DI SUSUN OLEH :
DI SUSUN OLEH :
ii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUMPULAN KIA
MENYETUJUI
Pembimbing
iii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus pada tanggal……….
2023
MENGESAHKAN
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan KIA Ners yang berjudul “Karya Inovasi
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Demensia Dengan Inovasi Video
Senam Otak Terhadap Peningkatan Kognitif Di Uptd Pslu Tresna Werdha
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2023”
Selama penulisan dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak
mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karna itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu
2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
3. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ibu Ns. Nuria , S.Kep,. M.Kselaku pembimbing dan dosen yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi selama proses bimbingan sampai dengan
selesainya penulisan karya ilmiah akhir.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners yang telah membantu dalam
penyusunan KIA Ners.
Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi
maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan selanjutnya
Semoga ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya
serta profesi keperawatan khususnya.
Wassallamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................................38
B. Analisis Asuhan Keperawatan....................................................................39
C. Analisis Inovasi Produk..............................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lebih dari 625 juta jiwa. Pada tahun tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2
Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69
juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 948,19 juta) menurut
(Kemenkes, 2017).
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup
yang meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2016 menunjukan lansia
berjumlah 7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun
2013 populasi lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun
2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta
jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050,
satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu
1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2
65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s
(Tempo, 2017).
tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65tahun ke atas angka
lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen
karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika
menunjukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya
gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang
dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif,
dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Dengan
penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.
derita oleh lanjut usia. Dimensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang
kemunduran memori atau daya ingat (pelupa). Lanjut usia berkaitan erat
struktur otak atau fungsi otak pada penyakit-prnyakit saraf dalam siklus
2014). Terapi non farmakologis antara lain: terapi teka teki silang; brain gym,
p`uzzle, dan lain-lain. Terapi non farmakologis ini tidak memiliki efek
emosi, yaitu otak tengah (limbrik) dan otak besar (demensi pemusatan). Hal
minumair putih. Tanpa air cukup semua fungsi tubuh dan otak tidak akan
menyilang agar terjadi harmonisasi dan optimalisasi kinerja otak kanan dan
kiri. Senam ringan ini bisa dilakukan oleh siapapun termasuk oleh kaum
lansia. Senam otak yang bertujuan memicu otak agar tidak kehilangan daya
kewaspadaan yang ada di batang otak dapat diaktifkan kembali. Senam otak
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, bahkan dalam posisi santai
seperti duduk atau tidur. Setiap gerakan sebaiknya dilakukan minimal satu
menit. Hubungan pikiran dan kerja otot, saat pikiran positif otak akan
minum air putih. Sebab, air akan menghantarkan listrik ke otak sehingga otak
Oleh karena itu penulis ingin mengatahui bahwa Senam Otak sangat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktik
a. Bagi UPTD
dimensia.
b. Institusi pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan bermanfaaf bagi pembaca dan dapat
secara mandiri.
c. pasien
dan dapat memberikan inovasi baru bagi pasien demensia yang dapat
d. Bagi Perawat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
untuk menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan
singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan
singkatan dari manusia lanjut usia. Apapun istilah yang dikenakan pada
individu yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih
penting dari realitas yang dihadapi oleh kebanyakan individu usia ini.
2. Masalah Keperawatan
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan
lansia:
makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan menjadi kaku, Pada otot
terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang bergerak lamban, otot keram
dan menjadi tremor). Pada kurang gerak bisa juga disebabkan karena
penyakit jantung dan pembuluh darah (Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).
menimbulkan rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan merasa takut untuk
terjatuh lagi sehingga lansia tersebut menjadi takut untuk berjalan dan
membatasi pergerakannya.
c) Inkontinensia
Beser atau yang sering dikenal dengan "Ngompol karena saat BAK atau
keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah kesehatan atau sosial.
pada lansia
e) Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh juga
Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh terhadap infeksi
berkurangfungsinya, Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot- otot.
komunikasi (berbicara),
pada lansia yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang minum juga
menjadi keras dan sulit dikeluarkan maka akan tertahan diusus sehingga
h) Isolasi (Depresi)
yang sering muncul dianggap sebagai bagian dari proses menua. Adapun
gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat lelah dan menurunnya
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga din dan kepercayaan
diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi
gangguan pencernaan.
i) Kurang Gizi
memilih jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena lansia mengalami
sehari-hari.
untuk tiap penyakitnya. Lansia sering kall menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dari dokter sehingga akan muncul
l) Insomnia
Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk mulai
masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah terbangun,
sering bermimpi, bangun terlalu awal (dini hari). Apabila sudah terbangun
Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi akibat
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi akibat
penyakit yang diderita lansia, penyakit yang sudah akut, penggunaan obat-
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola
B. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
orang, serta pada keadaan lebih lanjut akan terjadi gangguan berhubungan sosial
ingat dan daya pikir dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan
curiga, menarik diri, dari aktifitassosial, tidak peduli dan berulang kali
B. Etiologi
kelainan yaitu: terdapat pada tingkat subsuler atau secara biokimiawi pada
c. Khorea hungtington
a. Penyakit kardiovaskuler
b. Penyakit-penyakit metabolic
c. Gangguan nutrisi
mental, fatigue, mudah lupa dan gagal dalam tugas. Gejala umum yang sering
dangan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Secara
1. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya lupa hari, minggu, bulan,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata
televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia tidak mengerti
5. Adanya perubahan perilaku seperti acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
D. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakoterapi
dengan stroke.
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka-angka
3. Terapi sistomatik
memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
Pratiwi (2016) bahwa apabila senam otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam
sehari maka dapat menjaga fungsi daya ingat pada lansia sehingga lansia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjasinya demensia
a. Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
c. Melakukan kegiatan yang data membuat mental kita sehat dan aktif:
dalam kehidupan sehari hari dapat membuat otak kita tetap sehat
1. Pengetian
Otak adalah aset manusia yang sangat berharga. Tidak satupun benda
salah satu organ tubuh yang sering digunakan. Otak manusia terdiri dari
100 miliar syaraf yang masing – masing terkait dengan 10 ribu syaraf
lain. Otak terdiri dari dua belahan, kiri dan kanan (Widiati & Proverawati,
2010).
tingkat 28 konsentrasi otak, dan juga sebagian jalan keluar bagi bagian –
berbahasa dan daya ingat. Pada lansia penurunan otak dan tubuh
membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian,
penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak
tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi
juga merangsang ke dua belahan belahan otak untuk bekerja (Widianti &
Proverawati, 2010)
Senam otak (Brain gym) juga dapat meningkatkan daya ingat dan
yang bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Brain
tetapi kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa optimal.
perfusi jaringan otak yang kuat, efek langsug terhadap otak yaitu
otak. Baik itu otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralis), otak belakang /
batang otak dan otak depan / frontal lobes (dimensi pemfokuskan) serta
otak, tetapi kerjasama antara belahan otak kanan dan kiri bisa optimal.
jaringan otak yang kuat, efek langsug terhadap otak yaitu memelihara
otak. Baik itu otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralis), otak belakang /
batang otak dan otak depan / frontal lobes (dimensi pemfokuskan) serta
sinapsis baru dalam hubungan antar sel saraf. 30 Dalam senam otak
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat
adalah sekitar 10-15 menit setiap pelaksanaan (Jurnal Arini dkk, 2012).
Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan
lansia terutama dalam fungsi memori atau daya ingat (Kemenkes RI,
2015). Gerakan dasar senam otak (Brain Gym) (Widianti & Proverawati,
2010):
dan memahami.
Diafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks. Manfaat :
kemampuan berbahasa.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan. pekerjaan dan alamat. Pada
pengkajian umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut.
2. Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
b. Kesadaran: Biasanya Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
d. Pemeriksaan Review Of System (ROS), breathing bledding, brain,
bledder, bowel, bone. e. Pengkajian saraf kranial Pengakajian saraf ini
meliputi pengkaijan saraf kranial I-XII
4. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
schubungan dengan adanya masalah psikososial demensia:
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat, Klien mengalami gangguan
persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara dan menangani
masalah kesehatannya
b. Pola tidur dan istirahat, Klien mengalami insomnia
c. Pola aktivitas, Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien
dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat menggunakan
Indeks KATZ.
6. Data obyektif
a. Pesien kehilangan kemampuan utuk mengenali wajah, tempat, dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
b. Pasien mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
c. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; mendengar
menggunakan kata kata yang lebug sederhana, menggunakan kata kata
yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata yang tepat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori (D.0062)
C. Rencana Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan Memori (I.06188)
Memori keperawatan diharapkan
(D.0062) diharapkan Memori Tindakan:
(L.09079) meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi masalah memori yang
1. Verbalisasi kemampuan dialami
mempelajari hal baru - Identifikasi kesalahan terhadap
meningkat orientasi
2. Verbalisasi kemampuan - Monitor perilaku dan perubahan
mengingat informasi memori selama terapi
factual meningkat
3. Verbalisasi kemampuan Terapeutik
mengingat perilaku - Rencanakan metode mengajar sesuai
tertentu yang pernah kemampuan pasien
dilakukan meningkat - Stimulasi memori dengan mengulang
4. Verbalisasi kemampuan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
mengingat peristiwa jika perlu
meningkat - Koreksi kesalahan orientasi
5. Melakukan kemampuan - Fasilitasi mengingat kembali
yang dipelajari pengalaman masa lalu, jika perlu
meningkat - Fasilitasi tugas pembelajaran (mis.
6. Verbalisasi pengalaman Mengingat informasi verbal dan
lupa menurun gambar)
7. Verbalisasi lupa jadwal - Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis.
menurun Bermain kartu pasangan), jika perlu
8. Verbalisasi mudah lupa - Stimulasi menggunakan memori pada
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat
(mis. Imajinasi visual, perangkat
mnemonik, permainan memori, isyarat
memori, teknik asosiasi, membuat
daftar, computer, papan nama)
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
tanggal 14 Mei 2022 dengan demensia. Dengan keluhan sering lupa, tidak
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. M
2. Umur : 76 Tahun
4. Suku : Jawa
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan badan terasa lemas, tidak nafsu makan, dan lelah saat
lupa akan hal-hal yang baru saja dilakukan. Klien mengatakan susah untuk
mengingat.
meminum jamu tradisional seperti kunyit asem, brotowali, jahe, dal lainnya.
Klien mengatakan tidak meminum obat karena dapat pesan dari anaknya
bahwa jika badannya terasa tidak enak, klien jangan meminum obat-obatan
4. Alergi
jika cuaca dingin klien akan menggigil dan dada terasa sesak. Klien
Aspek Psiko-sosial-spiritual
1. Psikologis
klien.
Klien mengatakan klien merasa sudah tua karena klien mudah lupa akan
2. Sosial
dilakukan di aula.
klien masih baru di wisma tersebut. Klien mengatakan jika keluar runah
mengunjungi klien sama sekali, baik saudara, anak dan yang lainnya.
3. Spiritual
agamanya?
Klien mengatakan solat 5 waktu tidak teratur karena mudah lupa waktu
solat.
keagamaan?
Klien mengatakan pasrah kepada Allah dan selalu berdoa meminta yang
Klien terlihat sabar dan tidak marah-marah dengan keadaannya saat ini.
1. Pola nutrisi
Klien mengatakan makan sehari 3 kali dengan nafsu makan yang berkurang.
Klien memakan semua makanan yang tidak keras. Klien tidak memiliki
makanan yang dimakan harus lunak dan tidak keras. Klien tidak mengalami
2. Pola eliminasi
Klien mengatakan buang air besar sehari 1 kali pada waktu pagi hari
terkadang sore hari. Klien mengatakan tidak ada keluhan saat buang air
1) Mandi
2) Oral hygene :
gigi.
d. Cuci rambut
Klien mengatakan tidur dari habis isya dan bangun jam 3 pagi. Klien
terkadang sulit untuk tidur siang hari. Klien tidak memiliki kebiasaan
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital :
b. Nadi : 95 x/menit
c. Respirasi : 22 x/menit
d. Suhu : 36,3 0C
2. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata ptosis, gerakan kelopak mata normal,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan tidak ada tanda-tanda radang.
3. Sistem pendengaran
Daun telinga klien normal dan tidak sakit saat digerakkan, bentuk telinga
normal dengan posisi simetris. Serumen kering dan tidak berbau, tidak
terdapat perasaan penuh pada telinga dan tidak berdenging. Telinga tampak
pendengaran.
4. Sistem wicara
5. Sistem pernapasan
Jalan napas bersih/ada sumbatan, klien tidak tampak sesak. Tidak terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan. Irama nafas teratur dank lien tidak
6. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
Nadi 95 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat. Tidak terdapat distensi
vena jugularis. Temperatur kulit hangat, warna kulit tidak pucat, CRT < 2
b. Sirkulasi jantung
8. Sistem pencernaan
Keadaan mulut tampak bersih, tidak terdapat gigi, bibir tampak lembab, gusi
kemerahan, air liur berwarna bening, tidak terdapat nyeri pada perut, bising
9. Sistem imunologi
a. Keluhan sakit:
Klien mengeluh pegal pada kaki dan tangan. Klien mengeluh tengkuk
b. Perdarahan:
Napas klien tidak berbau keton, klien tidak mengalami hypokalemi, klien
Klien sering buang air kecil sebanyak 9 x/hari dengan terkontrol. Warna urine
klien kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, genetalia bersih.
Keadaan rambut tampak bersih, tidak terdapat ketombe, tekstur kering, kuku
tampak bersih tetapi tidak rapih, turgor kulit keriput, keadaan kulit tidak gatal-
pada kaki dan tangan, klien tidak mengalami fraktur, tonus otot kuat, tidak
1. KATZ INDEKS
mandi.
No
Dengan
Kriteria Mandiri
Bantuan
Nilai
1 Makan 5 10 10
3 Personal toilet 0 5 5
5 Mandi 5 15 15
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol Bowels 5 10 10
10 Kontrol Bladder 5 10 10
Skor: 100
Klien mengalami sedikit rabun pada kedua matanya. Penglihatan klien terjadi
saat melihat tulisan yang dekat dan kecil, terlihat dobel atau jadi satu, klien
jatuh. Terdapat sebagian ruang yang memiliki lampu, fungsinya yaitu supaya
lansia dapat melihat dengan jelas ruangan dan jalannya. Diruangan tidak
terdapat pegangan, hanya terdapat dinding yang berdekatan. Warna lantai dan
dinding tidak sama yaitu dinding warna orange dan lantai warna putih, tidak
terdapat pembatas warna lantai dengan warna dinding. kondisi lantai kamar
mandi? kondisi lantai didalam rumah dan teras tampak bersih, terdapat
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1–10 pada daftar dan catat semua jawaban
N Nilai
Nilai maximal Kriteria
o klien
1 Orientasi
5 1 Menyebutkan dengan benar :
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
5 2 Dimana kita sekarang berada ?
Negara
Propinsi
Kota
PSTW
Wisma
2 Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa,kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi :
Kursi
Horden
Pohon
3 Perhatian dan
kalkulasi
5 2 Minta klien untuk memulai angka 100 kemudian kurangi
7 sampai 5 kali/tingkat :
40-1-3-5-4-4
10-1-1-1-1-1
4 Mengingat
3 3 Minta klien untuk mengulangi ke 3 objek pada
pertanyaan no 2 :
Kursi
Horden
Pohon
5 Bahasa
9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan pada
klien nama benda tersebut :
Buku
Polpen
Skor : 19
Interpretasi hasil : Terdapat gangguan kognitif
SKOR :4
Interpretasi Hasil : Fungsi Sosial Baik
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang
G. ANALISA DATA
NO
DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds: Gangguan Memori Proses Penuaan
- Klien mengatakan sering lupa
- Klien mengatakan tidak mengingat
informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-
nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak
mengingat peristiwa yang lama
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama
yang telah diberi tahu
- Hasil SPSMQ 3 dalam kategoeri
inelektual kurang
- Hasil Mini – Mental State Exam
(MMSE) 19 dalam intepretasi
gangguan kognitif
setengah porsi
Do:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemas
- Klien hanya makan setengah porsi
makan
- BB : 42 kg
I. RENCANA KEPERAWATAN
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan Memori (I.06188)
Memori keperawatan diharapkan
(D.0062) diharapkan Memori Tindakan:
(L.09079) meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi masalah memori yang
9. Verbalisasi kemampuan dialami
mempelajari hal baru - Identifikasi kesalahan terhadap
meningkat orientasi
10. Verbalisasi - Monitor perilaku dan perubahan
kemampuan mengingat memori selama terapi
informasi factual
meningkat Terapeutik
11. Verbalisasi - Rencanakan metode mengajar sesuai
kemampuan mengingat kemampuan pasien
perilaku tertentu yang - Stimulasi memori dengan mengulang
pernah dilakukan pikiran yang terakhir kali diucapkan,
meningkat jika perlu
12. Verbalisasi - Koreksi kesalahan orientasi
kemampuan mengingat - Fasilitasi mengingat kembali
peristiwa meningkat pengalaman masa lalu, jika perlu
13. Melakukan - Fasilitasi tugas pembelajaran (mis.
kemampuan yang Mengingat informasi verbal dan
dipelajari meningkat gambar)
14. Verbalisasi - Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis.
pengalaman lupa Bermain kartu pasangan), jika perlu
menurun - Stimulasi menggunakan memori pada
15. Verbalisasi lupa peristiwa yang baru terjadi (mis.
jadwal menurun Bertanya ke mana saja ia pergi akhir-
16. Verbalisasi mudah akhir ini), jika perlu
lupa menurun
Edukasi
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikanan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Menstimulasi memori
dengan mengulang
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Menstimulasi
menggunakan memori
pada peristiwa yang
baru terjadi
dan resiko
- Menghubungi pihak A:
berwenang sesuai masalah - Risiko cereda
komunitas (mis. Puskesmas, berhubungan dengan
polisi, damkar) perubahan fungsi
kognitif
Edukasi
- Ajarkan individu, keluarga P:
dan kelompok risiko tinggi - Intervensi dilanjutkan
bahaya lingkungan - Menghubungi pihak
berwenang sesuai
masalah komunitas
A:
- Risiko defisit nutrisi
berhubungan dengan
faktor psikologis
(keengganan untuk
makan)
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
P:
- Intervensi dihentikan
Terapeutik O:
- Klien tampak berjalan
- Menghubungi pihak
dengan hati-hati
berwenang sesuai masalah
- Klien berpegangan ketika
komunitas (mis. Puskesmas,
melewati turunan
polisi, damkar)
Edukasi
A:
- Ajarkan individu, keluarga - Risiko cereda
dan kelompok risiko tinggi berhubungan dengan
bahaya lingkungan perubahan fungsi
kognitif
P:
- Intervensi dihentikan
A:
- Risiko defisit nutrisi
berhubungan dengan
faktor psikologis
(keengganan untuk
makan)
P:
- Intervensi dihentikan
Dalam pembahasan ini penulis akan membandingkan hasil tinjauan kasus yang
dilakukan pada Ny. S dengan diagnosa demensia masalah sindrom intelektual
impairment di ruang melati UPTD PSLU Trisna Werdha Natar Lampung dengan
tinjauan teoritis. Setelah penulis membandingkan antara kasus demensia masalah
sindrom intelektual impairment dengan tinjauan kepustakaan yang ada, maka
terdapat beberapa kesenjangan dan kesejalanan.
Pada saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. S tanggal 09 Januari 2023,
penulis menemukan kesulitan, karena komunikasi yang kurang baik dengan klien
karena kepikunan yang dialami Ny. S. Maka dilakukan wawancara dan tanya
jawab seputar keadaan klien dengan melibatakan pengasuh wisma dan juga
keluarga/teman lansia yang ada di wisma dengan komunikasi yang efektif.
Sehingga kelompok dapat melalui kesulitan tersebut.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2017).
Pada saat penulis melakukan pengkajian pada Ny. S pada tanggal 09 Januari
2023 didapatkan data melalui klien, pengasuh, keluarga/teman lansia, dan
data diri pasien. Klien tidak memiliki riwayat penyakit menuar dan menurun.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan gigi Ny. S telah tanggal
semua. Ny. S mengatakan sulit dalam memulai tidur karena kamar gelap. Saat
pengkajian penulis menemukan data berupa penurunan fungsi memori yang
ditandai dengan lupa tentang hari, tanggal, serta nama orang lain. Selain itu
penulis menemukan data bahwa klien mengeluh nyeri pada persendian serta
tegkuk terasa tegang, adapun kondisi lingkungan kamar mandi licin, kamar
53
Ny. S gelap tanpa pencahayaan lampu. Kemudian klien mengeluh lidah terasa
pahit dan asam sehigga klien tidak nafsu makan, klien hanya makan 2-3
sendok.
Pengkajian berdasarkan teoritis, didapatkan identitas klien lengkap, Riwayat
kesehatan baik, Riwayat kesehatan sekarang, dahulu maupun riwayat
kesehatan keluarga. Pada pemeriksaan fisik dan memori data yang dapat
ditemukan meliputi penurunan memori dengan ditandai rendahnya skor nilai
dari MMSE dan SPMSQ.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat adanya persamaan dan perbedaan antara
tunjauan teoritis dengan tinjauan kasus pada klien Ny. S. kesamaan yang
didapatkan ialah pengkajian identitas yang sama, rendahnya skor nilai dari
MMSE dan SPMSQ.
B. Diagnosa keperawatan
Dalam tinjauan teori diagnosa yang dapat muncul pada klien lansia dengan
demensia menurut (Qasim.,2021), sebagai berikut :
1. Gangguan memori (D.0062)
2. Gangguan komunikasi verbal ( D.0119)
3. Gangguan persepsi sensori (D.0085)
4. Risiko ketidakberdayaan (D.0103)
5. Defisit perawatan diri ( D.0109)
Sedangkan pada data yang didapatkan pada klien Ny. M muncul 3 diagnosa
keperawatan yaitu:
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama yang telah diberi tahu
- Hasil SPSMQ 3 dalam kategoeri inelektual kurang
- Hasil Mini – Mental State Exam (MMSE) 19 dalam intepretasi
gangguan kognitif
2. Risiko Cedera
Dengan data yang ditemukan:
DS
- Klien mengatakan sering lupa
- Klien mengatakan tidak mengingat informasi dengan baik
- Klien mengatakan tidak tahu dimana
- Klien mengatakan lupa dengan nama-nama mahasiswa yang dating
- Klien mengatakan terkadang tidak mengingat peristiwa yang lama
- Klien mengatakan jalan dengan perlahan
- Klien mengatakan jika jalan terlihat susah klien berpegangan
Do :
- Klien terlihat bingung
- Klien tidak mengingat nama-nama yang telah diberi tahu
- Klien tampak berjalan pelan
3. Resiko Defisit Nutrisi
Dengan data yang didapatkan adalah:
Ds:
- Klien mengatakan makan hanya sedikit
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan hanya makan setengah porsi
Do:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemas
- Klien hanya makan setengah porsi makan
- BB : 42 kg
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan berdasarkan prioritas masalah. Tujuan yang
diharapkan dari asuhan keperawatan dengan kasus post operasi section
caesarea yaitu agar tubuh kembali meningkat, klien tidak mengalami kesulitan
dalam persalinan. Adapun rencana yang akan dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Gangguan Memori
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan diharapkan Memori
(L.09079) meningkat dengan kriteria hasil:
a. Verbalisasi kemampuan mempelajari hal baru meningkat
b. Verbalisasi kemampuan mengingat informasi factual meningkat
c. Verbalisasi kemampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah
dilakukan meningkat
d. Verbalisasi kemampuan mengingat peristiwa meningkat
e. Melakukan kemampuan yang dipelajari meningkat
f. Verbalisasi pengalaman lupa menurun
g. Verbalisasi lupa jadwal menurun
h. Verbalisasi mudah lupa menurun
Intervensi:
Latihan Memori (I.06188)
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi masalah memori yang dialami
- Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
- Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Terapeutik
- Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali
diucapkan, jika perlu
- Koreksi kesalahan orientasi
- Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, jika perlu
- Fasilitasi tugas pembelajaran (mis. Mengingat informasi verbal dan
gambar)
- Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis. Bermain kartu pasangan), jika
perlu
- Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi (mis.
Bertanya ke mana saja ia pergi akhir-akhir ini), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Ajarkan teknik memori yang tepat (mis. Imajinasi visual, perangkat
mnemonik, permainan memori, isyarat memori, teknik asosiasi,
membuat daftar, computer, papan nama)
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan
yang diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga semua
rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi
klien.
a. Gangguan Memori
Latihan Memori (I.06188)
Observasi
- Mengidentifikasi masalah memori yang dialami
Terapeutik
- Merencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
Edukasi
- Mengajarkan teknik memori yang tepat (terapi permainan
mencoccokan gambar)
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus martini dkk, Rerata
skor fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
Kubu Raya sebelum diberikan senam otak adalah 15,038.Sedangkan erata
skor fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma
Kubu Raya setelah diberikan senam otak dalam empat kali pengukuran
yang dilakukan setiap minggu,dari post test 1 sampai post test 4 masing-
masing adalah (19,923), (21,731), (24,115), dan (25,615). Pada uji
repeated ANOVA didapatkan hasil yaitu p <0,05 yang mengandung arti
bahwa terdapat peningkatan yang bermakna antara skor fungsi kognitif
sebelum dan sesudah pemeberian senam otak tiga kali seminggu selama
satu bulan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu
Ray,
E. Analisis Inovasi Produk
Bedasarkan tindakan yang telah di lakukan pada klien dengan inovasi
produk terapi senam otak yaitu pasien mengatakan dapat mengingat nama
dan tempat tinggal nya sekarang hal ini sesuai dengan penelitian yang di
lakukan oleh Guslinda, Yola Yolanda, (2013) yang di terapkan PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN
PADANG PARIAMAN TAHUN 2013 dengan judul penelitian
PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA
LANSIA DENGAN DIMENSIA Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dari 12 responden sebelum dilakukan senam otak, lebih dari separoh
(58,3%) responden mengalami penurunan fungsi kognitif dengan kategori
ringan dan kurang dari separoh (41,7%) responden mengalami penurunan
fungsi kognitif dengan kategori sedang. Setelah dilakukan senam otak
terjadi perubahan fungsi kognitif, yaitu lebih dari separoh (75%)
responden mengalami peningkatan fungsi kognitif menjadi normal, dan
kurang dari separoh (25%) responden mengalami peningkatan fungsi
kognitif dari sedang menjadi ringan Hasil Uji Statistik didapatkan p value
0,000. maka dapat disimpulkan ada peningkatan fungsi kognitif secara
bermakna pada lansia kelompok intervensi setelah diberikan senam otak
sebesar 84,54% dari fungsi kognitif awal. Sedangkan pada kelompok
kontrol dapat dilihat rata-rata Fungsi kognitif lansia sebelum diberikan
senam adalah 21,67 dengan standar deviasi 3,869. Sesudah senam otak
rata-rata fungsi kognitif lansia adalah 21,92 dengan standar deviasi 3,777.
Hasil uji statistik didapat nilai 0,082 (Pvalue > 0,05), maka dapat
disimpulkan tidak ada peningkatan Fungsi kognitif secara bermakna pada
lansia kelompok kontrol sesudah senam otak diberikan.
F. Evaluasi keperawatan
Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah
mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal. Maka dari itu, dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerjasama antara penulis dengan klien, pengasuh,
keluarga/teman lansia serta data diri pasien.
Diagnose utama adalah gangguan memeori intervensi yang dilakukan adalah
latihan memori, implementasi yang dilakukan adalah senam otak
A. Kesimpulan
hari, yaitu pada tanggal 16 Mei – 17 Mei 2022 dengan kasus dengan gastritis
nyeri perut dibagian ulu hati, rasanya seperti menjalar dari ulu hati depan
hingga ke belakang tubuh. Rasa nyerinya dengan skala 6 dari skala nyeri
Betik
gastritis.
B. Saran
3. Bagi puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN -
LAMPIRAN
ABSTRAK
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh bakteri
helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut,kronik difus atau lokal. Gastritis juga
merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik,karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopalogi. (Hirlan dalam Angklow,2016).
Penulisan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini bertujuan untuk melakukan asuhan
keperawatan medikal bedah pada pasien gastritis dengan inovasi Leaflet tekhnik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri di Wilayah Kerja Puskesmas
Siring Betik tahun 2022.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, studi yang
mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari pada Ny. Y dengan
nyeri gastritis di Puskesmas Siring Betik, selama 2 hari didapatkan bahwa sudah
memperlihatkan adanya perbaikan. Penulis telah mampu menerapkan manajemen
nyeri dengan terapi nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi napas dalam untuk
menurunkan intensitas nyeri pada klien gastritis.
Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yg mengalami stress
Pengertian :
Posisi dimana seseorang merasa rileks
yang dapat mengurangi ketegangan otot ,
rasa jenuh dan perasaan cemas sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi stres
Disusun Oleh :
KUKUH WIDIYANTORO
NIM. 2021207209133
untuk bertanya bila ada sesuatu yang & merasakan saat ini udara mulai