Anda di halaman 1dari 143

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POLI


GERIATRI RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Iin Martini
NIM. 21142012015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POLI
GERIATRI RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Iin Martini
NIM. 21142012015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023

i
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

Skripsi, Agustus 2023

IIN MARTINI

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POLI GERIATRI RSUD
KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

xvii + 87 halaman + 14 Tabel + 2 Diagram + 11 Lampiran

ABSTRAK

Pendahuluan : Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius
yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan
penyakit lainnya. Data pasien hipertensi di poli geriatri yang RSUD Kabupaten
Subang tahun 2022 sebanyak 427 kunjungan penderita dan sebanyak 84 lansia
(19,67%) dengan hipertensi (Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kab. Subang,
2022). Tujuan : Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang
Tahun 2023. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian merupakan
penelitian kuantitatif, dengan desain crossectional. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 46 responden. Pengumpulan data berupa data primer. Hasil : Sebagian
kecil responden (13%) Lansia dengan kategori perokok berat, (13%) Lansia dengan
kategori aktifitas berat, Sebagian kecil responden (15,2%) Lansia dengan kategori
hipertensi derajat III di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.
Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023. P.Value = 0,000.
Kesimpulan : Dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang bahaya merokok dan
pentingnya melakukan aktifitas fisik pada Lansia.

Kata Kunci : Kebiasan Merokok, Aktifitas Fisik, Kejadian Hipertensi.

v
BACHELOR OF SCIENCE IN NURSING
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
YPIB UNIVERSITY MAJALENGKA

A Paper, August 2023

IIN MARTINI

THE RELATIONSHIP BETWEEN SMOKING HABITS AND PHYSICAL


ACTIVITY WITH HYPERTENSION INCIDENCE IN THE ELDERLY
AT GERIATRI POLICY, SUBANG REGENCY HOSPITAL
YEAR 2023

xvii + 87 pages + 14 Table + 2 Diagram + 11 attachment

ABSTRACT
Introduction : Hypertension or high blood pressure is a serious medical condition
that significantly increases the risk of heart, brain, kidney and other diseases. Data
on hypertensive patients in the geriatric polyclinic at Subang District Hospital in
2022 were 427 patient visits and 84 elderly (19.67%) with hypertension (Geriatric
Polyclinic Medical Records at Subang District Hospital, 2022). Objective:
Knowing the relationship between smoking habits and physical activity with the
incidence of hypertension in the elderly at the Geriatric Polyclinic at Subang
District Hospital in 2023. Methods: The method used in this study was a
quantitative study, with a cross-sectional design. The sample in this study were 46
respondents. Data collection is in the form of primary data. Results: A small
proportion of respondents (13%) are elderly with the category of heavy smokers,
(13%) are elderly with heavy activity categories. smoking habits and physical
activity with the incidence of hypertension in the Geriatric Polyclinic at Subang
District Hospital in 2023. P.Value = 0.000. Conclusion: Conducted health
education about the dangers of smoking and the importance of physical activity in
the elderly
.
Keywords : Smoking Habits, Physical Activity, Hypertension Incidence

vi
Persembahan

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Iin Martini


Tempat/Tanggal lahir : Subang, 04 Maret 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Alamat : Kp. Cerelek II RT 020/009 Ds. Gunung Sembung
Kec. Pagaden
Email : inmartini46@gmail.com
No. HP : 081223223678
Alamat Kantor : Jl. Brigjen Katamso No. 37 Subang
Pendidikan
1. SDN Gunung Sembung : Tahun 1992-1997
2. SLTPN 3 Subang : Tahun 1997-2000
3. SMUN 2 Subang : Tahun 2001-2003
4. D III Keperawatan Pemda Kabupaten : Tahun 2003-2006
Subang
5. Universitas YPIB Majalengka S 1 : Tahun 2021 sd sekarang
Keperawatan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir. Penulisan Karya

Ilmiah Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana dalam bidang Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima

kasih kepada :

1. H. Jejen Nurbayan, S.Sos, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol

Majalengka;

2. Dr. Wawan Kurniawan, S.Kep., Ners., SKM., M.Kes., M.Kep, selaku Rektor

Universitas YPIB Majalengka;

3. Heni, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Universitas YPIB Majalengka;

4. Rahayu Setyowati, S.Kp., M.Kep, selaku Ka. Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan

Universitas YPIB Majalengka;

5. Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing utama yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;

6. Yeti Yuwansyah, S.ST., M.Kes., M.Keb, selaku dosen pembimbing

pendamping yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;

ix
7. Cicih Yuliawati, S.Kep,. Ners, selaku Kepala Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya

perlukan serta memberikan ijin penulisan Karya Ilmiah Akhir;

8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala

kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah

Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Majalengka, Agustus 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1. Tujuan Umum ....................................................................... 4

2. Tujuan Khusus ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

xi
1. Manfaat Teoritis .................................................................... 5

2. Manfaat Praktis ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi .................................................................................... 7

1. Pengertian............................................................................... 7

2. Klasifikasi Hipertensi ............................................................. 8

3. Etiologi Hipertensi ................................................................ 10

4. Faktor Resiko Hipertensi........................................................ 12

5. Pengobatan Hipertensi .......................................................... 20

6. Pencegahan Hipertensi .......................................................... 22

B. Aktifitas Fisik ................................................................................ 28

1. Pengertian Aktivitas Fisik ...................................................... 28

2. Manfaat Aktivitas Fisik ......................................................... 28

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Pada

Lansia .................................................................................... 29

4. Jenis-Jenis Aktivitas Fisik ..................................................... 30

5. Klasifikasi Aktivitas Fisik ..................................................... 32

6. Pengukuran Aktifitas Fisik .................................................... 36

7. Nilai MET dan formula untuk perhitungan MET-menit ....... 37

C. Rokok ........................................................................................... 38

1. Pengertian............................................................................... 39

2. Jenis Rokok ........................................................................... 39

3. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok ....................... 40

xii
D. Kebiasaan Merokok ...................................................................... 42

1. Pengertian............................................................................... 42

2. Tipe-Tipe Perilaku Merokok ................................................. 43

3. Tahapan Perilaku Perokok .................................................... 46

4. Aspek-Aspek dalam Perilaku Merokok ............................... 46

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ......... 48

6. Bahaya Perilaku Merokok ..................................................... 50

7. Dampak Merokok .................................................................. 51

E. Kerangka Teori ............................................................................. 55

F. Penelitian yang Relevan ............................................................... 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ........................................................................ 60

1. Visualisasi Kerangka Konsep ............................................... 60

2. Variabel Penelitian ................................................................ 60

B. Definisi Operasional ................................................................... 61

C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 62

D. Desain Penelitian ....................................................................... 62

1. Rancangan Penelitian ............................................................ 62

2. Populasi dan Sampel ............................................................. 63

3. Instrumen Penelitian............................................................... 64

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 65

5. Pengumpulan Data ................................................................ 65

6. Pengolahan Data .................................................................... 66

xiii
7. Analisis Data ......................................................................... 67

8. Jadwal Penelitian ................................................................... 70

9. Etika Penelitian ..................................................................... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 72

B. Pembahasan .................................................................................. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 86

B. Saran ............................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VIII .. 8

Table 2.2 Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut

ESC/ESH ........................................................................................ 8

Table 2.3 Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut

(WHO/ISH, 1999/2003) .................................................................. 9

Tabel 2. 4 Klasifikasi Nilai IMT ................................................................................ 14

Tabel 2.5 MET dan Formula untuk Perhitungan MET-menit ......................... 37

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 61

Tabel 3.2 Tabel Analisis Univariat ................................................................. 68

Tabel 3.3 Interpretasi Data .............................................................................. 68

Tabel 3.4 Tabel Analisis Bivariat .................................................................... 69

Tabel 4.1 Kebiasaan Merokok ........................................................................ 72

Tabel 4.2 Aktifitas Fisik .................................................................................. 73

Tabel 4.3 Kejadian Hipertensi ......................................................................... 73

Tabel 4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi ......... 74

Tabel 4.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi .................. 75

xv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Kerangka Teori ........................................................................ 55

Diagram 3.1 Kerangka Konsep .................................................................... 60

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat dari LPPM

Lampiran 2 Surat Pengantar Ijin Tempat Penelitian

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin dari Penelitian

Lampiran 4 Surat Pengantar Ijin Penelitian Kesbangpol

Lampiran 5 Surat Balasan dari Kesbangpol

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 Informed Consent

Lampiran 8 Master Tabel Penelitian

Lampiran 9 Hasil Penelitian

Lampiran 10 Hasil Plagiasi

Lampiran 11 Lembar Monitoring

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keberhasilannya dalam

pembangunan nasional terutama dalam bidang kependudukan. Hal ini

dibuktikan dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk

Indonesia sebesar 73,55 % pada tahun 2021 (BPS, 2021).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang

secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan

penyakit lainnya. Diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di

seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang dewasa

dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut.

Kurang dari separuh orang dewasa (42%) dengan hipertensi didiagnosis dan

diobati. Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat

mengendalikannya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di

seluruh dunia. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah

menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030.

(WHO, 2021).

Seiring bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami

penurunan dan mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan

fungsi-fungsi tubuh ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu proses

1
2

degeneratif yang terjadi adalah pada sistem kardiovaskular. Penyakit

kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada lansia adalah penyakit jantung

koroner, hipertensi, serta penyakit jantung pulmonik (Prawiro, 2012).

Sedangkan untuk populasi di Indonesia, angka kejadian hipertensi itu

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan RI tahun

2018 mencapai sekitar 34,11%. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat mencapai

9,67%. Data pasien hipertensi di poli geriatri yang RSUD Kabupaten Subang

tahun 2022 sebanyak 427 kunjungan penderita dan sebanyak 84 lansia (19,67%)

dengan hipertensi (Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kab. Subang, 2022).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah.

Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak

mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan

darahnya.

Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII) yang

diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan

darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg (Girsang, 2013).

Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistoliknya

yang meningkat. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini,

diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita

hipertensi. Sementara menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung
3

pada lansia dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia

tanpa hipertensi pada usia yang sama (Akbar, dkk, 2020).

Penelitian AZ Zahrah (2022) tentang Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Sistolik Terisolasi Pada Lansia di Poli Geriatri Rumah Sakit Haji Medan. Hasil

penelitian menunjukkan terdapat pengaruh riwayat keluarga, merokok, aktifitas

fisik, serta konsumsi garam dan lemak terhadap kejadian hipertensi sistolik

terisolasi pada lansia dan tidak terdapat pengaruh obesitas dengan kejadian

hipertensi sistolik terisolasi pada lansia. Variabel yang paling dominan

mempengaruhi kejadian hipertensi sistolik terisolasi pada lansia adalah riwayat

keluarga.

Pola konsumsi makanan dan perilaku hidup dapat memicu dan

meningkatkan risiko hipertensi pada manula. Gaya hidup yang diduga

berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain aktivitas fisik, kebiasaan

merokok, dan stres. Seseorang yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik pada

umumnya cenderung mengalami kegemukan sehingga akan menaikkan tekanan

darah. Selain itu faktor lain yang menunjang terjadi hipertensi adalah stres dan

merokok (Sunarti, dkk., 2017).

Berdasarkan data rekam medik Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

pada tahun 2022 tercatat 427 kunjungan lansia, sebanyak 84 (19,67%) dengan

hipertensi. Hasil studi pendahuluan terhadap 20 lansia dengan hipertensi.

Tercatat sebanyak 12 (60 %) lansia mengalami hipertensi dengan kebiasaan

merokok, dan 8 (40%) lansia mengalami hipertensi dengan aktifitas fisik yang

kurang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
4

“ Hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyusun perumusan masalah

penelitian yaitu “Apakah ada hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik

dengan kejadian hipertensi pada lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang Tahun 2023?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada lansia di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

b. Mengetahui gambaran aktifitas fisik pada lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023.

c. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi pada lansia di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

d. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.


5

e. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam bidang keilmuan diharapkan penelitian ini bisa dijadikan

tambahan bahan referensi mengenai pendidikan, terutama mengenai

hubungan antara kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

pengembangan sumber daya manusia, khususnya meningkatkan upaya

pencegahan kejadian hipertensi pada lansia dengan mengurangi kebiasaan

merokok dan meningkatkan aktifitas fisik yang dimungkingkan oleh

lansia.

b. Bagi Layanan dan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

memberikan pelayanan kesehatan, dan melakukan penyuluhan kesehatan

secara aktif pada lansia dalam mencegah kejadian penyakit hipertensi pada

lansia yang disebabkan karena kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas

fisik.
6

c. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengembangan teori

dan aplikasi praktek keperawatan khususnya pada praktek keperawatan

geriatri. Selain itu, data yang ditemukan juga dapat menjadi informasi

tentang hubungan kebiaasan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lansia.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi penelitian

selanjutnya, baik dari segi metode dan desain penelitian, sehingga

menghasilkan penelitian yang lebih lengkap.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi

untuk kejadian penyakit kardiovaskular dan mortalitas di dunia (Aronow WS,

2020). Secara umum, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah ≥140/90

mmHg atau lebih. Adapun menurut Joint National Committe VIII (JNC VIII)

dibagi menjadi 6 kategori yaitu optimal, normal, normal tinggi, hipertensi

derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi derajat III.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang

artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai

normal (Musakkar & Djafar, 2021).

Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki tekanan

darah sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥ 90 untuk tekanan darah diastolik ketika

dilakukan pengulangan (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular

Indonesia, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa

seseorang dikatakan sedang mengalami keadaan tekanan darah tinggi bila

hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥

90 untuk tekanan darah diastolik.

7
8

2. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VIII
(Muhadi, 2016).

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥180 ≥110

Adapun kategori tekanan darah pada orang dewasa menurut ESC-ESH


2018 dibagi menjadi 7 kategori yaitu optimal, normal, normal tinggi,
hipertensi
derajat I, hipertensi derajat II, hipertensi derajat III, dan hipertensi sistolik
terisolasi.

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut ESC/ESH
(Widyantoro, 2019)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-149 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 ≤90
Optimal <120 <80

Adapun kategori tekanan darah pada orang dewasa menurut

(WHO/ISH, 1999/2003) dibagi menjadi 7 kategori yaitu optimal, normal,

normal tinggi, hipertensi derjat I, hipertensi derajat II, hipertensi derajat III,

dan hipertensi sistolik terisolasi.


9

Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut

(WHO/ISH, 1999/2003) (Widiana, 2018)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I (ringan) 140-159 90-99
Hipertensi derajat II
160-179 100-109
(sedang)
Hipertensi derajat III (berat) ≥180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-kelompok perbatasan 140-149 <90

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi

primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan

hipertensi dimana etiologinya tidak jelas.19 Namun diduga berhubungan

dengan faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, hipertensi sekunder adalah

hipertensi yang memiliki etiologi yang jelas seperti gangguan ginjal,

gangguan hormon, pembuluh darah dan lainnya (Unger et all, 2020).

Adapun klasifikasi lain yaitu hipertensi krisis, dimana merupakan kasus

gawat darurat yang terbagi atas dua, yaitu: hipertensi emergensi dimana

peningkatan tekanan darah >180/120 mmHg yang disertai kerusakan target

organ akut (Alhasan et all, 2021). Hipertensi urgensi adalah peningkatan

tekanan darah >180/120 mmHg yang tidak disertai kerusakan target organ

akut (Cantone et all, 2021).

Adapun jenis hipertensi lainnya seperti white coat hypertension dan

masked hypertension. White coat hypertension adalah kondisi dimana terjadi

peningkatan tekanan darah saat pasien berada di klinik atau lingkungan


10

medis, namun tekanan darah ambulatory blood pressure measurement

(ABPM), dan home blood pressure measurement (HBPM) dalam 24 jam,

tidak menunjukkan adanya kelainan (Pereira et all, 2020). Masked

hypertension atau nama lainnya hipertensi terselubung, merupakan kondisi

dimana tidak terjadi peningkatan tekanan darah saat sedang berada di klinik,

namun terjadi peningkatan tekanan darah pada ambulatory blood pressure

measurement (ABPM), dan home blood pressure measurement (HBPM)

dalam 24 jam (Anstey et all, 2019).

3. Etiologi Hipertensi

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa, hipertensi disebut

primer apabila penyebabnya tidak diketahui dan bila penyebabnya diketahui

disebut hipertensi sekunder. Adapun beberapa etiologi dari hipertensi adalah:

a. Penyakit

Penyakit ginjal kronik, cushing syndrome, koarktasio aorta,

obstructive sleep apnea, feokromositoma, penyakit paratiroid, sudden

cardiac death, aneurisma aorta abdominal, angina pektoris, hipertrofi

ventrikel kiri, penyakit ginjal kronis, atrial fibrilasi, diabetes mellitus,

sindrom metabolik, demensia vaskular, penyakit Alzheimer, dan penyakit

oftalmologis (Aronow et all, 2020).

b. Obat-obatan

Steroid, nonsteroidal anti-inflammatory compounds (NSAIDs),

erythropoietin stimulating agents (erythropoietin, darbepoietin), pil


11

kontrasepsi, alkohol, kafein, obat psikostimulan, nasal decongestant,

terapi kanker antiangiogenik, obat imunosupresan (Masi et all, 2019).

c. Makanan

Makanan yang memiliki kandungan sodium yang tinggi, makanan

yang diawetkan, makanan cepat saji dan lainnya.

Hipertensi digolongkan berdasarkan penyebab dan jenisnya yaitu

sebagai berikut :

a. Hipertensi berdasarkan penyebab

Berdasarkan penyebab dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan

arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturaan mekanisme kontrol

homeostatik tanpa penyebab sekunder yang jelas (Sobel, 1998).

Hipertensi primer/esensial penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),

walaupun sering dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan dan hipertensi jenis ini

terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah yang diketahui penyebabnya.

ditemukan sekitar 5 -10 % penderita hipertensi adalah penyakit ginjal

dan sekitar 1-2 % adalah karena adanya kelainan hormonal atau

pemakainan KB.
12

3) Hipertensi berdasarkan bentuknya.

Ada tiga bentuk hipertensi yaitu hipertensi diastolik, hipertensi

sistolik dan hipertensi campuran.

4. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi ada yang dapat dirubah dan yang tidak dapat

dirubah. Faktor risiko yang dapat dirubah adalah yaitu faktor usia, genetik

(keturunan) dan jenis kelamin, dan faktor yang dapat dirubah adalah pola

makan, perilaku merokok, konsumsi alkohol dan obesitas (Bustan, 2007).

Faktor risiko hipertensi ada yang tidak dapat dirubah dan yang dapat

dirubah, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Faktor tidak dapat dirubah/diperbaiki

1) Keturunan

Hasil penelitian menyebutkan bahwa jika seseorang yangsalah

satu orang tua dengan menderita hipertensi maka orang tersebut akan

memilki risiko lebih besar terkena hipertensi daripada pada orang yang

orang tua tidak menderita hipertensi. Riwayat keturunan keluarga yang

menderita hipertensi merupakan salah satu risiko terjadinya hipertensi

pada seseorang, seperti hasil penelitian Fitriana,dkk (2012) yang

menyatakan bahwa responden yang mempunyai riwayat keturunan

hipertensi mempunyai risiko menderita hipertensi sebesar 7,68 kali

daripada yang tidak.


13

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya laki-laki lebih resiko menderita hipertensi

dibandingkan wanita, penelitian (Putra dan Ulfah, 2016)menyebutkan

bahwa jenis kelamin memiliki faktor risiko dengan kejadian hipertensi,

jenis kelamin laki-laki berisiko terkena hipertensi 0,928 kali lebih besar

dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yang terkena hipertensi.

3) Umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena

dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi.

Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya usia,

disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi

jantung, pembuluh darah dan hormon. Semakin bertambahnya usia,

risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan

usia lanjut berdasarkan data pada survey kesehatan dasar tahun 2013

dimana ditemukan data hipertensi berdasarkan pengkuran pada usia 45-

54 sebesar 35,6 % dan semakin besar pada usia 55-64 sebesar 45,9 %.

b. Faktor yang dapat dirubah/diperbaiki

1) Obesitas

Hasil penelitian menyebutkan hipertensi akan sangat mudah

terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan atau

kegemukan (Suiraoka, 2012). Pengukuran yang dilakukan untuk

mengetahui status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran IMT

(Indeks Masa Tubuh), IMT merupakan hasil perhitungan berat badan


14

dalam kg dengan tinggi badan dalam meter dengan rumus BB/TB2

(kg/m2) dengan klasifikasi hasil sebagai berikut :

Tabel 2. 4 Klasifikasi Nilai IMT

Nilai IMT Nilai IMT


No Klasifikasi
Perempuan Laki-laki
1 < 17 <18 Kurus
2 17- 23 18-25 Normal
3 23 – 27 25-27 Kegemukan
4 >27 >27 Obesitas
Sumber : Pedoman Praktis terapi gizi medis Departemen Kesehatan RI
(2015)

2) Pola makan

Mahmudah dkk (2015) juga menyebutkan hal yang sama dalam

penelitiannya mengenai hubugan anatara gaya hidupdan pola makan

yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pola makan dan

hipertensi, pola makan yang dimaksud adalah konsumsi natrium dan

lemak yang diatas nilai normal.

Kemajuan teknologi untuk pengolahan makanan menawarakan

berbagai pilihan makanan, banyak darimakanan tersebut mengandung

nilai gizi yang tidak seimbang namu sangat digemari oleh masyrakat

luas. Konsumsi garam yang berlebih merupakan salah satu faktor

terjandinya hipertensi, konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkan kembali maka cairan intraseluler harus ditarik keluar

sehinga cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan peningkatan volume darah,


15

sehingga berdampak pada terjadinya hipertensi (Sutanto, 2010 dalam

Suiraoka, 2012).

Konsumsi makanan dengan pola makan yang tidak sehatsalah

satunya yaitu konsumsi lemak dan berkolesterol yang tinggi

menunjukan ada hubungan dengan kejadian hipertensi dengan hasil

yaitu nilai 0,001 (p <0,05) (Hamidi, 2014).

3) Merokok

Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012 menyebutkanbahwa

rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar dan diisap dan atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,

rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau

tanpa bahan tambahan.

Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam rokok

ada banyak zat yang berbahaya bagi tubuh diantaranya adalah nikotin,

tar dan karbon monoksida. Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat

meningkatkan risiko terjadinya pengumpalan darah dalam pembuluh

darah dan juga nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Nikotin dalam asap rokok merangsang tubuh

melepasakan adrenalin yang menyebabkan peningkatan detak jantung

dan tekanan darah (Suiraoka, 2012).


16

Nikotin adalah zat atau bahan senyawa yang terdapat Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin juga

dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah termasuk pembuluh

darah koroner yang membawa oksigen pada jantung dan juga dapat

menyebabkan pengumpalan sel darah ( PP RI No. 109, 2012).

Karbonmonoksida adalah zat yang kerap ditemukan pada asap

knalpot mobil dan merupakan gas yang beracun yang menurukan kadar

oksigen dalam darah (Kemenkes RI, 2015). Tar adalah kondensat asap

yang merupakan total residu dihasilkan saat rokok dibakar setelah

dikurangi nikotin dan air yang bersifat karsinogenik ( PP RI No. 109,

2012). Asap rokok mengandung tar berkisar antara 3 sampai 40 mg

(Mukono, 2012).

Merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi dan hal

tersebut dapat dilihat secara jelas dari lama merokok, jenis rokok dan

jumlah rokok yang dikonsumsi.

a) Lama merokok

Semakin lama seseoarang mengkonsumsi rokok semakin besar

juga resiko menderita hipertensi. Penelitian Setyanda et al (2015) di

kota Padang menemukan ada hubungan antara lama merokok dan

kejadaian hipetensi dimana hasil penelitiannya mendapatkan hasil p=

0, 017 dengan kelompok lama merokok <10 tahun, 10- 20 tahun dan

>20 tahun.
17

b) Jenis rokok

Ada dua jenis rokok yang dikonsumsi oleh masyarakat yaitu

yaitu rokok dengan filter dan rokok non filter. Penelitian

Setyanda,dkk (2015) menyebutkan bahwa jenis rokok yang

digunakan yaitu rokok filter dan non filter berpengaruh terhadap

kejadian hipertensi.

c) Jumlah rokok yang dikonsumsi

Jumlah rokok yang dikonsumsi memilki hubungan dengan

tekanan darah sistolik dan diastolik, responden yang digolongkan

pada kelompok perokok berat yaitu yang menghisap rokok 10 -20

batang setiap hari dan yang ringan adalah yang menghisap ≤ 10

batang setiap hari (Kurniati, dkk, 2012). Bustan (2007), membagi

perokok dibagi atas tiga kategori, yaitu ringan (1- 10 batang perhari),

sedang (11-20 batang perhari) dan berat (lebih dari 20 batang

perhari).

4) Konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol dapat membahayakan kesehatan karena

dapat meningkatkan sintesis katekholamin, dengan adanya

katekholamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka,

2012). Alkohol merupakan salah satu penyebab hipertensi karena

alkohol memiliki efek yang sama dengan karbondioksida yang dapat

meningkatkan keasaman darah, sehingga dalah menjadi kental dan

jantung dipaksa untuk memompa lebih berat. Penelitian yang dilakukan


18

oleh Jayanti, dkk (2017) menyebutkan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara pola konsumsi minumam beralkohol dengan

hipertensi pada pekerja pariwisata di kelurahan Legian. Penelitian yang

dilakukan oleh Komaling, dkk (2013) menyebutkan bahwa frekuensi

konsumsi alkohol yangdimulai dari 1-3 kali/minggu dan 4-7 x/minggu

ada hubungan dengan kejadian hipertensi dengan hasil uji statistik

mendapatkan nilai p= 0,000.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Santana dkk., (2018)

menyebutkan bahawa risiko orang yang konsumsi alkohol menderita

hipertensi semakin tinggi berdasarkan deng an frekuensi konsumsi

alkohol yang dilakukan oleh orangtersebut yaitu dari kadang-kadang,

2-3x/bulan, 1-2 x/minggu sampai yang ≥1 x/hari. Menurut data

Riskesdas tahun 2007 perilaku konsumsi alkohol untuk angka

prevalensi nasional yang mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan

terakhir adalah 4,6% dan yang mengkonsumsi alkohol dalam 1 bulan

terkhir adalah 3,0% sedangkan untuk provinsi Kalimantan Tengah

angka prevalensi lebih tinggi dari angka nasional yaitu 6,5 % untuk

konsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir dan 3,5%untuk konsumsi

alkohol dalam 1 bulan terakhir.

5) Aktivitas Fisik

Iswahyuni (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

lansia di desa Jetiskarangpung. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan


19

„cukup‟ apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10

menit dalam satukegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit

selama lima hari dalam satu minggu (Depkes RI, 2008).

Ada 3 macam jneis aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk

mempertahahnkan kesehatan tubuh :

a) Ketahanan (endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat ketahanan dapat membantu

jantung, paru-paru, otot dan sytem sirkulasi darah tetap sehat. Untuk

mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama

30 menit (4-7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiaatan ynag dapat dipilih adalah: berjalan

kaki, lari ringan, berenang, senam, bermain tenis, berkebun dan kerja

di taman.

b) Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik yang sifatnya kelenturan dapat membantu

pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas

(lentur) dan sendi tetap berfungsi dengan baik . Untuk memperoleh

kelenturan aktivitas fisik dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per

minggu). Contoh beberapa kegiaatan ynag dapat dipilih adalah:

peregangan, senam taici, yoga, mencuci pakaian, mencusci mobil

dan mengepel lantai.


20

c) Kekuatan (strenght)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu

oto tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima, tulang tetap

kuat dan mempertahankan bentuk tubuh serta mebantu pencegahan

terhadap penyakit. Untuk memperoleh kelenturan aktivitas fisik

dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh beberapa

kegiaatan ynag dapat dipilih adalah: push-up, naik turun tangga,

angkat berat/beban, membawa belanjaan dan bersepeda (Suiraoka,

2012).

5. Pengobatan Hipertensi

Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut

a. Diuretika

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran

cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium kemungkinan terbuang

dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus

dilakukan.

b. Beta Blockers

Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan

darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar

pembuluh darah.

c. Calsium channel blocker

Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan

yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui
21

proses relaksasi pembuluh darah yang juga memperlebarpembuluh darah

(Muhamadun, 2010).

Hipertensi esensial tidak diobati tetapi dapat diberikan pengobatan

untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah

mengubah pola hidup penderita :

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan

untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolestrol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang

dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya

(disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup)

dan mengurangi alkohol.

c. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial

tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya

terkendali.

d. Berhenti merokok.

e. Pemberian obat-obatan.

f. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan

untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantuk ginjal membuang

garam dan seluruh tubuh sehinggga menurunkan volum cairan di

seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan pembuluh darah. Diuretik

juga menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga

kadang kalium. Diuretik kalium atau obat penahan kalium.


22

Diuretik sangat efektif pada :

1) Lanjut usia.

2) Kegemukan.

3) Penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.

6. Pencegahan Hipertensi

a. Olah raga yang cukup

Selain dapat memperlancar peredaran darah, olah raga dapat pula

membakar lemak sehingga tidak kelebihan berat badan. Latihan olah raga

yang dianjurkan meliputi tahap-tahap pernafasan, peregangan,latihan inti,

pendinginan, peregangan. Olahraga yang baik yaitu yang dapat membakar

energi 10 sampai 20 kalori/kg berat badan. Denyut nadi optimal setelah

latihan berkisar 65 sampai 80%.

b. Tidak merokok

Cara menghindari pengaruh rokok yaitu :

1) Sebaiknya menghindari daerah yang terkena asap rokok, atau tutuplah

hidung jika terpaksa melintas di daerah dengan asap rokok.

2) Jika anda seorang perokok, kurangilah jumlah batang rokok, lama

menghisap, kekuatan menghisap dan banyak hisapan.

3) Jika anda pernah merokok, berhentilah merokok sama sekali dengan

niat yang penuh. Menghentikan merokok secara total mungkin sulit

dilakukan, tetapi peluang untuk kembali merokok lebih kecil jika

dibanding dengan cara mengurangi perlahan-lahan. Suksesnya

seseorang untuk berhenti merokok tergantung pada niat dari dalam diri
23

perokok itu sendiri.

c. Tidak minum alkohol

Hipertensi dapat dihindari dengan tidak mengkonsumsi minuman

yang mengandung alkohol. Minuman beralkohol banyak macamnya, baik

yang dibuat oleh pabrik maupun yang dibuat secara tradisional. Semuanya

akan membahayakan bagi penderita hipertensi. Oleh karenaitu, hindarilah

minum minuman yang beralkohol. Selain minuman, alkohol dapat pula

terkandung dalam makanan seperti tape dan brem. Hindarilah minum air

tape. Hindarilah hipertensi dengan tidak pernah mencoba minum alkohol.

d. Istirahat yang cukup

Istirahat dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja

sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran. Istirahat dengan

posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak.

Berusahalah untuk beristirahat setelah beberapa saat melakukan kesibukan

rutinitas.

Cara lain untuk mengurangi stres adalah dengan hipnoterapi, pijat,

refleksi. Kunjungi psikolog untuk membantu memecahkan masalah, jika

stres terjadi karena adanya masalah yang rumit.

e. Cara medis

Pengobatan bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara

medis melalui dokter dan tenaga para medis lainnya, serta cara tradisional

dengan memanfaatkan ramuan dan terapi yang ada secara turun temurun

dalam masyarakat. Bagi orang yang memiliki resiko tinggi terkena


24

hipertensi, lakukanlah pemeriksaan diri ke dokter secara berkala.

Pengobatan hipertensi harus menurut petunjuk dokter. Jangan minum obat

tanpa petunjuk dari dokter, karena dapat menimbulkan kekebalan terhadap

obat tertentu dan kerusakan ginjal.

f. Cara tradisional

Banyak ramuan tradisional yang dipercaya dapat menurunkan tekanan

darah. Beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratoris. Contoh bahan

yang berkhasiat menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan buah

alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri, daun selada

air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang, buah belimbing

wuluh, daun tapak dara, akar pepaya, rambut jagung, adas pulowaras. Jika

tekanan darah sudah kembali normal, dapat dihentikan pemakaiannya.

Pemakaian berlebihan dapat menurunkan tekanan darah di bawah normal.

g. Mengatur pola makan

Perbanyak minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-

sedikit tetapi sering, bukan makan banyak tetapi jarang. Kandungan zat

dalam menu makanan juga harus diperhatikan, meliputi :

1) Kurangi minum minuman yang mengandung soda, minumankaleng dan

botol.

2) Kurang makan daging, ikan, kerang kepiting dan susu, camilan/snack

yang asin dan gurih.

3) Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, jeroan, vetsin,soda

kue, sarden, udang dan cumi-cumi.


25

4) Diet rendah kolestrol. Makanan dimakan sebaiknya mengandunglemak

baik dan sedikit mengandung lemak jahat seperti kolestrol

(Muhammadun, 2010).

Menurut Gunawan (2010) pencegahan hipertensi adalah sebagai


berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 garam

dapur untuk diet setiap hari.

b. Menghindari kegemukan

Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan normal atau

tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10%

dari berat badan normal.

c. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat

mengakibatkan endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-

kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh

nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan

memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah

hipertensi.

d. Olah raga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh


26

(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.

Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju,

gulat, angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan

hipertensi.

e. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

f. Tidak merokok dan tidak minum alkohol

g. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan

mendengarkan musik atau bernyanyi.

Pernapasan pernafasan dalam sampai saat ini masih menjadi metode

relaksasi yang termudah. Metode ini mudah dilakukan karena pernapasan

itu sendiri merupakan tindakan yang kita lakukan secara normal tanpa

perlu berpikiratau merasa ragu. Dalam bentuk yang paling sederhana,

pernapasan diafragma merupakan pernapasan yang pelan, sadar, dan

dalam. Hal ini merupakan tanda menghelan nafas yang dalam. Kita sering

menarik napas dalam ketika mulai mengelompokkan kembali pikiran kita,

untuk mendapatkan ketenangan, atau mengerahkan energi kita, untuk


27

tugas yang sulit. Karena berbagai alasan yang berkaitan dengan

budaya,kebiasaan orang terbiasa bernapas memakai dada bagian atas.

Ketika tertidur lelap,tanpa dipengaruhi fikiran sadar, setiap orang akan

kembali dalamposisi pernapasan yg lebih alami, yaitu dengan perut yang

lebih direnggangkan. Perbedaan diantara pernapasan diafragma dan

“pernapasan normal” adalah bahwa metode ini khusus melibatkan gerakan

sadar abdomen bagian bawah atau daerah perut.

h. Berusaha dan membina hidup yang positif

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stres

bagi setiap orang. Jika individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka

marah, tidak bisa tidur ataupun timbul hipertensi. Agar terhindari dari efek

negatif tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.

Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai

berikut :

a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

b. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk

kegiatan santai.

c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai

e. Cobalah menolong orang lain.

f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki.


28

B. Aktifitas Fisik

1. Pengertian

Aktivitas fisik sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik mengacu pada

semua gerakan termasuk selama waktu luang, transportasi untuk pergi ke dan

dari suatu tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang. Aktivitas

fisik intensitas sedang dan kuat meningkatkan kesehatan (WHO, 2022).

Menurut Fatmah (2010) aktivitas fisik yaitu pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting untuk

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jadi, aktivitas fisik adalah

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental.

2. Manfaat Aktifitas Fisik

Apabila dilihat lebih jauh, manfaat aktivitas fisik dapat kita rasakan pada tubuh

kita, baik untuk kesehatan kini maupun nanti, diantaranya adalah :

a. Mengendalikan berat badan

b. Mengendalikan tekanan darah

c. Memperbaiki postur tubuh

d. Memperbaiki kelenturan sendi dan kekuatan otot

e. Mencegah diabetes mellitus

f. Mengendalikan stress (Kemenkes RI, 2021).


29

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Pada Lansia

Menurut Potter dan perry (2015), kemauan dan kemampuan untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh faktor- faktor

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri

1) Umur

Menurut Potter dan Perry (2015), kemampuan aktivitas sehari-

hari pada lanjut usia dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri.

Umur seseorang menunjukan tanda kemaun dan kemampuan, ataupun

bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan

melaksanakan aktivitas sehari-hari.

2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sebagai contoh system nervous

mengumpulkan dan menghantarkan, serta mengelola informasi dari

lingkungan.

3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif yaituberfikir dan member rasional, termasuk

proses mengingat, menilai, orientasi, prsepsi dan memperhatikan

(keliat 2009). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


30

b. Faktor dari luar

Menurut Leuckenotte (2012), ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas lansia, yaitu :

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai

dengan lansia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan

masalah, baik masalah ekonomi, social, budaya, kesehatan maupun

psikologis, oleh karenanya lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat.

2) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam

mereka bekerja, karena setiap kali seseorang bekerja maka dapat

memasuki situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan.

3) Ritme biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang

mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu mahluk

hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya.

4. Jenis-Jenis Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk lanjut usia sebaiknya memenuhi

kriteria FITT (frequency intensity time type). Frekuensi adalah seberapa

sering aktivitas dilakukan dan berapa hari dalam seminggu.Intensitas

merujuk pada seberapa keras aktivitas dilakukan, umumnya dibagi seberapa

keras suatu aktivitas dilakukan.Biasanya diklasifikasikan menjadi intensitas

rendah, sedang, serta tinggi (Ambardini, 2009). Aktivitas fisik yang


31

dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60

menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah

satu aktivitas yang dapat dilihat adalah senam aerobic. Suatu aktivitas, baik

itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobic jika dapat

meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru dan otot.

Aktivitas fisik ini terdiri dari:

1) Aktivitas sehari-hari yang dikerjakan

2) Olahraga

Olahraga yang dapat dikategorikan sebagi aktivitas aerobic menurut

National Institute health dalam Clinical Guidelines On the Identification

1998, antara lain :

a) Berjalan kaki

Berjalan kaki sejauh 3 kilometer selama 30 menit dapat

membakar kalori sebesar 150 kalori.

b) Jogging

Joging merupakan olahraga aerobic yang sangat efektif karena

dapat membakar kalori secara cepat dan dapat meningkatkan

kemampuan jantung, paru-paru, dan otot.Jogging sejauh 2 kilometer

selama 20 menit saja dapat membakar 150 kalori.

c) Bersepeda

Bersepeda sebaiknya dilakukan secara bertahap.Kegiatan

bersepeda ini tidak cukup dalam meningkatkan kerja jantung dan paru-

paru kecuali jika bersepeda melalui jalan yang mendaki.Menggayuh


32

sepeda sejauh 8 kilometer selama 30 menit dapat membakar kaloro

kurang lebih 150.

d) Berenang

Berenang merupakan aktivitas fisik yang sangat baik karena

dapat meningkatkan kemampuan jantung, paru-paru, dan seluruh

otot.Berenang selama 20 menit dapat membakar kalori kurang lebih

150.

5. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Berdasarkan tingkat intensitasnya, aktivitas fisik dibagi menjadi

aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan

yang terus menerus dilakukan minimal selama 10 menit sampai denyut nadi

dan napas meningkat lebih dari biasanya, contohnya adalah menimba air,

mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dan lainnya.

Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila melakukan kegiatan fisik sedang

sepertin menyapu, mengepel, dan lainnya minimal lima hari atau lebih dengan

durasi beraktivitas minimal 150 menit dalam satu minggu. Selain kritetia

diatas maka termasuk aktivitas fisik ringan (WHO, 2015).

IPAQ adalah salah satu jenis istrumen yang dirancang terutama untuk

mengumpulkan data dan mengukur aktivitas fisik di kalangan orang dewasa.

IPAQ berisikan pertanyaan tentang jenis aktivitas, durasi dan frekuensi

seseorang melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu 7 hari terakhir dan

merupakan suatu metode yang direkomendasikan untuk menilai suatu data

yang berasal dari telepon/wawancara. IPAQ telah dikembangkan dan diuji


33

untuk digunakan pada orang dewasa (rentang usia 16-69 tahun) dan sampai

pengembangan dan pengujian lebih lanjut dilakukan penggunaan IPAQ

dengan kelompok usia yang lebih tua dan lebih muda tidak dianjurkan (IPAQ,

2005).

IPAQ mengukur aktivitas fisik yang dilakukan di seluruh domain

lengkap meliputi : aktivitas fisik di waktu luang, aktivitas domestik dan

berkebun, aktivitas fisik terkait kerja, aktivitas fisik terkait transportasi.

Dalam IPAQ menanyakan tiga tipe spesifik aktivitas yang dilakukan di empat

domain tersebut. Tipe aktivitas spesifik yang dinilai adalah berjalan, aktivitas

intensitas sedang, dan aktivitas intensitas berat. Dalam setiap domain dibagi

menjadi tiga intensitas, antara lain :

a. Berjalan kaki baik dirumah ataupun tempat kerja atau aktivitas fisik

intensitas ringan, ialah aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang

ringan dan tidak menyebabkan perubahan kecepatan pernapasan yang

signifikan. Menurut Norton, Norton and Sadgrove (2010) aktivitas fisik

ringan meliputi membaca, aktivitas berbaring atau tidur yang sedikit

bergerak, termasuk duduk bekerja di kantor, aktivitas melakukan

pekerjaan rumah.

b. Aktivitas fisik intensitas sedang, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga

fisik yang sedang dan membuat seseorang bernapas sedikit lebih cepat dari

biasanya. Contohnya antara lain mengangkat beban ringan dan bersepeda

dalam kecepatan reguler, beralan sejauh 3,5-4,0 mil/jam, berenang,

berkebun, bersepeda dengan kecepatan sedang. Durasi kegiatan ini antara


34

30-60 menit 1-2 kali dalam 7 hari/minggu (Norton, Norton and Sadgrove,

2010).

c. Aktivitas fisik intensitas berat, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga

fisik yang berat dan membuat seseorang bernapas lebih cepat dari

biasanya. Contohnya antara lain mengangkat beban berat, aerobik,

bersepeda cepat, berjalan cepat, naik turun tangga, memanjat, kegiatan

olahraga yang membuat nafas terengah-engah seperti jogging, sepak bola,

voli, dan basket, kompetisi tenis (Norton et al, 2010).

Aktivitas fisik secara umum dikuantifikasikan dengan menentukan

pengeluaran energi dalam kilokalori atau dengan menggunakan Metabolic

Energy Turnover (MET) dari sebuah aktivitas. Satu MET

merepresentasikan pengeluaran energi istirahat selama duduk tenang dan

umumnya diinterpretasikan sebagai 3,5 mL O2/kg/menit atau 250

mL/menit konsumsi oksigen. MET dapat dikonversikan menjadi

kilokalori, yaitu 1 MET – 1 kcal/kg/jam. Konsumsi oksigen meningkat

seiring intensitas aktivitas fisik. Maka dari itu, kuantifikasi sederhana dari

intensitas aktivitas fisik menggunakan cara mengalikan pengeluaran

energy istirahat. Sebagai contoh, melakukan aktivitas yang membutuhkan

konsumsi oksigen sebanyak 10,5 mL O2/kg/menit setara dengan 3 MET

yaitu, 3 kali dari tingkat istirahat (Strath et al., 2013).


35

Kuantifikasi MET-menit/minggu mengikuti rumus berikut :

a. MET-menit/minggu untuk berjalan = 3,3 x durasi berjalan dalam menit

x durasi berjalan dalam hari

b. MET-menit/minggu untuk aktivitas sedang = 4,0 x durasi aktivitas

sedang dalam menit x durasi aktivitas sedang dalam hari

c. MET-menit/minggu untuk aktivitas berat = 8,0 x durasi aktivitas berat

dalam menit x durasi aktivitas berat dalam hari

d. MET-menit/minggu total aktivitas fisik = penjumlahan MET-

menit/minggu dari aktivitas berjalan + aktivitas sedang + aktivitas

berat.

Pengkategorian dari MET-menit/minggu total ialah sebagai berikut:

a. Kategori 1 (ringan), kriteria yang tidak termasuk dalam kategori 2 dan

3.

b. Kategori 2 (sedang), yaitu apabila ada kriteria sebagai berikut :

1) Aktivitas sedang sekurang-kurangnya 3 hari selama 20 menit,

ATAU

2) 5 hari atau lebih aktivitas sedang dan /atau jalan sekurang-kurangnya

30 menit, ATAU

3) 5 hari atau lebih kombinasi semua intensitas aktivitas fisik dengan

sekurang – kurangnya 600 MET-menit/minggu

c. Kategori 3 (berat), yaitu apabila ada kriteria sebagai berikut :

1) Aktivitas berat sekurang-kurangnya 3 hari dengan 1500

METmenit/minggu, ATAU
36

2) 7 hari atau lebih kombinasi dari smua intensitas aktivitas fisik

dengan 3000 MET-menit/minggu.

Kategori tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 3 tingkatan

menurut nilai Metabolik Energi Turnover (MET)/menit, untuk menilai

intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang. adapun

pengelompokan tingkatan intensitas aktivitas fisik yaitu : intensitas

ringan : < 600 MET, intensitas sedang : 600 – 1499 MET, dan intensitas

berat : > 1500 MET (IPAQ, 2005).

6. Pengukuran Aktifitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik terhadap responden menggunakan alat ukur

IPAQ. Data aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan kuisioner singkat

IPAQ yang berisi tentang kegiatan responden selama menderita Hipertensi.

Kuisioner ini menanyakan mengenai tiga jenis aktivitas fisik yang dilakukan

dalam empat domain. IPAQ mengklasifikasikan aktivitas menjadi tiga

tingkatan yaitu rendah (berjalan), sedang dan tinggi. Perhitungan skor total

untuk bentuk pendek memerlukan penjumlahan dari durasi (dalam menit) dan

frekuensi (hari) dengan kategori sebagai berikut :

a. Rendah

1) Tidak ada aktivitas fisik yang dilaporkan

2) Skor aktivitas fisik METs < 600 METs/menit/minggu

b. Sedang

1) Tiga hari atau lebih beraktivitas secara penuh setidaknya 20 menit per

hari
37

2) Lima hari atau lebih aktivitas intensitas sedang atau berjalan setidaknya

30

menit per hari

3) Bila skor 600 – 1499 METs/menit/minggu

c. Berat

1) Aktivitas intensitas kuat setidaknya beruntun selama 3 hari

2) Bila skor > 1500 METs/menit/minggu (IPAQ, 2005).

7. Nilai MET dan formula untuk perhitungan MET-menit

Tabel 2.5 MET dan Formula untuk Perhitungan MET-menit

No. Aktivitas Nilai MET


1 Aktivitas fisik yang berhubungan dengan pekerjaan
a. Berjalan di tempat kerja (ringan) 3,3
b. Aktivitas sedang di tempat kerja 4,0
c. Aktivitas kuat di tempat kerja 8,0
Jumlah aktivitas di tempat kerja (MET-menit/minggu) = jumlah
skor berjalan + aktivitas intensitas sedang di tempat kerja + aktivitas
intensitas berat di tempat kerja.
2 Aktivitas fisik yang berhubungan dengan
transportasi
a. Berjalan untuk transportasi 3,3
b. Bersepeda untuk transportasi 6,0
Jumlah aktivitas fisik untuk transportasi (MET-menit/minggu) =
jumlah skor berjalan + bersepeda untuk transportasi
3 Kegiatan rumah tangga dan mengurus kebun 5,5
a. Aktivitas yang sangat kuat (Catatan : nilai MET 4,0
5,5 menunjukkan bahwa mengurus kebun yang 3,0
kuat harus dianggap sebagai aktivitas intensitas
sedang untuk penilaian dan menghitung total
aktivitas intensitas sedang)
b. Aktivitas kuat mengurus kebun
Aktivitas sedang melakukan pekerjaan rumah
Jumlah pekerjaan rumah tangga dan mengurus kebun (MET
menit/minggu) = jumlh aktivitas kuar mengurus halaman + aktivitas
sedang mengurus halaman + aktivitas sedang dalam pekerjaan
rumah
4 Aktivitas fisik di waktu luang
a. Berjalan santai (ringan)
38

b. Aktivitas sedang saat waktu luang 3,3


c. Aktivitas kuat dalam waktu luang 4,0
8,0
Jumlah waktu luang (MET-menit/minggu) = jumlah berjalan santai
+ aktivitas sedang waktu luang + aktivitas kuat dalam waktu luang
Sumber : Diambil dari (IPAQ, 2005)

C. Rokok

1. Pengertian

Rokok merupakan lintingan atau gulungan tembakau yang digulung

atau dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking

dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar

ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya, hanya dengan

membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat memproduksi lebih dari

4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa

berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker. Rokok juga

masuk ke dalam zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan

dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisap rokok. Rokok

dengan kata lain termasuk golongan NAPZA (Narkoba, Psikotropika,

Alkohol, dan Zat adiktif) (Dinkes Prov. Jabar, 2020).

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), rokok merupakan silinder dari

kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara)

dengan diameter sekitar 10 mm. rokok berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara

agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung lainnya.


39

2. Jenis Rokok

Menurut Jaya (2009 dalam Sodik, 2018), pada umumnya di Indonesia

rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis rokok dibedakan berdasarkan

bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan

rokok dan penggunaan filter pada rokok.

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus

1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya dari daun jagung.

2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya dari daun aren.

3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya dari kertas.

4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya dari daun tembakau.

b. Rokok berdasarkan bahan baku

1) Rokok putih, rokok yang bahan bakunya atau isiannya daun tembakau

yang diberi saus untuk efek rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok kretek, rokok yang bahan baku atau isiannya berupa daun

tembakau dan cengkeh dan diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak, rokok yang bahan baku dan isiannya berupa tembakau,

cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya

1) Sigaret Kretek Tangan (SKT), yaitu rokok yang proses pembuatannya

dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau

alat bantu sederhana.


40

2) Sigaret Kretek Mesin (SKM), yaitu rokok yang proses pembuatannya

menggunakan mesin. Sederhananya, materi rokok dimasukkan kedalam

mesin pembuat rokok. Hasil yang dikeluarkan mesin pembuat rokok

berupa rokok batang. Mesin pembuat rokok saat ini telah mampu

menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang

rokok permenit.

d. Rokok berdasarkan penggunaan filter

1) Rokok Filter (RF), yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

gabus.

2) Rokok Non Filter (RNF), yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya

tidak terdapat gabus.

3. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018) setiap rokok atau cerutu

mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia dan 400 dari bahan tersebut

dapat meracuni tubuh, sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan

kanker. Bahan kimia yang paling berbahaya dan merupakan racun utama pada

rokok adalah :

a. Tar

Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen yang dapat merusak

paru-paru dan menyebabkan kanker. Saat rokok dihisap, tar masuk ke

dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat

dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran


41

pernafasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per

batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

b. Nikotin

Nikotin paling sering dibicarakan dan diteliti orang. Zat ini dapat

meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan

penyempitan pembuluh darah, serta menyebabkan ketagihan dan

ketergantungan pada pemakaianya.

c. Gas karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk

berkaitan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Hemoglobin

seharusnya berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk

pernapasan. Kadar gas karbon monoksida dalam darah seorang bukan

perokok yaitu kurang dari 1%. Sementara dalam darah perokok mencapai

4-15%.

d. Timah hitam (Pb)

Sebatang rokok menghasilkan timah hitam sebanyak 0,5 ug.

Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam 1 hari

menghasilkan 10 ug timah hitam. Sementara ambang batas timah hitam

yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug perhari. Maba (2008 dalam

Sodik, 2018), menyebutkan racun-racun yang terdapat pada rokok

meliputi:

1) Acatona, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai penghapus cat.


42

2) Hydrogen Cyanide, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai racun

untuk hukuman mati.

3) Ammonia, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai pembersih lantai.

4) Methanol, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan bakar

roket.

5) Toluene, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pelarut

industry.

6) Arsenic, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai racun tikus putih.

7) Butane, yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan bakar korek

api.

D. Kebiasaan Merokok

1. Pengertian

Perilaku merokok merupakan suatu perilaku yang dapat terlihat karena

ketika merokok individu melakukan suatu aktivitas yang nampak yaitu

menghisap asap rokok yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya

kembali keluar (F. Juliansyah, 2010). Perilaku merokok juga merupakan

suatu aktivitas atau tindakan menghisap gulungan tembakau yang tergulung

kertas yang telah dibakar dan menghembuskannya keluar tubuh yang

bertemperatur 900C untuk ujung rokok yang dibakar, dan 300C untuk ujung

rokok yang terselip diantara bibir perokok, dan menimbulkan asap yang dapat

terhisap oleh orang lain di sekitar perokok, serta dapat menimbulkan dampak

buruk bagi perokok maupun orang-orang disekitarnya (Wahyudi, 2019).


43

Perilaku merokok merupakan suatu aktivitas menghisap atau

menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok yang dilakukan

secara menetap dan terbentuk melalui empat tahap yakni: tahap preparation,

initiation, becoming a smoker dan maintenance of smoking (Sodik, 2018).

2. Tipe-Tipe Perilaku Merokok

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), terdapat tipe perilaku

merokok dibagi menjadi empat tipe perilaku, antara lain :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

Mereka yang merokok berpendapat bahwa rokok dapat membuat

seseorang mengalami peningkatan perasaan yang positif. Terdapat tiga

tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif, antara lain :

1) Pleasure relaxation, yakni suatu perilaku hanya sebagai penambah dan

atau meningkatkan kenikmatan yang sudah diperoleh, contohnya

kegiatan merokok dilakukan sambil minum kopi atau setelah makan.

2) Stimulation to pick them up, yakni perilaku merokok dilakukan sekedar

hanya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette, iyalah suatu kenikmatan yang

didapatkan dari memegang rokok, biasanya dialami oleh perokok pipa

dengan tembakau.

b. Perilaku yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif

seperti saat marah, cemas, dan gelisah, rokok dianggap sebagai

penyelamat. Seorang perokok akan merokok jika memiliki perasaan yang


44

tidak mengenakan. Seseorang yang dalam kondisi ini memilih untuk

merokok agar terhindar dari perasaan tak mengenakan.

c. Perilaku merokok yang adiktif

Seseorang yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah berkurangnya efek rokok yang dihisapnya.

Umumnya mereka yang sudah adiktif akan keluar rumah membeli rokok

walaupun saat tengah malam. Mereka cenderung khawatir jika rokok tidak

tersedia sedangkan mereka sangat menginginkan rokok.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan

Mereka yang menggunakan rokok sama sekali bukan untuk

mengendalikan perasaannya tetapi sudah benar-benar menjadi kebiasaan

rutin. Seseorang dengan tipe ini bersifat otomatis. Seringkali tanpa

dipikirkan dan disadari orang akan menghidupkan api rokoknya bila rokok

yang sebelumnya benar-benar habis.

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), tipe perokok juga dibedakan

menjadi dua yakni :

a. Perokok aktif (active smoker)

Perokok aktif merupakan seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian dari hidupnya,

sehingga seseorang yang merokok jika sehari saja tidak merokok rasanya

tidak mengenakan. Seseorang dalam kondisi tersebut akan melakukan

apapun untuk mendapatkan rokok dan kemudian merokok.


45

b. Perokok pasif (passive smoker)

Perokok pasif merupakan seseorang yang dalam kesehariannya tidak

memiliki kebiasaan merokok. Perokok pasif terpaksa harus menghirup

asap rokok orang lain yang kebetulan berada disekitarnya. Meskipun

perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki risiko penyakit

yang sama halnya dengan perokok aktif karena perokok pasif juga

menghirup kandungan karsinogen (zat yang menimbulkan kanker terdapat

di asap rokok) dan 4.000 partikel lain yang berada di asap rokok.

Menurut Sitepoe (dalam Sodik, 2018), selain perokok aktif dan pasif,

terdapat lima tipe perokok antara lain :

a. Tidak merokok, yakni seseorang yang tidak pernah merokok selama

hidupnya.

b. Perokok ringan, yakni seseorang yang merokok berselang-seling.

c. Perokok sedang, yaitu seseorang yang merokok dalam kuantum kecil

setiap hari.

d. Perokok berat, yakni seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus

setiap harinya.

e. Berhenti merokok, yakni seseorang yang pada awalnya merokok,

kemudian berhenti dan tidak pernah merokok lagi.


46

3. Tahapan Perilaku Perokok

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), terdapat empat tahapan

perilaku merokok, antara lain :

a. Tahapan preparatory, seseorang akan timbul niat merokok jika mendapat

gambaran yang menyenangkan tentang merokok baik itu dengan cara

mendengar, melihat, atau hasil membaca.

b. Tahapan initation, atau yang disebut tahap perintisan yaitu seseorang

mengambil keputusan untuk meneruskan atau berhenti dari perilaku

merokok.

c. Tahapan becoming a smoker, seseorang yang cenderung menjadi perokok

karena telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari.

d. Tahapan maintaining of smoking, dimana kebiasaan merokok dilakukan

untuk mendapatkan efek menyenangkan karena sudah menjadi bagian dari

cara pengaturan diri (self regulating).

4. Aspek-Aspek dalam Perilaku Merokok

Menurut Sodik, (2018) Seseorang yang merokok memiliki aspek-aspek

dalam perilaku merokoknya. Aspek-aspek dalam perilaku merokok tersebut

meliputi :

a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Perilaku merokok berkaitan dengan masa mencari jadi diri pada

remaja. Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami

perokok. Seseorang yang merokok pada kehidupan sehari-harinya akan


47

mengalami perasaan yang positif maupun negatif. Perasaan positif seperti

mengalami perasaan yang tenang saat mengkonsumsi rokok.

b. Intensitas merokok

Banyaknya rokok yang dihisap oleh perokok dapat diklasifikasikan

menjadi 3 tipe yaitu :

1) Perokok berat, menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2) Perokok sedang, menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3) Perokok ringan, menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

c. Tempat merokok

Berdasarkan tempat merokok dibagi menjadi dua tipe yaitu:

1) Merokok di tempat umum/ruang publik

a) Kelompok homogen (sama-sama perokok), dimana mereka

menikmati kebiasaan merokok secara bergerombol. Mereka

umumnya masih menghargai orang lain, oleh karena itu mereka

sering melakukan kebiasaan merokok di smoking area.

b) Kelompok heterogen, yaitu mereka yang merokok di tengah orang

lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll.

Merokok ditempat yang bersifat pribadi

2) Kantor atau di kamar tidur pribadi, dimana orang yang merokok

memilih tempat seperti ini digolongkan sebagai individu yang kurang

menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

3) Toilet, dimana perokok yang digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.
48

d. Waktu merokok

Individu dengan perilaku merokok dipengaruhi dengan keadaan

yang dialaminya saat itu. Keadaan remaja yang dimaksudkan seperti, saat

berkumpul dengan teman, cuaca dingin, setelah dimarahi oleh orang

tuanya dll.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Juniarti (1991 dalam Tarwoto, dkk, 2010), terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok, antaralain :

a. Orang tua

Terdapat salah satu temuan tentang individu perokok yaitu bahwa

individu yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang

tua tidak begitu memperhatikan anaknya dan memberikan hukum fisik

yang keras dalam keluarga, akan lebih mudah untuk menjadi perokok di

bandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga

yang bahagia. Salah satu hal yang paling kuat pengaruhnya adalah apabila

orang tua sendiri menjadi figure contoh sebagai perokok berat, maka anak-

anaknya kemungkinan akan mencontohnya. Perilaku merokok lebih sering

ditemui pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua

(single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila

ibu mereka yang merokok daripada ayah yang merokok, hal ini biasanya

terlihat pada kasus remaja putri.


49

b. Teman sebaya

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja

yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah

perokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah

perokok dan demikian sebaliknya. Terdapat dua fakta kemungkinan yang

terjadi. Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan

teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga

semua remaja tersebut menjadi perokok. Diantara remaja merokok, 87%

sekira-kiranya mempunyai satu atau lebih sahabat yang merokok, begitu

pula dengan remaja yang merokok.

c. Kepribadian

Alasan psikologis menyebabkan seseorang merokok antara lain

demi relaksasi atau ketenangan serta mengurangi kecemasan atau

ketegangan. Keterikatan psikologis dengan merokok disebabkan oleh

kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri dengan mudah dan efektif dan

kebutuhan akan rokok sebagai alat penyeimbangan. Seseorang harus bisa

mengenali kebiasaan atau penyebab merokoknya seperti kebiasaan dan

kebutuhan mental (kecanduan/ ketagihan) agar dapat mengetahui petunjuk

yang sesuai untuk mengatasi gangguan fisik maupun psikologis dalam

proses berhenti merokok (Sodik, 2018).


50

d. Iklan rokok

Menurut Alamsyah (2009 dalam Baharuddin, 2017), iklan yang

dilihat dimedia massa dan elektronik memaparkan bahwa orang yang

merokok adalah lambang kejantanan dan glamor yang membuat remaja

mengikuti perilaku iklan tersebut. Remaja adalah salah satu individu dari

sasaran iklan rokok. Iklan yang ditampilkan oleh industri rokok sangat

kuat pengaruhnya untuk membuat suatu propaganda. Industri rokok

menarik perhatian dengan memasuki kehidupan masyarakat dengan

menjadi sponsor utama.

6. Bahaya Perilaku Merokok

Menurut Depkes RI (2003 dalam Tarwoto, dkk, 2010), efek dari

perilaku merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan si perokok saja. Efek

dari rokok juga dapat mempengaruhi kesehatan orang disekitarnya yang tidak

merokok, karena terpapar asap rokok yang disebut perokok pasif. Adapun

bahaya merokok, antara lain :

a. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung.

b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar mengalami stroke.

c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar

pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol

tinggi.

d. Meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung bagi wanita pengguna pil KB.


