Anda di halaman 1dari 77

KARYA INOVASI AKHIR

KARYA INOVASI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


PASIEN DEMENSIA DENGAN INOVASI SENAM OTAK
TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF DI UPTD PSLU
TRESNA WERDHA KECAMATAN NATAR
KABUPATENLAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

DI SUSUN OLEH :

RESTU TEO FANDI


NIM. 2022207209123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
KARYA INOVASI AKHIR
KARYA INOVASI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA
PASIEN DEMENSIA DENGAN INOVASI VIDEO SENAM OTAK
TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF DI UPTD PSLU
TRESNA WERDHA KECAMATAN NATAR
KABUPATENLAMPUNG SELATAN
TAHUN 2023

Untuk Memperoleh Gelar Profesi Keperawatan (Ners)


Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung

DI SUSUN OLEH :

RESTU TEO FANDI


NIM. 2022207209123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023

ii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUMPULAN KIA

Telah diperiksa dan disetujui utuk dikumpulkan

Judul KIA : “Karya Inovasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada


Pasien Demensia Dengan Inovasi Video Senam Otak
Terhadap Peningkatan Kognitif Di UPTD PSLU Tresna
Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2023”

Nama Mahasiswa : Restu Teo Fandi


NIM : 2021207209133

MENYETUJUI

Pembimbing

Ns. Pira Prahmawati, S.Kep,.M.Kes


NIDN. 203028002

iii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Inovasi Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Demensia


Dengan Inovasi Video Senam Otak Terhadap Peningkatan Kognitif Di Uptd
Pslu Tresna Werdha Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2023

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus pada tanggal……….
2023

MENGESAHKAN

Pembimbing : Ns. Pira Prahmawati, S.Kep,.M.Kes (……………….)


NIDN. 203028002

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep


NIDN. 0220077403

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid


NIDN. 0215117601

iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan KIA Ners yang berjudul “Karya Inovasi
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Demensia Dengan Inovasi Video
Senam Otak Terhadap Peningkatan Kognitif Di Uptd Pslu Tresna Werdha
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2023”

Selama penulisan dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak
mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karna itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu
2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
3. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ibu Ns. Nuria , S.Kep,. M.Kselaku pembimbing dan dosen yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi selama proses bimbingan sampai dengan
selesainya penulisan karya ilmiah akhir.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners yang telah membantu dalam
penyusunan KIA Ners.
Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi
maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan selanjutnya
Semoga ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya
serta profesi keperawatan khususnya.
Wassallamu’alaikum Wr.Wb.

Pringsewu, Januari 2023

Penulis

v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN........................................................................i


HALAMAN SAMPL DENGAN PENGESAHAN..........................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep lansia ...............................................................................................9
B. Konsep Nyeri..............................................................................................18
C. Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam.....................................................26

BAB III LAPORAN KASUS


A. Data Kasus Kelolaan..................................................................................33
B. Analisis Data...............................................................................................34
C. Diagnosa Keperawatan Prioritas................................................................35
D. Intervensi Keperawatan..............................................................................36
E. Implementasi dan Evaluasi.........................................................................37

BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................................38
B. Analisis Asuhan Keperawatan....................................................................39
C. Analisis Inovasi Produk..............................................................................40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................................ 61
B. Saran ..........................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap terkahir perkembangan pada

daur kehidupan manusia. Diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan

lebih dari 625 juta jiwa. Pada tahun tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2

milyar menurut (Nugroho, 2018). Dengan meningkatnya angka kehidupan

lansia di dunia, dapat memberikan dampak pada meningkatnya populasi lanjut

usia di Indonesia. Berdasarkan data proyeksi penduduk diperkirakan tahun

2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%).

Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69

juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 948,19 juta) menurut

(Kemenkes, 2017).

Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup

yang meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2016 menunjukan lansia

berjumlah 7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun

2013 populasi lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun

2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta

jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050,

satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah

menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.

Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka

kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu

1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s

Disease 1 10 International, 2013). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti

peingkatan populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat

dilihat terjadi peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun. Deklarasi

Kyoto menyatakan tingkat prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia

menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang (Alzheimer’s

Disease International, 2013). Data demensia di Indonesia pada lanjut usia

(lansia) yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia

(Tempo, 2017).

Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85

tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65tahun ke atas angka

lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini

diperkirakan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen

dari populasi penduduk (Tempo, 2017).

Sedangkan Azizah (2018) mendefinisikan lansia berdasarkan

karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika

menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya

gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang

dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif,

dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Dengan

bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses

penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

Demensia menjadi salah satu penyakit tidak menular yang banyak di

derita oleh lanjut usia. Dimensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang

sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan

aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di awali dengan

kemunduran memori atau daya ingat (pelupa). Lanjut usia berkaitan erat

dengan demensia. Pokok masalahnya adalah bagaimana membedakan

kemunduran memori (mudah lupa) yang disebabkan oleh yang normal

(normal brain aging) menurut (Nugroho, 2018).

Fungsi kognitif merupakan modal utama manusia dalam aktifitas

kehidupannya sehari-hari. Kehilangan kemampuan fungsi kognitif

menyebabkan manusia kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungannya. Gangguan fungsi kognitif dapat terjadi akibat kerusakan

struktur otak atau fungsi otak pada penyakit-prnyakit saraf dalam siklus

kehidupan (lifespan) menurut Mayza, (2014).

Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah

penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi

kolaboratif farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif

farmakologis yaitu donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing-masing

obat tersebut memiliki efek samping (Dewanto, Suwono, Riyanto, Turana,

2014). Terapi non farmakologis antara lain: terapi teka teki silang; brain gym,

p`uzzle, dan lain-lain. Terapi non farmakologis ini tidak memiliki efek

samping (Santoso & Ismail, 2015).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang

dilakukan untuk merangsang otak kiri dan kanan (demensia lateralitas),

meringankan atau merelaksasikan bagian depan atau belakang otak (demensi

pemfokusan), serta merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau

emosi, yaitu otak tengah (limbrik) dan otak besar (demensi pemusatan). Hal

pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan senam otak adalah

minumair putih. Tanpa air cukup semua fungsi tubuh dan otak tidak akan

berjalan dengan baik menurut (Haryanto, 2017).

Senam otak termasuk senam ringan yang dilakukan dengan gerakan

menyilang agar terjadi harmonisasi dan optimalisasi kinerja otak kanan dan

kiri. Senam ringan ini bisa dilakukan oleh siapapun termasuk oleh kaum

lansia. Senam otak yang bertujuan memicu otak agar tidak kehilangan daya

intelektualnya. Mereka yang telah lupa dapat dikembalikan kembali

kewaspadaan otaknya dengan cara senam otak. Pusat-pusat sistem

kewaspadaan yang ada di batang otak dapat diaktifkan kembali. Senam otak

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, bahkan dalam posisi santai

seperti duduk atau tidur. Setiap gerakan sebaiknya dilakukan minimal satu

menit. Hubungan pikiran dan kerja otot, saat pikiran positif otak akan

terintegrasi dan efeknya akan menguatkan otot. Sebaliknya, pikiran negatif

akan melemaskan otot. Sebelum melakukan senam otak dianjurkan banyak

minum air putih. Sebab, air akan menghantarkan listrik ke otak sehingga otak

mampu menerima ransangan dengan mudah (Haryanto, 2017).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

Oleh karena itu penulis ingin mengatahui bahwa Senam Otak sangat

berpengaruh dan dapat meningkatkan fungsi kognitif dengan demensia Pada

Lansia Di Panti Jompo karena banyaknya lansia yang mengalami demensia

dan tidak tahu cara pengobatannya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas terapis senam otak terhadap peningkatan kognitif pada

pasien demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini bertujuan untuk melakukan

asuhan keperawatan gerontik pada pasien demensia dengan inovasi

therapy senam otak terhadap peningkatan kognitif di UPTD PSLU Tresna

Werdha Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian dalam asuhan keperawatan pada pasien

demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha tahun 2023.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien demensia di UPTD

PSLU Tresna Werdha tahun 2023.

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien demensia di

UPTD PSLU Tresna Werdha tahun 2023.

d. Melakukan tindakan keperawatan serta tindakan terapi senam otak

pada pasien demensia UPTD PSLU Tresna Werdha tahun 2023..

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien demensia di UPTD

PSLU Tresna Werdha tahun 2023.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang baru bagi perawat Ners dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien demensia dengan masalah penurunan kognitif.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi UPTD

Sebagai bahan masukan tindakan aplikatif yang diperlukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususnya

dalam memberikan terapi Non farmakologi salah satunya adalah

tindakan terapi senam otak terhadap penurunan kognitif pada pasien

dimensia.

b. Institusi pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan bermanfaaf bagi pembaca dan dapat

diaplikasikan oleh mahasiswa perawat dalam intervensi keperawatan

secara mandiri.

c. pasien

Dapat menambah ilmu pengetahuan pasien untuk peningkatan kognitif

dan dapat memberikan inovasi baru bagi pasien demensia yang dapat

diterapkan dalam kehidupannya.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

d. Bagi Perawat

Sebagai salah satu dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

terutama dalam memberikan intervensi keperawatan mandiri serta

mengembangkan keterampilan perawat dalam pelaksanaan tindakan

terapi senam otak terhadap penurunan kognitif pada pasien demensia.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui

tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini

berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti

mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan

kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur

tubuh yang tidak proporsional (Pitaloka, 2019).

Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah

memasuki usia 60 tahun ke atas. Banyak istilah yang dikenal masyarakat

untuk menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan

singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan

singkatan dari manusia lanjut usia. Apapun istilah yang dikenakan pada

individu yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih

penting dari realitas yang dihadapi oleh kebanyakan individu usia ini.

Mereka harus menyesuaikan dengan berbagai perubahan baik yang bersifat

fisik, mental maupun sosial. Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang

harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi

sumber tekanan dalam hidup (Afriansyah & Santoso, 2020).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

2. Masalah Keperawatan

Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan

dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan

lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan

yang seoptimal mungkin. Masalah kesehatan yang sering muncul pada

lansia:

a) Immobility (Kurang Bergerak)

Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem

muskoloskeletal seperti terjadinya : Tulang kehilangan density (cairan) dan

makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan menjadi kaku, Pada otot

terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang bergerak lamban, otot keram

dan menjadi tremor). Pada kurang gerak bisa juga disebabkan karena

penyakit jantung dan pembuluh darah (Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).

b) Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)

Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi tubuh

dan kemampuan fisik juga mental hidupnya, Akibatnya aktivitas hidupnya

akan ikut terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan seseorang.

Penyebab terjatuh pada lansia antara lain:

1) Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).

2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).

Akibat dari terjatuh dapat menyebabkan cidera pada lansia sehingga

menimbulkan rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan merasa takut untuk

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

terjatuh lagi sehingga lansia tersebut menjadi takut untuk berjalan dan

membatasi pergerakannya.

c) Inkontinensia

Beser atau yang sering dikenal dengan "Ngompol karena saat BAK atau

keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial.

Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia akan mengurangi minum

dengan harapan untuk mengurangi jumlah dan frekuensi berkemih.

Akibatnya lansia dapat terjadi kekurangan cairan tubuh dan berkurangnya

kemampuan kandung kemih yang justru akan memperberat keluhan beser

pada lansia

d) Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)

Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau ingatan

yang mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari. Kejadian ini terjadi

dengan capat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.

e) Infeksi

Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga

menurun karena kekurangan gizi Adanya penyakit yang bermacam- macam.

Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi

yang terjadi pada lansia.

f) Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing. Taste, Smell.

Communication, Convalescence, Skin Integrity)

Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera

berkurangfungsinya, Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot- otot.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

Sehingga pada lansia terjadi penurunan penglihatan, pendengaran dan

komunikasi (berbicara),

g) Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)

Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan fisik

pada lansia yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang minum juga

akibat pemberian obat-obat tertentu. Pada kasus konstipasi yaitu feces

menjadi keras dan sulit dikeluarkan maka akan tertahan diusus sehingga

dapat terjadi sumbatan diusus yang menyebabkan rasa sakit diperut.

h) Isolasi (Depresi)

Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan

berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri serta

akibat perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial. Gejala-gejala depresi

yang sering muncul dianggap sebagai bagian dari proses menua. Adapun

gejala-gejala seperti dibawah ini antara lain:

1) Gangguan emosional perasaan sedih, sering menangis, merasa kesepian,

gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya

aktivitas, tidak adanya selera makan yang mengakibatkan berat badan

menurun, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan perhatian,

kurangnya minat, hilangnya kesenagnan yang biasanya dinikmati,

menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga din dan kepercayaan

diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi

bahkan mau bunuh diri.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

2) Gangguan fisik sakit kepala jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,

gangguan pencernaan.

i) Kurang Gizi

Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia dalam

memilih jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami

penurunan aktivitas karena penurunan fungsi pancaindera. Sedangkan

penyebab lainnya yaitu kondisi kesehatan sehingga lansia hanya akan

mengalami konsumsi jenis makanan tertentu adanya penyakit fisik, mental,

gangguan tidur dan obat-obatan.

j) Impecunity (Tidak Punya Uang)

Hal ini berhubungan dengan pekerjaan. Semakin seseorang bertambah tua

maka aktivitasnya akan berkurang yang menjadikan lansia berhenti dari

pekerjaannya. Secara otomatis pendapatannya akan berkurang Lansia dapat

menikmati masa tua dengan bahagia apabila:

1) Mempunyai pendapatan yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

2) Tempat yang layak untuk tinggal.

3) Masih mempunyai peran setidaknya didalam keluarganya.

k) Latrogenesis (Menderita Penyakit Akibat Obat-obatan)

Banyak kejadian lansia mempunyai berbagai macam penyakit atau yang

blasa disebut komplikasi, sehingga membutuhkan juga obat yang banyak

untuk tiap penyakitnya. Lansia sering kall menggunakan obat dalam jangka

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

waktu yang lama tanpa pengawasan dari dokter sehingga akan muncul

penyakit baru dari akibat penggunaan obat-obatan tersebut.

l) Insomnia

Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk mulai

masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun,

sering bermimpi, bangun terlalu awal (dini hari). Apabila sudah terbangun

maka akan sulit untuk tidur kembali.

m) Immune Deficiency (Daya Tahan Tubuh yang Menurun)

Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi akibat

terganggunya fungsi organ tubuh. Namun tidak semua proses menua

mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi akibat

penyakit yang diderita lansia, penyakit yang sudah akut, penggunaan obat-

obat tertentu dan status gizi yang buruk.

1. Definisi Intelektual Impairment

Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien

lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi

intelektual dan memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak

berhubungantingkat kesadaran. Demensia tudak hanya masalah pada memori.

Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,

menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola

sentuh, psien menjadi perasa dan terganggunya aktivitas.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

2. Etiologi Intelektual Impairment

Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia. Muncil secara

perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Gangguan

depresi juga merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering

ditemukan namun seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana

hati atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur.

penurunan minat, perasaan bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi

hilangnya nafsu makan.

B. KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Demensia adalah kondisi yang dikarakteristikan dengan hilangnya

kemampuan intelektual yang cukup menghalangi hubungan sosial dan fungsi

kerja dalam kehidupan sehari-hari. Demensia ditandai dengan menurunya fungsi

kognitif seperti melemahnya daya ingat (memory), kesulitan berbahasa, gagal

melakukan aktifitas yang memiliki tujuan, kesulitan mengenal benda-benda atau

orang, serta pada keadaan lebih lanjut akan terjadi gangguan berhubungan sosial

disertai adanya gangguan fungsi eksekutif termasuk kemampuan membuat

rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan dan daya abstraksi (Asrosi, 2014).

Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan daya

ingat dan daya pikir dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan

terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditanddengan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

penurunan kognitif, perubahan mood dantingkah laku seperti mudah tersinggung.

curiga, menarik diri, dari aktifitassosial, tidak peduli dan berulang kali

menanyakan hal yang sama sehingga mempengaruhi aktifitas kehidupan sehari-

hari penderita (Basuki, 2015).

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya

terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses

serebrosvaskuler (Killm, 2016).

B. Etiologi

Penyebab demensia menurut Pitaloka (2019) digolongkan menjadi 3. yaitu:

1. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal

kelainan yaitu: terdapat pada tingkat subsuler atau secara biokimiawi pada

system enzim, atau pada metabolisme.

2. Syndrome demensia dengan etioloyang dikenal tetapi belum dapat diobati,

penyebab utama dalam golongan ini diantaranya:

a. Penyakit degenerasi spino-selebelar

b. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert

c. Khorea hungtington

3. Syndrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam

golongan ini diantaranya:

a. Penyakit kardiovaskuler

b. Penyakit-penyakit metabolic

c. Gangguan nutrisi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

d. Akibat intoksikasi menahun

C. Tanda Dan Gejala

Manifestasi klinis awal dari demensia berupa terjadinya penurunan kinerja

mental, fatigue, mudah lupa dan gagal dalam tugas. Gejala umum yang sering

terjadi berupa keadaan mudah lupa, aktivitas sehari-hari yang terganggu,

terjadinya disorientasi, cepat marah, berkurangnya kemampuan berkonsentrasi

dan resiko tinggi jatuh (Chairina & Ahyar, 2019).

Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien

dangan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Secara

umum tanda gejala demensia adalah:

1. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi

bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya lupa hari, minggu, bulan,

tahun, tempat penderita demensia berada.

3. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata

atau cerita yang sma berkali-kali.

4. Ekspresi ang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat drama

televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa

takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia tidak mengerti

mengapa perasan-perasan tersebut muncul.

5. Adanya perubahan perilaku seperti acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

D. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada pasien demensia menurut Aspiani (2014) sebagai berikut:

1. Farmakoterapi

a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan

antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Glantamine, Memantine

b. Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti

Aspirin, Ticlopidine. Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak

sehingga memperbaiki gangguan kognitif

c. Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan

mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan

dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti-

depresi seperti Sertraline dan Citalopram.

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak- ledak, yang

bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan antipsikotik

(misalnya Haloperidol, Quetiaoine dan Risperidone)

2. Dukungan atau peran keluarga

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap

memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding

dengan angka-angka

3. Terapi sistomatik

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

Penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatika yaitu terapi

rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan dengan

memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan

melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan- gerakan mudah pada pasien

demensia. Senam otak ini bertujuan untuk membuktikan pernyataan menurut

Pratiwi (2016) bahwa apabila senam otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam

sehari maka dapat menjaga fungsi daya ingat pada lansia sehingga lansia

dapat memenuhi aktivitas sehari-hari hal ini dibuktikan dengan peningkatan

presentase pengkajian Indeks KATZ. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh

Chancellor, Duncan, & Chatterjee (2014) bahwa senam otak mampu

meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia.

