Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di

Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan

kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

kebijakan kesehatan nasional, namun dari angka yang didapat dari beberapa riset

nasional menunjukan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia masih banyak

dan cenderung mengalami peningkatan (Susanto, 2013).

Menurut Data World Health Organization (WHO, 2014) prevalensi

skizofrenia sekitar 0,2% hingga 2% atau berjumlah 24 juta jiwa di seluruh dunia

dan lebih dari 50% pasien skizofrenia tidak mendapatkan penanganan dan 90%

penderita skizofrenia berada di Negara berkembang.

Menurut Nirwan (2015), Penderita yang mengalami gangguan jiwa

sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita

gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan dan dukungan dari

keluarganya.

Indonesia menduduki peringkat pertama dari seluruh negara di dunia

dengan penderita gangguan jiwa terbanyak yaitu 321.870 orang

bertambahnya atau semakin tinggi jumlah klien dengan gangguan jiwa karena

berlatar belakang dari dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan. Gangguan

jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting

1
2

secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres

atau disabilitas atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan,

disabilitas atau sangat kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa termasuk dalam

penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa diobati dan

disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis

dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya (Ariandi, L, 2015).

Banyak anggota keluarga menemukan bahwa mereka butuh berbagi dan mencari

bantuan dari orang lain yang memiliki kekhawatiran yang sama. oleh karena itu

sistem dukungan umum mereka tidak secara adekuat memenuhi kebutuhan ini,

beberapa diantaranya bersifat khusus. jadi, partisipasi dalam kelompok

memberikan dukungan guna berbagi pengalaman Keluarga merupakan tempat

berlindung bagi semua orang. Dukungan dari keluarga merupakan unsur

terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada

dukungan, rasa percaya diri pasien gangguan jiwa paska perawatan akan

bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat

(Friedman, 2010). Keluarga merupakan sistem pendukung bagi individu (klien).

Selain itu, keluarga juga dapat membantu klien menyadari kebutuhannya dan

mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Mubarak

& Chayatin,2007).

Menurut Poter Potter & perry (2009) dalam Widodo dan Yuniartika,

(2014), Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap

anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan

dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota


3

keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial. Dukungan keluarga menurut

Friedman (2010) adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarga, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga

adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan

dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan.

Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran yang sangat

penting dalam pencegahan, pengenalan dini, serta perawatan pasien gangguan

jiwa, termasuk memberikan dukungan emosional dan motivasi untuk kesetiaan

terhadap terapi. Oleh sebab itu pemberdayaan keluarga dalam upaya-upaya

kesehatan jiwa di atas sangat diperlukan. Melalui buku Pedoman Pemberdayaan

Keluarga Pasien Gangguan Jiwa ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

mengenai cara pemberdayaan keluarga melalui kegiatan pemberian informasi

dan psikoedukasi tentang masalah kesehatan jiwa, perawatan pasien

gangguan jiwa, dukungan psikologis kepada keluarga, serta jejaring untuk

meningkatkan kemandirian Keluarga Pasien Gangguan Jiwa (Nurani, 2012).

Prevalensi gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh masing-

masing 2,7%, sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7%), Prevalensi

gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 per mil, prevalensi gangguan jiwa

berat berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan. Proporsi

rumah tangga yang pernah memasung anggota keluarga dengan gangguan jiwa

berat 14,3% dan terbanyak pada penduduk yang tinggal dipedesaan 18,2%,
4

serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah

19,5%. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk indonesia 6,0%.

Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa

Tenggara Timur (Rikesdas, 2013).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Aceh jumlah penderita

skizofrenia pada Tahun 2016 berjumlah 19.341 atau 1,2% dari jumlah seluruh

penderita gangguan jiwa. Banyak permasalahan yang muncul seperti perang,

konflik dan lilitan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kondisi seperti itulah

yang merupakan salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan

berbagai masalah kesehatan jiwa pada manusia. Prevalensi gangguan jiwa berat

(skizofrenia) di Provinsi Aceh dari 23 kabupaten dan kota, yang tertinggi yaitu

Kota Banda Aceh sebanyak 5,4 per mil, di ikuti oleh Bireuen 5,2 per mil, Aceh

Barat Daya 4,7 per mil, Sabang 4,3 per mil, Aceh Barat 4,1 per mil, Bener

Meriah 3,8 per mil, Pidie 3,4 per mil, Aceh Timur 3,3 per mil, Subussalam 3,3

per mil, Lhokseumawe 3,0 per mil, Aceh Tamiang 2,9 per mil, Aceh Selatan 2,6

per mil, Kota Langsa 2,4 per mil, Aceh Tengah 2,3 per mil, Aceh Utara

menduduki peringkat 15 sebanyak 1,5 per mil (Dinkes Provinsi Aceh, 2016).