51

e. Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan

anggota tubuh yang rentan.

7. Dampak Merokok

Dampak merokok bagi kesehatan dapat menimbulkan berbagai

penyakit. Berikut dampak dari segi kesehatan yang akan timbul akibat

merokok (Tarwoto, dkk, 2010), antara lain :

a. Dampak bagi paru-paru

Merokok bisa mengakibatkan perubahan struktur serta fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Saluran napas besar, sel mukosanya

membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak

(hyperplasia). Saluran napas kecil, akan mengalami peradangan ringan

hingga penyempitan yang disebabkan karena bertambahnya sel dan

penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, akan terjadi peningkatan

jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi

saluran pernafasan, fungsi paru-paru akan berubah dengan berbagai gejala

klinis. Hal inilah yang menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru

Obstruksi Menahun (PPOM). Perilaku merokok dikatakan menjadi

penyebab timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronchitis

kronis, dan asma.

b. Dampak terhadap jantung

Rokok mengandung 400 jenis bahan kimia dengan 40 jenis

diantaranya bersifat karsinogenik, seperti karbon monoksida (5 kali lipat),

benzopiren (3 kali lipat), dan amoniak (50 kali lipat) dimana bahan racun
52

ini lebih banyak didapatkan pada asap samping (asap tembakau yang

disebar keudara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain) dari asap utama

(asap tembakau yang dihirup oleh si perokok). Bahan-bahan ini dapat

bertahan hingga beberapa jam lamanya pada ruangan setelah rokok mati.

Umumnya penelitian difokuskan pada peran nikotin dan karbon

monoksida. Kedua komponen ini, selain meningkatkan kebutuhan

oksigen, kedua komponen ini juga akan mengganggu suplai oksigen ke

otot jantung (miokardium), sehingga mengganggu kerja jantung. Nikotin

mengganggu sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen di miokardium. Karbon monoksida menyebabkan

penurunan saturasi hemoglobin, yang secara langsung menurunkan

persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokardium.

Karbon monoksida menggantikan oksigen di hemoglobin, mengganggu

pelepasan oksigen dan mempercepat arterisklerosis (pengapuran/

penebalan dinding pembuluh darah), dengan demikian, karbon monoksida

menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan kekentalan darah,

sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, karbon

monoksida, dan bahan lainnya dalam asap rokok telah

terbukti merusak endotelium (dinding dalam pembuluh darah) dan

mempermudah penggumpalan darah. Disamping itu, asap rokok

mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan yang bukan perokok,

kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida darah perokok lebih

tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah. Merokok terbukti menjadi


53

faktor terbesar kematian mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung

koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan yang

bukan perokok. Seiring dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang

di konsumsi akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja secara

sinergis dengan faktor lainya, seperti hipertensi dan kadar lemak atau gula

darah yang tinggi menjadi pencetus penyakit jantung koroner. Perlu

diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner

berkurang hingga 50% pada tahun pertama setelah berhenti merokok.

Akibat dari penggumpalan (thrombosis) dan pengapuran dinding

pembuluh darah (arterosklerosis), merokok jelas akan merusak pembuluh

darah perifer. Penyakit pembuluh darah perifer yang melibatkan pembuluh

darah arteri dan vena ekstremitas bawah atau tangan sering ditemukan

pada dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir dengan

amputasi.

c. Stroke

Stroke atau penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat

mendadak banyak dikaitkan dengan perilaku merokok. Risiko stroke dan

kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan yang bukan

perokok. Banyaknya rokok yang dihisap akan berdampak sangat besar

terhadap kejadian aterosklerosis terutama pada pembuluh darah otak

sebagai pemicu stroke. Semakin lama seseorang merokok menunjukkan


54

semakin banyak zat berbahaya dalam rokok yang masuk kedalam tubuh

(Tumeleng, dkk, 2015).

d. Dampak bagi Wanita

Perilaku merokok selain meningkatkan risiko wanita terkena kanker

serviks dan uterus, merokok juga menyebabkan timbulnya masalah

kesuburan pada wanita dan berbagai komplikasi selama kehamilan

sehingga meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan Berat Badan Bayi

Lahir Rendah (BBLR) dan gangguan kesehatan sesudahnya. Wanita

merokok 2-3 kali lebih besar mengalami kegagalan kehamilan atau

abortus. Angka yang sama berlaku untuk kelahiran atau kematian akibat

kekurangan oksigen pada janin dan plasenta yang menjadi abnormal

karena karbon monoksida dan nikotin dalam asap rokok yang telah

terkontaminasi. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death)

juga dikaitkan dengan merokok. Tembakau juga dapat menurunkan kadar

estrogen yang dapat menyebabkan menopause dini.

e. Dampak bagi kulit

Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena protein

yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A,

terhambatnya aliran darah. Kulit seorang perokok menjadi kering dan

keriput terutama disekitar bibir dan mata. Merokok juga memiliki risiko

meningkatnya kemungkinan kematian akibat penyakit melanoma (kanker

kulit). Perokok juga berisiko menderita custaneus scuamus cell cancer


55

sejenis kanker yang meninggalkan bercak merah pada kulit 2 kali lebih

besar dibandingkan dengan seseorang yang bukan perokok.

E. Kerangka Teori

Faktor Risiko Hipertensi :


1. Faktor yang tidak dapat
dirubah
a. Keturunan
b. Jenis Kelamin
c. Umur Kejadian Hipertensi
2. Faktor yang dapat dirubah
a. Obesitas
pada Lansia
b. Pola Makan
c. Konsumsi Alkohol
d. Merokok
e. Aktivitas Fisik

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Sumber : Bustan (2007)

Diagram 2.1 Kerangka Teori Hubungan Kebiasaan Merokok dan Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten
Subang Tahun 2023.
56

F. Penelitian yang Relevan

Tahun Judul Hasil


2017 Perilaku Merokok Hasil: Penelitian menunjukan ada
Retnaningsih Dengan Kejadian hubungan perilaku merokok dengan
Hipertensi Pada kejadian hipertensi pada lansia laki-laki
Lansia dengan nilai p value = 0,000 (<0,05) ρ =
0,481. Simpulan: Ada hubungan perilaku
merokok dengan kejadian hipertensi
pada lansia laki-laki.
2020 Karakteristik Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
Fredy Hipertensi Pada Lanjut usia yang berumur 60-74 tahun
Lanjut Usia Di Desa (Elderly) atau usia tua dengan umur 60-
Buku 74 tahun sebanyak 46 orang (92%), dan
(Characteristics Of Lanjut usia tua (old) atau Usia sangat tua
Hypertension In The dengan umur 75-90 tahun sebanyak 4
Elderly) orang (8%), Lanjut Usia (elderly) Usia
tua 60-74 tahun yang mengalami
Hipertensi sebanyak 32 orang (91,4%)
dan di dominasi berjenis kelamin
perempuan sebanyak 39 orang (78%)
dan hasil untuk Lanjut Usia yang berjenis
Kelamin Perempuan yang mengalami
Hipertensi sebanyak 29 orang (82,8%),
lanjut usia yang bekerja sebagai IRT (Ibu
Rumah Tangga) sebanyak 39 orang
(78%), Pekerjaan Lanjut Usia yang
bekerja sebagai IRT ( ibu rumah tangga)
yang mengalami Hipertensi sebanyak 29
orang (82,8%).
2020 Analisis Hubungan Hasil penelitian diperoleh kejadian
Kasumawati Kebiasaan Merokok hipertensi sebesar 64 (68,1), kebiasaan
Dan Aktifitas Fisik merokok sebesar 75(79,8%) dan
Dengan Kejadian aktivitas fisik kurang baik sebesar 55
Hipertensi Pada (58,5%). Hasil uji statistik chi square
Kelompok Usia 45- pada variabel kebiasaan merokok
54 Tahun diperoleh nilai (p-value = 0,287, > 0,05)
maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian hipertensi namun
beresiko lebih tinggi, pada variabel
aktivitas fisik diperoleh nilai (p value =
0,024, < 0,05) bahwa ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi.
57

Tahun Judul Hasil


Diharapkan agar terhindar dari oenyakit
hipertensi perlunya meningkatkan pola
hidup sehat salah satunya dengan
menjaga pola makan, menghindari
kebiasaan merokok dan melakukan
aktivitas ringan setian hari.
2021 Gambaran Aktivitas Hasil: hasil penelitian diperoleh data
Dias Fisik Pada Lansia mayoritas responden memiliki aktivitas
Hipertensi Di Era fisik yang ringan sebanyak 23 responden
New Normal Di (57.5%).
Dusun Janglot Kesimpulan : Hasil analisa data
Wonogiri - Jawa menunjukkan bahwa gambaran Aktivitas
Tengah Tahun 2021 Fisik Pada Lansia Hipertensi di Era New
Normal Di Dusun Janglot Wonogiri
Jawa Tengah tahun 2020, dengan hasil
berdasarkan aktifitas fisik sebagian besar
dalam kategori ringan sebanyak 23 (57,5
%)
2017 Hubungan aktifitas Hasil penelitian hampir setengahnya
Setyanto fisik dengan kejadian (42,9%) responden aktifitas fisik adalah
hipertensi (Di Desa sedang sejumlah 18 orang, sebagian
Plandi Kecamatan besar (64,3%) responden memiliki
Jombang Kabupaten hipertensi ringan sejumlah 27 orang. Uji
Jombang) rank spearman menunjukkan bahwa
nilai signifikansi r = 0,000 < a (0,05),
sehingga H0 ditolak.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
hubungan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Desa
Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang. Dari hasil penelitian ini,
responden lebih aktif dan termotivasi
untuk melakukan cara pencegahan
pencegahan hipertensi
2022 Faktor-Faktor Risiko Hasil: Dari 90 sampel didapatkan bahwa
AZ Zahrah Hipertensi Sistolik terdapat pengaruh riwayat keluarga
Terisolasi Pada (pvalue=0,003; OR=3,62; CI 95% =
Lansia Di Poli 1,51-8,65), merokok (p-value=0,035;
Geriatri OR=2,47; CI 95% = 1,05-5,76), aktifitas
Rumah Sakit Haji fisik (p-value=0,010; OR=3,07; CI 95%
Medan = 1,28-7,36), serta konsumsi garam dan
lemak (p-value=0,033; OR=2,53; CI
95% = 1,07-5,98) terhadap kejadian
hipertensi sistolik terisolasi pada lansia
dan tidak terdapat pengaruh obesitas
58

Tahun Judul Hasil


terhadap kejadian hipertensi sistolik
terisolasi (p-value=0,827;OR=1,10; CI
95% = 0,46-2,59). Hasil analisis
multivariat menunjukkan bahwa
variabel yang paling dominan
mempengaruhi kejadian hipertensi
sistolik terisolasi adalah riwayat
keluarga (p-value = 0,023; Exp β
=0,347). Kesimpulan: Terdapat
pengaruh riwayat keluarga, merokok,
aktifitas fisik, serta konsumsi garam dan
lemak terhadap kejadian hipertensi
sistolik terisolasi pada lansia dan tidak
terdapat pengaruh obesitas dengan
kejadian hipertensi sistolik terisolasi
pada lansia. Variabel yang paling
dominan mempengaruhi kejadian
hipertensi sistolik terisolasi pada lansia
adalah riwayat keluarga
2019 Hubungan Merokok Hasil penelitian ini menunjukan sebesar
Anggraenny Dengan Tekanan 77,8 % responden merokok, dengan
Darah Pada Awak nilai PR usia(0,75); riwayat keluarga
Kapal Di Wilayah (0,00); perilaku merokok (2,85); lama
Kerja Kkp Kls Iii merokok 11-39 tahun (4,20), lama
Palangka Raya merokok 1-10 tahun (1,90), jumlah
rokok >11 batang/hari (2,00), jumlah
rokok 1-10 batang/hari (4,00); jenis
rokok non filter (0,00); jenis rokok filter
(2,92) dengan tekanan darah sistolik
yang artinya ada hubungan antara
merokok dengan tekanan darah sistolik.
Nilai PR usia(0,28); riwayat keluarga
(0,00); perilaku merokok (2,00); lama
merokok 11-39 tahun (1,41); lama
merokok 1-10 tahun (2,40); jumlah
rokok >11 batang/hari (1,50); jumlah
rokok 1-10 batang/hari (2,66); jenis
rokok non filter (0,00); jenis rokok filter
(2,04) dengan tekanan darah diastolik
yang artinya ada hubungan antara
merokok dengan tekanan tekanan darah
diastolik.
Kesimpulan dari peneiltian ini ada
hubungan antara merokok dengan
tekanan darah, merokok menyebabkan
59

Tahun Judul Hasil


peningkatan tekanan darah sistolik
mapun diastolik.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

1. Visualisasi Kerangka Konsep

Sodik (2018) mengatakan bahawa faktor yang mempengaruhi

kebiasaan merokok diantaranya orang tua, teman sebaya, kebiasaan dan

iklan rokok. Serta Perry Potter (2015) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi aktifitas fisik lansia terdiri dari satu faktor-faktor dari dalam

diri sendiri (umur, kesehatan fisiologis, dan ) fungsi kognitif, dua faktor dari

luar (lingkungan kerja, lingkungan keluarga, dan ritme).

2. Variabel Penelitian

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang dicapai dan

disesuaikan dengan adanya keterbatasan kemampuan dan waktu, maka

penulis melakukan modifikasi teori tersebut diatas menjadi variabel dependen

dan independen. Variabel independen yang diteliti yaitu kebiasaan merokok

dan aktifitas fisik. Sedangkan variabel dependennya ialah kejadian hipertensi,

maka kerangka konsep penelitian adalah seperti diagram berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan Merokok
Kejadian Hipertensi
Pada Lansia
Aktifitas Fisik

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep

60
61

B. Definisi Operasional

Definisi Kriteria dan Skala


Variabel Alat Ukur Cara Ukur
Operasional Hasil ukur Ukur
Variabel Dependen
Kejadian Suatu visualisasi Rekam Medik Hasil 0. Hipertensi Ordinal
Hipertensi dari data rekam Pengukuran Derajat I, jika TD
medic mengenai Tekanan Darah 159/99mmHg
hasil pemeriksaan
tekanan darah 1. Hipertensi
Derajat II, jika
TD
179/109mmHg

2. Hipertensi
Derajat III, jika
TD
180/110mmHg
Variabel Independen
Kebiasaan Semua informasi Kuesioner Kuesioner 0. Perokok Ringan, Ordinsal
Merokok yang diperoleh hasil jika
dari wawancara menghabiskan 1-
mengenai konsumsi 4 batang rokok/hr
harian rokok pada
Lansia dengan 1. Perokok Sedang,
Hipertensi jika
menghabiskan 5-
14 batang
rokok/hr

2. Perokok Berat,
jika
menghabiskan >
15 batang/hr
Aktifitas Fisik Pengukuran Kuesioner Kuesioner 0. Aktifitas Rendah, Ordinal
aktivitas sehari-hari International jika skor MET <
Lansia dengan Physical 600/mg
Hipertensi terhitung Activity
dalam 7 hari Questionnaire 1. Aktifitas Sedang,
sebelum kunjungan (IPAQ) jika skor MET
ke Rumah Sakit 600-1499/mg

2. Aktifitas Berat,
jika skor MET >
1500/mg
62

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada

suatu penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

2. Terdapat hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

D. Desain Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka hasil

perhitungan atau pengukuran. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan

penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan

hasilnya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif

korelasional yaitu rancangan yang menggambarkan hubungan antara dua

variabel atau lebih melalui pendekatan cross sectional, yaitu mengkaji apakah

ada hubungan antara kebiasaan merokok dan aktifitas fisik (independen),

kejadian hipertensi pada lansia (dependen) (Notoatmodjo, 2018).


63

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau obyek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

kunjungan pasien Lansia pada tahun 2022 dengan Hipertensi Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang sebanyak 84 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2018). Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling yaitu

teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari

anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2018).

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel

adalah menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2020) :

n= N
1+ N (d)2

Keterangan:

n = Besar sampel
N= Besar populasi
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,10)

n = 84
1+84 (0,10)2

n= 84
1,84

n = 45,65
64

Jumlah sampel dilakukan pembulatan jadi 46 responden.

Contoh random sampling dengan metode sederhana ini adalah

misalnya dalam sebuah ruang di Poli Geriatri terdapat 84 pasien lansia.

Jumlah keseluruhan ini adalah populasi. Kemudian hendak dilakukan

sampling terhadap 46 lansia. masing-masing dari 84 lansia tadi akan diberi

nomor sebagai daftar atau basis data. Baru kemudian dari data itu dipilih

secara acak 46 lansia untuk dilakukan uji sampel.

3. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner kejadian hipertensi penelitian menggunakan data sekunder

yaitu dari data rekam medik dan hasil pengukuran tekanan darah Lansia

dengan hipertensi, waktu pengambilan kuesioner dilaksanakan pada bulan

Mei tahun 2023.

b. Kuesioner variabel kebiasaan merokok peneliti menggunakan dara primer

yaitu hasil wawancara dengan Lansia hipertensi tentang seberapa banyak

konsumsi rokok perhari waktu pengambilan kuesioner dilaksanakan pada

bulan Mei-Juni tahun 2023.

c. Kuesioner variabel aktivitas fisik peneliti menggunakan Kuesioner

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesiner ini

mengukur aktivitas Lansia dengan hipertensi terhitung 7 hari kebelakang

sebelum berkunjung ke Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang. Kuesioner

diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Pramesti, N. M. W.

(2019). Tentang Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Nilai Ankle

Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPT


65

Kesmas Abiansemal II Tahun 2019. Hasil analisis validitas aktifitas fisik

pasien, di ketahui semua pertanyaan dan pernyataan valid karena koefesien

r hitung > 0,444. Sedang kan hasil uji reliabilitas dengan nilai alpha =

0,945.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

dari Tanggal 01 Mei sd 30 Juni tahun 2023. Waktu pelaksanaan setiap hari

kamis dan Jum’at. Jumlah pasien Lansia dengan Hipertensi dalam satu

minggu berkisar antara 7 sd 8 pasien.

5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner penelitian

sejumlah dengan sampel yang ditetapkan. Kuesioner yaitu sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang kegiatan yang dialami

(Notoatmodjo, 2018). Selanjutnya responden membuat kesepakatan dengan

menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Penandatangan

informed consent dibantu oleh pendamping pasien saat berobat di poli

Geriatri RSUD Kab. Subang. Responden (lansia) kemudian diberi kuesioner

untuk diisi, dalam pengisian kuesioner responden dibantu oleh pendamping

terlebih bila ada responden yang tidak bisa baca tulis atau penglihatan kurang

baik, karena dalam pengisian kuesioner harus dibaca satu persatu sehingga

menghasilkan data yang valid. Bila ada pertanyaan responden bisa bertanya
66

langsung kepada Peneliti, Peneliti akan menjelaskan tentang hal-hal yang

ditanyakan responden berkenaan dengan kuesioner tersebut.

6. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data diolah secara manual /

komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh responden. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi

kesalahan/kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah

diselesaikan sampai sejauh mungkin.

b. Coding

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden kedalam

kategori-kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda/kode

berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

Variabel Kejadian Hipertensi :

0= Hipertensi Derajat I, jika TD 159/99mmHg

1= Hipertensi Derajat II, jika TD 179/109mmHg

2= Hipertensi Derajat III, jika TD 180/110mmHg

Variabel Kebiasaan Merokok :

0= Perokok Ringan, jika menghabiskan 1-4 batang rokok/hr

1= Perokok Sedang, jika menghabiskan 5-14 batang rokok/hr

2= Perokok Berat, jika menghabiskan > 15 batang/hr


67

Variabel Aktifitas Fisik :

0= Aktifitas Rendah, jika skor MET < 600/mg

1= Aktifitas Sedang, jika skor MET 600-1499/mg

2= Aktifitas Berat, jika skor MET > 1500/mg

c. Processing

Memproses data agar dapat dianalisa dengan cara memindahkan data

dari kuesioner ke dalam master tabel.

d. Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah di masukkan kedalam master

tabel/ kedalam Komputer untuk melihat ada kesalahan atau tidak.

7. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

komputer melalui dua jenis analisis statistik, yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap variabel

dari hasil penelitian. Analisis presentase ini bertujuan menghitung jumlah

kategori dari jawaban responden dan menghasilkan distribusi frekuensi

dari persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel yang ada dalam

penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif

yaitu menggunakan angka-angka dari data yang terkumpul kemudian

diambil kesimpulan secara umum (Notoatmodjo, 2018).


68

Tabel tabulasi analisis univariat dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.2. Tabulasi Analisis Univariat

No Kejadian
Jumlah Persentase
Tekanan Darah
1 HT Kat I
2 HT Kat II
3 HT Kat III
Total xx 100

Selanjutnya data diinterpretasikan, interpretasikan data tersebut

menurut Arikunto (2016) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Data

No Skala pengukuran Interpretasi


1 0 Tidak ada satupun
2 1% - 25 % Sebagian kecil responden
3 26% -49% Kurang dari Setengah responden
4 50% Setengahnya responden
5 51% - 75% Lebih dari setengahnya
6 76% - 99% Sebagai besar responden
7 100% Seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang antara

variabel bebas dan variabel terikat serta mencari hubungan antara

keduanya. Kriteria pengujian adalah ; bila ρ value ≤ α (0,05) maka ada

hubungan yang signifikan, tetapi bila ρ value > α (0,05) maka tida ada

hubungan yang signifikan.

Analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisa ini uji statistik

yang digunakan Chi-Square. Uji Chi-Square adalah uji yang digunakan


69

untuk menguji variabel kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan kejadian

hipertensi pada Lansia digunakan rumus berikut :

X2 = ∑ (fo – fe)2
fe

Keterangan :

X2 = Nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) (Arikunto, 2016).

Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang

terjadi (observasi) dengan frekuansi harapan (ekspetasi). Bila nilai

frekuensi harapan sama atau lebih besar maka dikatakan tidak ada

perbedaan yang bermakna dan sebaliknya bila nilai frekuensi observasi

dan nilai frekuensi harapan lebih kecil maka dikatakan tidak ada perbedaan

bermakna (Arikunto, 2016).

Tabel 3.4. Tabulasi Analisis Bivariat

Kejadian Hipertensi pada Lansia


Kebiasaan
HT I HT II HT III Total % P Value
Merokok
n % n % n %
Ringan 100
Sedang 100
Berat 100
Total xx 100
70

8. Jadwal Penelitian

Deskripsi Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus


Pengajuan Judul
Bimbingan
Proposal
Ujian Proposal
Penelitian
Bimbingan
Penelitian
Ujian Sidang
Hasil

9. Etika Penelitian

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia

yaitu mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,


71

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama dalam penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (non maleficence) (Nursalam, 2020).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada 46 responden dan selanjutnya dilakukan

pengolahan data sehingga hasil penelitian akan disajikan ke dalam bentuk

tabulasi distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu hubungan

kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

Berikut dibawah ini hasil penelitian yang telah dilakukan, disajikan dalam

bentuk tabulasi :

1. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Gambaran Kebiasaan Merokok pada


Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase


Perokok Ringan 23 50
Perokok Sedang 13 37
Perokok Berat 6 13
Total 46 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok pada

Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 23 orang (50%)

dengan perokok ringan, sebanyak 13 orang (37%) dengan perokok sedang,

sebanyak 6 orang (13%) dengan perokok berat. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian kecil rasponden (13%) Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang dengan kategori perokok berat.

72
73

2. Gambaran Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gambaran Aktifitas Fisik Dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten
Subang Tahun 2023.

Aktifitas Fisik Jumlah Persentase


Aktfitas Rendah 23 50
Aktfitas Sedang 13 37
Aktfitas Berat 6 13
Total 46 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa aktifitas fisik pada Lansia

di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 23 orang (50%) dengan

aktifitas fisik ringan, sebanyak 13 orang (37%) dengan aktifitas fisik sedang,

sebanyak 6 orang (13%) dengan aktifitas fisik berat. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian kecil rasponden (13%) Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang dengan kategori aktifitas berat.

3. Gambaran Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

Kejadin Hipertensi Jumlah Persentase


Hipertensi Derajat I 25 54,3
Hipertensi Derajat Ii 15 30,4
Hipertensi Derajat III 7 15,2
Total 46 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada

Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 25 orang

(54,3%) dengan hipertensi derajat I, sebanyak 15 orang (30,4%) dengan


74

hipertensi derajat II, sebanyak 7 orang (15,2%) dengan hipertensi derajat III.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil rasponden (15,2%) Lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang dengan kategori hipertensi derajat

III.

4. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang
Tahun 2023.

Kebiasaan Kejadian Hipertensi


Derajat I Derajat II Derajat III Total % P Value
Merokok n % n % n %
Perokok Ringan 21 91,3 2 8,7 0 0 23 100
Perokok Sedang 3 17,6 12 70,6 2 11,8 17 100
0,000
Perokok Berat 1 16,7 0 0 5 83,3 6 100
Total 25 54,3 14 30,4 7 15,2 46 100

Berdasarkan tabel 4.4, dari hasil penelitian diketahui sebanyak 21

Lansia (91,3%) kategori kebiasaan merokok ringan dengan hipertensi

derajat I, sebanyak 3 Lansia (17,6%) kategori kebiasaan merokok sedang

dengan hipertensi derajat I, dan sebanyak 1 Lansia (18,2%) kategori

kebiasaan merokok berat dengan hipertensi derajat I. Hasil uji statistik Chi

Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05) sehingga dapat dikatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

tahun 2023.
75

5. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang
Tahun 2023.

Kejadian Hipertensi
Aktifitas Fisik Derajat I Derajat II Derajat III Total % P Value
n % n % n %
Aktifitas Ringan 15 88,2 2 11,8 0 0 17 100
Aktifitas Sedang 10 43,5 11 47,8 2 8,7 23 100
0,000
Aktifitas Berat 0 0 1 16,7 5 83,3 6 100
Total 25 54,3 14 30,4 7 15,2 46 100

Berdasarkan tabel 4.5, dari hasil penelitian diketahui sebanyak 15

Lansia (88,2%) kategori aktifitas fisik ringan dengan hipertensi derajat I,

sebanyak 10 Lansia (43,5%) kategori aktifitas fisik sedang dengan hipertensi

derajat I, dan tidak ada satupun Lansia kategori aktifitas berat dengan

hipertensi derajat I. Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000

(p.Value< 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang tahun 2023.


76

B. Pembahasan

1. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok pada Lansia

di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 23 orang (50%) dengan

perokok ringan, sebanyak 13 orang (37%) dengan perokok sedang, sebanyak

6 orang (13%) dengan perokok berat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

kecil rasponden (13%) Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

dengan kategori perokok berat. Hal ini disebabkan kecendrungan Lansia

sangat kurang aktifitas fisik, oleh karena itu merokok adalah aktifitas yang

paling mudah dan menyenangkan bagi sebagian Lansia.

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), rokok merupakan silinder

dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung

negara) dengan diameter sekitar 10 mm. rokok berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung lainnya.

Perilaku merokok juga merupakan suatu aktivitas atau tindakan

menghisap gulungan tembakau yang tergulung kertas yang telah dibakar dan

menghembuskannya keluar tubuh yang bertemperatur 900C untuk ujung

rokok yang dibakar, dan 300C untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir

perokok, dan menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang lain di sekitar

perokok, serta dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok maupun

orang-orang disekitarnya (Wahyudi, 2019).


77

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), tipe perokok juga dibedakan

menjadi dua yakni perokok aktif (active smoker) dan perokok pasif (passive

smoker). Banyaknya rokok yang dihisap oleh perokok dapat diklasifikasikan

menjadi 3 tipe yaitu perokok berat, menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari, perokok sedang, menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari,

serta perokok ringan, menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Penelitian sejalan dengan Retnaningsih (2017) tentang Perilaku

Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia, Penelitian menunjukan

sebanyak 22 (44%) kategori kebiasaan merokok ringan, sebanyak 17 (34%)

kategori kebiasaan merokok sedang, dan sebanyak 11 (22%) kategori

kebiasaan merokok berat.

Penelitian tidak sejalan dengan Umbas (2019) tentang Hubungan

Antara Merokok Dengan Hipertensi di Puskesmas Kawangkoan. Hasil

penelitian menunjukkan sebanyak 43 responden (58,1%) dengan perokok

sedang, serta sebanyak 31 responden (41,9%) dengan perokok berat.

Upaya yang dapat dilakukan adalah diperlukan metode dan kebijakan

pemerintah maupun pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah

hipertensi yang berhubungan dengan jumlah konsumsi rokok penduduk.

2. Gambaran Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaktifitas fisik pada Lansia di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 23 orang (50%) dengan aktifitas

fisik ringan, sebanyak 13 orang (37%) dengan aktifitas fisik sedang, sebanyak
78

6 orang (13%) dengan aktifitas fisik berat. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian kecil rasponden (13%) Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang dengan kategori aktifitas berat. Hal ini disebabkan sebagi Lansia

dalam kesehariannya masih dijadikan kepala keluarga dalam mencari nafkah.

Aktivitas fisik sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik mengacu pada

semua gerakan termasuk selama waktu luang, transportasi untuk pergi ke dan

dari suatu tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang. Aktivitas

fisik intensitas sedang dan kuat meningkatkan kesehatan (WHO, 2022).

Apabila dilihat lebih jauh, manfaat aktivitas fisik dapat kita rasakan pada tubuh

kita, baik untuk kesehatan kini maupun nanti, diantaranya adalah

mengendalikan berat badan, engendalikan tekanan darah, emperbaiki postur

tubuh, emperbaiki kelenturan sendi dan kekuatan otot, encegah diabetes

mellitus, serta mengendalikan stress (Kemenkes RI, 2021).

Menurut Potter dan perry (2015), kemauan dan kemampuan untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh faktor- faktor

sebagai berikut yaitu satu faktor-faktor dari dalam diri sendiri

(umur,kesehatan fisiologis, fungsi kognitif). Dua faktor dari luar (lingkungan

keluarga, lingkungan kerja, ritme biologi.

Penelitian sejalan dengan Setyanto (2017) tentang Hubungan aktifitas

fisik dengan kejadian hipertensi (Di Desa Plandi Kecamatan Jombang

Kabupaten Jombang), Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 15 Lansia


79

(35,7%) dengan aktifitas ringan, sebanyak 18 Lansia (42,9%) dengan aktifitas

sedang, dan sebanyak 9 Lansia (21,4%) dengan aktifitas berat.

Penelitian tidak sejalan dengan Purnama (2019) tentang Tingkat

Aktivitas Fisik pada Lansia di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Hasil

penelitian menunjukkan sebanyak 9 lansia (15,5%) dengan aktifitas rendah,

sebanyak 45 lansia (77,6%) dengan aktifitas sedang, serta sebanyak 4 lansia

(6,9%) dengan aktifitas berat.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan

yang lebih komprehensif dengan tujuan responden lebih aktif dan termotivasi

untuk melakukan cara pencegahan pencegahan hipertensi, dengan melakukan

aktifitas sesuai kebutuhan, serta dilakukannya pemeriksaan rutin tekanan

darak pasien saat berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya di poli

Geriatri.

3. Gambaran Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada Lansia

di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 25 orang (54,3%) dengan

hipertensi derajat I, sebanyak 15 orang (30,4%) dengan hipertensi derajat II,

sebanyak 7 orang (15,2%) dengan hipertensi derajat III. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian kecil rasponden (15,2%) Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang dengan kategori hipertensi derajat III. Hal ini disebabkan

proses degenneratig yang sedang berlangsung pada Lansia.


80

Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi

untuk kejadian penyakit kardiovaskular dan mortalitas di dunia (Aronow WS,

2020). Secara umum, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah ≥140/90

mmHg atau lebih. Adapun menurut Joint National Committe VIII (JNC VIII)

dibagi menjadi 6 kategori yaitu optimal, normal, normal tinggi, hipertensi

derajat I, hipertensi derajat II, dan hipertensi derajat III.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang

artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai

normal (Musakkar & Djafar, 2021).

Hipertensi dikategorikan menjadi 3 yaitu hipertensi derajat I, II, dam

III. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa, hipertensi disebut

primer apabila penyebabnya tidak diketahui dan bila penyebabnya diketahui

disebut hipertensi sekunder. Adapun beberapa etiologi dari hipertensi adala

penyakit, obat-obatan, dan makanan, makanan yang memiliki kandungan

sodium yang tinggi, makanan yang diawetkan, makanan cepat saji dan

lainnya.

Hipertensi digolongkan berdasarkan penyebab dan jenisnya yaitu

sebagai berikut hipertensi berdasarkan penyebab (Hipertensi Esensial,

Hipertensi sekunder, serta Hipertensi berdasarkan bentuknya).

Penelitian sejalan dengan Retnaningsih (2017) tentang Perilaku

Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia, hasil penelitian


81

menunjukkan sebanyak 22 Lansia (44%) dengan hipertensi ringan, sebanyak

17 Lansia (34%) dengan hipertensi sedang, sebanyak 11 Lansia (22%) dengan

hipertensi berat.

Penelitian tidak sejalan dengan Damanik (2019) tentang Hubungan

Gaya Hidup Dengan Hipertensi Pada Lansia. Hasil penelitian menunjukkan

sebanyak 8 lansia (26,7%) kategori hipertensi tahap I, serta sebanyak 22

lansia (73,3%) kategori hipetensi tahap II.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan

yang lebih komprehensif dengan tujuan responden mengenal terhadap

penyakitnya sehingga secara tidak langsung mampu mengenal penyebab,

penularan, pencegahan komplikasi yang diakibatkan dengan adanya Lansia

hipertensi.

4. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Hasil penelitian diketahui sebanyak 21 Lansia (91,3%) kategori

kebiasaan merokok ringan dengan hipertensi derajat I, sebanyak 3 Lansia

(17,6%) kategori kebiasaan merokok sedang dengan hipertensi derajat I, dan

sebanyak 1 Lansia (18,2%) kategori kebiasaan merokok berat dengan

hipertensi derajat I. Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000

(p.Value< 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang tahun 2023.


82

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), rokok merupakan silinder

dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung

negara) dengan diameter sekitar 10 mm. rokok berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung lainnya.

Perilaku merokok juga merupakan suatu aktivitas atau tindakan

menghisap gulungan tembakau yang tergulung kertas yang telah dibakar dan

menghembuskannya keluar tubuh yang bertemperatur 900C untuk ujung

rokok yang dibakar, dan 300C untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir

perokok, dan menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang lain di sekitar

perokok, serta dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok maupun

orang-orang disekitarnya (Wahyudi, 2019).

Menurut Aula (2010 dalam Sodik, 2018), tipe perokok juga dibedakan

menjadi dua yakni perokok aktif (active smoker) dan perokok pasif (passive

smoker). Banyaknya rokok yang dihisap oleh perokok dapat diklasifikasikan

menjadi 3 tipe yaitu perokok berat, menghisap lebih dari 15 batang rokok

dalam sehari, perokok sedang, menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari,

serta perokok ringan, menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Penelitian sejalan dengan Umbas (2019) tentang Hubungan Antara

Merokok Dengan Hipertensi di Puskesmas Kawangkoan. Hasil uji statistic

dari penelitian menunjukkan p value = 0,016.

Penelitian tidak sejalan dengan kusumawati (2020) tentang Analisis

Hubungan Kebiasaan Merokok dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian


83

Hipertensi Pada Kelompok Usia 45-54 Tahun. Hasil uji statistik chi square

pada variabel kebiasaan merokok diperoleh nilai (p-value = 0,287, > 0,05)

maka tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi.

Upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan penyuluhan agar

terhindar dari penyakit hipertensi perlunya meningkatkan pola hidup

sehat salah satunya dengan menjaga pola makan, menghindari kebiasaan

merokok dan melakukan aktivitas ringan setian hari.

5. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023

Hasil penelitian diketahui sebanyak 15 Lansia (88,2%) kategori

aktifitas fisik ringan dengan hipertensi derajat I, sebanyak 10 Lansia (43,5%)

kategori aktifitas fisik sedang dengan hipertensi derajat I, dan tidak ada

satupun Lansia kategori aktifitas berat dengan hipertensi derajat I. Hasil uji

statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

tahun 2023.

Aktivitas fisik sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik mengacu pada

semua gerakan termasuk selama waktu luang, transportasi untuk pergi ke dan

dari suatu tempat, atau sebagai bagian dari pekerjaan seseorang. Aktivitas

fisik intensitas sedang dan kuat meningkatkan kesehatan (WHO, 2022).


84

Apabila dilihat lebih jauh, manfaat aktivitas fisik dapat kita rasakan pada tubuh

kita, baik untuk kesehatan kini maupun nanti, diantaranya adalah

mengendalikan berat badan, engendalikan tekanan darah, emperbaiki postur

tubuh, emperbaiki kelenturan sendi dan kekuatan otot, encegah diabetes

mellitus, serta mengendalikan stress (Kemenkes RI, 2021).

Menurut Potter dan perry (2015), kemauan dan kemampuan untuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh faktor- faktor

sebagai berikut yaitu satu faktor-faktor dari dalam diri sendiri

(umur,kesehatan fisiologis, fungsi kognitif). Dua faktor dari luar (lingkungan

keluarga, lingkungan kerja, ritme biologi.

Penelitian sejalan dengan Setyanto (2017) tentang Hubungan aktifitas

fisik dengan kejadian hipertensi (Di Desa Plandi Kecamatan Jombang

Kabupaten Jombang), Hasil penelitian hampir setengahnya (42,9%)

responden aktifitas fisik adalah sedang sejumlah 18 orang, sebagian besar

(64,3%) responden memiliki hipertensi ringan sejumlah 27 orang. Uji rank

spearman menunjukkan bahwa nilai signifikansi r = 0,000 < a (0,05),

sehingga H0 ditolak.

Penelitian sejalan dengan Damanik (2019) tentang Hubungan Gaya

Hidup dengan Hipertensi Pada Lansia. Hasil uji statistik dari penelitian

menunjukkan p value = 0,003.


85

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan

yang lebih komprehensif dengan tujuan responden lebih aktif dan termotivasi

untuk melakukan cara pencegahan pencegahan hipertensi, dengan melakukan

aktifitas sesuai kebutuhan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan, maka dapatlah disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagian kecil responden (13%) Lansia dengan kategori perokok berat di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

2. Sebagian kecil responden (13%) Lansia dengan kategori aktifitas berat di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

3. Sebagian kecil responden (15,2%) Lansia dengan kategori hipertensi derajat

III di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

4. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di

Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023. P.Value = 0,000.

5. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023. P.Value = 0,000.

B. Saran

1. Bagi Universitas YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan dapat digunakan

secara ilmiah khususnya tentang hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas

fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia, sehingga akan dihasilkan

literaratur yang bermutu untuk kemajuan dunia keperawatan.

86
87

2. Bagi Responden

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan wawasan

mengenai hubungan kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada Lansia.

3. Bagi Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar asuhan keperawatan dan

penyuluhan kesehatan khususnya tentang hubungan kebiasaan merokok dan

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

4. Bagi Peneliti

Tenaga kesehatan mampu memaksimalkan program yang telah

dicanangkan oleh Rumah Sakit terhadap hal-hal apa saja yang berhubungan

antara kebiasaan merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

Lansia.

5. Bagi Peneliti Lainnya

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan kebiasaan

merokok dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia dengan

faktor-faktor lain yang lebih komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

Aronow WS. (2020). Managing Hypertension in the elderly: What’s new? Am J


Prev Cardiol. 2020;1(February):100001.
doi:10.1016/j.ajpc.2020.100001.

AZ Zahrah, Nadianty (2022). Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Sistolik


Terisolasi Pada Lansia Di Poli Geriatri Rumah Sakit Haji Medan.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

BPS (2021). https://www.bps.go.id/indicator/40/501/1/angka-harapan-hidup-ahh-


menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html. Angka Harapan Hidup
(AHH) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (Tahun), 2019-2021.

Dias, Lourenca Fatima (2021). Gambaran Aktivitas Fisik Pada Lansia Hipertensi
Di Era New Normal Di Dusun Janglot Wonogiri - Jawa Tengah Tahun
2021. Skripsi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Damanik, S., & Sitompul, L. N. (2020). Hubungan Gaya Hidup dengan Hipertensi
Pada Lansia di Klinik Tutun Sehati Tahun 2019. Nursing Arts, 14(1),
30-36.

Fredy Akbar K1, Hamdan Nur2, Umi Indar Humaerah (2020). Karakteristik
Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Desa Buku (Characteristics Of
Hypertension In The Elderly). JWK: Vol 5, No 2, Thn 2020 (ISSN:
2548-4702)

Girsang, W. F. C., Rambert, G. I., & Wowor, M. (2016). Gambaran glukosa urin
pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Manado. EBiomedik, 4(2)..

Kasumawati, Frida (2020). Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dan Aktifitas


Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Usia 45-54 Tahun.
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 Maret, 2020.

Kemenkes RI (2021). Manfaat Aktifitas Fisik. Tersedia di https://upk.kemkes.go.id.


Diunduh tanggal 06 Maret 2022 Pukul 09.18 WIB.

Novvy Anggraenny (2019).Hubungan Merokok Dengan Tekanan DarahPada Awak


Kapal Di Wilayah Kerja Kkp Kls Iii Palangka Raya. Skripsi.
Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. (2018). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.

--------- (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

--------- (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan &
penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 4). Jakarta :


Salemba Medika.

Muhadi. JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa. Cermin Dunia Kedokt. 2016;43(1):54-59.

Pramesti, N. M. W. (2019). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Nilai Ankle


Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di UPT.
Kesmas Abiansemal II Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Jurusan
Keperawatan).

Purnama, H., & Suhada, T. (2019). Tingkat aktivitas fisik pada lansia di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(2), 102-106.

Prawiro, M.D., (2012). Usia Harapan Hidup Bertambah Panjang. Gemari. 56-57.

Retnaningsih, Dwi (2017). Perilaku Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada


Lansia. Skripsi. STIKES Widya Husada Semarang.

Riskesdas (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kab. Subang (2022)

Setyanto, Wildan (2017). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi


(Di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang). Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Umbas, I. M., Tuda, J., & Numansyah, M. (2019). Hubungan antara merokok
dengan hipertensi di Puskesmas Kawangkoan. Jurnal
Keperawatan, 7(1).

Widyantoro B. (2018). Perlukah kriteria hipertensi baru dan target pengendalian


tekanan darah yang lebih agresif? Telaah paska studi SPRINT serta
panduan ACC/AHA 2017 dan ESH/ESC 2018. Indones J Cardiol.
2019;39(2):55-59. doi:10.30701/ijc.v39i2.765.
WHO (2021). Hypertension.Tersedia di https://www.who.int/news-room/fact

WHO (2022). Physical activity. Tersedia di https://www.who.int. Diunduh tanggal


06 Maret 2022 Pukul 09.11 WIB.
INFORMED CONSENT

(PENJELASAN PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Iin Martini

NIM : 21142012015

Alamat : Subang

Adalah mahasiswa Universitas YPIB Majalengka Jurusan Program Studi S1

Keperawatan akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Kebiasaan Merokok dan

Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD

Kabupaten Subang Tahun 2023”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Kebiasaan Merokok dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023.

A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini dan bebas

mengundurkan diri sewaktu-waktu jika tidak berkenan menjadi responden

penelitian.

B. Prosedur Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri akan diberikan informasi mengenai manfaat dan tujuan dari

penelitian ini, apabila bapa/ibu/sdra/sdri bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini, selanjutnya Saya mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Kemudian bapa/ibu/sdra/sdri mengisi

data diri, membaca penjelasan tentang cara mengisi kuesioner, setelah itu
bapa/ibu/sdra/sdri dapat mengisi kuesioner yang tersedia.

C. Kewajiban Subjek Penelitian

Sebagai responden penelitian, Saya mohon bapa/ibu/sdra/sdri berkenan untuk

menandatangani lembar persetujuan, mengikuti kegiatan penelitian dan mengisi

lembar kuesioner secara lengkap dengan informasi yang sebenar- benarnya.

D. Risiko, Efek Samping, dan Penanganannya

Tidak ada risiko atau efek samping yang ditimbulkan. Tidak perlu khawatir

identitas bapa/ibu/sdra/sdri sebagai responden akan dijaga. Penelitian akan

dilakukan selama ± 35 menit.

E. Manfaat

Keuntungan yang didapatkan adalah anda dapat meningkatkan wawasan

bapa/ibu/sdra/sdri tentang pemenuhan aktivitas sehari-hari serta bahaya dari

perilaku merokok.

F. Kompensasi

Sebagai ucapan rasa terimakasih atas kesediaan menjadi responden,

bapa/ibu/sdra/sdri akan mendapat notebook dan balpoint.

G. Pembiayaan

Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung peneliti.


H. Informasi Tambahan

Bila ada hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, bapa/ibu/sdra/sdri dapat

menghubungi :

Nama : Iin Martini

NIM : 21142012015

Alamat : Subang

Terima Kasih

Iin Martini
NIM 21142012015
INFORMED CONSENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Hubungan dengan Responden:

Alamat :

Telah mendapat keterangan secara rinci dan jelas mengenai :

Penelitian yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Merokok dan Aktivitas Fisik

dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun

2023”. Dengan menyatakan persetujuan terhadap :

1. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek

2. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian


3. Bahaya yang akan timbul

4. Prosedur penelitian

Dan subjek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan

mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena

itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian

dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari

pihak manapun.

Subang, .....................2023

Peneliti, Responden,

(Iin Martini) (……………………………)


KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POLI
GERIATRI RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023
No Responden : ………….

Nama : ………… (Initisial)

Umur : ………… Tahun

Jenis Kelamin : …………

Tekanan Darah : …………mmHg

A. Kebiasaan Merokok
1. Apakah anda merokok
2. Jika ya, berapa banyak (batang) yang Anda habiskan per hari

B. Kuisioner International Physical Activity Quitioner (IPAQ)


Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dan isilah jawaban
isian sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya. Tidak ada jawaban benar
ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan anda yang
sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam
pikiran anda. Semua pertanyaan dan pernyataan dijawab sesuai urutan di
kuisioner.

