BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
1. Proses perjalanan penyakit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3. Komplikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
D. Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
1. Terapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
A. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
B. Diagnosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
C. Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
D. Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
E. Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
B. Diagnosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
C. Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
D. Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
E. Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan kehidupan
manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga
pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan
peningkatan pemberian perawatan pada pasien penderita penyakit bedah. Salah satunya adalah
penyakit Hernia yang paling sering ditemui di RSUD Cibinong. Hernia adalah tonjolan yang
timbul apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan
pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak
menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Menurut keluhan pasien, sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian skrotum
ketika pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics, Hernia Inguinalis menduduki peringkat
pertama lima besar tindakan operasi yang paling banyak dilakukan oleh ahli bedah Amerika pada
tahun 1991 yaitu sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001). Penelitian terhadap 2.538 veteran
pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada tahun 1966-1980 memperlihatkan 57%
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000 anak
menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-
Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-
Insiden Hernia adalah insiden yang paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang
dirawat di ruang melati bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah dari
kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5 tahun. Hernia
pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1) dan sekitar 29 % pasien menderita
Hernia Bilateral.
Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada juga
resiko Hernia pada anak-anak. Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh,
kebanyakan penderita akan terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi,
maka diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika menggunakan anestesi spinal.
Selain itu, nyeri pada luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini
Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan yang tepat agar dapat
mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada pasien dengan post
Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara
nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis.
Dengan mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post
operasi Hernia Inguinalis di RSUD Cibinong dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia
Inguinalis.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post
Keperawatan pada pasien Tn. T dengan Hernia di RSUD Cibinong yang dilaksanakan dari
tanggal 17 Juni sampai dengan 19 Juni 2012 di ruang melati bedah di RSUD Cibinong.
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif, dimana
penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat
pengumpulan data yaitu :
ruangan
3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Ruang lingkup
e. Sistematika penulisan.
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi,
d. Manifestasi klinik
e. Komplikasi
f. Klasifikasi
g. Konsep hospitalisasi
h. Pengkajian
i. Diagnosa keperawatan
j. Rencana keperawatan
k. Implementasi dan
l. Evaluasi.
Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang membahas kasus pasien meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi.
Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi dan
e. Evaluasi.
a. Kesimpulan
b. Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot perut.
Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal kantung, dan yang
mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Faktor yang
terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan berkepanjangan
EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau
struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati beberapa
defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya
SaundersCompany,2000)
Hernia adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding otot perut
atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian tersebut secara normal.
Hernia mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat ditempatkan kembali di
rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin
menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply darah obstruksi,
Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal akut. (Lewis, Heitkemper,
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia. (Syamsul
Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Kesimpulan pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
B. ETIOLOGI
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah
C. PATOFISIOLOGI
menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini
juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis
indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect
disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum
sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui
cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke
dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali
tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal
posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin
femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan fisik
rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama
dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau
rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat
dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan
spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan
tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak
dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia
yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan
meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen
usus yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari
sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan perforasi
dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk
terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam
Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering
terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es
akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996)
2. MANIFESTASI KLINIK
a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul bila terjadi
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila menangis
atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali rongga abdomen.
dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena jepitan
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah
terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala
sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.
2. KOMPLIKASI
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Residip,
a. Menurut Tofografinya: Hernia Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia Femoralis dan sebagainya.
c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia eksterna (Hernia ingunalis, Hernia serofalis dan sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi, Hernia
Obturatoria).
f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia irreponibilis, Hernia inkarserata, Hernia skrotalis dan
Hernia strangulata.
D. PENATALAKSANAAN
a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum. Operasi terdiri
mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena resiko terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan
disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan intra
1. TERAPI
a. Pra Operasi:
3. Hindari melakukan tindakan sendiri.
a. Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia inkarserata, elektif bila Hernia
responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan dengan pembebasan kantung Hernia sampai
kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
b. Herniorrhaphy : Membuang kantong Hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat
a. Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai pasien bagi pasien yag merasa sakit.
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan,
prosedur tindakan atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor
keadaan pasien.
c. Persiapan
d. Stressor
1. Stressor Fisik
b. Immobilisasi.
c. Kurang tidur.
2. Stressor di lingkungan.
b. Orang-orang yang asing.
e. Aktifitas pasien lain.
a. Kurang privacy
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan
sebelumnya. Pada pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika ada
sesuatu yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus memeriksa perut
ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan, Herniasi akan menghilang
ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan regangan pasien, untuk mengamati
Louis,2003)
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising
usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia, dokter
atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di cincin dan
mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa pasien Hernia
untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya
1. Pemeriksaan Fisik
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di daerah
Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak pasien memutar
kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan
Femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan
impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang
cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan
lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada Hernia,
akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia,
suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan
tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan
dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini
EGC,2000)
Uraian tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi
dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk
memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya,
suatu Hernia Inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
b. Elektromiograf
c. Venogram epidural
d. Scan CT
e. MRI
f. Mielogram
g. Kolaborative Care
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial pasien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan post
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal itu
terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi. Perawat harus
memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada gejala penahanan atau
Herniorrhaphy adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti isi
kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum operasi, yaitu
perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah satu dalam mempersiapkan
pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada pasien rawat jalan dasar, perawat harus
membantu klien untuk membuat pengaturan yang sesuai untuk perjalanan pulang dan rumah
perawatan. Perawatan pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang menjalani operasi Hernia
diberitahukan untuk menghindari batuk. Sarankan untuk meninggikan daerah skrotum dengan
bantal yang lembut dan istirahat akan membantu mengontrol pembengkakan. Jika tidak
kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-kondisi yang ada, ini akan meningkatkan
I. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana
perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan
intervensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar implementasi
perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien
penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi
EGC,2002)
Herniorrhaphy umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari penilaian dan segera
sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi mirip dengan perawatan klien
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,
2005)
J. EVALUASI KEPERAWATAN
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil
dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang
tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses
keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan
status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan
sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien dan membandingkannya dengan
sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana
asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi
dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HERNIA
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2012
Tanggal Masuk : 17 Juni 2012
Ruang/Kelas : Melati/III
Nomor Register : 10763139
Diagnosa Medis : Hernia
Inguinalis Lateral Skrotalis
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/
Indonesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Padurenan
RT 02/13 Cibinong, Bogor
Sumber Biaya : Jamkesmas
Sumber Informasi : Pasien dan
Keluarga
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April
2012 yang lalu saat membantu mengangkat
beban berat. Tiba-tiba pasien meringis
kesakitan. Oleh tetangganya, pasien dibawa
kerumahnya dan diberi obat ramuan tradisional
dengan istirahat yang cukup.
Namun, bertahap selama 2
bulan kemudian pasien merasakan adanya
benjolan pada lipatan paha tepatnya pada
skrotum. Disertai dengan keluhan batuk dan
bersin Akhirnya, keluarga membawa pasien ke
.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
benjolan berkurang/hilang.
b. Riwayat masa lalu
generasi):
Keterangan:
: Orang tua yang sudah
meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota
pertama
c) Kegiatan Kemasyarakatan : Baik
a) Nilai-nilai
yang bertentangan dengan
kesehatan:
Lebih baik ke Pengobatan Alternatif daripada ke
dokter yang biayanya mahal.
b) Aktivitas Agama / kepercayaan yang
dilakukan:
Terus menerus berdzikir dan beribadah kepada
Allat SWT.
8) Kondisi lingkungan rumah:
9) Pola Kebiasaan:
POLA
KEBIASAAN
1. Pola Nutrisi
Alasan:…(mual/muntah/sariawan) - Mual
a. B.a.k :
1). Frekuensi :…..X/hari
- -
b. B.A.B
1). Frekuensi :…..X/hari
3). Warna :…….
a. Mandi
1) Frekuensi :…..X/hari
1) Frekuensi :….X/hari
2) Waktu :pagi/siang/sore
7-8jam/hari 5jam/hari
Tidak Pagi -
kesehatan
a.Merokok : Ya/Tidak
1) Frekuensi : …….. Ya -
50 tahun -
1) Frekuensi :…..
2) Jumlah :….. - -
3) Lama Pemakaian : - -
- -
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum:
1) Berat
badan :
68 kg (Sebelum sakit 72 kg)
2) Tinggi
badan :
174 cm
3) Keadaan
umum : Sedang
4) Pembesaran kelenjar getah bening : ( )
Ya (√) Tidak
b. Sistem Penglihatan:
1) Posisi
mata : (√) Simetris ( )
Asimetris
2) Kelopak
mata : (√) Normal ( )
Ptosis
3) Pergerakan
bola
mata : (√) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : (√) Merah
Muda ( ) Anemis
5) Kornea : (√) Normal
( ) Keruh/Berkabut
6) Sklera : (
) Ikteri
k (√) Anikterik
7) Pupil : (√) Isokor
( ) Anisokor
8) Otot-otot mata : (√) Tidak ada
kelainan
9) Fungsi
penglihatan : (√) Baik ( )
Kabur
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian
kaca
mata : (√) Tidak ( ) Ya
12) Pemakaian
lensa
kotak : (√) Tidak ( ) Ya
13) Reaksi terhadap cahaya : Baik
c. Sistem Pendengaran:
1) Daun
telinga : (√) Normal ( )
Tidak
2) Karakteristik serumen :
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
3) Kondisi
telinga
tengah : (√) Normal ( ) Kemerahan
4) Cairan
dari
telinga : (√) Tidak ( ) Ada
5) Perasaan
penuh di
telinga : (√) Tidak ( ) Ada
6) Tinitus : (
)
Ya (√) Tidak
7) Fungsi
pendengaran : ( ) Normal (
√) Kurang
8) Gangguan
keseimbangan : (√) Tidak ( )
Ya
9) Pemakaian alat
bantu : (√) Tidak ( ) Ya
d. Sistem
Wicara : (√) Normal
( ) Tidak
e. Sistem Pernafasan:
1) Jalan
nafas : (√) Bersih
( ) Ada Sumbatan
2) Pernafasan : (√) Ti
Ya (√) Tidak
4) Frekuensi
: 30 x/menit
5) Irama :(√) Te
Spontan
7) Kedalaman : ( ) Da
lam (√) Dangkal
8) Batuk : (
)
Tidak (√) Ya
9) Sputum : ( ) Tid
Encer ( ) Kental
11) Terdapat darah : ( )
Ya (√) Tidak
12) Palpasi
dada : Detak jantung
normal
13) Perkusi dada : Tidak
nafas : (√) Vesikuler
( ) Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : ( )
Ya (√) Tidak
16) Penggunaan alat bantu
nafas : (√) Tidak ( ) Ya
f. Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi Peripher
a. Nadi :
74 x/menit :
Irama : (√) Teratur ( ) Tidak Teratur
Denyut : ( )
Lemah (√) Kuat
b. Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Distensi
vena jugularis : Kanan:
( ) Tidak (√) Ya
Kiri : ( ) Tidak (
√) Ya
d. Temperature
Kulit : (√)
Hangat ( ) Dingin
e. Warna
kulit : (√)
Pucat ( ) Kemerahan
f. Pengisian kapiler : detik
g. Edema : (√)
Ya,
Skrotalis ( ) Tidak
2) Sirkulasi Jantung
Keadaan mulut:
1).
Gigi : (√)
Caries ( ) Tidak
2). Penggunaan gigi
palsu : ( ) Ya (√) Tidak
3).
Stomatitis : ( )
Ya (√) Tidak
4). Lidah kotor : (
) Ya (√) Tidak
5). Salifa :
(√) Normal ( ) Abnormal
6).
Muntah : (√) Tidak
( ) Ya
7). Nyeri daerah
perut : (√) Ya, luka post-op
8). Skala
nyeri : 3 - 4
9). Lokasi dan Karakter
nyeri : (√) Kanan Bawah
10). Bising
usus : 15x/menit
11).
Diare : (√) Tidak
( ) Ya
12).
Konstipasi : ( )
Tidak (√) Ya, 2 hari.
13).
Hepar : (√) Teraba
()Tidak Teraba
14). Abdomen : (
) Distensi (√) Kembung
j. Sistem Endokrin:
a. Pembesaran
Kelenjar
Tiroid : (√) Tidak ( ) Ya
b. Nafas
berbau
keton : (√) Tidak ( ) Ya
c. Luka
ganggren : (√) Tid
ak ( ) Ya
k. Sistem Urogenital:
a. Balance Cairan : Intake
Ya (√) Tidak
e. Keluhan sakit pinggang : ( )
Ya (√) Tidak
f. Skala nyeri : 0
l. Sistem Integumen
a. Turgor
kulit : (√)
Tidak Elastis
b. Temperatur
kulit : ( )
Hangat (√)Dingin
c. Warna
kulit : (√) Pucat ( )
Cyanosis
d. Keadaan
kulit : ( ) Baik (√)
Lesi
: (√) Insisi Operasi, lokasi
daerah skrotum.
e. Kelainan
kulit : (√) Tidak ( ) Ya
f. Kondisi kulit yang terpasang infus : Normal,
rambut : - Tekstur :
Baik
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a. Kesulitan
dalam
bergerak : (√) Ya, terpasang infus
(+)
b. Sakit pada tulang : ( )
Ya (√) Tidak
c. Fraktur : (
)
Ya (√) Tidak
d. Kelainan bentuk tulang sendi :
Tidak Ada
e. Kelainan struktur tulang belakang :
Tidak Ada
f. Keadaan otot : Baik
5. Data Penunjang
a. Laboratorium:
Hari/
e. Hematrokrit
0 L: 40 – 48 ; P: 36
f. Basofil 0 – 42
g. Eosinofil 0 0–1%
60 1–3%
h. Batang
40 3–6%
Segmen
0 50 – 70 %
Limfosit
20 – 40 %
k. Monosit 2-8 %
2
2. Masa
11 1 – 3 mnt
pendarahan 3.
Masa pembekuan 4. °/ Rh (+) 9 – 15 mnt
Gol. Darah -
Diabetes: 5. Glukosa
95
sewaktu:
75 – 200 mg/dl
Imunologi/ serologi
b. Rontgen:
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Skrotalis.
6. Penatalaksanaan
Tanggal Waktu Jenis Dosis Cara Pemberian 7.
06.00 Infus RL 500 cc 20 tts/mnt Data
Senin 06.30 Captrofil 25 mg IV
22.00 Ceftriaxone 1 gr IV
Fokus
Tanggal Data Subjektif Data Objektif
Minggu Pasien mengatakan ada rasa nyeri Pasien tampak meringis kesakitan,
17 Juni 2012 di perut kanan bawah di bagian benjolan pada kemaluan (+)
Flatus (-)
kuning jernih.
8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
meringis kesakitan,
kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt
120/90 mmHg,
oedeme (+)
kesadaran CM,
pasien tampak
meringis kesakitan,
bergerak.
S: 36°C , N: 80
BAK
(+) kuning jernih,
Flatus (-)
3. DS: Pasien Intoleransi aktifitas Efek luka operasi yang
dan lemas.
lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt
, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg,
kuning jernih.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
n Teratasi Jelas
op (insisi bedah)
informasi yang
akurat untuk
mengurangi rasa
sakit.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
Memperlihatkan b. Meningkatkan
sesuai jadwal.
d. Memotivasi
peningkatan dan
beri penghargaan
pada kemajuan
nama jelas
Hasil:
tenang.
kondisi.
dicapai.
Hasil:
sendiri.
c. Keluhan nyeri 0.
jelas
P:
2012 post-op.
P:
dialami.
kuning jernih.
P:
sesuai kondisi.
bertahap.
jadwal.
1. Nyeri
berhubungan dengan trauma
jaringan (usus terjepit) ditandai dengan:
Data Subjektif: Pasien mengatakan ada rasa
nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak meringis
kesakitan, benjolan pada kemaluan (+) S: 37°C
N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg,
oedeme (+)
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan
keluhan nyeri (-)
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
Pelaksanaan:
Tanggal 17 Juni 2012
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 74x/mnt, Pernafasan:
30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji tanda-tanda
nyeri pada Tn.T dan mengajarkan tehnik
relaksasi agar tidak tegang; Pukul 18.25
memotivasi pasien untuk banyak minum dan
beristirahat serta memberikan posisi semi
fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien
untuk istirahat, puasa, mandi dan cukur.
2. Nyeri
berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah) ditandai
dengan:
Data Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian
luka post-op.
Data Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM,
pasien tampak meringis kesakitan, dan berhati-
hati saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR:
34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB
(-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-).
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang,
pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana Tindakan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan
Pelaksanaan:
Tanggal 18 Juni 2012
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang operasi;
Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt, Pernafasan
37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan terapi
Cefotaxime 1gr melalui I.V dan memberikan
Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji
tanda-tanda nyeri dan membandingkan tingkat
nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan
memotivasi pasien untuk istirahat; Pukul 17.30
mengganti cairan infus dengan D 5% melalui
I.V dengan 20 tpm; 17.45 memotivasi pasien
untuk makan dan minum secara bertahap; Pukul
22.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr
melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp
dan mengobservasi pasien untuk melakukan
mobilisasi dini sesuai dengan batas kemampuan.
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 06.00 mengganti cairan infus dengan
Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan
memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V
dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui
cairan infus.
Evaluasi:
Tanggal 18 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian luka
post-op.
Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM,
pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat
saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34
x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-),
BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)
Analisa: Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan post-op (insisi bedah)
Perencanaan:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan
Rencana Tindakan:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
dengan kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada kasus
Tn. T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan pada saat
pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh dan sistem
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati
Hernia adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
Hernia adalah suatu benjolan diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital
atau didapat.
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital, Obesitas
Pada Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-
pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Dalam
melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, sedangkan faktor
pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah kerjasama yang baik antara
penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang
2005)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
Jakarta : EGC,2000).
Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai dengan
dan penyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti
perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
Rencana Keperawatan:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi
d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam
perencanaan keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas
masalah yang ditetapkan. Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam
melakukan implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu terlaksananya
Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik relaksasi,
memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit,
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri
yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi
Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi,
meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan penulis
karena pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan. Hasil
Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah
teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat
perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi
kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang,
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah
telah teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
sudah dapat berjalan dan diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan
nyeri 0.
BAB V
EVALUASI
A. KESIMPULAN
Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep
pemberian asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis
hadapi, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui
sebuah defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka
pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin
Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi dini
untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
tindakan yang tepat adalah pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan atau
yang ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat
Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai
hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia ventral atau insisional dinding
abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain dapat mencakup hiatus hernia dan
diafragmatik Hernia.
B. SARAN
Berdasakan kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang penulis
sampaikan adalah:
a. Bagi pasien:
Diharapkan agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga
berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat
dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat
membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus mencari
perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada
cekikan.
c. Bagi siswa:
mengangkat beban yang berat, mengedan dan faktor-faktor ain yang dapat menimbulkan
Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
SaundersCompany.
EGC.
Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC