DISUSUN OLEH:
SUSI FEBRINA
10.030
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri. Tujuan
dibuatnya Laporan Praktek Kerja Industri ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional serta melatih siswa/siswi membiasakan diri
untuk memahami keadaan lingkungan di luar sekolah. Saya berharap dengan diselesaikannya
laporan ini, dapat mengetahui lebih dalam mengenai dunia kerja/industri yaitu di tempat prakerin
di RSUD Cibinong, dalam pembahasan yang saya akan ulas tentang Asuhan Keperawatan pada
1. Orang tua kami yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami dalam menjalani
2. Direktur RSUD Cibinong yang telah mempercayai SMK Kesehatan LOGOS untuk
3. Wahyu Budi S,SKM selaku kepala sekolah yang telah membimbing kami dalam belajar selama
4. Nawangsih, S.Pd selaku wakil kepala sekolah yang juga telah memberikan pengarahan kepada
6. Herniaty S.Kep selaku ketua Prodi yang telah membimbing kami dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan.
7. Endri Wahyuni, S.Kep selaku pembimbing I dalam tehnik penulisan karya tulis ilmiah.
8. Lilik Suryani, S.Kep selaku pembimbing II kami dalam tehnik penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Para instansi di RSUD Cibinong khususnya di Teratai atas dan Melati yang telah memberikan
10. Dan semua instansi yang terkait di sekolah SMK Kesehatan LOGOS untuk adikku, dan teman-
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, nama dan
gelar, serta hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis ilmiah. Untuk itu,
saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan agar menjadi acuan di
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian ................................. 8
B. Etiologi ................................. 10
C. Patofisiologi ................................. 10
1. Proses perjalanan penyakit ..................... 10
3. Komplikasi ..................... 14
D. Penatalaksanaan ..................... 15
1. Terapi ..................... 15
A. Pengkajian ...................... 26
B. Diagnosa ...................... 44
C. Perencanaan ...................... 45
D. Pelaksanaan ...................... 48
E. Evaluasi ...................... 50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................. 59
B. Diagnosa .................................. 60
C. Perencanaan .................................. 61
D. Pelaksanaan .................................. 62
E. Evaluasi .................................. 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan .................................. 65
B. Saran .................................. 67
Lampiran .................................. 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan kehidupan
manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga
pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan
peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita penyakit bedah. Salah satunya adalah
penyakit Hernia yang paling sering ditemui di RSUD Cibinong.Hernia adalah tonjolan yang
timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak
menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian skrotum
ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis menduduki peringkat
pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh ahli bedah Amerika pada
tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001). Penelitian terhadap 2.538 veteran
pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada tahun 1966-1980 memperlihatkan 57%
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000 anak
menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-
Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-
Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang
dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah dari
kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5 tahun. Hernia
pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan sekitar 29 % pasien menderita
Hernia Bilateral.
Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada juga
resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh,
kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,
maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan anestesi spinal.
Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini
Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan yang tepat agar dapat
mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada pasien dengan post
Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara
nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis.
Dengan mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post
operasi Hernia Inguinalis di RSUD Cibinong dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post
D. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. T dengan Hernia di RSUD Cibinong yang dilaksanakan dari
tanggal 17 Juni sampai dengan 19 Juni 2012 di ruang melati bedah di RSUD Cibinong.
E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana
penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat
dalam penyusunan laporan inti ini maka penulis menggunakan beberapa teknik
1. TEKNIK WAWANCARA: Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat
ruangan
3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Ruang lingkup
e. Sistematika penulisan.
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi,
d. Manifestasi klinik
e. Komplikasi
f. Klasifikasi
g. Konsep hospitalisasi
h. Pengkajian
i. Diagnosa keperawatan
j. Rencana keperawatan
k. Implementasi dan
l. Evaluasi.
Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang membahas kasus pasien meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi.
Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi dan
e. Evaluasi.
a. Kesimpulan
b. Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. KNSEP DASAR
1. Pengertian
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di
rongga abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat
ditempatkan kembali di rongga abdominal, maka hal itu diketahui
sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin menjadi obstruksi. Ketika
Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah obstruksi, Hernia menjadi
terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper,
Dirksen. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah
defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum,
lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong
berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong, Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan
isi Hernia. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus
vaginalis berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta,2000).
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan
diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen.
Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama
pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
4. PATOFISIOLOGI
. PROSES PERJALANAN PENYAKIT
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki.
Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang
sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi
peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti
spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum.
Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak
menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan
pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran
tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan
dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang
dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung
peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas
atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau
tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki
biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang
memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan
dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan
dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga
perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan
berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan
Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu
dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak,
biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan
meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi
ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip
dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa
sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.
Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual,
muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko
tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan
menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan,
edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan
Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan
pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu
mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996)
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993. Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.
Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-
batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan
hilang secara spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada
bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimaksudkan kembali rongga abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal
reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis.
Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka
akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi
pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12
% kasusHernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
6. PENATALAKSANAAN
a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum.
Operasi terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan
tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa juga dengan pendekatan
krural, Hernioplastik dapat dilakukan dengan
menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini
melaluiregion Inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum
lobunaseGimbernati.
b. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis
vaginalis,soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat
mungkin kaena resiko terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang
NGT, infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi
trendelenburg dengan tertidur tekanan intra peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1,2000)
7. KOMPLIKASI
a. . Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
f. Fostes urin dan feses,
g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
8.
9. 2.
10. a
D.
1. TERAPI
a. Pra Operasi:
b. Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
a. Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
Kantung Hernia di jahit-ikat setinggi mungkin lalu di potong.
a. Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
(Hand out, hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang,2007)
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c. Persiapan
1. Stressor Fisik
b. Immobilisasi.
c. Kurang tidur.
2. Stressor di lingkungan.
3. Stressor Psikologis
a. Kurang privacy
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising
usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia, dokter
atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di cincin dan
mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa pasien Hernia
untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya
usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993). Berikut,
adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
1. Pemeriksaan Fisik
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di daerah
Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien memutar
kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan
Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan
impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.
Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa didalam
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada Hernia,
akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia,
suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan
dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini
tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan.Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta :
EGC,2000)
Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk
memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya,
suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosis Hernia Inguinal indirek.
b. Elektromiograf
c. Venogram epidural
d. Scan CT
e. MRI
f. Mielogram
g. Kolaborative Care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial pasien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
Herniotomy menurut Doengoes E. Marilynn 2000, adalah :
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan.
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal itu
terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat harus
memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan atau
pencekikan, segera menghubungi dokter.
Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti isi
kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi, yaitu
perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam mempersiapkan
pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan dasar, perawat harus
membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk perjalanan pulang dan rumah
perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang menjalani operasi Hernia
diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk meninggikan daerah skrotum dengan
bantal yang lembut dan istirahat akan membantu mengontrol pembengkakan. Jika tidak
kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-kondisi yang ada, ini akan meningkatkan
kenyamanan dan rasa kesejahteraan. (Lewis,etc.Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000.)
I. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana
perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan
intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar implementasi
perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan
perawatan kesehatan keluarga.
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta :
EGC,2002)
Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
dengan operasi usus buntu. (http://nugealjamela.blogspot.com,diakses 12 agustus 2010)
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
membantu memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,
2005)
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut John L. Cameron. Current Surgical Therapy. (Jakarta: Binarupa Aksara. 1997).Evaluasi
didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang tampil. Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan
adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah
pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien mencerminkan
suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang
sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya
telah efektif dengan menelaah respon pasien dan membandingkannya dengan perilaku yang
disebutkan dalam hasil yang diharapkan.
Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat
sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana
asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi
dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau
memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan.
BAB III
A. PENGKAJIAN
Ruang/Kelas : Melati/III
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Usia : 69 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April 2012 yang lalu saat membantu mengangkat beban
berat. Tiba-tiba pasien meringis kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa kerumahnya dan
diberi obat ramuan tradisional dengan istirahat yang cukup. Namun, bertahap selama 2
bulankemudian pasien merasakan adanya benjolan pada lipatan paha tepatnya pada skrotum.
Disertai dengan keluhan batuk dan bersin. Akhirnya, keluarga membawa pasien ke poliklinik
RSUD Cibinong, dan dari diagnosa medis, pasien dinyatakan harus segera dioperasi.
3. Riwayat Keperawatan
c) Lamanya : 1 tahun
d) Upaya mengatasi : Rasa nyeri dan benjolan berkurang/hilang.
2. Riwayat Alergi:
Hanya bila merasakan sakit, pasien meminum obat. Tetapi pasien mengatakan, ia lebih baik
istirahat daripada meminum obat. Kecuali benar-benar membutuhkan.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak
ada.
Pasien masih bekerja, keluarga mengandalkan pasien. Maka, keluarga kehilangan orang yang
mencari nafkah.
Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat pasien cemas, dan keluarga harus berusaha mencari
biaya tersebut.
Pasien menghadapi masalah dengan tenang, semua masalah diatasi bersama oleh keluarga.
(√) Makan
Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x dalam sehari dengan lauk yang beragam dan dirumah
sakit pasien hanya mampu menghabiskan setengah porsi karena tidak adanya nafsu makan.
(√) Tidur
Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup baik, namun pasien kurang tidur siang karena
pasien bekerja hingga sore hari. Tidur malam antara 7-8 jam permalam.
(√) Minum obat
Pasien sangat menaati aturan minum obat yang diberikan oleh perawat jaga diruangan, pola
minum obat pasien 2x dalam sehari.
Dalam masalah kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri didaerah rumahnya.
Dalam menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
9) Pola Kebiasaan:
POLA
KEBIASAAN
Sebelum di RS Di RS
HAL YANG DIKAJI
1. Pola Nutrisi
Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual
a. B.a.k :
- -
b. B.A.B
a. Mandi
1) Frekuensi :…..X/hari
2) Waktu :pagi/siang/sore
7-8jam/hari 5jam/hari
Tidak Pagi -
a.Merokok : Ya/Tidak
1) Frekuensi : …….. Ya -
50 tahun -
1) Frekuensi :…..
2) Jumlah :….. - -
3) Lama Pemakaian :
- -
- -
4. Pengkajian Fisik
c. Sistem Pendengaran:
2) Karakteristik serumen :
a. Warna : Kuning muda
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
e. Sistem Pernafasan:
4) Frekuensi : 30 x/menit
f. Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi Peripher
2) Sirkulasi Jantung
g. Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
i. Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
j. Sistem Endokrin:
k. Sistem Urogenital:
f. Skala nyeri :0
l. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : (√) Tidak Elastis
daerah skrotum.
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a. Laboratorium:
Hari/
291.000 5.5)
d. Trombosit
40.0 5.000 - 10.000
e. Hematrokrit
0 150.000 –
f. Basofil 0 450.000
0 L: 40 – 48 ; P:
g. Eosinofil
60 36 – 42
h. Batang
40 0–1%
i. Segmen 0 1–3%
3–6%
j. Limfosit
50 – 70 %
k. Monosit
2 20 – 40 %
2. Masa
11 2-8 %
pendarahan 3.
°/ Rh (+)
Masa pembekuan 4.