4. Pencegahan dan perawatan demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjasinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak seperti:

a. Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti

alcohol dan zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya

dilakukan setiap hari

c. Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan aktif:

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama

d. Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

e. Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks

dalam kehidupan sehari hari dapat membuat otak kita tetap sehat

C. Konsep Senam Otak

1. Pengetian

Otak adalah aset manusia yang sangat berharga. Tidak satupun benda

buatan manusia yang mampu menandingi kemampuan otak. Otak adalah

salah satu organ tubuh yang sering digunakan. Otak manusia terdiri dari

100 miliar syaraf yang masing – masing terkait dengan 10 ribu syaraf

lain. Otak terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan (Widiati & Proverawati,

2010).

Senam otak (Brain gym) merupakan sejumlah gerakan sederhana yang

dapat menyeimbangkan setiap bagian – bagian otak, dapat menarik keluar

tingkat 28 konsentrasi otak, dan juga sebagian jalan keluar bagi bagian –

bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi dengan maksimal

(Widianti & Proverawati, 2010).

Manfaat Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak (Brain gym) juga dapat meningkatkan kemampuan

berbahasa dan daya ingat. Pada lansia penurunan otak dan tubuh

membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian,

penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak

tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

juga merangsang ke dua belahan belahan otak untuk bekerja (Widianti &

Proverawati, 2010)

Senam otak (Brain gym) juga dapat meningkatkan daya ingat dan

pengulangan kembali terhadap huruf atau angka, meningkatkan

ketajaman pendengaran dan penglohatan, mengurangi kesalahan

membaca, memori, dan kemampuan komprehensif pada kelompok

dengan gangguan bahasa, hingga mampu meningkatkan respons terhadap

rangsangan visual (Widianti & Proverawati, 2010).

2. Mekanisme Kerja Senam Otak

Gerakan-gerakan Brain Gym atau senam otak adalah suatu sentuhan

yang bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Brain

gym berfungsi tidak hanya memperlancar aliran darah da oksigen ke otak,

tetapi kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa optimal.

Melakukan brain gym secara rutin dapat meningkatkan kualitas hidup

lansia (Dennison, 2018).

Mekanisme yang menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik dan

fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga dan mengatur vaskularisasi ke

otak dengan 29 menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar

lipoprotein, meningkatkan produksi endhotelial niric axide dan menjamin

perfusi jaringan otak yang kuat, efek langsug terhadap otak yaitu

memelihara struktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf,

sinap-sinap dan kaplirasis (Markam, 2016).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

Latihan senam otak akan dapat membantu menyeimbangkan fungsi

otak. Baik itu otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralis), otak belakang /

batang otak dan otak depan / frontal lobes (dimensi pemfokuskan) serta

sistem limbis 27 tidak hanya memperlancar aliran darah da oksigen ke

otak, tetapi kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa optimal.

Melakukan brain gym secara rutin dapat meningkatkan kualitas hidup

lansia (Dennison, 2018).

Mekanisme yang menjelaskan hubungan antara aktifitas fisik dan

fungsi kognitif yaitu aktifitas fisik menjaga dan mengatur vaskularisasi ke

otak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar lipoprotein,

meningkatkan produksi endhotelial niric axide dan menjamin perfusi

jaringan otak yang kuat, efek langsug terhadap otak yaitu memelihara

struktur saraf dan meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap-sinap dan

kaplirasis (Markam, 2016).

Latihan senam otak akan dapat membantu menyeimbangkan fungsi

otak. Baik itu otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralis), otak belakang /

batang otak dan otak depan / frontal lobes (dimensi pemfokuskan) serta

sistem limbis (misbrain) dan otak beras / cerebral cortex (dimensi

pemusatan), Neuroplastis gerakan atau kegiatan yang tidak lazim, tidak

bisa di lakukan bukan merupakan kegiatan rutin akan membentuk

sinapsis baru dalam hubungan antar sel saraf. 30 Dalam senam otak

terdapat gerakan-gerakan terkodinasi yang dapat menstimulus kerja otak

sehingga lebih aktif (Dennison, 2018).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

3. Penatalaksaan Senam Otak (Brain Gym)

Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan

dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat

adalah sekitar 10-15 menit setiap pelaksanaan (Jurnal Arini dkk, 2012).

Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan

pemburuan (repatteing) dan aktifitas brain gym. Latihan ini membuka

bagian – bagian otak yang sebelumnya tertutup dan terhambat.

Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan

oksigen ke otak juga merangsang kedua belahan otak secara bersamaan

(Jurnal Arini dkk, 2017)

4. Gerakan Senam Otak

Dari penelitian Dr. Yuda Turana di temukan bahwa senam otak

seminggu 2 kali dalam waktu 2 bulan terdapat pengaruh dalam kognitif

lansia terutama dalam fungsi memori atau daya ingat (Kemenkes RI,

2015). Gerakan dasar senam otak (Brain Gym) (Widianti & Proverawati,

2010):

1. Gerakan silang : Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa

kedepan samping atau belakang. Manfaat : Merangsang bagian otak

yang menerima informasi (receptive) dan bagian yang mengungkapkan

informasi (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal

– hal baru dan meningkatkan daya ingat.

2. Olengan pinggul : Duduk dilantai. Posisi tangan dibelakang, menumpu

dilantai dengan siku ditekuk. Angkat kaki sedikit lalu olengkan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

pinggul ke kiri ke kanan dengan rileks. Manfaat : Meningkatkan otak

untuk kemampuan belajar, meningkatkan kemampuan memperhatikan

dan memahami.

3. Pengisi energi : Duduk nyaman dikursi, kedua lengan dibawah dan

dahi, letakkan diatas meja (menunduk di atas meja). Tangan

ditempatkan didepan bahu(tangan kanan dibahu kanan, tangan kiri

dibahu kiri), jari – jari menghadap sedikit k dalam. Ketika menarik

nafas rasakan nafas mengalir ke garis tengan seperti pancura energi,

mengankat dahi, kemudian tengkuk dan terakhir punggung atas.

Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks. Manfaat :

Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang

melelahkan (stress), meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta

meningkatkan kemampuan memahami dan berfikir rasional.

4. Menguap berenergi : Bukalah mulut seoerti hendak menguap, lalu

pijatlah otot – otot disekitar persendian rahang. Lalu menguaplah

degan bersuara untuk melepaskan otot – oto tersebut. Manfaat :

Mengaktifkan otot untuk meningkatkan perhatian dan daya

penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresi serta

meningkatkan kemampuan untuk memilih informasi

5. Luncuran gravitasi : Duduk dikursi, posisi kaki lurus krbawah dan

silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan kedepan bawah

(searah kaki). Buang 32 nafas ketika badan membungkuk kebawah dan

ambil nafas ketika bada tegak ke atas. Manfaat : Mengaktifkan otak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

untuk rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan

mengorganisasi dan meningkat energi.

6. Pompa betis : Lakukan gerakan mendorong dengan tangan bertumpu

pada sandaran kursi atas, sambil menekan tumit ke bawah. Manfaat :

Gerakan ini dikembangkan untuk membawa kesadaran ke arah betis,

tempat asal naluri untuk menahan diri dan dapat mengakses

kemampuan berbahasa.

7. Mengaktifkan tangan : Luruskan satu tangan ke atas disamping telinga.

Buang nafas perlahan sementara otot – oyot diaktifkan dengan cara

mendorong tangan ke empat jurusan (depan belakang, dalam dan luar),

sementara tangan lainnya menguatkan dorongan tersebut. Manfaat :

Mengaktifkan otot agar mampu berbicara ekspresif dan ketrampilan

berbahasa serta meningkatkan koordinasi mata – tanagn.

8. Tombol imbang : Sentuhkan 2 jari ke bagian belakang telinga (tangan

kanan untuk telinga kanan), pada lekukan dibelakang telingan,

sementara tangan yang lain menyentuh pusar, selama kurang lebih 30

detik. Lakukan secara bergantian.

9. Manfaat : Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan

perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran

asosiatif . Latihan di lakukan 2 – 3 kali dalam satu minggu baik di

lakukan dipagi hari.

10. Latihan di lakukan dengan duduk tegak santai ditempat sejuk.

11. Latihan di lakukan 10-15 menit di setiap latihannya

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan. pekerjaan dan alamat. Pada
pengkajian umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut.
2. Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
b. Kesadaran: Biasanya Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
d. Pemeriksaan Review Of System (ROS), breathing bledding, brain,
bledder, bowel, bone. e. Pengkajian saraf kranial Pengakajian saraf ini
meliputi pengkaijan saraf kranial I-XII
4. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
schubungan dengan adanya masalah psikososial demensia:
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat, Klien mengalami gangguan
persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara dan menangani
masalah kesehatannya
b. Pola tidur dan istirahat, Klien mengalami insomnia
c. Pola aktivitas, Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien
dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan
Indeks KATZ.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

d. Pola hubungan dan peran, Menggambarkan dan mengetahui hubungan


dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat
tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
Menggunakan pengkajian APGAR Keluarga.
e. Pola sensori dan kognitif, Klien mengalami kebingungan,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi,
mudah lupa, gagal dalam melaksanakan tugas. cepat marah,
disorientasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakuan
pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental Status
Quesionere (SPSMQ).
f. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping. Klien
menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam menangani
stress yang dialaminya.
g. Spiritual Keyakinan, klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
h. Personal Hygine. Biasanya pada demensia dalam melakukan personal
Hygiene perlu.
i. Bantuan/tergantung orang lain. Tidak mampu mempertahankan
penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan
buruk, lupa pergi untuk kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat
pada atau lupa pada waktu makan dan menyiapkannya dimeja, makan,
menggunakan alat makan, berhias, maupun kemandirian dalam
kebersihan merawat tubuh. Uuntuk mengetahui tingkat ketergantungan
pola personal hygine klien dapat dilakukan dengan pengkajian Bathel
Index.
5. Data subyektif
a. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Pasien mangatakan tidak mampu mengenali orang, tempat, dan waktu

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

6. Data obyektif
a. Pesien kehilangan kemampuan utuk mengenali wajah, tempat, dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
b. Pasien mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
c. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; mendengar
menggunakan kata kata yang lebug sederhana, menggunakan kata kata
yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata yang tepat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori (D.0062)

C. Rencana Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan Memori (I.06188)
Memori keperawatan diharapkan
(D.0062) diharapkan Memori Tindakan:
(L.09079) meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi masalah memori yang
1. Verbalisasi kemampuan dialami
mempelajari hal baru - Identifikasi kesalahan terhadap
meningkat orientasi
2. Verbalisasi kemampuan - Monitor perilaku dan perubahan
mengingat informasi memori selama terapi
factual meningkat
3. Verbalisasi kemampuan Terapeutik
mengingat perilaku - Rencanakan metode mengajar sesuai
tertentu yang pernah kemampuan pasien
dilakukan meningkat - Stimulasi memori dengan mengulang
4. Verbalisasi kemampuan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
mengingat peristiwa jika perlu
meningkat - Koreksi kesalahan orientasi
5. Melakukan kemampuan - Fasilitasi mengingat kembali
yang dipelajari pengalaman masa lalu, jika perlu
meningkat - Fasilitasi tugas pembelajaran (mis.
6. Verbalisasi pengalaman Mengingat informasi verbal dan
lupa menurun gambar)
7. Verbalisasi lupa jadwal - Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis.
menurun Bermain kartu pasangan), jika perlu
8. Verbalisasi mudah lupa - Stimulasi menggunakan memori pada

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

menurun peristiwa yang baru terjadi (mis.


Bertanya ke mana saja ia pergi akhir-
akhir ini), jika perlu

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat
(mis. Imajinasi visual, perangkat
mnemonik, permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi, membuat
daftar, computer, papan nama)

Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB III
LAPORAN KASUS

A. Data Kasus Kelolaan

Ny. M berusia 76 tahun tinggal di UPTD PSLU Tresna Werdha, sejak

tanggal 14 Mei 2022 dengan demensia. Dengan keluhan sering lupa, tidak

mengingat informasi dengan baik, terkadang tidak mengingat peristiwa yang

lama, klien terlihat bingung, nafsu makan klien berkurang.

IDENTITAS KLIEN

1. Nama : Ny. M

2. Umur : 76 Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Suku : Jawa

5. Agama : Islam

6. Pendidikan : SD

7. Status Perkawinan : Janda

8. Ruangan : Wisma Melati

9. Tanggal Masuk Panti :

10. Alasan Masuk Panti : Klien mengatakan dibawa oleh RT setempat

dan tidak menjelaskan kepada klien akan dibawa ke mana.


30

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

Status Kesehatan Saat ini :

1. Keluhan utama

Klien mengatakan lemas

2. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu:

Klien mengatakan badan terasa lemas, tidak nafsu makan, dan lelah saat

beraktivitas. Klien mengatakan mudah lupa. Klien mengatakan terkadang

lupa akan hal-hal yang baru saja dilakukan. Klien mengatakan susah untuk

mengingat.

3. Obat-obatan yang digunakan

Klien mengatakan tidak meminum obat-obatan. Klien mengatakan hanya

meminum jamu tradisional seperti kunyit asem, brotowali, jahe, dal lainnya.

Klien mengatakan tidak meminum obat karena dapat pesan dari anaknya

bahwa jika badannya terasa tidak enak, klien jangan meminum obat-obatan

tetapi diperkenankan meminum jamu-jamuan.

4. Alergi

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan. Klien

mengatakan memakan semua jenis makanan dan tidak ada pantangan

makanan. Klien mengatakan alergi terhadap cuaca dingin. Klien mengatakan

jika cuaca dingin klien akan menggigil dan dada terasa sesak. Klien

mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

Aspek Psiko-sosial-spiritual

1. Psikologis

a. Adakah orang yang terdekat dengan pasien:

Klien mengatakan klien masih baru di tempat tersebut. Klien mengatakan

belum mempunyai orang yang benar-benar dekat dengan klien. Klien

mengatakan dekat dengan mbah-mbah yang ada di wisma tersebut.

b. Masalah-masalah utama yang dialami:

Klien mengatakan kesal dengan orang yang membawanya ke tempat

tersebut karena tanpa sepengetahuan klien dan tidak musyawarah dengan

klien.

c. Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan:

Klien mengatakan klien merasa sudah tua karena klien mudah lupa akan

sesuatu hal. Klien mengatakan usianya baru 56 tahun.

d. Bagaimana mengatasi stres yang dialami:

Klien mengatakan duduk didepan dan melihat sekitaran depan jika

mengalami stres. Klien terkadang berkeliling ke wisma lainnya dan

melihat-lihat wisma lainnya.

e. Apakah harapan klien pada saat ini dan akan datang:

Klien berharap orang yang membawa klien dating dan membawakan

barang-barang klien lainnya. Klien berharap anak klien mengetahui

bahwa RT setempat klien membawa klien ke tempat tersebut.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

2. Sosial

a. Darimana sumber keuangan klien:

Klien mengatakan tidak ada sumber keuangan. Klien mengatakan uang

yang disimpan klien saat ini dari dikasih ponakannya.

b. Apa kesibukan klien dalam mengisi waktu luang :

Klien mengatakan hanya duduk didepan rumah dan terkadang keliling

wisma melihat-lihat wisma yang lain. Klien mengatakan terkadang tidur

siang jika merasa ngantuk di siang hari.

c. Kegiatan organisasi yang diikuti lansia:

Klien mengatakan mengikuti kegiatan keagamaan dan mengikuti senam

lansia yang diadakan. Klien mengatakan juga mengikuti kegiatan yang

dilakukan di aula.

d. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah:

Klien mengatakan belum berkomunikasi dengan orang wisma lain karena

klien masih baru di wisma tersebut. Klien mengatakan jika keluar runah

klien hanya melihat sekeliling rumah tetapi tidak berkomunikasi dengan

orang-orang yang ada di wisma lainnya.

e. Siapa saja yang biasa mengunjungi :

Klien mengatakan selama tinggal di rumah tersebut belum ada yang

mengunjungi klien sama sekali, baik saudara, anak dan yang lainnya.

3. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan

agamanya?

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

Klien mengatakan solat 5 waktu tidak teratur karena mudah lupa waktu

solat.

b. Apakah secara teratur mengikuti/terlibat aktif dalam kegiatan

keagamaan?

Klien tidak terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah?

Klien mengatakan pasrah kepada Allah dan selalu berdoa meminta yang

terbaik kepada Allah.

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal?

Klien terlihat sabar dan tidak marah-marah dengan keadaannya saat ini.

Pola kebiasaan sehari-hari (saat ini)

1. Pola nutrisi

Klien mengatakan makan sehari 3 kali dengan nafsu makan yang berkurang.

Klien memakan semua makanan yang tidak keras. Klien tidak memiliki

kebiasaan sebelum makan. Klien sudah tidak mempunyai gigi sehingga

makanan yang dimakan harus lunak dan tidak keras. Klien tidak mengalami

kesulitan saat menelan.

2. Pola eliminasi

a. Buang air kecil

Klien mengatakan buang air kecil sehari 9 kali tetapi sedikit-sedikit.

Klien mengatakan tidak mengalami nyeri saat buang air kecil.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

b. Buang air besar

Klien mengatakan buang air besar sehari 1 kali pada waktu pagi hari

terkadang sore hari. Klien mengatakan tidak ada keluhan saat buang air

besar dan tidak menggunakan obat pencahar.

c. Pola personal hygene

1) Mandi

Klien mandi sehari 2 kali dan menggunakan sabun

2) Oral hygene :

Klien tidak melakukan oral hygiene karena sudah tidak mempunyai

gigi.

d. Cuci rambut

Klien mencuci rambut 2-3 hari sekali denggan menggunakan shampoo.

e. Pola istirahat dan tidur

Klien mengatakan tidur dari habis isya dan bangun jam 3 pagi. Klien

terkadang sulit untuk tidur siang hari. Klien tidak memiliki kebiasaan

sebelum tidur. Klien mengatakan jika terbangun di malam hari, klien

tidak bias tidur kembali.

f. Pola aktivitas dan latihan

Klien mengatakan hanya duduk didepan rumah dan terkadang

membersihkan rumah. Klien memanfaatkan waktu luang dengan duduk

santai. Klien tidak melakukan olahraga. Klien mengatakan sesak jika

melakukan aktivitas yang berat.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : 130/80 mmHg

b. Nadi : 95 x/menit

c. Respirasi : 22 x/menit

d. Suhu : 36,3 0C

2. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata ptosis, gerakan kelopak mata normal,

pergerakan bola mata normal. Konjungtiva klien anemis, kornea

keruh/berkabut, ketajaman penglihatan klien berkurang, sklera mata

anikterik, pupil isokor. Fungsi penglihatan klien mengalami penurunan. Klien

tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan tidak ada tanda-tanda radang.

3. Sistem pendengaran

Daun telinga klien normal dan tidak sakit saat digerakkan, bentuk telinga

normal dengan posisi simetris. Serumen kering dan tidak berbau, tidak

terdapat perasaan penuh pada telinga dan tidak berdenging. Telinga tampak

bersih, fungsi pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

4. Sistem wicara

Klien tidak memiliki gangguan wicara

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

5. Sistem pernapasan

Jalan napas bersih/ada sumbatan, klien tidak tampak sesak. Tidak terdapat

penggunaan otot bantu pernafasan. Irama nafas teratur dank lien tidak

mengalami batuk. Tidak terdapat suara nafas tambahan.

6. Sistem kardiovaskuler

a. Sirkulasi perifer

Nadi 95 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat. Tidak terdapat distensi

vena jugularis. Temperatur kulit hangat, warna kulit tidak pucat, CRT < 2

detik dan tidak terdapat edema pada tubuh.

b. Sirkulasi jantung

Irama jantung teratur, tidak terdapat kelainan bunyi jantung, tidak

terdapat nyeri dada dan tidak ada keluhan lainnya.

7. Sistem saraf pusat

Tingkat kesadaran komposmentis, reaksi pupil terhadap cahaya baik, GCS 15

E4V5M6, tidak terdapat peningkatan tekanan intracranial.

8. Sistem pencernaan

Keadaan mulut tampak bersih, tidak terdapat gigi, bibir tampak lembab, gusi

kemerahan, air liur berwarna bening, tidak terdapat nyeri pada perut, bising

usus normal 12 x/menit, tidak terdapat pembesaran hepar, tidak mengalami

kesulitan saat buang air besar.

9. Sistem imunologi

a. Keluhan sakit:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

Klien mengeluh pegal pada kaki dan tangan. Klien mengeluh tengkuk

terasa berat dan sakit.

b. Perdarahan:

Tidak terdapat perdarahan

10. Sistem endokrin

Napas klien tidak berbau keton, klien tidak mengalami hypokalemi, klien

tidak mengalami hyperkalemi, klien mengalami poliuri, tidak terdapat

gangrene, tidak terdapat exopthalmus atau penonjolan dpada mata, tidak

terdapat pembesaran kelenjar getah bening, klien mengalami tremor.

11. Sistem urogenitalia

Klien sering buang air kecil sebanyak 9 x/hari dengan terkontrol. Warna urine

klien kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, genetalia bersih.

12. Sistem integumen

Keadaan rambut tampak bersih, tidak terdapat ketombe, tekstur kering, kuku

tampak bersih tetapi tidak rapih, turgor kulit keriput, keadaan kulit tidak gatal-

gatal dan tidak terdapat ulkus.

13. Sistem muskuloskletal

Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, klien mengalami pegal

pada kaki dan tangan, klien tidak mengalami fraktur, tonus otot kuat, tidak

terdapat kelainan bentuk tulang dan sendi.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

D. INSTRUMEN PENGKAJIAN TENTANG KEMANDIRIAN

1. KATZ INDEKS

Termasuk dalam kategori manakah klien anda :

A : Mandiri dalam makan, kontinen, toileting, berpakaian, berpindah dan

mandi.

2. Barthel Indeks (Nilai 100 : Klien Mandiri)

No
Dengan
Kriteria Mandiri
Bantuan
Nilai

1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tt dan sebaliknya 5 – 10 15 15

3 Personal toilet 0 5 5

4 Keluar masuk toilet 5 10 10

5 Mandi 5 15 15

6 Jalan dipermukaan datar 0 5 5

7 Naik turun tangga 5 10 10

8 Mengenakan pakaian 5 10 10

9 Kontrol Bowels 5 10 10

10 Kontrol Bladder 5 10 10

Skor: 100

Intepretasi : Tidak ketergantungan

3. Pengkajian individual dan lingkungan

Klien mengalami sedikit rabun pada kedua matanya. Penglihatan klien terjadi

saat melihat tulisan yang dekat dan kecil, terlihat dobel atau jadi satu, klien

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

tidak memakai alat bantu kacamata. Pendengaran klien masih tajam,

membrane telinga klien utuh, klien tidak mengalami gangguan

neuromuskuler, klien mengalami kelemahan fisik, klien tidak mengalami

posturan hipertensi, klien tidak mengalami inkontinensia. Klien tidak pernah

jatuh. Terdapat sebagian ruang yang memiliki lampu, fungsinya yaitu supaya

lansia dapat melihat dengan jelas ruangan dan jalannya. Diruangan tidak

terdapat pegangan, hanya terdapat dinding yang berdekatan. Warna lantai dan

dinding tidak sama yaitu dinding warna orange dan lantai warna putih, tidak

terdapat pembatas warna lantai dengan warna dinding. kondisi lantai kamar

mandi? kondisi lantai didalam rumah dan teras tampak bersih, terdapat

tangga/undak-undakan didepan atau teras. Perabotan rumah tangga dalam

keadaan rendah agar dapat dijangkau oleh lansia.

E. PENGKAJIAN STATUS MENTAL


1. Short Portable Status Questioner (SPSMQ)

Instruksi : Ajukan pertanyaan 1–10 pada daftar dan catat semua jawaban

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan sepuluh pertanyaan


No
Benar Salah
Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini ?

√ 2. Hari apa sekarang ini ?
√ 3. Apa nama tempat ini ?
√ 4. Berapa nomor telepon anda ?
√ 4A Dimana alamat anda ?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir ?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang ?

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

√ 8. Siapa presiden sebelumnya ?


√ 9. Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
Score total :3
Interpretasi hasil : Intelektual kurang

2. Mini – Mental State Exam (MMSE)

N Nilai
Nilai maximal Kriteria
o klien
1 Orientasi
5 1 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
5 2 Dimana kita sekarang berada ?
 Negara
 Propinsi
 Kota
 PSTW
 Wisma
2 Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa,kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi :
 Kursi
 Horden
 Pohon
3 Perhatian dan
kalkulasi
5 2 Minta klien untuk memulai angka 100 kemudian kurangi
7 sampai 5 kali/tingkat :
 40-1-3-5-4-4
 10-1-1-1-1-1
4 Mengingat
3 3 Minta klien untuk mengulangi ke 3 objek pada
pertanyaan no 2 :
 Kursi
 Horden
 Pohon
5 Bahasa
9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan pada
klien nama benda tersebut :
 Buku
 Polpen

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

Minta klien untuk Mengulang kata berikut : “tak ada jika,


dan, atau, tetapi “ bila benar nilai 1 point
 1 Pernyataan benar

Minta Klien untuk mengikuti perintah berikut


 Ambil kertas ditangan
 Lipat dua
 taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk satu hal (bila aktifitas


sesuai perintah nilai 1 point)
 1

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan


menyalin gambar :
 Aku merasa senang saat ini ada mahasiswa ada
yang bantu

Skor : 19
Interpretasi hasil : Terdapat gangguan kognitif

3. Pengkajian Fungsi Sosial /APGAR Keluarga


No Pernyataan Selalu Jarang Tidak
Pernah
1 Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) 
saya untuk membantu saya saat saya sedang susah
(adaptasi)

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya 


mengungkapkan masalah atau membicarakan
sesuatu dengan saya (hubungan)
3 Saya puas bahwa keluarga (teman) saya menerima 
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)

4 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya saat 


saya mengekspresikan emosi seperti marah, sedih,
gembira (afek)
5 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya 
menyediakan waktu bersama-sama (pemecahan)

SKOR :4
Interpretasi Hasil : Fungsi Sosial Baik

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang

G. ANALISA DATA
NO
DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds: Gangguan Memori Proses Penuaan
- Klien mengatakan sering lupa
- Klien mengatakan tidak mengingat
informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-
nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak
mengingat peristiwa yang lama
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama
yang telah diberi tahu
- Hasil SPSMQ 3 dalam kategoeri
inelektual kurang
- Hasil Mini – Mental State Exam
(MMSE) 19 dalam intepretasi
gangguan kognitif

2. Ds : Risiko Cedera Perubahan Fungsi


- Klien mengatakan sering lupa Kognitif
- Klien mengatakan tidak mengingat
informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-
nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak
mengingat peristiwa yang lama
- Klien mengatakan jalan dengan
perlahan
- Klien mengatakan jika jalan terlihat
susah klien berpegangan
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama
yang telah diberi tahu
- Klien tampak berjalan pelan

3 Ds: Resiko Defisit Factor Psikologis


- Klien mengatakan makan hanya sedikit Nutrisi (keengganan untuk
- Klien mengatakan nafsu makan makan)
berkurang
- Klien mengatakan hanya makan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

setengah porsi
Do:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemas
- Klien hanya makan setengah porsi
makan
- BB : 42 kg

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


1. Gangguan Memori
2. Risiko Cedera
3. Resiko Defisit Nutrisi

I. RENCANA KEPERAWATAN
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan Memori (I.06188)
Memori keperawatan diharapkan
(D.0062) diharapkan Memori Tindakan:
(L.09079) meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi masalah memori yang
9. Verbalisasi kemampuan dialami
mempelajari hal baru - Identifikasi kesalahan terhadap
meningkat orientasi
10. Verbalisasi - Monitor perilaku dan perubahan
kemampuan mengingat memori selama terapi
informasi factual
meningkat Terapeutik
11. Verbalisasi - Rencanakan metode mengajar sesuai
kemampuan mengingat kemampuan pasien
perilaku tertentu yang - Stimulasi memori dengan mengulang
pernah dilakukan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
meningkat jika perlu
12. Verbalisasi - Koreksi kesalahan orientasi
kemampuan mengingat - Fasilitasi mengingat kembali
peristiwa meningkat pengalaman masa lalu, jika perlu
13. Melakukan - Fasilitasi tugas pembelajaran (mis.
kemampuan yang Mengingat informasi verbal dan
dipelajari meningkat gambar)
14. Verbalisasi - Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis.
pengalaman lupa Bermain kartu pasangan), jika perlu
menurun - Stimulasi menggunakan memori pada
15. Verbalisasi lupa peristiwa yang baru terjadi (mis.
jadwal menurun Bertanya ke mana saja ia pergi akhir-
16. Verbalisasi mudah akhir ini), jika perlu
lupa menurun
Edukasi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan


- Ajarkan teknik memori yang tepat
(mis. Imajinasi visual, perangkat
mnemonik, permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi, membuat
daftar, computer, papan nama)

Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Kesehatan Lingkungan


Cedera keperawatan diharapkan (I.14513)
(D.0136) diharapkan Tingkat Cedera
(L.14136) menurun dengan Tindakan
kriteria hasil: Observasi
1. Toleransi aktivitas 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
meningkat Kondisi fisik, fungsi kognitif, dan
2. Nafsu makan meningkat riwayat perilaku
3. Toleransi makan 2. Monitor perubahan status keselamatan
meningkat lingkungan
4. Kejadian cedera
menurun Terapeutik
5. Tekanan darah membaik 1. Hilangkan bahaya keselamatan
6. Frekuensi nadi membaik lingkungan (mis. Fisik, biologi, dan
7. Frekuensi nafas kimia), jika memungkinkan
membaik 2. Modifikasi lingkungan untuk
8. Pola istirahat tidur meminimalkan bahaya dan resiko
membaik 3. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis. Commade chair dan
pegangan tangan
4. Gunakan perangkat pelindung (mis.
Pengekangan fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunitas (mis. Puskesmas,
polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang
aman
7. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis. Timbal)

Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi I.03119


defisit keperawatan selama 2x24
nutrisi jam diharapkan, status Observasi
(D.0032) nutrisi membaik, dengan - Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Porsi makanan yang makanan
dihabiskan meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
2. Nafsu makan membaik - Identifikasi kebutuhan makanan yang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

3. Frekuensi makan disukai


membaik - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikanan suplemen makanan, jika
perlu

Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan

J. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


N Diagnosa Hari/ Iplementasi Paraf Evalusi
o. Kep tgl/jam
1. Ganggua Senin, Latihan Memori (I.06188) S:
n 9/01/20 - Klien mengatakan mudah
Memori 23 Observasi lupa akan suatu hal
(D.0062) - Mengidentifikasi masalah - Klien mengatakan lupa
memori yang dialami dengan nama-nama orang
- Klien mengatakan lupa
Terapeutik tanggal dan lainnya
- Merencanakan metode
mengajar sesuai kemampuan O:
pasien - Klien tampak bingung
- Klien menceritakan masa
Edukasi lalunya
- Mengajarkan teknik memori - Klien mengerti apa yang
yang tepat (mis. Imajinasi diajarkan
visual, perangkat mnemonik,
permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi, A:
membuat daftar, computer, - Gangguan memori
papan nama) berhubungan dengan
proses penuaan

P:
- Intervensi dilanjutkan
- Menstimulasi memori
dengan mengulang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

pikiran yang terakhir


kali diucapkan

2. Resiko Senin, Manajemen Kesehatan S:


Cedera 9/01/20 Lingkungan (I.14513) - Klien mengatakan mudah
(D.0136) 23 lupa akan suatu hal
Observasi - Klien mengatakan hampir
1. Memonitor perubahan status terjatuh di kamar mandi
keselamatan lingkungan - Klien mengatakan mudah
lelah
Terapeutik
1. Menghilangkan bahaya
keselamatan lingkungan (mis. O:
Fisik, biologi, dan kimia), jika - Klien tampak bingung
memungkinkan - Terdapat luka lecet sedikit
2. Memodifikasi lingkungan pada kaki
untuk meminimalkan bahaya
dan resiko
3. Menyediakan alat bantu A:
keamanan lingkungan (mis. - Risiko cereda
Commade chair dan pegangan berhubungan dengan
tangan perubahan fungsi
4. Menggunakan perangkat kognitif
pelindung (mis. Pengekangan
fisik, rel samping, pintu P:
terkunci, pagar) - Intervensi dilanjutkan
- Memodifikasi
Edukasi lingkungan untuk
1. Mengajarkan individu, meminimalkan bahaya
keluarga dan kelompok risiko dan resiko
tinggi bahaya lingkungan

3. Risiko Senin, Manajemen nutrisi I.03119 S:


defisit 9/01/20 - Klien mengatakan nafsu
nutrisi 23 Observasi makan berkurang
(D.0032) - Mengidentifikasi status - Klien mengatakan
nutrisi makan hanya setengah
- Mengidentifikasi alergi dan porsi
intoleransi makanan - Klien mengatakan badan
terasa lemas
Terapeutik
- Memfasilitasi menentukan O:
pedoman diet - Klien tampak lemas
- Menganjurkan makanan yang - Klien tampak pucat
tinggi serat untuk mencegah - Konjungtiva anemis
konstipasi
- Menganjurkan makanan A:
tinggi kalori dan tinggi - Risiko defisit nutrisi
protein berhubungan dengan
faktor psikologis
Edukasi (keengganan untuk
- Mengajarkan diet yang makan)
P:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

diprogramkan - Intervensi dilanjutkan


- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu
ruangan

4. Ganggua Selasa, Latihan Memori (I.06188) S:


n 10/01/2 - Klien mengatakan lupa
Memori 023 Observasi hari ini tanggal berapa
(D.0062) - Memonitor perilaku dan dan hari apa
perubahan memori selama - Klien mengatakan lupa
terapi nama-nama
mahasiswanya
Terapeutik - Klien mengatakan ingat
- Menstimulasi memori kemarin telah
dengan mengulang pikiran melakukan kegiatan di
yang terakhir kali diucapkan, aula
jika perlu
- Memfasilitasi mengingat O:
kembali pengalaman masa - Klien tampak mengingat
lalu, jika perlu kembali kegiatan
kemarin apa saja
Edukasi - Klien lupa menyebutkan
- Menjelaskan tujuan dan hari ini hari apa
prosedur latihan - Klien tidak dapat
- Mengajarkan teknik memori menyebutkan nama-
yang tepat (mis. Imajinasi nama
visual, perangkat mnemonik,
permainan memori, isyarat A:
memori, teknik asosiasi, - Gangguan memori
membuat daftar, computer, berhubungan dengan
papan nama) proses penuaan.

P:
- Intervensi dilanjutkan
- Menstimulasi
menggunakan memori
pada peristiwa yang
baru terjadi

5. Resiko Selasa, Manajemen Kesehatan S:


Cedera 10/01/2 Lingkunga (I.14513) - Klien mengatakan berjalan
(D.0136) 023 masih hati-hati
Observasi - Klien mengatakan selalu
- Memonitor perubahan status pegangan tembok atau
keselamatan lingkungan yang lainnya saaat
melewati jalan yang sedikit
Terapeutik susah
- Menghilangkan bahaya
O:
keselamatan lingkungan (mis.
- Klien tampak bingung
Fisik, biologi, dan kimia)
- Klien tampak berjalan
- Memodifikasi lingkungan dengan hati-hati
untuk meminimalkan bahaya

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

dan resiko
- Menghubungi pihak A:
berwenang sesuai masalah - Risiko cereda
komunitas (mis. Puskesmas, berhubungan dengan
polisi, damkar) perubahan fungsi
kognitif
Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga P:
dan kelompok risiko tinggi - Intervensi dilanjutkan
bahaya lingkungan - Menghubungi pihak
berwenang sesuai
masalah komunitas

6. Risiko Selasa, Manajemen nutrisi I.03119 S:


defisit 10/01/2 - Klien mengatakan nafsu
nutrisi 023 Observasi makan mulai membaik
(D.0032) - Memonitor asupan makanan - Klien mengatakan
makan sedikit demi
Terapeutik sedikit
- Menyajikan makanan secara - Klien mengatakan lemas
menarik dan suhu yang sesuai sedikit berkurang
- Merikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein O:
- Klien tampak lemas
- Nafsu makan klien
membaik
- Porsi makan dihabiskan

A:
- Risiko defisit nutrisi
berhubungan dengan
faktor psikologis
(keengganan untuk
makan)
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein

7. Ganggua Rabu, Latihan Memori (I.06188) S:


n 11/01/2 - Klien mengatakan dapat
Memori 023 Observasi mengingat hari ini
(D.0062) - Memonitor perilaku dan - Klien mengatakan lupa
perubahan memori selama dengan nama-nama
terapi mahasiswa
- Klien mengatakan tahu
Terapeutik hari ini tanggal berapa
- Menstimulasi memori
dengan mengulang pikiran O:
yang terakhir kali diucapkan, - Klien tampak mengingat
jika perlu kembali kegiatan
- Memfasilitasi mengingat kemarin apa saja
- Klien dapat

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

kembali pengalaman masa menyebutkan hari ini


lalu, jika perlu hari apa
- Klien menyebutkan
Edukasi besok hari apa
- Mengajarkan teknik memori - Klien tidak dapat
yang tepat (mis. Imajinasi menyebutkan nama-
visual, perangkat mnemonik, nama
permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi, A:
membuat daftar, computer, - Gangguan memori
papan nama) berhubungan dengan
proses penuaan.

P:
- Intervensi dihentikan

8. Resiko Rabu, Manajemen Kesehatan S:


Cedera 11/01/2 Lingkunga (I.14513) - Klien mengatakan berjalan
(D.0136) 023 dengan hati-hati
Observasi - Klien mengatakan
- Memonitor perubahan status terkadang berjalan-jalan
keselamatan lingkungan keliling wisma

Terapeutik O:
- Klien tampak berjalan
- Menghubungi pihak
dengan hati-hati
berwenang sesuai masalah
- Klien berpegangan ketika
komunitas (mis. Puskesmas,
melewati turunan
polisi, damkar)

Edukasi
A:
- Ajarkan individu, keluarga - Risiko cereda
dan kelompok risiko tinggi berhubungan dengan
bahaya lingkungan perubahan fungsi
kognitif

P:
- Intervensi dihentikan

9. Risiko Rabu, Manajemen nutrisi I.03119 S:


defisit 11/01/2 - Klien mengatakan nafsu
nutrisi 023 Observasi makan membaik
(D.0032) - Memonitor asupan makanan - Klien mengatakan
menghabiskan
Terapeutik makannya
- Menyajikan makanan secara - Klien mengatakan bada
menarik dan suhu yang sesuai sudah tidak lemas
- Merikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein O:
- Klien tampak tidak
lemas
- Klien tampak ananemis

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

- Klien dapat berkeliling


wisma

A:
- Risiko defisit nutrisi
berhubungan dengan
faktor psikologis
(keengganan untuk
makan)

P:
- Intervensi dihentikan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan membandingkan hasil tinjauan kasus yang
dilakukan pada Ny. S dengan diagnosa demensia masalah sindrom intelektual
impairment di ruang melati UPTD PSLU Trisna Werdha Natar Lampung dengan
tinjauan teoritis. Setelah penulis membandingkan antara kasus demensia masalah
sindrom intelektual impairment dengan tinjauan kepustakaan yang ada, maka
terdapat beberapa kesenjangan dan kesejalanan.

Berikut ini penulis mencoba untuk membahas kesenjangan dan kesejalanan


tersebut, dipandang dari sudut keperawatan yang terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Pada saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. S tanggal 09 Januari 2023,
penulis menemukan kesulitan, karena komunikasi yang kurang baik dengan klien
karena kepikunan yang dialami Ny. S. Maka dilakukan wawancara dan tanya
jawab seputar keadaan klien dengan melibatakan pengasuh wisma dan juga
keluarga/teman lansia yang ada di wisma dengan komunikasi yang efektif.
Sehingga kelompok dapat melalui kesulitan tersebut.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2017).

Pada saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. S pada tanggal 09 Januari
2023 didapatkan data melalui klien, pengasuh, keluarga/teman lansia, dan
data diri pasien. Klien tidak memiliki riwayat penyakit menuar dan menurun.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan gigi Ny. S telah tanggal
semua. Ny. S mengatakan sulit dalam memulai tidur karena kamar gelap. Saat
pengkajian penulis menemukan data berupa penurunan fungsi memori yang
ditandai dengan lupa tentang hari, tanggal, serta nama orang lain. Selain itu
penulis menemukan data bahwa klien mengeluh nyeri pada persendian serta
tegkuk terasa tegang, adapun kondisi lingkungan kamar mandi licin, kamar
53

Ny. S gelap tanpa pencahayaan lampu. Kemudian klien mengeluh lidah terasa
pahit dan asam sehigga klien tidak nafsu makan, klien hanya makan 2-3
sendok.
Pengkajian berdasarkan teoritis, didapatkan identitas klien lengkap, Riwayat
kesehatan baik, Riwayat kesehatan sekarang, dahulu maupun riwayat
kesehatan keluarga. Pada pemeriksaan fisik dan memori data yang dapat
ditemukan meliputi penurunan memori dengan ditandai rendahnya skor nilai
dari MMSE dan SPMSQ.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat adanya persamaan dan perbedaan antara
tunjauan teoritis dengan tinjauan kasus pada klien Ny. S. kesamaan yang
didapatkan ialah pengkajian identitas yang sama, rendahnya skor nilai dari
MMSE dan SPMSQ.

B. Diagnosa keperawatan
Dalam tinjauan teori diagnosa yang dapat muncul pada klien lansia dengan
demensia menurut (Qasim.,2021), sebagai berikut :
1. Gangguan memori (D.0062)
2. Gangguan komunikasi verbal ( D.0119)
3. Gangguan persepsi sensori (D.0085)
4. Risiko ketidakberdayaan (D.0103)
5. Defisit perawatan diri ( D.0109)

Sedangkan pada data yang didapatkan pada klien Ny. M muncul 3 diagnosa
keperawatan yaitu:

1. Gangguan memori (D.0062)


Dengan ditemukanya data:
Ds:
- Klien mengatakan sering lupa
- Klien mengatakan tidak mengingat informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak mengingat peristiwa yang lama

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama yang telah diberi tahu
- Hasil SPSMQ 3 dalam kategoeri inelektual kurang
- Hasil Mini – Mental State Exam (MMSE) 19 dalam intepretasi
gangguan kognitif

2. Risiko Cedera
Dengan data yang ditemukan:
DS
- Klien mengatakan sering lupa
- Klien mengatakan tidak mengingat informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak mengingat peristiwa yang lama
- Klien mengatakan jalan dengan perlahan
- Klien mengatakan jika jalan terlihat susah klien berpegangan
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama yang telah diberi tahu
- Klien tampak berjalan pelan
3. Resiko Defisit Nutrisi
Dengan data yang didapatkan adalah:
Ds:
- Klien mengatakan makan hanya sedikit
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan hanya makan setengah porsi
Do:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemas
- Klien hanya makan setengah porsi makan
- BB : 42 kg

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

Dalam menegakkan diagnose keperawatan, kelompok tidak menemukan


kesulitan atau hambatan. Hal ini karena didukung oleh tersedianya sumber
buku diagnose keperawatan. Data-data yang ditunjukkan oleh klien sesuai
dengan konsep yang ada. Adanya Kerjasama yang baik dengan pengasuh,
keluarga/teman lansia yang secara terbuka dalam menyampaikan semua
yang dikeluhkan dan dirasakan saat ini, sehingga kelompok dapat
menyimpulkan 3 diagnosa.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Tujuan yang
diharapkan dari asuhan keperawatan dengan kasus post operasi section
caesarea yaitu agar tubuh kembali meningkat, klien tidak mengalami kesulitan
dalam persalinan. Adapun rencana yang akan dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Gangguan Memori
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan diharapkan Memori
(L.09079) meningkat dengan kriteria hasil:
a. Verbalisasi kemampuan mempelajari hal baru meningkat
b. Verbalisasi kemampuan mengingat informasi factual meningkat
c. Verbalisasi kemampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan meningkat
d. Verbalisasi kemampuan mengingat peristiwa meningkat
e. Melakukan kemampuan yang dipelajari meningkat
f. Verbalisasi pengalaman lupa menurun
g. Verbalisasi lupa jadwal menurun
h. Verbalisasi mudah lupa menurun

Intervensi:
Latihan Memori (I.06188)
Tindakan:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

Observasi
- Identifikasi masalah memori yang dialami
- Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
- Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Terapeutik
- Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan, jika perlu
- Koreksi kesalahan orientasi
- Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
- Fasilitasi tugas pembelajaran (mis. Mengingat informasi verbal dan
gambar)
- Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis. Bermain kartu pasangan), jika
perlu
- Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi (mis.
Bertanya ke mana saja ia pergi akhir-akhir ini), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat (mis. Imajinasi visual, perangkat
mnemonik, permainan memori, isyarat memori, teknik asosiasi,
membuat daftar, computer, papan nama)
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu

Perencanaan keperawatan yang digunakan dalam tinjauan kasus sama


seperti rencana keperawatan yang ada pada teoritis. penulis tidak
menemukan hambatan saat melakukan perencanaan untuk klien, karena
dari semua diagnose yang ditemukan pada kasus sesuai dengan
perencanaan yang akan dilakukan kepada klien.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan
yang diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga semua
rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi
klien.
a. Gangguan Memori
Latihan Memori (I.06188)
Observasi
- Mengidentifikasi masalah memori yang dialami
Terapeutik
- Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
Edukasi
- Mengajarkan teknik memori yang tepat (terapi permainan
mencoccokan gambar)

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus martini dkk, Rerata
skor fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
Kubu Raya sebelum diberikan senam otak adalah 15,038.Sedangkan erata
skor fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
Kubu Raya setelah diberikan senam otak dalam empat kali pengukuran
yang dilakukan setiap minggu,dari post test 1 sampai post test 4 masing-
masing adalah (19,923), (21,731), (24,115), dan (25,615). Pada uji
repeated ANOVA didapatkan hasil yaitu p <0,05 yang mengandung arti
bahwa terdapat peningkatan yang bermakna antara skor fungsi kognitif
sebelum dan sesudah pemeberian senam otak tiga kali seminggu selama
satu bulan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu
Ray,
E. Analisis Inovasi Produk
Bedasarkan tindakan yang telah di lakukan pada klien dengan inovasi
produk terapi senam otak yaitu pasien mengatakan dapat mengingat nama

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


58

dan tempat tinggal nya sekarang hal ini sesuai dengan penelitian yang di
lakukan oleh Guslinda, Yola Yolanda, (2013) yang di terapkan PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN
PADANG PARIAMAN TAHUN 2013 dengan judul penelitian
PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA
LANSIA DENGAN DIMENSIA Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dari 12 responden sebelum dilakukan senam otak, lebih dari separoh
(58,3%) responden mengalami penurunan fungsi kognitif dengan kategori
ringan dan kurang dari separoh (41,7%) responden mengalami penurunan
fungsi kognitif dengan kategori sedang. Setelah dilakukan senam otak
terjadi perubahan fungsi kognitif, yaitu lebih dari separoh (75%)
responden mengalami peningkatan fungsi kognitif menjadi normal, dan
kurang dari separoh (25%) responden mengalami peningkatan fungsi
kognitif dari sedang menjadi ringan Hasil Uji Statistik didapatkan p value
0,000. maka dapat disimpulkan ada peningkatan fungsi kognitif secara
bermakna pada lansia kelompok intervensi setelah diberikan senam otak
sebesar 84,54% dari fungsi kognitif awal. Sedangkan pada kelompok
kontrol dapat dilihat rata-rata Fungsi kognitif lansia sebelum diberikan
senam adalah 21,67 dengan standar deviasi 3,869. Sesudah senam otak
rata-rata fungsi kognitif lansia adalah 21,92 dengan standar deviasi 3,777.
Hasil uji statistik didapat nilai 0,082 (Pvalue > 0,05), maka dapat
disimpulkan tidak ada peningkatan Fungsi kognitif secara bermakna pada
lansia kelompok kontrol sesudah senam otak diberikan.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


59

F. Evaluasi keperawatan
Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah
mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal. Maka dari itu, dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerjasama antara penulis dengan klien, pengasuh,
keluarga/teman lansia serta data diri pasien.
Diagnose utama adalah gangguan memeori intervensi yang dilakukan adalah
latihan memori, implementasi yang dilakukan adalah senam otak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.Y selama 2

hari, yaitu pada tanggal 16 Mei – 17 Mei 2022 dengan kasus dengan gastritis

di Puskesmas Siring Betik, makadapat diketahui hal-hal seperti berikut :

1. Setelah dilakukan pegkajian didapatkan bahwa pasien Ny. Y mengatakan

nyeri perut dibagian ulu hati, rasanya seperti menjalar dari ulu hati depan

hingga ke belakang tubuh. Rasa nyerinya dengan skala 6 dari skala nyeri

1- 10 menurut Harvard. Data tersebut sesuai dengan teori untuk dilakukan

asuhan keperawatan pada klien Gastritis dengan masalah nyeri akut.

2. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam lambung (agen

cedera bilogis, iritasi mukosa lambung)

b. Resiko nutrisi kang dari kebutuhan tubuh behubungan dengan

kurangnya intake makanan

c. Ansietas b.d peubahan status kesehatan

3. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul tersebut maka

disusunlah rencana asuhan keperawatan sesuai dengan teoritis dan kasus

yang ditemukan pada Ny. Y dengan nyeri gastritis di Puskesmas Siring

Betik

4. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi Ny.Y

dengan nyeri gastritis di Puskesmas Siring Betik.


61

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny. Y dengan

nyeri gastritis di Puskesmas Siring Betik, selama 2 hari didapatkan bahwa

sudah memperlihatkan adanya perbaikan. Penulis telah mampu

menerapkan manajemen nyeri dengan terapi nonfarmakologi yaitu teknik

relaksasi napas dalamntk menurunkan intensitas nyeri pada klien

gastritis.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan medical bedah kepada peserta didik sehingga

pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi

kedepannya dan akan membantu dalam mendukung untuk bahan

pengajaran ilmu keperawatan medikal bedah kedepannya.

2. Bagi tenaga kesehatan

Dengan adanya Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis dapat

mengembangkan pengetahuan serta wawasan khususnya mengenai ilmu

riset keperawatan medikal bedah tentang penerapan teknik relaksasi napas

dalam dalam manajemen nyeri terhadap menurunkan intenstas nyeri. Dan

dapat menjadi acuan bagi perawat dalam meneapakan ashan keperawatan.

3. Bagi puskesmas

Dapat dijadikan pertimbangan pihak puskesmas untuk

menggunakan penatalaksanaan non farmakologi dalam memberikan

asuhan keperawatan mengurangi rasa nyeri pada pasien gastritis

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


62

DAFTAR PUSTAKA

Angklow, Julia. (2016). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap


penurunan nyeri epigastrium di Rumah Sakit Karima Utama. Surakarta:.
Jurnal FIK UMS Kartasura.
Ayudianingsih. (2015). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri epigastrium dengan kejadian gastritis di wilayah kerja
puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Arfa ,M. (2015). Buku relaksasi nafas dalam. Yogyakarta : Nuhamedika .
Black, Joice. M. ( 2014). Medical Surgical Nursing. Jakarta : Internalpublishing
Data Penyakit Tidak menular. (2020). Puskesmas Siring Betik.
Depkes RI. (2015).Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, pp 51-83.
Diyono, D. J. T. (2017). Buku Ajar Keperatan Medikal Bedah Sisitem
Pencernaan. Jakarta : Kencana
Hirlan. (2009). Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta :
InternaPublishing
Jakcson, S. (2006). Gastritis. Rerived Juli, 2011. From http://www.gicare.com
Kamus Besar Bahasa Indononesia, Edisi Keempat. (2008). Gramedia Pustaka.
Utama : Jakarta
Kozier, Barbara, MN.,RN. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep Proses &
Praktik. EGC : Jakarta
Mansjoer, A.dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulaplis : Jakarta
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau
Maag). Jakarta : Pustaka Populer
Mustakim. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta : Pustaka Populer
Mukherje, S. (2012). Gastritis Chronic. Diambil dari :
http://emedicine.medscape.com/article/176156-overview diakses pada
tanggal 21 september
Muttaqin, A. (2011). Gangguan Gastrointertinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medical Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Potter, A.P & Perry, G.A. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Prasetyo. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Profil Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Jumlah Kasus Penyakit Terbanyak di
Provinsi Lampung. http://lampung.bps.go.id/staticable
Rampengan, dkk. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Dan Teknik Distraksi
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di
Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. Skripsi :
Universitas Sam Ratulangi
Sjamsu hidayat, R dan Jong, W. (2010). Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


63

Smelzer, S dan Bare, B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8.


Jakarta : EGC
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Dan
Kauntitatif. Bandung : Alfabetha
Tamsuri, A. (2011). Konsep dan Pelaksanaan Nyeri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
WHO. World Health Statistics. (2010). World Health Organization
WHO. World Health Statistics. (2011). World Health Organization

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


64

LAMPIRAN -

LAMPIRAN

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


65

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


66

KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA


PASIEN GASTRITIS DENGAN INOVASI LEAFLETTEKHNIK
RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIRING BETIK TAHUN 2022.

ABSTRAK

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh bakteri
helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut,kronik difus atau lokal. Gastritis juga
merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik,karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopalogi. (Hirlan dalam Angklow,2016).

Penulisan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini bertujuan untuk melakukan asuhan
keperawatan medikal bedah pada pasien gastritis dengan inovasi Leaflet tekhnik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri di Wilayah Kerja Puskesmas
Siring Betik tahun 2022.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, studi yang
mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari pada Ny. Y dengan
nyeri gastritis di Puskesmas Siring Betik, selama 2 hari didapatkan bahwa sudah
memperlihatkan adanya perbaikan. Penulis telah mampu menerapkan manajemen
nyeri dengan terapi nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi napas dalam untuk
menurunkan intensitas nyeri pada klien gastritis.

Kata Kunci : Gastritis, Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Daftar Pustaka : 25 (2010-2020)

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


67

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


68

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


69

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM 2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yg santai/tenang
Tujuan :
Untuk dapat menggurangi/menghilangkan rasa
stres yang dialami.

Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yg mengalami stress
Pengertian :
Posisi dimana seseorang merasa rileks
yang dapat mengurangi ketegangan otot ,
rasa jenuh dan perasaan cemas sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi stres

Disusun Oleh :
KUKUH WIDIYANTORO
NIM. 2021207209133

PRODI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


Prosedur pelaksanaan :
FAKULTAS KESEHATAN Ada tiga faktor yg utama dalam teknik relaksasi :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A. Tahap pra interaksi
PRINGSEWU LAMPUNG 1. Posisikan pasien dengan tepat sehingga klien
1. Menbaca mengenai status pasien
2022 merasa nyaman
2. Mencuci tangan 2. Meminta anggota keluarga untuk udara mengalir keseluruh bagian anggota
3. Meyiapkan alat memperhatikan tubuh
4. Tahap orientasi 3. Atur posisi pasien agar rileks tanpa 8. Minta pasien untuk memusatkan
5. Mengucapkan salam teraupetik kepada adanya beban fisik perhatian pada kaki & tangan, udara yg
pasien 4. Instruksikan pasien untuk melakukan mengalir & merasakan ke luar dari
6. Validasi kondisi pasien saat ini tarik nafas dalam sehingga rongga paru ujung-ujung jari tangan & kai & rasakan
7. Menjaga keamanan perivacy pasien berisi udara kehangatanya
8. Menjelaskan tujuan & prosedur yg akan 5. Intruksikan pasien dengan cara perlahan 9. Instruksiakan pasien buat mengulani
dilakukan terhadap pasien & keluarga & menghembuskan udara membiarkanya teknik-teknik ini apabila rasa nyeri
ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, kembali lagi
pada saat bersamaan minta pasien untuk 10. Setelah pasien mulai merasakan
memusatkan perhatiannya pada sesuatu ketenangan, minta anggota keluarga
hal yang indah dan merasakan betapa untuk mendemonstrasikan yang telah
nikmatnya rasanya diajarkan.
6. Instruksikan pasien buat bernafas 11. Minta pasien untuk melakukan secara
dengan irama normal beberapa saat ( 1-2 mandiri.
menit )
7. Instruksikan pasien untuk kembali

B. Tahap kerja menarik nafas dalam, kemudian

1. Memberi kesempatan kepada pasien menghembuskan dengan cara perlahan

untuk bertanya bila ada sesuatu yang & merasakan saat ini udara mulai

kurang dipahami/jelas mengalir dari tangan, kaki, menuju


keparu-paru seterusnya udara & rasakan

Anda mungkin juga menyukai