Salah satu indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit

adalah kesehatan keluarga. Keluarga merupakan sebuah sistem, maka gangguan

yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh

sistem. Sebaliknya, disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu

penyebab terjadinya gangguan pada anggotanya, oleh karena itu keluarga


5

diangggap sebagai orang yang paling banyak tahu tentang kondisi pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuhnya

penderita gangguan jiwa karena kurangnya dukungan keluarga tidak mengetahui

dan mampu merawat klien di rumah (Rasmun, 2001).

Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah untuk mendorong

keluarga penderita gangguan jiwa untuk memberikann dukungan yang berupa

informasi, dimana keluarga mencari tahu tentang penyakit, cara penanganan

dan cara penyembuhannya, dukungan instrumental keluarga diharapkan

membantu anggota keluarga yang dalam mempersiapkan biaya untuk berobat,

dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan

damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi.

Menurut dinas kesehatan Kota Lhokseumawe penderita ganguan jiwa

sampai bulan Desembar 2016 sebanyak 461 orang, diantaranya yang menderita

skozofrenia (87,20%), 59 Orang menderita Depresi (12,80%) gangguan depresi.

Rata-rata yang menderita gangguan jiwa berumur > 20 Tahun (Dinkes Kota

Lhokseumawe 2016).

Berdasarkan data dari petugas kesehatan jiwa Puskesmas Mon Geudong

Kota Lhokseumawe jumlah penderita gangguan jiwa sampai bulan Desember

2016 terdapat 87 orang. Berdasarkan wawancara pada 8 orang keluarga pasien

gangguan jiwa di puskesmas Mongeudong didapat 5 keluarga mengatakan

sangat memperhatikan seta mengawasi kondisi pasien agar penderita gangguan

jiwa tidak semakin berat dan (Puskesmas Mon Geudong 2016).


6

Dari fenomena yang tersebut di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Mongeudong Kota Lhokseumawe.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa di wilayah

kerja Puskesmas Mongeudong Kota Lhokseumawe tahun 2017.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa di

wilayah kerja Puskesmas Mongeudong Kota Lhokseumawe 2017

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti.

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan tambahan wawasan,

ilmu pengetahuan dan pengalaman serta dapat memperoleh informasi tentang

dukungan keluarga Pada pasien gangguan jiwa.

1.4.2. Manfaat Bagi Institusi

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan

Sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe yang

dapat dimanfaatkan sebagai referensi dan menambah perbendaharaan di

perpustakaan
7

1.4.3. Manfaat Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini keluarga pasien yang mengalami gangguan

jiwa dapat mengetahui informasi tentang pentingnya dukungan keluarga pada

pasien yang mengalami gangguan jiwa untuk kesembuhannya.

1.4.4. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya yang lebih kompleks

dalam melakukan penelitian tentang dukungan keluarga pada pasien gangguan

jiwa .
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep keluarga

2.1.1 Pengertian.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan, emosional dimana setiap anggota keluarga mempunyai

peran masing- masing sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Menurut

Suprajitno (2014) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Sedangkan Efendi (2009).Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Dari uraian diatas dapat disimpulakn bahwa keluarga merupakan sebuah

sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian bagian yang

sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun

lingkungan eksternalnya.

2.1.2. Ciri – Ciri Keluarga

Ali (2010), Menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

8
9

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk

perhitungan garis keturunan

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak.

e. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

2.1.3. Tugas Keluarga

Menurut Efendi (2009) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan yaitu:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.


10

2.1.4. Tipe Keluarga

Sedangkan menurut Allender dan Spradley (2001) dalam Achjar (2010),

membagi tipe keluarga berdasarkan :

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri

dan anak kandung atau anak angkat

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti di tambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,

paman dan bibi

3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan

anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau

kematian

5) Single adult, yait rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa

saja

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang

berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah

2) Orang tua (ayah / ibu) yang ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga


11

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

2.1.5. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga

atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi

keluarga menurut Setiawati dan Dermawan (2005) dalam Achjar (2010), yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota. Merupakan respon dari keluarga

terhadap kondisi dan situasi yang di alami tiap anggota baik senang maupun

sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada

anak, membentuk nilai dan norma yang di yakini anak, memberikan batasan

perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai – nilai

budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan

bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar

berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam

keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan keluarga seluruh anggota keluarga serta


12

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual,

dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali

kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana

keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,

pengaturan penghasilan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan hanya di tujukan untuk meneruskan keturunan

tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi

selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan

rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas

keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,

keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya


13

2.1.6. Peran Keluarga

Menurut Efendi (2009) peran formal dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peran sebagai ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai

kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan

lingkungan.

b. Peran sebagai ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah

tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah

satu anggota kelompok sosial, serta sebaggai anggota masyarakat dan

lingkungan disamping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga.

c. Peran sebagai anak

Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, dan spiritual.

2.1.7. Struktur Keluarga

Menurut Effendy (2003) Struktur keluarga terdiri dari beberapa macam

diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun melalui jalur garis ayah.
14

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahsedangkan

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami istri.

2.1.1 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

Menurut Friedman (2010) keluarga mempunyai tugas di bidang

kesehatan yang meliputi:

a. Mengenal kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan keluarga

klien dengan gangguan jiwa, keluarga perlu mengetahui penyebab tanda-tanda

klien kambuh dan perilaku maladaftignya, meliputi keluarga perlu mengetahui

pengertian gangguan jiwa, tanda dan gejalanya, cara mengontrol gangguan

jiwa dengan cara minum obat dan cara spiritual.

b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai

tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi anggota keluarga dengan


15

gangguan jiwa, menanyakan kepada orang yang lebih tahu, misalnya

membawa ke pelayanan kesehatan atau membawa ke rumah sakit jiwa

c. Mengenal sejauh mana kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

dengan riwayat gangguan jiwa yang perlu dikaji pengetahuan tentang akibat

lanjut gangguan jiwa yang terjadi, pemahaman keluarga tentang cara merawat

anggota keluarga dengan riwayat gangguan jiwa yang perlu dilakukan oleh

keluarga, pengetahuan keluarga tentang alat-alat yang membahayakan bagi

anggota keluarga dengan riwayat gangguan jiwa, pengetahuan keluarga

tentang sumber yang dimiliki keluarga dalam merawat anggota keluarga

dengan riwayat gangguan jiwa, bagaimana keluarga keluarga dalam merawat

anggota keluarga dengan riwayat gangguan jiwa yang membutuhkan bantuan.

d. Mengetahui kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, yang perlu

dikaji pengethuan keluarga tentang sumber-ssumber yang dimiliki keluarga

dalam memodifikasi lingkungan khususnya dalam merawat anggota keluarga

dengan riwayat gangguan jiwa, kemampuan keluarga dalam memanfaatkaan

lingkungan yang asertif.

e. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang berada di masyarakat, yang perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang

fasilitas keberadaan pelayanan kesehatan dalam mengatasi gangguan jiwa.

Pemahaman keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan yang berada di

masyarakat, tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan, apakah

keluarga mempunyai pelayanan yang kurang baik tentang fasilitas pelayanan


16

kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang ada

di masyarakat.

2.1.8. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Friedman, 2010). Menurut Cobb (2002) mendefinisikan dukungan

keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong

orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh

dari individu maupun kelompok.

Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), menjelaskan

bahwa keluarga memiliki empat jenis dukungan keluarga sebagai berikut:

a. Dukungan instrumental, yaitu Keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga merupakan

sumber pertolongan praktis dan kongkrit. Melalui dukungan instrumental

keluarga diharapkan membantu anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa serta dapat mencarikan solusi yang dapat membantu individu

dalam melakukan kegiatan.

b. Dukungan informasional, yaitu Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan

pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang

disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi

persoalan- persoalan yang sedang dihadapi.


17

c. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang

menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga

yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang

dihadapi.

d. Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai seluarga

bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga sebagai

fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan

perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan

kepada individu.

2.2. Konsep gangguan jiwa

2.2.1. Pengertian gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik

seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan

dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability)

didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2001).

Gangguan jiwa merupakan gejala yang dimanifestasikan melalui

perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang

secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan dengan distres

atau penyakit, tidak hanya dari respon yang diharapkan pada kejadian tertentu
18

atau keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan sekitarnya (Kaplan

dan Sadock, 2007).

Gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena

hubungannya denganorang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan

dan sikapnya terhadap dirinya sendiri (NN, 2012).

2.2.2. Penyebab Gangguan Jiwa

Faktor-faktor penyebab gangguan jiwa menurut Rasmun (2001) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor biologis

1). Faktor biologis

Kecenderungan untuk berkembangnya suatu gangguan jiwa dapat

diturunkan pada seseorang individu bergantung pada faktor lain yang dapat

mempengaruhi.

2). Perubahan dalam otak

Setiap perubahan dalam struktur/fungsi otak, dapat menyebabkan gangguan

jiwa. Perubahan biokimiawi pada sel- sel adalah penyebab yang banyak dari

gangguan psikotik.

b. Faktor psikologis

1) Hubungan orang tua- anak

Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan

mengembangkan cara penyesuaian yang salah, menarik diri atau malah

menentang dan memberontak.


19

2) Perlindungan berlebihan

Memaksakan kehendak/ mengatur dalam segala hal, mengakibatkan

kepribadian si anak tidak berkembang secara wajar waktu dewasa dan

tidakm memiliki kepribadian yang mantap.

3) Perkawinan tak harmonis dan kehancuran rumah tangga

Pertengkaran dan keributan membingungkan anak dan menimbulkan rasa

cemas serta tidak aman. Hal- hal ini merupakan dasar yang kuat untuk

timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak

dikemudian hari.

4) Otoritas dan disiplin

Disiplin yang diluar kemampuan si anak, dipaksakan, dengan cara yang

keras dan kaku, menyebabkan anak akan melawan memberontak atau

menuntut berlebihan. Disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan yang

keras, akan menyebabklan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari

mungkin menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan

(perfeksionis).

c. Faktor Sosiokultural

Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan.

Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian

seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam

kebudayaan tersebut. Faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah

sebagai berikut:
20

1) Perpindahan kesatuan keluarga

Khusus untuk anak yang sedang berkembangan kepribadiannya, perubahan-

perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini sangat

mengganggu.

2) Masalah golongan minoritas

Tekanan – tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan

dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selaunjutnya akan tampil

dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan akan yang

merugikan orang banyak.

d. Faktor- faktor lain

Faktor lainnya yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan jiwa

adalah sebagai berikut:

1) Kemiskinan

Masalah ekonomi menjadi persoalan yang sangat mengkhawatirkan,

ekonomi serba maju dimana masyarakat banyak sekali terjadi kesenjangan

dibidang ekonomi karena sehingga terkadang apa yang diinginkan tidak

tercapai. Perkembangan teknologi semakin pesat, negara maju semakin

maju sedangkan negara berkembangan semakin lambat bergerak, ini

semakin lambat bergerak, ini semua di akibatkan karena perkembangan

ekonomi diberbagai belahan dunia tidak seimbang. Namun tidak semua

orang mampu menerima kekalahan atau kelemahannya sehingga banyak

sekali terjadi terjadi guncangan didalam kejiwaan seseorang.


21

2) Pengangguran

Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan dan kurangnya lapangan

pekerjaan ternyata meninggalkan penderita gangguan jiwa. Jumlah orang

yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran

meningkat, demikian pula urbanisassi meningkat, mengakibatkan upah

menjadi rendah.

3) Bencana alam

Setiap bencana terjadi selalu menimbulkan pengungsian dan mereka akan

mengalami rasa malu, ketakukan yang mendalam bahkan perasaan tidak

berdaya, bahkan berjalan menuju ke tempat pengungsian itu sendiri sudah

menjadikan trauma yang mendalam. Jutaan jiwa orang yang mengalami

bencana alam seperti gempa, tsunami, banjir, gunung meletus, dan bencana

lainnya. Situasi tersebut sangat mempengaruhi jiwa orang yang mengalami

hal tersebut. Antara sepertiga sampai setengah dari mereka yang mengalami

hal tersebut dan mengalami gangguan jiwa.

2.2.3 Tanda-tanda Gangguan Jiwa

Kusumawati dan Hartono (2010) menyebutkan terdapat sepuluh tanda dan

gejala gangguan jiwa, antara lain :

1) Gangguan Kognasi

Kognasi adalah suatu proses mental dimana seseorang menyadari dan

mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam


22

maupun luarnya (fungsi mengenal). Proses kognasi dapat dibagi menjadi dua

gangguan, yaitu gangguan sensasi dan gangguan persepsi.

Gangguan sensasi dimana seseorang mengalami gangguan kesadaran

akan suatu rangsangan. Terdapat enam macam sensasi yaitu rasa kecap, rasa

raba, rasa cium, penglihatan, pendengaran dan kesehatan.

Sedangkan, gangguan persepsi adalah kesadaran suatu rangsang yang

dimengerti. Pengertian yang lain adalah sensasi yang didapat dari proses

interaksi dan asosiasi macam-macam rabgsangan yang masuk. Yang termasuk

dalam persepsi adalah ; ilusi, halusinasi, depersonalisasi, dan derealisasi.

2) Gangguan Perhatian

Perhatian adalah suatu proses kognitif yaitu pemusatan atau

konsentrasi. Dibawah ini adalah beberapa bentuk gangguan perhatian:

a) Distrakbiliti, adalah perhatian yang mudah dialihkan oleg rangsang

yang tidak berarti, misalnya suara nyamuk, suara kapal dan sebagainya.

b) Aproseeksia, adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidaksanggupan

untuk memperhatikan secara tekut terhadap situasi/keadaan tnapa

memandang pentingnya masalah.

c) Hiperproseksia, adalah suatu keadaan dimana terjadi

pemusatan/konsentrasi perhatian yang berlebih sehingga sangat

mempersempit persepsi yang ada.

3) Gangguan Ingatan

Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, serta

memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan terdiri atas tiga
23

unsur yaitu pencatatan (registration), penyimpanan (preservation), dan

pemanggilan data (recalling). Bebrapa bentuk gangguan ingatan seperti :

ketidak mampuan mengingat kembali pengalaman yang ada (amnesia),

keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga dapat

menggambarkan kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai hal-hal yang

kecil (Hipernemsia), atu pemalsuan/penyimpangan ingatan (paramnesia).

4) Gangguan Asosiasi

Asosisasi adalah proses mental dimana perasaan, kesan atau gambaran

ingatan cenderung menimbulkan kesan atau gambaran ingatan

respons/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya. Beberapa bentuk

gangguan asosiasi sebagai berikut :

a) Retardasi yaitu proses asosiasi yang berlangsung lebih lama

b) Kemiskinan ide yaitu terdapat kekurangan asosiasi yang masih dapat

dipergunakan.

c) Perserevasi yaitu asosiasi diulang-ulang kembali secara terus menerus

dimana seakan-akan seseorang tersebut tidak sanggup untuk

melepaskan ide yang ucapkan.

d) Flight of ideas yaitu pikiran yang meloncat-loncat.

e) Inkoherensi atau aosisasi longgar yaitu ide yang muncul tidak ada

hubungannya antara satu dengan yang lainnya.

f) Blocking yaitu kegagalan untuk mengungkapkan sesuatu atau tiba-tiba

diam saat berbicara dan penderita tidak dapat menjelaskan kenapa dia

berhenti.
24

g) Aphasia yaitu keadaan kegagalan memahami bahasa.

5) Gangguan pertimbangan

Pertimbangan adalah proses menttal yang membandingkan/menilai

beberapa pilihan dalan suatu kerja atau tindakan dengan memberikan nilai

untuk memutuskan maksud dan tujuan tindakan tersebut. Dimana dalam

penilaian ini harus diperhatikan adalah kebenaran dalam melakukan tindakan

yang baik, benar dan sesuai dengan kepentingan. Dalam beberapa buku,

masalah pertimbangan ini dibahas dalam gangguan proses berpikir/isi pikir

seperti waham.

6) Gangguan pikiran.

Proses pikir meliputi proses pertimbangan dan pemahaman ingatan,

serta penalaran. Proses pikir yang normal adalah mengandung arus ide,

simbol, dan asosiasi terarah tujuan dan koheren. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses berpikir yaitu : faktor somatik (gangguan otak dan

kelelahan), faktor psikologis (gangguan emosi dan psikosa), dan faktor sosial

(kegaduhan dan keadaan sosial tertentu).

7) Gangguan kesadaran

Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan

hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui panca indera dan

mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta diri sendiri.

8) Gangguan orientasi

Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal

lingkungannyaserta hubungannya dengan waktu, ruang dan terhadap dirinya


25

serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai

gangguan dari kesadaran waktu, tempat dan orang.

9) Gangguan kemauan

Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan

lalu diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan. Bentuk-bentuk

gangguan kemauan sebagai berikut;

a) Abulia/ kemauan yang lemah yaitu keadaan inaktivitas sebagai akibat ketidak

sanggupan membuat keputusan atau memulai ssuatu tingkah lalu.

b) Negativisme yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak atas sugerti dan tidak

jarang terjadi melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan sugesti.

c) Rigiditas/kekakuan yaitu ketidakmampuan memiliki keleluasaan dalam

memutuskan untuk mengubah tingkah laku.

d) Kompulsi yaitu keadaan dimana terasa didorong untuk melakukan sesuatu

tindakan yang tidak rasional.

10) Gangguan emosi dan afek.

Emosi adalah pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada

aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organik. Sedangkan afek adalah

perasaan emosional seseorang yang menyenangkan atau tidak yen menyertai

suatu pikiran yang berlangsung lama. Emosi merupakan manifestasi efek

yang keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik yang berlangsung

singkat.

Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek seperti, euforia, elasi

(euforia yang berlebihan, eksaltasi (elasi yang berlebihan), eklasi/kegairahan,


26

afek yang tidak sesuai (inappropiate afek), afek yang kaku/rigit, emosi labil,

cemas dan depresi, apatis, emosi datar, dan emosi tumpul.

11) Gangguan Psikomotor

Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaaan jiwa

meliputi kondisi perilaku motorik atau aspek motorik dari suatu perilaku.

Bentuk gangguan psikomotor seperti, aktivitas yang meningkat, anktivitas

yang menurun, aktivitas yang terganggu, aktivitas yang berulang-ulang,

otomastisme perintah tanpa disadari, nagativisme dan aversi

2.2.4. Penatalaksanaan gangguan jiwa

Penatalaksaan gangguan jiwa menurut Sumiati, dkk (2009) adalah sebagai

berikut :

a. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya dengan klien dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) Lakukan pendekatan yang hangat, perkenalkan diri, menerima klien apa

adanya dan bersikap empati

2) Mawas diri dan cepat mengendalikan keadaan

3) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya

supportif

5) Beri waktu klien untuk berespon


27

b. Bantu klien untuk mengidentifikasi pola kognitif yang negatif

Membantu klien untuk mengidentifikasi pola kognitif dengan cara sebagai

berikut:

1) Diskusikan masalah yang di hadapi klien dan tidak memintanya untuk

menyimpulkan

2) identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui

interupsi

3) Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran positif

4) Evaluasi ketepatan persepsi , logika dan kesimpulan yang dibuat klien

5) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penimbangan dan pendapat

yang tidak rasional melalui bermain peran

6) Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimiliki, perilaku atau perubahan

yang terjadi

c. Bantu klien dalam kegiatan sehari-hari

Membantu dalam kegiatan sehari-hari diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Makan, minum dan obat-obatan ( sesuai progam pengobatan)

2) Tidur dan mandi

3) Menjaga kebersihan

4) Berdandan dan berpakaian

5) Beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya

d. Beri dukungan emosional

Memberi dukungan emosional diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Temani dan ajak klien berbicara


28

2.3. Kerangka Teoritis

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka maka kerangka teori sebagai

berikut:
Fungsi Keluarga:
1. Afektif
2. Sosialisasi
3. Reproduksi
4. Ekonomi
5. Perawatan atau pemelihara
kesehatan
(Achjar,2010)

Dukungan Keluarga
1. Dukungan Informasional
Gangguan Jiwa 2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Emosional
(Friedman, 2010)

Tugas Keluarga:
1. Mengenal masalah
2. Mengambil keputusan
3. Memberikan keperawatan
anggotanya yang sakit
4. Memodifikasi lingkungandan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
(Friedman, 2010)

Skema 2.1 Kerangka Teori


29

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan sebuah kerangka yang menghubungkan

antara konsep-konsep yang akan diamati sera diteliti dan dapat diukur melalui

penelitianyang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010)

Pada penelitian ini, penelitian menggunakan kerangka kerja penelitian

yang mengacu pada konsep Friedman (2010). Dukungan keluarga pada pasien

gangguan jiwa meliputi dukungan instrumental, dukungan informasional dan

dukungan emosional dan dukungan penilaian. .Berdasarkan uraian konsep

sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Input Proses Output

5. Dukungan Informasional
6. Dukungan Penilaian - Ada
Dukungan
7. Dukungan Instrumental - Tidak ada
Keluarga -
8. Dukungan Emosional

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

29
30

3.2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa diwilayah kerja

Puskesmas Mongeudong Kota Lhokseumawe 2017

3.1 3.3. Definisi Operasional Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Skala Hasil


o penelitian Operasional Ukur Ukur Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1. Dukungan Upaya yang Wawancara Kuesioner Ordinal Ada, bila
Keluarga dilakukan keluarga x ≥ 𝑥̅
kepada pasien
gangguan jiwa Tidak ada,
meliputi mencari bila
imformasi, materi, x <𝑥̅
melakukan
pengawasan,
pemecahan masalah
serta memberikan
semangat kepada
pasien
31

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1. Desain penelitian.

Desain penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Pada

penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran dukungan keluarga pada pasien

gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

tahun 2017.

4.2. Populasi dan sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang hendak diteliti

(Machfoedz, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki

anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa diwilayah keja Puskesms

Mongeudong Kota Lhokseumawe yang jumlah 87 orang.

4.2.2. Sampel.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi dalam mengambil sampel. Teknik dalam

penelitian ini menggunakan total sampling yaitu teknik penentuan sampel

keselurahn dari pasien gangguan jiwa yang sudah mendapatkan perawatan

berjumlah 87 orang.

31
32

4.3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mongeudong Kota

Lhokseumawe. Adapun waktu penelitian ini direncanakan dilakukan pada

tanggal 01 s.d 15 September 2017.

4.4. Etika penelitian

Menurut Setiadi (2010) prinsip etik dalam penelitian ini adalah:

a. Lembaran Persetujuan (Informed Consend)

Lembaran Persetujuan ini peneliti berikan kepada Keluarga pasien gangguan

jiwa yang berkunjung ke Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe

dengan menjelaskan tujuan dan manfaat dilakukan penelitian ini.

b. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasian identitas dari pada responden maka peneliti

memberi kode tertentu pada lembaran jawaban yg diberikan oleh responden.

c. Kerahasian (Comfindentiality)

Keberhasilan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian

ke institusi pendidikan.

4.5. Pengumpulan data

4.5.1.Tehnik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari tahap

persiapan pengumpulan data, yang dilakukan melalui proses administrasi dengan

cara mendapat surat izin penelitian dari ketua STIKes Muhammadiyah

Lhokseumawe danizin dari kepala Puskesmas Mongeudong Kota Lhokseumawe.


33

Selanjutnya masuk ke tahap pengumpulan data, peneliti mendatangi

keluarga pasien gangguan jiwa yang memenuhi kriteria sebagai responden dan

memberi informed consent. Bagi yang setuju dijadikan responden. Peneliti

meminta responden untuk dapat mengisi lembar persetujuan. Sebelum

memberikan kuesioner kepada responden, peneliti mengadakan kontrak waktu

sehingga responden punya kesempatan dan waktu dengan baik pada saat

wawancara.

Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kembali dan peneliti memeriksa

kelengkapan jawaban responden. Setelah selesai peneliti melakukan terminasi

dengan responden dan melapor kembali pada kepala Puskesmas untuk

mendapatkan surat keterangan telah melakukan penelitian.

4.5.2. Instrumen Penelitian

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner yang disusun dan dimodifikasikan sendiri oleh peneliti. Dengan

berpedoman pada konsep teori tinjauan pustaka. Instrument penelitian ini terdiri

dari data demografi responden yang digunakan sebagai kuesioner pembuka,

Inisial Nama Orang Tua, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat dan kuesioner

berisikan pertanyaan tentang dubungan dukungan keluarga pada pasien

gangguan jiwa pasca perawatan yang terdiri 15 item Pertanyaan. Kuesioner

penelitian ini berbentuk skala guttman yang terdiri dari dua alternatif jawaban “

Ya dan Tidak”. Untuk pertanyaan positif diberikan nilai : 2 bila jawaban “ Ya”

dan 1 bila jawaban “ Tidak”.


34

4.5.3. Uji coba instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner

yang dilakukan pada 10 keluarga pasien gangguan jiwa di Puskesmas Banda

Sakti. Uji coba instrumen berupa validasi dan uji reliabilitas. Hasil uji coba

instrumen untuk menilai validasi dengan reliabilitas kuesioner yang telah

disusun akan dianalisa dengan menggunakan program komputerisasi.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid sahih mempunyai

validitas tinggi. sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Validitas instrumen menunjukkan ketetapan dari suatu

instrumen dalam mengukur. menurut Arikunto (2005) mengatakan bahwa

sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai

dukungan yang besar terhadap skor total. Ini berarti bahwa sebuah item

mempunyai kesejajaran dimaksudkan adalah skor tersebut memiliki korelasi

product moment dari Pearson sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2005)

yaitu sebagai berikut:

𝑵∑𝑿𝒀−(∑𝑿)(∑𝒀)
r xy =
√{𝑵∑𝑿𝟐 −(𝑿)𝟐 } {𝑵∑𝒀𝟐 −(𝒀)𝟐 }

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi atau koefisien validasi

N = Jumlah responden
35

x = Skor butir

y = Skor total

Berdasarkan Rumus yang digunakan adalah teknik Korelasi Product

Moment dengan teknik komputerlisasi analisa stasistik yaitu dengan taraf

signifikan 95% (α = 0,05). Jika rhitung > rtabel maka kuesioner dinyatakan

signifikan (valid). Uji coba instrumen dikatakan valid yaitu dengan

mendapatkan nilai lebih besar dari 0,632. Apabila kurang dari 0,632 maka

instrumen tersebut kurang valid, maka instrumen harus diganti atau di revisi,

atau dihilangkan (Machfoedz, 2010).

b. Realiabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan indeks sejauh mana alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan (Notoatmojo, 2010).

Reliabilitas instrument adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang-orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda

(Setiadi, 2007). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana

hasil pengumpulan data tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang

sama dan selanjutnya hasil dianalisa melalui tehnik komputerisasi analisa

statistic. Rumus cronbach alpha yaitu :

𝑘 ∑ 𝑂𝑏 2
r = [𝑘−1] [1 − ]
𝑂2 2

Keterangan :

r = koefesien reliabilitas instrument (cronbach alpha)


36

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ 𝑂𝑏 2 = total varians butir

Ob 2 = total varians

Menurut Machfoedz (2010) baik/buruknya reliabilitas instrument dapat

dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Dengan n=10 maka nilai rtabel pada taraf

signifikan (α=0,05) adalah 0,632. Dengan demikian jika nilai rhitung > rtabel

(0,632), maka dinyatakan hasil yang diperoleh signifikan atau valid. Sedangkan,

jika rhitung < rtabel (0,632), maka dapat dinyatakan hasil yang diperoleh tidak

singnifikan, atau dengan kata lain reliabilitas instrument buruk atau data hasil

instrument kurang dapat dipercaya.

4.5.6. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, adapun tahap

tersebut terdiri dari:

a. Tahap persiapan

Kegiatan pengumpulan data dimulai dari penyelesaian prosedur

administrasi yaitu dengan cara mendapatkan izin dari Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Lhokseumawe dan izin dari

Kepala Puskesmas Banda Sakti.

b. Tahap pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpulam

data berupa kuesioner, melalui tahap sebagai berikut:

1. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan kepada responden tentang

maksud dan tujuan penelitian.


37

2. Bila responden telah mengerti dan bersedia untuk menjadi responden,

maka diminta untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan

menjadi responden.

3. Kemudian peneliti mewawancara responden secara langsung dengan

menggunakan kuesioner.

4. Data dikumpulkan melalui jawaban yang diberikan oleh responden

secara langsung dengan memberikan tanda check list (√) pada pilihan

jawaban yang telah ditentukan.

5. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari

kepala Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe.

4.6. Pengolahan dan analisa data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka hasil tersebut diolah dan

dianalisa melalui tahap - tahap berikut:

1. Pengolahan data

a. Editing data

Merupakan suatu tahap awal pengolahan data. Editing dengan cara

manual lazimnya dilakukan dengan memeriksa setiap kuesioner yang

telah diisi atau dilengkapi. bila hal ini terjadi maka harus segera diminta

kembali responden untuk mengsi secara lengkap. sedangkan dengan

perangkat lunak editing data yang dimaksudkan agar seluruh data yang

diterima dapat diolah dengan baik sehingga menghasilkan output tentang

gambaran jawaban terhadap penelitian. pada tahap ini peneliti memeriksa


38

setiap instrumen berkaitan dengan kelengkapan pengisian, konsistensi

jawaban dan kejelasan hasil penelitian.

b. Coding Data

Pemberian kode pada jawaban-jawaban kuesioner untuk

memudahkan pengolahan data. Cara manual melakukan koding adalah

memberikan kode pada lembaran kuesioner sebagai pengganti identitas

responden, sehingga responden terjamin kerahasiaannya. Sedangkan

dengan cara perangkat lunak koding yaitu data yang diperoleh

diterjemahkan dalam bentuk angka atau kode yang lebih singkat, untuk

memudahkan pengolahan.

c. Entry Data

Entry data ini kadang disebut juga transfering data, secara manual

maksudnya adalah membuat suatu daftar isian terhadap jawaban

responden, biasanya dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisa.

Sedangkan dengan cara perangkat lunak, pada tahap ini dilakukan

pemasukan data kedalam program computer untuk dapat dianalisis.

d. Cleaning data

Pada tahap ini data-data yang telah dimasukkan ke program

komputer diperiksa kembali tentang kebenarannya dengan cara melihat

missing, variasi dan konsistensinya.

e. Tabulating

Data yang telah diolah kemudian disusun kedalam bentuk

persentase kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


39

4.7. Analisis data

Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan bertahap tiap variabel dari hasil penelitian

pada umumnya hasil analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

kemudian akan ditemukan persentasenya dengan menggunakan rumus

(Notoatmojo, 2010). Mean rata-rata nilai diketahui dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

∑𝑥
𝑥̅ = 𝑛

Keterangan :

𝑥̅ = Rata-rata

∑𝑥 = Jumlah nilai dari data responden

𝑛 = sampel

Selanjutnya dikategorikan berdasarkan tehnik kategori jenjang ordinal

sebagai berikut : Ada x ≥ 𝑥̅ dan Tidak ada x < 𝑥̅

Data yang diperoleh dari kuesioner dimasukan kedalam tabel distribusi

frekuensi, kemudian dipersentasekan ketiap-tiap kategori dengan menggunakan

rumus Machfoedz (2010) sebagai berikut :

𝑓
P = 𝑛 x 100 %

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah sampel

Anda mungkin juga menyukai