1 – 3 mnt
Gol. Darah
9 – 15 mnt
Diabetes: 5. Glukosa 95 -
sewaktu:
Imunologi/ serologi
75 – 200 mg/dl
HBs Ag / negatif (-)
b. Rontgen:
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan
Pemberian Fokus
22.00 Ceftriaxone 1 gr IV l e
kt
n ie ta
g n mp
g m ak
u engatakan a
Jam 16.55
Senin Pasien me
Jam 14.45
meringis kesakitan,
kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt
120/90 mmHg,
oedeme (+)
tampak meringis
kesakitan, dan
berhati-hati saat
bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt
160/70 mmHg,
BAK
Flatus (-)
lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg,
kuning jernih.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Teratasi Jelas
1. Nyeri berhubungan dengan 17-06-2012 18-06-2012
bedah)
Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
Pasien tampak
c. Memberi posisi
informasi yang
akurat untuk
mengurangi rasa
sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
18 Juni 2. Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri
a. Mengkaji
berkurang, pasien
b. Memantau
nyeri 0. c. Mengjarkan
tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
19 Juni 3. Intoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas
a. Menjelaskan
Memperlihatkan b. Meningkatkan
respon positif
c. Merencanakan
sesuai jadwal.
d. Memotivasi
peningkatan dan
beri penghargaan
pada kemajuan
nama jelas
Hasil:
Hasil:
tenang.
19 Juni 2012 3.
Tindakan:
kondisi.
dicapai.
Hasil:
sendiri.
c. Keluhan nyeri 0.
d. Pasien diizinkan pulang.
E. EVALUASI (CATATAN PENGEMBANGAN)
jelas
2012 post-op.
dialami.
kuning jernih.
A: Intoleransi aktifitas berhubungan
op.
P:
bertahap.
sesuai jadwal.
Data Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+) S: 37°C N:
Rencana Tindakan:
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 74x/mnt, Pernafasan:
30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji tanda-tanda nyeri pada Tn.T dan mengajarkan tehnik relaksasi
agar tidak tegang; Pukul 18.25 memotivasi pasien untuk banyak minum dan beristirahat serta
memberikan posisi semi fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien untuk istirahat, puasa,
Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90 mmHg, Suhu: 36,5°C, Nadi 72x/mnt, Pernafasan:
32x/mnt dan memasang infus Ringer Laktat 20 tpm; Pukul 06.10 skin test Cefotaxime; Pukul
06.30 memberi terapi Captrofil 25mg melalui I.V dan mengajarkan tehnik nafas dalam agar lebih
rileks dalam menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Objektif: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+),
S: 37°C, N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Perencanaan:
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) ditandai dengan:
Data Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan berhati-
hati saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang, pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
Pelaksanaan:
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi; Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70 mmHg,
Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt, Pernafasan 37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan terapi Cefotaxime
1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji tanda-tanda
nyeri dan membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan memotivasi
pasien untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan infus dengan D 5% melalui I.V dengan 20
tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan dan minum secara bertahap; Pukul 22.00
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp dan
mengobservasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini sesuai dengan batas kemampuan.
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan memberikan
terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus.
Evaluasi:
Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat
bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK
Perencanaan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:
130/70 mmHg, oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif terhadap
aktifitas.
Rencana Tindakan:
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Pukul 08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi pasien,
melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus berlatih agar
dapat melakukan kegiatan eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00 mengukur TTV, TD: 130/70
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt. Pukul 12.00 memberikan makanan
siang dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti visite dokter dengan instruksi pasien dapat
pulang.
Evaluasi:
Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70
mmHg, oedeme (-), mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB (+)
kuning jernih.
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
d. Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada kasus
Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan pada saat
pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh dan sistem
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital
atau didapat.
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital, Obesitas
Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-
pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka
bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi
Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
2005)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai dengan
danpenyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu terlaksananya
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik relaksasi,
memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit,
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri
yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi,
meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan penulis
karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan. Hasil
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi
kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan
nyeri 0.
BAB V
EVALUASI
A. KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan
yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang,Kerusakan pada
pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka
pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin
dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi dini
untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan atau
Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit
yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai
hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding
abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan
diafragmatik Hernia.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang penulis
sampaikan adalah:
a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga
berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat
dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat
membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari
perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
c. Bagi siswa:
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat menimbulkan
Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
SaundersCompany.
LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in ClientCare.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management
EGC.
EGC
Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis.