensi adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam
melakukan implementasi yang tepat.
Rencana tindakan :
a. Nyeri akut / kronis b/d agen pencedera fisik : kompresi saraf, spasme otot.
HYD : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
Intervensi :
1) Kaji adanya keluhan nyeri catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus yang
memperberat. Minta pasien untuk menetapkan skala 0 10.
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut, letakkan pasien dalam posisi semi powler
Rasional : Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan
spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu yang memfasilitasi
terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Menurunkan gaya gravitasi dan gerakan yang dapat menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar duktus intervertebralis yang
terkena.
4) Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional : Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan ketegangan otot dan
meningkatkan proses penyembuhan.
5) Berikan obat sesuai kebutuhan.
Rasional : Merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan b/d tidak mengenal sumber
sumber informasi.
HYD : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan.
Intervensi :
1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan.
Rasional : Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan
yang tepat.
2) Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan
perubahan mekanika tubuh.
Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma berulang dari leher punggung dengan
menggunaklan otot- otot bokong.
3) Diskusukan mengenai pengobatan dan juga efek samping.
Rasional :Menurunkan risiko komplikasi.
4) Berikan informasi mengenai tanda tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi
berikutnya.
Rasional : Perkembangan dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan / pembedahan
lebih.
4. Implementasi Keperawatan.
Pengelolaan dan perwujudan dari perencanaan keperawatan, pelaksanaan untuk pelaksanaan
yang efektif dituntut keterampilan, pengetahuan yang luas dari tenaga perawat dan
berdasarkan pemeliharaan yang rasional.
a. Melaksanakan rencana perawatan setelah informasi yang mencakup dalam perawatan,
merupakan dasar atau pedoman dari intervensi keperawatan.
b. Mengidentifikasi reaksi dan tanggapan pasien, dibutuhkan tenaga perawat yang memiliki
keterampilan intelektual dan teknik yang dilakukan secara cermat dan efisien pada situasi
yang tepat.
c. Kebutuhan fisik dan psikologis di lindungi, memberikan bantuan pada pasien yang
berhubungan dengan ketekanan fisik dan psikologis.
d. Dokumentasi intervensi dan respon pasien serta mengevaluasi tanggapan dengan cara
membandingkan dengan syarat dan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Penilaian keberhasilan perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien, evaluasi merupakan
langkah terakhir dari proses keperawatan yang terdiri dari menentukan apa tujuan bias
dicapai dan analisa keberhasilan. Intervensi perawatan dan perencanaan untuk selanjutnya.
Metode evaluasi terdiri dari cara menghimpun data dari pasien berdasarkan kriteria yang di
tentukan sebagai hasil yang diharapkan atau tujuan dari perawatan pasien.
C. Patoflow diagram
- Batuk menahun
- Obesitas
- Kelainan kogenital
- Dan lain lain
Peningkatan tekanan intraabdominal
Isi intraabdominal tertekan
Kelemahan dinding abdomen
Prostrusi melalui dinding yang lemah
Hernia femoralis Hernia inguinalis Hernia umbilikalis
Ketidakadekuatan Isi usu keluar melalui dinding
metode koping inguinalis posterior
Kantong hernia mencapai scrotum
Tindakan pembedahan Hernia scrotalis Penyumbatan usus
Stragulasi usus menyempit
Luka insisi Tindakan invasif mdik
(NGT, Infus, Cahateter) Pembatasan masukan
Rasangsangan sensori
nyeri meningkat
Kenyamanan terganggu
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Tancung purai Wajo
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Tani
Suku : Bugis
Bahasa : Bugis dan bahasa Indonesia
Status perkawinan : Duda
Warga nehara : Indonesia
No. register : 00.20.637
2. Data Medik
a. Dikirim oleh : Rumah Sakit Lamadukkelleng Wajo
b. Diagnosa medik : Hernia Scrotalis
c. Tanggal Pengobatan terakhir : Pasien lupa.
3. Keluhan Utama
Terdapat Benjolan pada scrotum bagian kanan.
7. Keadaan umum
a). Cara masuk : Pasien masuk dengan menggunakan kursi roda diantar oleh perawat dan
keluarga.
b). Keadaan sakit : Pasien tampaksakit sedang
Alasan : Pasien masih dapat duduk, berdiri dan berjalan sendiri, tampak menggunakan infus
pada lengan kiri.
c). Tanda tanda vital
1) Tingkat kesadaran
a) Kualitatif : Composmenthis
b) Kuantitatif :
- Respon Motorik : 6
- Respon Verbal : 5
- Respon Pembukaan Mata : 4__+
Jumlah 15
Kesimpulan : Pasien sadar penuh
Kaku kuduk : Negatif
c) Suhu : 38,2oC
d) Nadi : 96 x / menit
e) Tekanan Darah : 120/ 90 mmHg
MAP = Sistole + Diastole x 2
3
= 120 + (90 x 2)
3
= 120 + 180
3
= 300
3
= 100 mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
f) Pernapasan : 24 x / menit
g) Berat Badan : 65 kg
h) Tinggi Badan : 167 cm = 1,67 m
IMT = ___Berat Badan__
Tinggi Badan (m)2
= _65 kg__
(1,67 m)2
= 65 kg
2,79 m2
= 23,27 kg/m2
Kesimpulan : pasien dalam keadaan berat badan normal.
i) Kriteria IMT
IMT KRITERIA
< 18,5 Berat badan kurang pangan 18,5 - < 20,5 Berat badan kurang 20,5 22 Berat badan
ideal > 22 25 Berat badan normal
26 30 Berat badan berlebihan
> 30 Obesitas
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pre operasi tanggal 21 juli 2009
1) Kepala
Inspeksi : Kulit kepala tampak kotor, rambut kering, berketombe, tidak tampak adanya
benjolan.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan, rambut tidak mudah rontok.
2) Dahi
Inspeksi : Tidak tampak adanya benjolan.
Palapsi : Tidak ada nyeri tekan dan finger print negatife.
3) Mata
Inspeksi : Mata tampak simetris kiri dan kanan, pupil isokor, sclera berwarna putih,
konjungtiva pucat dan tidak tampak adanya edema palpebrae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan Tekanan Intra Okuler (TIO).
4) Telinga
Inspekksi : Tampak simetris kiri dan kanan, kanalis tampak bersih, tampak adanya serumen,
fungsi pendengaran baik.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan.
5) Hidung
Inspeksi : Septum hidung di tengah, tidak tampak adanya polip, secret dan benda asing.
Terpasang NGT tersambung ke Botol.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
6) Mulut
Inspeksi : Tidak tampak adanya peradangan pada rongga mulut, lidah tampak kotor, ovula di
tengah, tonsil T1, tampak adanya carries pada gigi seri kanan atas dan berlubang pada gigi
molar tiga kanan bawah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
7) Leher
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
8) Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada barrel chest, tampak simetris, tidak tampak adanya benjolan, tidak
tampak denyutan ictus cordis, pernapasan 30 x / menit.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan, Vokal Fremitus teraba getaran yang sama pada
tangan kiri dan kanan.
Perkusi : Lapang paru sonor, lokasi hepar dan jantung pekak. Tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar suara napas tambahan, HR 88 x / menit.
9) Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak membuncit, tidak tampak adanya benjolan dan bayangan vena.
Auskultasi : Peristaltik usus 30 x / menit
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan pada regio MC
Burney, epigastrik dan tidak ada pembesaran hepar dan lien.
Perkusi : Hypertimpani.
10) Genitalia
Inspeksi : Alat genitalia tampak tidak simetris pada skrotum, tampak ada benjolan dan
kemerahan pada scrotum bagian kanan sebesar bola tennis. Terpasang chateter tersambung ke
urine bag.
Palpasi : Teraba adanya benjolan pada skrotum bagian kanan dengan konsistensi keras.
11) Lengan dan tungkai
Inspeksi : Tangan dan kaki tampak simetris kiridan kanan, tidak tampak adanya edema,
terpasang infus pada tangan kiri.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pitting oedema.
Perkusi : Ada refleks pada patella.
12) Kulit
Inspeksi : Kulit tampak lembab.
Palpasi : Turgor kulit baik
b. Post Operasi (tanggal 22 07 2009 )
1) Kepala
Inspeksi : Kulit kepala tampak kotor, rambut kering, berketombe, tidak tampak adanya
benjolan.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan, rambut tidak mudah rontok.
2) Dahi
Inspeksi : Tidak tampak adanya benjolan.
Palapsi : Tidak ada nyeri tekan dan finger print negatife.
3) Mata
Inspeksi : Mata tampak simetris kiri dan kanan, pupil isokor, sclera berwarna putih,
konjungtiva pucat dan tidak tampak adanya edema palpebrae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan Tekanan Intra Okuler (TIO).
4) Telinga
Inspekksi : Tampak simetris kiri dan kanan, kanalis tampak bersih, tampak adanya serumen,
fungsi pendengaran baik.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan.
5) Hidung
Inspeksi : Septum hidung di tengah, tidak tampak adanya polip, secret dan benda asing.
Terpasang NGT tersambung ke Botol.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
6) Mulut
Inspeksi : Tidak tampak adanya peradangan pada rongga mulut, lidah tampak kotor, ovula di
tengah, tonsil T1, tampak adanya carries pada gigi seri kanan atas dan berlubang pada gigi
molar tiga kanan bawah,membran mukosa tampak kering.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
7) Leher
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
8) Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada barrel chest, tampak simetris, tidak tampak adanya benjolan, tidak
tampak denyutan ictus cordis, pernapasan 24 x / menit.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan, Vokal Fremitus teraba getaran yang sama pada
tangan kiri dan kanan.
Perkusi : Lapang paru sonor, lokasi hepar dan jantung pekak. Tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar suara napas tambahan, HR 84 x / menit.
9) Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak sedikit membuncit, tidak tampak adanya benjolan dan bayangan
vena, tampak adanya verban luka operasi di abdomen kuadran kanan bawah, verban tampak
bersih.
Auskultasi : Peristaltik usus 2 x / menit
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan pada regio MC
Burney, epigastrik dan tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan pada luka operasi.
Perkusi : Tympani.
10) Genitalia
Inspeksi : Alat genitalia tampak tidak simetris pada scrotum, tampak bengkak dan kemerahan
pada scrotum bagian kanan. Terpasang chateter tersambung ke urine bag.
Palpasi : Teraba adanya benjolan pada skrotum bagian kanan dengan konsistensi keras.
11) Lengan dan tungkai
Inspeksi : Tangan dan kaki tampak simetris kiridan kanan, tidak tampak adanya edema,
terpasang infus pada tangan kiri.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pitting oedema.
Perkusi : Ada refleks pada patella.
12) Kulit
Inspeksi : Kulit tampak lembab.
Palpasi : Turgor kulit sedang
11. Therapy
a. Pre Operasi
1) Infus RL 24 tetes / menit
2) Stabactam 1 gram / 12 jam / IV
3) Antrain 1 ampul / 8 jam / IV
4) Rantin 1 ampul / 8 jam / IV
b. Post Operasi
1) Infus RL 28 tetes / menit
2) Stabactam 1 gram / 12 jam / IV
3) Rantin 1 ampul / 8 jam / IV
4) Remopain 1 ampul / 8 jam / drips
B. Klasifikasi Data
1. Pre Operasi
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri pada benjolan di skrotum kanan
- Pasien mengatakan cemas dengan adanya benjolan pada skrotum kanan.
Data Objektif :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tegang
- Tampak pandangan pasien ke mana mana
- Pasien tampak gelisah
2. Post Operasi
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi
- Pasien mengatakan kesulitan dalam bergerak
- Pasien mengatakan kering pada tenggorokan
Data Objektif :
- Pasien tampak sakit sedang
- Tampak verban luka operasi pada abdomen kuadran kanan bawah
- Ekspresi wajah pasien tampak meringis
- Nyeri tekan pada luka operasi
- Tampak terpasang NGT
- Tampak terpasang chateter
- Tampak terpasanga infuse RL 28 tetes / menit
- Pasien tampak hati hati dalam bergerak
- Turgor kulit sedang
- Pasien tampak puasa
- Membran mukosa tampak kering
- Peristaltik usus 2 x / menit
- Leukosit 12.100 /mm3
- Tekanan Darah 120/80 mmHg
- Suhu 36oC
- Nadi 80 x/menit
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
5. Pre Operasi
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri pada benjolan di skrotum kanan
- Pasien mengatakan cemas dengan adanya benjolan pada skrotum kanan.
Data Objektif :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tegang
- Tampak pandangan pasien ke mana mana
- Pasien tampak gelisah
Post Operasi
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi
Data Objektif :
- Pasien tampak sakit sedang
- Tampak verban luka operasi pada abdomen kuadran kanan bawah
- Ekspresi wajah pasien tampak meringis
- Nyeri tekan pada luka operasi
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kering pada tenggorokan
Data Objektif :
- Pasien tampak puasa
- Membrane mukosa tampak kering
- Turgor kulit sedang
- Tampak terpasang infus RL 28 tetes / menit
- Peristaltik usus 2 x / menit
Data Subjektif : -
Data Objektif :
- Tampak terpasang NGT
- Tampak terpasang chateter
- Tampak terpasang infus RL 28 tetes / menit
- Tampak verban luka operasi pada abdomen kuadran kanan bawah
- Leukosit 12.100 /mm3
- Suhu 36oC
- Tekanan Darah 120/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kesulitan dalam bergerak
Data Objektif :
- Pasien tampaksakit sedang
- Tampak terpasang NGT
- Tampak terpasang chateter
- Tampak terpasang infus RL 28 tetes / menit
- Pasien tampak hati hati dalam bergerak
Ketidaknyamanan
Ansietas
Nyeri
D. Prioritas Masalah
1. Pre Operasi
a). Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
2. Post Operasi
a). Nyeri b/d insisi bedah
b). Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
c). Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
d). Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
7. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Tinggal serumah
: Perempuan
: Cerai
: Meninggal
E. Asuhan Keperawatan
Pre Operasi (tanggal 21 07 2009)
No. DP Diagnosa Keperawatan HYD Rencana Asuhan keperawatan
Intervensi Rasional
1.Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping, ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri pada benjolan di scrotum kanan
- Pasien mengatakan cemas dengan adanya benjolan pada scrotum kanan.
Data Objektif :
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tegang
- Tampak pandanga pasien ke mana mana
- Pasien tampak gelisah
Melaporkan ansietas berkurang atau dapat diatasi ddalam waktu 1 2 hari perawatan dengan
kriteria :
- Ekspresi wajah rileks
- Pasien tidak cemas. 1. Kaji tingkat asietas pasien.
2. Berikan informasi yang akurat dan jawaban yang jujur .
3. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
4. Anjurkan pasien untuk tetap selalub berdoa
3 Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respon
dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang
dihadapinya.
4 Dengan berdoa dapat memberikan ketenangan dalam jiwa dan mengurangi kecemasan
Post Operasi (tanggal 22 07 2009)
No. DP Diagnosa Keperawatan HYD Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi Rasional
Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral,
ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kering pada tenggorokan
Data Objektif :
- Pasien tampak puasa
- Membrane mukosa tampak kering
- Turgor kulit sedang
- Tampak terpasang infus RL 28 tetes / menit
- Peristaltic usus 2 x / menit
Mencapai penyembuhan luka yang cepat tanpa terjadi infeksi dalam waktu 2 3 hari
perawatan dengan kriteria:
- Luka baik
- Tidak ada tanda tanda infeksi
- Leukosit 2600 8800/mm3
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dalam
waktu 2 3 hari perawatan, dengan criteria :
- Keadaan umum pasien baik
- Pasien dapat melakukan pergerakan dengan baik.
1 Kaji adanya keluhan nyeri catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus yang
memperberat.
4. Anjurkan untuk melakukan teknik pencegahan, seperti tidak menyentuh luka bila tangan
kotor.
2. Catat respon respon emosi atau perilaku pada mobilisasi. Berikan aktivitas yang
disesuaikan dengan pasien.
3. Berikan bantuan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak fasif dan aktif.
5. Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah. 1. Membantu menentukan pilihan
intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
2. Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme
otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu.
3. Menurunkan gaya gravitasi dan gerakan yang dapat menghilangkan spasme otot dan
menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar duktus intervertebralis yang terkena.
1. Pengkajian yang tepat pada luka dapat membantu dalam menentukan intervensi
selanjutnya.
5. Pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi dan mencapai penyembuhan yang
cepat.
1. Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur, aktivitas yang kurang hati
hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
3. Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
5. Stimulasi sirkulasi vena atau arus balik vena, menurunkan keadaan vena yang statis dan
kemungkinan terbentuknya trombus.
F. Implementasi
Hari/Tanggal No.DP Jam Implementasi Nama
- Menerima pasien baru di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Fatima Parepare, dengan
rujukan dari Rumah Sakit Lamadukkelleng dengan hernia scrotalis. Pasien mengatakan ada
benjolan dan terasa nyeri pada skrotum kanan, sejak kurang lebih dua tahun yang lalu. Pasien
mengatakan benjolan mulai tidak masuk, mulai kemarin malam (tanggal 19 07 2009) dan
demam naik turun mulai tadi malam (tanggal 20 07 2009).
- Mengukur tanda tanda vital :
Suhu : 38,2oC
Nadi : 96 x/menit
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Pernapasan : 24 x/menit.
- Memasang infus pada lengan kiri dengan cairan RL 24 tetes/menit.
- Mengantar pasien ke ruang perawatan Maria dengan menggunakan kursi roda.
- Menerima pasien baru di ruang perawatan Maria dan mengistirahatkan pasien di tempat
tidur.
- Mengobservasi keadaan umum dan mengkaji keluhan pasien.
Pasien tampak sakit sedang, keluhan nyeri pada daerah skrotum kanan, badan teraba hangat,
tampak adanya benjolan pada skrotum kanan sebesar bola tennis, pasien tampak tegang dan
pandangan mata tampak ke mana mana, ekspresi wajah tampak meringis. Terpasang infus
pada lengan kiri dengan cairan RL 24 tetes/menit.
- Mengukur tanda vital :
Suhu : 38oC
Nadi : 96 x/menit
Tekanan darah 120/80 mmHg
Pernapasan : 30 x/menit
- Menganjurkan pada pasien napas dalam bila nyeri timbul
- Menjelaskan kepada keluarga tentang rencana tindakan medik dan rencana operasi untuk
pasien.
- Memberikan surat persetujuan tindakan medik dan persetujuan operasi pada Tn.L selaku
ayah pasien untuk ditanda tangani.
- Memberikan skint test antibiotik Stabactam.
- Memasang chateter No.16, keluar urine warna kuning pekat mengalir ke urine bag.
- Memasang NGT No.16, keluar CMS warna putih jernih sebanyak 600 cc, mengalir ke botol.
- Menilai hasil skint test hasil skint test negatif
- Mencukur area operasi pada abdomen kanan bawah dan alat genitalia.
- Memakaikan pakaian operasi, kaos kaki dan topi operasi.
- Mengantar pasien ke kamar operasi.
- Menjemput pasien dari kamar operasi
- Mengistirahatkan pasien di tempat tidur dan mengobservasi keadaan umum serta keluhan
pasien.
Pasien tampak lemas, keluhan menggigil dan belum berasa pada kedua tungkai, verban luka
tampak bersih, pasien tampak sadar, NGT terpasang dengan baik dan mengalir ke botol,
chateter tersambung ke urine bag,urine warna kuning pekat.
- Memonitoring tetesan infus
Infus terpasang dengan cairan RL 28 tetes/menit pada lengan kiri.
- Pasien dianjurkan untuk puasa.
- Mengukur tanda tanda vita
Suhu : 36oC
Nadi : 88 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 24 x/menit
- Menganjurkan pada pasien untuk tetap istirahat.
- Menakar urine 400 cc
- Memnghitung balance cairan
Intake : cairan infus 1700 cc
Air putih pasien puasa_+
Jumlah intake 1700 cc
Output : urine 400 cc
CMS 600 cc
IWL _204 cc_+
Jumlah output : 1254 cc
Jumlah balance cairan sip pagi 446 cc
- Mengobservasi keadaan umum dan mengkaji keluhan pasien.
Pasien tampak sakit sedang, keluhan lain tidak ada, pasien belum berasa pada kaki, tampak
verban luka bersih, pasien tampak tegang dan pandangan mata ke mana mana. NGT
terpasang dengan baik dan mengalir ke botol, warna CMS kecoklatan, chateter tersambung ke
urine bag.
- Memonitoring tetesan infus
Infus terpasang pada lengan kiri dengan cairan RL 28 tetes/menit, tetesan lancer.
- Menganjurkan pada pasien untuk tetap puasa
- Mengukur tanda tanda vital
Suhu : 37,6oC
Nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
- Menganjurkan pada pasien untuk istirahat
- Memberikan kompres alkohol 25% pada axilla.
- Memberikan injeksi rantin 1 ampul/IV
- Mengganti cairan dengan cairan RL 28 tetes/menit dan memberikan injeksi Remopain 1
ampul/drips
- Menakar urine 300 cc
- Menghitung balance cairan
Intake : cairan infus : 550 cc
Air putih : pasien puasa +
Jumlah Intake : 550 cc
Output : urine : 300 cc
IWL : 204 cc_____+
Jumlah output : 504 cc -
Jumlah balance sip sore : + 46 cc
- Merencanakan mengobservasi keadaan umum dan keluhan pasien, namun pasien sudah
tidur.
F. EVALUASI.
Hari /Tanggal No. DP Pukul Evaluasi Nama Jelas
Pre Operasi.
Ansietas b/d Ketidakadekuatan metode koping.
S : Pasien mengatakan cemas.
O : Pandagan mata tampak kemana- mana.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Kaji tinggkat ansietas pasien.
2. Beri informasi yang adekuat dan jawaban yang benar.
3. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi.
4. Anjurkan pasien untuk tetap berdoa.
Post Operasi
Nyeri b/d Insisi bedah.
S : Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi.
O : Ekspresi wajah tampak meringis.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intevensi dilanjutkan.
1. Kaji adanya keluhan nyeri,catat lokasi, lamanya, factor pencetus yang menyebabkan nyeri.
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut, beri posisi yang nyaman.
3. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan.
4. Instruksikan pasien untuk melakukan relaksasi.
5. Beri terapi sesuai kabutuhan.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan masukan cairan secara oral.
S : Pasien mengatakan tenggorokannya kering.
O : Pasien puasa dan membrane mucosa kering.
A : Masalah tidak terjadi.
P : Intevensi dipertahankan.
1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
2. Kaji pengeluaran urinarius.
3. Pasang kateter urinarius.
4. Berikan cairan pariental.
Pre Opersi
Ansietas b/d Ketidakadekuatan metode koping.
S : Pasien mengatakan kecemasanya mulai berkurang
O : Pasien tampak mulai rileks
A : Masalah mulai teratasi
P : intervensi diperahankan
1. Kaji tingkat ansietas pasien.
2. Beri informasi yang adekuat dan jawaban yang benar.
3. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi.
4. Anjurkan pasien untuk tetap berdoa.
Post Operasi
Nyeri b/d Insisi bedah.
S : Keluhan nyeri pada luka operasi mulai berkurang.
O : Ekspresi wajah mulai rileks.
A : Masalah mulai teratasi.
P : Intevensi dipertahankan.
1. Kaji adanya keluhan nyeri,catat lokasi, lamanya, faktor pencetus yang menyebabkan nyeri.
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut, beri posisi yang nyaman.
3. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan.
4. Instruksikan pasien untuk melakukan relaksasi.
5. Beri terapi sesuai kabutuhan.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan masukan cairan secara oral.
S : Pasien mengatakan tenggorokannya kering.
O : Pasien puasa dan membran mucosa kering.
A : Masalah tidak terjadi.
P : Intevensi dipertahankan.
1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
2. Kaji pengeluaran urinarius.
3. Pasang kateter urinarius.
4. Berikan cairan pariental.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang persamaan dan perbedaan yang muncul antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus pada asuhan keperawatan yang langsung pada pasien.
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penulis telah menguraikan konsep dasar dan
pendekatan asuhan keperawatan yang terbagi dalam lima tahap yaitu : Pengkajian, Diagosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Setelah melakukan pengamatan kasus serta memberi asuhan keperawatan pada Tn.M yang
dirawat di runag perawatan Maria Rumah Sakit Fatima Parepare dengan kasus hernia
scrotalis lalu dibandingkan dengan teori yang di dapat di bangku kuliah apakah terdapat
kesamaan atau tidak.
A. Pengkajian
Pada pengkajian tinjauan teori, tanda dan gejala hernia berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bias mengecil dan menghilang pada saat istirahat, bila menangis, mengejan
dan batuk. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Sedangkan pada kasus yang
diambil juga muncul gejala tersebut dan ditemukan tanda dan gejala berupa perut kembung
dan demam pada kasus nyata. Namun dalam teori, perut kembung bias terjadi akibat
penyumbatan dan perdarahan sedangkan demam bias terjadi akibat isi perut terjepit.
Pada pembahasan pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa pada teori dan kasus nyata dapat
ditemukan kesamaan dimana teori yang ada dari berbagai macam literatur sama dengan tanda
dan gejala pada pasien Tn.M, meskipun ada beberapa gejala lain yang menyertai namun
merupakan salah satu tanda dari peroses penyakit tersebut dalam menimbulkan komplikasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori pasien hernia adalah :
1. Nyeri akut / kronis b/d agen pencedera fisik : kompresi saraf, spasme otot.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri, ketidaknyamanan
3. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan b/d tidak mengenal sumber
sumber informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang di dapat pada tinjauan kasus sebagai berikut :
3. Pre Operasi
b). Ansietas b/d ketidak adekuatan metode koping
4. Post Operasi
a). Nyeri b/d insisi bedah
b). Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
c). Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif
d). Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Berdasarkan diagnosa keperawtan yang diatas terdapat adanya kesenjangan antara diagnosa
pada teori dengan diagnosa keperawatan pada kaus nyata dimana pada kasus nyata ditemukan
5 diagnosa yaitu :
1. Ansietas b/d ketidak adekuatan metode koping
Pada diagnosa ini, penulis mengangkatnya karena pada saat anamnese dan kontak langsung
dengan pasien, tampak ekspresi wajah yang tegang, pucat, pandangan mata ke mana mana
dan adanya kecemasan pasien yang diungkapkan baik pada saat pre operasi maupun pada saat
post operasi.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Perbedaan etiologi diagnosa nyeri pada kasus nyata denga teori, dimana pada diagnosa
keperawatan pada pasien, penulis mengangkat Nyeri b/d insisi bedah. Penulis mengangkat
diagnosa ini dengan etiologi insisi bedah karena pasien mengeluh kesakitan pada luka operasi
saat bergerak dan batuk
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Penulis mengangkat diagnosa ini karena pasien telah puasa selama tiga hari post operasi, hal
tersebut dilakukan karena usus belum bekerja dengan baik. Selain itu pasien mengeluh
tenggorokannya kering. Tampak membrane mukosa tampak kering.
C. Perencanaan
Pada tinjauan teori tidak mencantumkan kriteria waktu seperti pada kasus nyata. Pada
tinjauan kasus tindakan yang dilakukan pada pasien mengacu pada teori yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada dalam masalah pasien dengan mencantumkan kriteria waktu,
intervensi pada tinjauan teori dilaksanakan tetapi tetap disesuaikan dengan kondisi si rumah
sakit. Hal ini di dukung oleh sikap kooperatif dari pasien dan keluarga dan bantuan dari
patugas kesehatan khususnya di ruang perawatan Maria Rumah Sakit Fatiam Parepare.
D. Implementasi
Pada tahap ini, penulis melaksanakan apa yang telah direncanakan pada perencanaan dengan
bekerja sama dengan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya. Implementasi yang
dilakukan adalah mengatasi masalah :
1. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
Diagnosa pertama diatasi dengan menjelaskan prosedur tindakan medik dan operasi yang
akan dilakukan dan membri kesempatan pada pasien untuk mengngungkapkan keluhan dan
masalah yang dialami.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Diatasi dengan memberikan obat injeksi Remopain 1 ampul / 8 jam / drips, memberikan
posisi yang nyaman atau posisi semi fowler,mengajarkan teknik relaksasi pada pasien seperti
tarik napas dalambila nyeri timbul.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Diatasi dengan pemberian cairan infus RL 28 tetes/menit dan mengukur untake dan output
pasien secara akurat.
4. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
Memberikan kompres alkohol 25% bila pasien panas, obat injeksi antibiotic stabactam 1
gram / 12 jam / IV dan merawat luka serta mengganti verban dengan teknik steril.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Diatasi dengan menganjurkan pasien mobilisasi aktif, membantu pasien mobilisasi,
memberikan talk pada saat selesai memandikan untuk mencegah iritasi pada kulit.
Dari implementasi yang dilakukan ada beberapa intervensi yang telah dicantumkan namun
tidak dilakukan atau diberika pada pasien.
E. Evaluasi
Proses keperawtan yang terakhir yaitu evaluasi. Dimana pada tahap ini yang akan dibahas
atau menilai proses keperawatan yang diberikan dan hasilnya selama kurang lebih tiga hari
perawatan. Diagnosa keperawatan yang terdiri dari :
1. Ansietas b/d ketidak adekuatan metode koping
Diagnosa keperawatan ini selama tiga hari perawatan mulai teratasi pada hari ketiga, dimana
ekspresi wajah mulai rileks.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Diagnosa ini mulai teratasi pada hari ketiga selama tiga hari perawatan karena keluhan nyeri
pada luka operasi mulai berkurang.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Intervensi pada diagnosa ini tetap dipertahankan karena tidak ditemukan adanya tanda
tanda dehidrasi berat.
4. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
Intervensi pada diagnosa ini tetap dipertahankan karena tidak ditemukan adanya tanda-tanda
infeksi.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Diagnosa keperawatan ini mulai teratasi, karena pasien mulai mobilisasi (duduk).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB I : Pada umumnya pasien dengan hernia lebih banyak terjadi pada pria. Hal tersebut
dapat dihubungkan dengan kehidupan ekonomi manusia yang semakin berat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana menuntut manusian untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai
organ tubuh sehingga dapat menimbulkan terjadinya hernia. Insiden terjadinya hernia di
Indonesia tahun 2007 sekitar 60% hernia terjadi sebelah kanan dan 30% sebelah kiri, 10%
kedua sisi. Khususnya di Rumah Sakit Fatima Parepare, jumlah kasus hernia pada tahun 2007
terdapat 22 kasus hernia, tahun 2008 sebanyak 28 kasus dan tahun 2009 dalam satu semester
terdapat empat kasus hernia. Dari jumlah kasus hernia yang terjadi pada pria sebanyak 45
kasus dan 10 kasus hernia pada wanita.
BAB II : Hernia adalah keluarnya isi rongga perut / abdomen yang lewat suatu cela pada
dinding yang mengelilinginya (Khaidir, 2009). Penyebab hernia dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu akibat dari kelainan kongenital atau kelemahan dinding abdomen dan akibat
dari yang mengalami kelebihan berat badan, batuk, mengejan saat defekasi. Pengobatan
berbagai keadaan di atas dapat mengurangi risiko terjadinya hernia.
BAB III : Dalam pengkajian terhadap pasien, penulis memperoleh data dari pasien, keluarga
pasien dan catatan medik pasien. Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa pasien masuk
dengan keluhan adanya benjolan pada scrotum bagian kanan dan terasa nyeri. Data yang
diperoleh memunculkan lima diagnosa keperawatan baik pre operasi maupun post operasi
yaitu : Ansietas, Nyeri, Risiko kekurangan volume cairan, Risiko tinggi infeksi, Kerusakan
mobilitas fisik. Proses keperawatan pada pasien dilakukan dengan pendekatan bio-psiko-
sosial-spiritual dalam penerapan sesuai dengan pendekatan proses keperawatan.
BAB IV :Dalam perencanaan penulis melibatkan pasien dan keluarga pasien, dalam
melaksanakan intervensi didasarkan pada perencanaan yang telah disusun berdasarkan
kebutuhan. Dalam pelaksanaan intervensi melibatkan pasien dan keluarga pasien. Dalam
evaluasi keperawatan selama tiga hari, beberapa masalah mulai teratasi yaitu pada diagnosa
keperawatan I, II dan V, sedangkan diagnosa keperawatan III dan IV tidak terjadi.
B. Saran
Dengan melihat kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran yang dianggap perlu
terhadap permasalahan ini yaitu :
1. Rumah Sakit Fatima Parepare
Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Fatima Parepare hendaknya sedapat mungkin
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien khususnya dengan hernia scrotalis yang
komperensif dan berkesinambungan dan lebih memperhatikan hal hal yang bersifat
subjektif dan objektif agar pasien dan keluarga merasa diperhatikan oleh perawatan dan
merasa tidak diabaikan.
2. Institusi
Hendaknya meningkatkan bimbingan pada mahasiswa tentang asuhan keperawatan dan
memberika format format pengkajian yang terbaru yang digunakan dalam membuat
rencana asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa/ Mahasiswi Akademi Keperawatan Fatiam Parepare
Sebaiknya meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara holistic pada pasien.
4. Pasien, Keluarga Pasien dan Masyarakat
Diharapkan untuk lebih memahami tentang gambaran penyakit hernia dan dapat menghindari
faktor penyebab dan risiko terjadinya hernia misalnya ; mengejan saat defekasi, mengangkat
benda benda yang berat dan lain lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang persamaan dan perbedaan yang muncul antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus pada asuhan keperawatan yang langsung pada pasien.
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penulis telah menguraikan konsep dasar dan
pendekatan asuhan keperawatan yang terbagi dalam lima tahap yaitu : Pengkajian, Diagosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Setelah melakukan pengamatan kasus serta memberi asuhan keperawatan pada Tn.M yang
dirawat di runag perawatan Maria Rumah Sakit Fatima Parepare dengan kasus hernia
scrotalis lalu dibandingkan dengan teori yang di dapat di bangku kuliah apakah terdapat
kesamaan atau tidak.
F. Pengkajian
Pada pengkajian tinjauan teori, tanda dan gejala hernia berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bias mengecil dan menghilang pada saat istirahat, bila menangis, mengejan
dan batuk. Bila terjadai komplikasi dapat ditemukan nyeri. Sedangkan pada kasus yang
diambil juga muncul gejala tersebut dan ditemukan tanda dan gejala berupa perut kembung
dan demam pada kasus nyata. Namun dalam teiro perut kembung bias terjadi akibat
penyumbatan dan perdarahan sedangkan demam bias terjadi akibat isi perut terjepit.
Pada pembahasan pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa pada teori dan kasus nyata dapat
ditemukan kesamaan dimana teori yang ada dari berbagai macam literatur sama dengan tanda
dan gejala pada pasien Tn.M, meskipun ada beberapa gejala lain yang menyertai namun
merupakan salah satu tanda dari peroses penyakit tersebut dalam menimbulkan komplikasi.
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada tinjauan teori pasien hernia adalah :
1. Nyeri akut / kronis b/d agen pencedera fisik : kompresi saraf, spasme otot.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri, ketidaknyamanan
3. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan b/d tidak mengenal sumber
sumber informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang di dapat pada tinjauan kasus sebagai berikut :
5. Pre Operasi
c). Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
6. Post Operasi
a). Nyeri b/d insisi bedah
b). Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
c). Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
d). Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Berdasarkan diagnosa keperawtan yang diatas terdapat adanya kesenjangan antara diagnosa
pada teori dengan diagnosa keperawatan pada kaus nyata :
1. Ansietas b/d ketidak adekuatan metode koping
Pada diagnosa ini, penulis mengangkatnay karena pada saat anamnese dan kontak langsung
dengan pasien, tampak ekspresi wajah yang tegang, pucat, pandangan mata ke mana mana
dan adanya kecemasan pasien yang diungkapkan baik pada saat pre operasi maupun pada saat
post operasi.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Perbedaan etiologi diagnosa nyeri pada kasus nyata denga teori, dimana pada diagnosa
keperawatan pada pasien, penulis mengangkat Nyeri b/d insisi bedah. Penulis mengangkat
diagnosa ini dengan etiologi insisi bedah karena pasien mengeluh kesakitan pada luka operasi
saat bergerak dan batuk
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Penulis mengangkat diagnosa ini karena pasien telah puasa selama tiga hari post operasi, hal
tersebut dilakukan karena usus belum bekerja dengan baik. Selain itu pasien mengeluh
tenggorokannya kering. Tampak membran mukosa tampak kering.
4. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
Pada diagnosa ini diangkat karena adanya tindakan invasif pada pasien seperti pemasangan
NGT, Infus dan chateter. Alat medik tersebut dapat menjadi jalan masuknya bakteri atau
mikroorganisme ke dalam tubuh untuk menginfeksi. Selain itu adanya tindakan pembedahan
yang dilakukan pada pasien yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan sehingga
memungkinkan pula mikroorganisme masuk dan berkembang biak dalam tubuh.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan.
Pada diagnosa ini penulis mengangkatnya karena tampak terpasang alat medik seperti NGT,
Infus, Chateter dan terdapat luka akibat pembedahan. Hal tersebut dapat mempengaruhi atau
membatasi mobilitas dari pasien.
H. Perencanaan
Pada tinjauan teori tidak mencantumkan criteria waktu seperti pada kasus nyata. Pada
tinjauan kasus tindakan yang dilakukan pada pasien mengacu pada teori yang di sesuaikan
dengan kondisi yang ada dalam masalah pasien dengan mencantumkan kriteria waktu,
intervensi pada tinjauan teori dilaksanakan tetapi tetap disesuaikan dengan kondisi si rumah
sakit. Hal ini di dukung oleh sikap kooperatif dari pasien dan keluarga dan bantuan dari
patugas kesehatan khususnya di ruang perawatan Maria Rumah Sakit Fatiam Parepare.
I. Implementasi
Pada tahap ini, penulis melaksanakan apa yang telah direncanakan pada perencanaan dengan
bekerja sama dengan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya. Implementasi yang
dilakukan adalah mengatasi masalah :
1. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
Diagnosa pertama diatasi dengan menjelaskan prosedur tindakan medik dan operasi yang
akan dilakukan dan membri kesempatan pada pasien untuk mengngungkapkan keluhan dan
masalah yang dialami.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Diatasi dengan memberikan obat injeksi Remopain 1 ampul / 8 jam / drips, memberikan
posisi yang nyaman atau posisi semi fowler,mengajarkan teknik relaksasi pada pasien seperti
tarik napas dalambila nyeri timbul.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Diatasi dengan pemberian cairan infus RL 28 tetes/menit dan mengukur intake dan output
pasien secara akurat.
4. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
Memberikan kompres alcohol 25% bila pasien panas, obat injeksi antibiotik stabactam 1
gram / 12 jam / IV dan merawat luka serta mengganti verban dengan teknik steril.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Diatasi dengan menganjurkan pasien mobilisasi aktif, membantu pasien mobilisasi,
memberikan talk pada saat selesai memandikan untuk mencegah iritasi pada kulit.
Dari implementasi yang dilakukan ada beberapa intervensi yang telah dicantumkan namun
tidak dilakukan atau diberika pada pasien.
J. Evaluasi
Proses keperawtan yang terakhir yaitu evaluasi. Dimana pada tahap ini yang akan dibahas
atau menilai proses keperawatan yang diberikan dan hasilnya selama kurang lebih tiga hari
perawatan. Diagnosa keperawatan yang terdiri dari :
1. Ansietas b/d ketidakadekuatan metode koping
Diagnosa keperawatan ini selama tiga hari perawatan mulai teratasi pada hari ketiga, dimana
ekspresi wajah mulai rileks.
2. Nyeri b/d insisi bedah
Diagnosa ini mulai teratasi pada hari ketiga selama tiga hari perawatan karena keluhan nyeri
pada luka operasi mulai berkurang.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral
Intervensi pada diagnosa ini tetap dipertahankan karena tidak ditemukan adanya tanda
tanda dehidrasi berat.
4. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan invasif
Intervensi pada diagnosa ini tetap dipertahankan karena tidak ditemukan adanya tanda-tanda
infeksi.
5. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidaknyamanan
Diagnosa keperawatan ini mulai teratasi, karena pasien mulai mobilisasi (duduk).
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
BAB I : Pada umumnya pasien dengan hernia lebih banyak terjadi pada pria. Hal tersebut
dapat dihubungkan dengan kehidupan ekonomi manusia yang semakin berat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana menuntut manusian untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai
organ tubuh sehingga dapat menimbulkan terjadinya hernia. Insiden terjadinya hernia di
Indonesia tahun 2007 sekitar 60% hernia terjadi sebelah kanan dan 30% sebelah kiri, 10%
kedua sisi. Khususnya di Rumah Sakit Fatima Parepare, jumlah kasus hernia pada tahun 2007
terdapat 22 kasus hernia, tahun 2008 sebanyak 28 kasus dan tahun 2009 dalam satu
smesterterdapat empat kasus hernia. Dari jumlah kasus hernia yang terjadi pada pria
sebanyak 45 kasus dan 10 kasus hernia pada wanita.
BAB II : Hernia adalah keluarnya isis rongga perut / abdomen yang lewat suatu cela pada
dinding yang mengelilinginya (Khaidir, 2009). Penyebab hernia dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu akibat dari kelainan kogenital atau kelemahan dinding abdomen dan akibat
dari yang mengalami kelebihan berat badan, batuk, mengejan saat defekasi. Pengobatan
berbagai keadaan di atas dapat mengurangi risiko terjadinya hernia.
BAB III : Dalam pengkajian terhadap pasien, penulis memperoleh data dari pasien, keluarga
pasien dan catatan medik pasien. Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa pasien masuk
dengan keluhan adanya benjolan pada scrotum bagian kanan dan terasa nyeri. Data yang
diperoleh memunculkan lima diagnosa keperawatan baik pre operasi maupun post operasi
yaitu : Ansietas, Nyeri, Risiko kekurangan volume cairan, Risiko tinggi infeksi, Kerusakan
mobilitas fisik. Proses keperawatan pada pasien dilakukan dengan pendekatan bio-psiko-
sosial-spiritual dalam penerapan sesuai dengan pendekatan proses keperawatan.
BAB IV :Dalam perencanaan penulis melibatkan pasien dan keluarga pasien, dalam
melaksanakan intervensi didasarkan pada perencanaan yang telah disusun berdasarkan
kebutuhan. Dalam pelaksanaan intervensi melibatkan pasien dan keluarga pasien. Dalam
evaluasi keperawatan selama tiga hari, beberapa masalah mulai teratasi yaitu pada diagnosa
keperawatan I, II dan V, sedangkan diagnosa keperawatan III dan IV tidak terjadi.
D. Saran
Dengan melihat kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran yang dianggap perlu
terhadap permasalahan ini yaitu :
1. Rumah Sakit Fatima Parepare
Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Fatima Parepare hendaknya sedapat mungkin
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien khususnya dengan hernia scrotalis yang
komperensif dan berkesinambungan dan lebih memperhatikan hal hal yang bersifat
subjektif dan objektif agar pasien dan keluarga merasa diperhatikan oleh perawatan dan
merasa tidak diabaikan.
2. Institusi
Hendaknya meningkatkan bimbingan pada mahasiswa tentang asuhan keperawatan dan
memberika format format pengkajian yang terbaru yang digunakan dalam membuat
rencana asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa/ Mahasiswi Akademi Keperawatan Fatiam Parepare
Sebaiknya meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara holistik pada pasien.
4. Pasien, Keluarga Pasien dan Masyarakat
Diharapkan untuk lebih memahami tentang gambaran penyakit hernia dan dapat menghindari
faktor penyebab dan risiko terjadinya hernia misalnya ; mengejan saat defekasi, mengangkat
benda benda yang berat dan lain lain.
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Definisi
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga diamana rongga
tersebut harusnya berada di dalam keadaan normal tertutup (Nanda, 2009).
2. Penyebab / factor risiko :
a. Batuk menahun
b. Mengejan saat defekasi
c. Kebiasaan mengangkat benda berat
d. Kehamilan
e. Obesitas
3. Gejala
Biasanya ditandai dengan adanya benjolan pada skrotum tanpa atau disertai rasa nyeri.
Benjolan bisa membesar dan mengecil jika penderita berbaring, benjolan akan mengecil
karena isinya keluar dan masuk di bawah pengaruh gaya gravitasi.
4. Komplikasi
a. Peritonotis
b. Shock
c. Abses
d. Perforasi
5. Pengobatan dan pencegahan.
a. Pengobatan
Hernia sering kali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut, tetapi jika tidak dapat
didorong kembali melalui dinding perut, maka usus biasa terperangkap didalam kanalis dan
aliran darahnya terputus. Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi biasa
mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk pengambilan usus ke
tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang.
Obat-obatan biasanya diberikan untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani
pembedahan. Kadang setelah menjalani pembedahan, penderita dianjurkan untuk memakai
korset untuk menyokong otot yang lemah selama masa pemulihan.
b. Pencegahan
1). Menghindari mengangkat benda-benda berat
2). Makan makanan yang berserat untuk mengurangi risiko konstipasi
3). Mengurangi risiko batuk menahun dengan melakukan pengobatan secara teratur.
Evaluasi :
Setelah melakukan penyuluhan, pasien dan keluarga dapat dapat memahami materi yang
diberikan penulis. pasien dan keluarga cukup memperhatikan materi yang diberikan oleh
penulis , mereka berterima kasih atas infomasi yang diberikan oleh penulis.