KUISIONER IPAQ
Peneliti tertarik untuk mencari tahu tentang jenis kegiatan fisik yang
dilakukan orang sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Pertanyaan-pertanyaan akan bertanya kepada Anda tentang waktu yang Anda
habiskan untuk aktif secara fisik dalam 7 hari terakhir. Jawab setiap
pertanyaan bahkan jika Anda tidak menganggap diri Anda sebagai orang yang
aktif. Tolong pikirkan kegiatan yang Anda lakukan di tempat kerja,
sebagai bagian dari pekerjaan rumah dan halaman Anda, untuk pergi dari satu
tempat ke tempat lain, dan di waktu luang Anda untuk rekreasi, olahraga atau
olahraga.
Pikirkan tentang semua aktivitas berat yang Anda lakukan dalam 7 hari
terakhir. Aktivitas fisik yang berat mengacu pada aktivitas yang
membutuhkan upaya fisik yang keras dan membuat Anda bernapas lebih
keras dari biasanya. Pikirkan hanya tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan
setidaknya 10 menit setiap kalinya.

1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik yang
kuat seperti mengangkat berat, menggali, aerobik, atau bersepeda cepat?
…….. hari per minggu

Tidak ada aktivitas fisik lanjut ke pertanyaan 3

2. Berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan untuk melakukan


aktivitas fisik yang kuat dalam sehari?
…….. jam per hari …….. menit per hari

Tidak tahu/ tidak yakin

Pikirkan semua aktivitas sedang yang anda lakukan dalam 7 hari


terakhir. Aktivitas sedang mengacu pada aktivitas yang membutuhan upaya
fisik sedang dan membuat anda bernapas lebih keras dari biasanya. Pikirkan
hanya tentang aktivitas fisik yang anda lakukan setidaknya 10 menit setiap
kalinya.

3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik sedang
seperti membawa beban ringan, bersepeda secara teratur, atau bermain
tenis ganda? Jangan termasuk berjalan.
…….. hari per minggu

Tidak ada aktifitas fisik lompat ke pertanyaan


4. Berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan untuk melakukan
aktivitas fisik sedang sehari?
…….. jam …….. menit per hari

Tidak tahu/ tidak yakin

Pikirkan tentang waktu yang Anda habiskan untuk berjalan dalam 7 hari
terakhir. Ini termasuk di tempat kerja dan di rumah, berjalan kaki untuk
bepergian dari satu tempat ke tempat lain, dan setiap jalan kaki lain yang telah
Anda lakukan semata-mata untuk rekreasi atau berolahraga.

5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda berjalan setidaknya selama 10


menit?
…….. hari per minggu

Tidak ada berjalan lanjutkan ke pertanyaan 7

6. Berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan untuk berjalan selama
satu hari?
…….. jam per hari …….. menit per hari

Tidak tahu/ tidak yakin

Pertanyaan terakhir adalah tentang waktu yang Anda habiskan untuk


duduk di hari kerja selama 7 hari terakhir. Termasuk waktu yang dihabiskan
di tempat kerja, di rumah, saat melakukan kursus dan selama waktu luang. Ini
mungkin termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk di meja, mengunjungi
teman, membaca, atau duduk atau berbaring untuk menonton televisi.
7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk
duduk di hari kerja?
…….. jam per hari …….. menit per hari

Tidak tahu/ tidak yakin

Pramesti (2019)
Frequency Table

Kebiasaan Merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perokok Ringan 23 50.0 50.0 50.0

Perokok Sedang 17 37.0 37.0 87.0

Perokok Berat 6 13.0 13.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

Aktififitas Fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Aktifitas Rendah 17 37.0 37.0 37.0

Aktifitas Sedang 23 50.0 50.0 87.0

Aktifitas Berat 6 13.0 13.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

Kejadian Hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Hipertensi Derajat I 25 54.3 54.3 54.3

Hipertensi Derajat II 14 30.4 30.4 84.8

Hipertensi Derajat III 7 15.2 15.2 100.0

Total 46 100.0 100.0


Crosstabs

Kebiasaan Merokok * Kejadian Hipertensi


Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat II Derajat III Total
Kebiasaan Perokok Ringan Count 21 2 0 23
Merokok Expected Count 12.5 7.0 3.5 23.0
% within Kebiasaan Merokok 91.3% 8.7% .0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 84.0% 14.3% .0% 50.0%
% of Total 45.7% 4.3% .0% 50.0%
Perokok Sedang Count 3 12 2 17
Expected Count 9.2 5.2 2.6 17.0
% within Kebiasaan Merokok 17.6% 70.6% 11.8% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 12.0% 85.7% 28.6% 37.0%
% of Total 6.5% 26.1% 4.3% 37.0%
Perokok Berat Count 1 0 5 6
Expected Count 3.3 1.8 .9 6.0
% within Kebiasaan Merokok 16.7% .0% 83.3% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 4.0% .0% 71.4% 13.0%
% of Total 2.2% .0% 10.9% 13.0%
Total Count 25 14 7 46
Expected Count 25.0 14.0 7.0 46.0
% within Kebiasaan Merokok 54.3% 30.4% 15.2% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 54.3% 30.4% 15.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 47.891a 4 .000
Likelihood Ratio 43.831 4 .000
Linear-by-Linear Association 26.720 1 .000
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,91.
Aktififitas Fisik * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat II Derajat III Total
Aktififitas Aktifitas Rendah Count 15 2 0 17
Fisik Expected Count 9.2 5.2 2.6 17.0
% within Aktififitas Fisik 88.2% 11.8% .0% 100.0%
% within Kejadian 60.0% 14.3% .0% 37.0%
Hipertensi
% of Total 32.6% 4.3% .0% 37.0%
Aktifitas Sedang Count 10 11 2 23
Expected Count 12.5 7.0 3.5 23.0
% within Aktififitas Fisik 43.5% 47.8% 8.7% 100.0%
% within Kejadian 40.0% 78.6% 28.6% 50.0%
Hipertensi
% of Total 21.7% 23.9% 4.3% 50.0%
Aktifitas Berat Count 0 1 5 6
Expected Count 3.3 1.8 .9 6.0
% within Aktififitas Fisik .0% 16.7% 83.3% 100.0%
% within Kejadian .0% 7.1% 71.4% 13.0%
Hipertensi
% of Total .0% 2.2% 10.9% 13.0%
Total Count 25 14 7 46
Expected Count 25.0 14.0 7.0 46.0
% within Aktififitas Fisik 54.3% 30.4% 15.2% 100.0%
% within Kejadian 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Hipertensi
% of Total 54.3% 30.4% 15.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 33.483a 4 .000
Likelihood Ratio 29.778 4 .000
Linear-by-Linear Association 21.807 1 .000
N of Valid Cases 46
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,91.
Master Tabel Penelitian

Batang
No S D Kategori Kategori
Rokok

1 190 130 Hipertensi Derajat III 17 Perokok Berat


2 170 120 Hipertensi Derajat II 12 Perokok Sedang
3 150 110 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
4 170 110 Hipertensi Derajat II 6 Perokok Sedang
5 160 100 Hipertensi Derajat I 3 Perokok Ringan
6 160 110 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
7 170 120 Hipertensi Derajat II 8 Perokok Sedang
8 180 130 Hipertensi Derajat III 19 Perokok Berat
9 170 120 Hipertensi Derajat II 7 Perokok Sedang
10 170 120 Hipertensi Derajat II 7 Perokok Sedang
11 160 110 Hipertensi Derajat I 16 Perokok Berat
12 190 130 Hipertensi Derajat III 6 Perokok Sedang
13 180 130 Hipertensi Derajat III 20 Perokok Berat
14 160 120 Hipertensi Derajat I 12 Perokok Sedang
15 190 130 Hipertensi Derajat III 12 Perokok Sedang
16 160 110 Hipertensi Derajat I 12 Perokok Sedang
17 170 110 Hipertensi Derajat II 6 Perokok Sedang
18 180 120 Hipertensi Derajat III 18 Perokok Berat
19 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
20 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
21 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
22 170 120 Hipertensi Derajat II 4 Perokok Ringan
23 190 120 Hipertensi Derajat III 18 Perokok Berat
24 170 120 Hipertensi Derajat II 12 Perokok Sedang
25 170 120 Hipertensi Derajat II 12 Perokok Sedang
26 160 100 Hipertensi Derajat I 12 Perokok Sedang
27 170 130 Hipertensi Derajat II 12 Perokok Sedang
28 170 120 Hipertensi Derajat II 12 Perokok Sedang
29 160 110 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
30 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
31 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
32 170 110 Hipertensi Derajat II 8 Perokok Sedang
33 170 120 Hipertensi Derajat II 8 Perokok Sedang
34 160 110 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
35 170 120 Hipertensi Derajat II 4 Perokok Ringan
36 160 120 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
37 160 120 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
38 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
39 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
40 160 110 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
41 160 100 Hipertensi Derajat I 3 Perokok Ringan
42 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
43 160 100 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
44 160 90 Hipertensi Derajat I 4 Perokok Ringan
45 160 100 Hipertensi Derajat I 3 Perokok Ringan
46 160 100 Hipertensi Derajat I 3 Perokok Ringan
Aktifitas Fisik
N 1 2 3 4 5 6 7 ∑ Kategori
o J JM JHM J JM JHM J JM JHM J JM JHM J JM JHM J JM JHM J JM JHM
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
A A g A A g A A g A A g A A g A A g A A g
24 32 20 12 50 27 168 Aktifitas
4 10 6 4 8 10 5 10 4 5 8 3 8 9 7 6 9 5 2 2 8 32
1 0 0 0 0 4 0 6 Berat
21 38 12 12 102 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 4 3 4 48
2 6 4 5 0 1 Sedang
21 38 12 12 103 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 5 3 4 60
3 6 4 5 0 3 Sedang
21 38 12 12 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 2 3 4 24 997
4 6 4 5 0 Sedang
10 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 6 6 3 376
5 8 Rendah
10 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 6 6 3 376
6 8 Rendah
21 38 12 12 103 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 5 3 4 60
7 6 4 5 0 3 Sedang
14 16 20 43 27 32 160 Aktifitas
4 6 6 4 8 5 5 10 4 5 8 2 80 8 9 6 6 9 5 5 8 8
8 4 0 0 2 0 0 6 Berat
21 38 12 12 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 2 3 4 24 997
9 6 4 5 0 Sedang
1 6 6 6
21
4 4 4 64 6 8 8
38
5 5 5
12
4 6 5
12
4 4 4 64 5 3 4 60
103 Aktifitas
0 6 4 5 0 3 Sedang
1 21 38 12 12 104 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 6 3 4 72
1 6 4 5 0 5 Sedang
1 21 38 12 12 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 2 3 4 24 997
2 6 4 5 0 Sedang
1 12 16 20 43 27 32 158 Aktifitas
4 5 6 4 8 5 5 10 4 5 8 2 80 8 9 6 6 9 5 5 8 8
3 0 0 0 2 0 0 2 Berat
1 6 6 6
21
4 4 4 64 6 8 8
38
5 5 5
12
4 6 5
12
4 4 4 64 2 3 4 24 997 Aktifitas
4 6 4 5 0 Sedang
1 21 38 12 12 102 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 4 3 4 48
5 6 4 5 0 1 Sedang
1 21 38 12 12 102 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 4 3 4 48
6 6 4 5 0 1 Sedang
1 21 38 12 12 103 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 5 3 4 60
7 6 4 5 0 3 Sedang
1 4 5 6
12
4 8 6
19
5 10 4
20
5 8 2 80 8 9 6
43
6 9 4
21
8 9 8
57 181 Aktifitas
8 0 2 0 2 6 6 6 Berat
1 5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 6 6 3
10
376 Aktifitas
9 8 Rendah
2 10 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 6 6 3 376
0 8 Rendah
2 14 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 8 6 3 412
1 4 Rendah
2 14 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 8 6 3 412
2 4 Rendah
2 4 8 6
19
4 8 5
16
5 10 4
20
5 8 2 80 8 9 6
43
6 9 4
21
5 6 8
24 152 Aktifitas
3 2 0 0 2 6 0 0 Berat
2 21 38 12 12 103 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 5 3 4 60
4 6 4 5 0 3 Sedang
2 21 38 12 12 104 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 6 3 4 72
5 6 4 5 0 5 Sedang
2 21 38 12 12 105 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 7 3 4 84
6 6 4 5 0 7 Sedang
2 6 6 6
21
4 4 4 64 6 8 8
38
5 5 5
12
4 6 5
12
4 4 4 64 2 3 4 24 997 Aktifitas
7 6 4 5 0 Sedang
2 6 6 6
21
4 4 4 64 6 8 8
38
5 5 5
12
4 6 5
12
4 4 4 64 4 3 4 48
102 Aktifitas
8 6 4 5 0 1 Sedang
2 10 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 6 6 3 376
9 8 Rendah
3 12 Aktifitas
5 4 2 40 2 4 4 32 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 2 3 36 7 6 3 394
0 6 Rendah
3 21 38 12 12 Aktifitas
6 6 6 4 4 4 64 6 8 8 5 5 5 4 6 5 4 4 4 64 2 3 4 24 997
1 6 4 5 0 Sedang
3 12 32 20 40 64 43 215 Aktifitas
4 5 6 4 8 10 5 10 4 5 8 10 8 9 9 6 9 8 2 2 8 32
2 0 0 0 0 8 2 2 Berat
3 6 6 6
21
4 4 4 64 6 8 8
38
5 5 5
12
4 6 5
12
4 4 4 64 2 3 4 24 997 Aktifitas
3 6 4 5 0 Sedang
3 5 4 2 40 3 4 4 48 4 6 4 96 2 5 4 40 4 5 4 80 6 6 3
10
6 6 3
10
520 Aktifitas
4 8 8 Rendah
3 11 10 10 Aktifitas
5 4 4 80 3 3 4 36 4 7 4 2 5 4 40 4 6 4 96 6 6 3 6 6 3 580
5 2 8 8 Rendah
3 10 12 11 12 12 Aktifitas
5 4 5 3 3 4 36 4 8 4 2 6 4 48 4 7 4 6 7 3 6 7 3 676
6 0 8 2 6 6 Sedang
3 12 12 12 12 12 Aktifitas
5 4 6 3 4 4 48 4 8 4 2 6 4 48 4 8 4 6 7 3 6 7 3 724
7 0 8 8 6 6 Sedang
3 5 4 7
14
3 3 4 36 4 8 4
12
2 6 4 48 4 8 4
12
6 7 3
12
6 8 3
14
750 Aktifitas
8 0 8 8 6 4 Sedang
3 12 12 10 Aktifitas
5 4 3 60 3 3 4 36 4 8 4 2 5 4 40 4 5 4 80 6 7 3 6 6 3 578
9 8 6 8 Rendah
4 12 11 12 Aktifitas
5 4 2 40 3 4 4 48 4 8 4 2 5 4 40 4 7 4 6 7 3 6 5 3 90 584
0 8 2 6 Rendah
4 12 11 10 Aktifitas
5 4 3 60 3 2 4 24 4 8 4 2 6 4 48 4 7 4 6 5 3 90 6 6 3 570
1 8 2 8 Rendah
4 5 4 4 80 3 2 4 24 4 8 4
12
2 6 4 48 4 7 4
11
6 5 3 90 6 6 3
10
590 Aktifitas
2 8 2 8 Rendah
4 5 4 2 40 3 3 4 36 4 8 4
12
2 6 4 48 4 7 4
11
6 4 3 72 6 5 3 90 526 Aktifitas
3 8 2 Rendah
4 12 11 14 Aktifitas
5 4 4 80 2 3 4 24 4 8 4 2 6 4 48 4 7 4 6 4 3 72 6 8 3 608
4 8 2 4 Sedang
4 Aktifitas
5 4 4 80 2 3 6 36 4 4 4 64 2 2 4 16 4 5 4 80 6 4 3 72 6 4 3 72 420
5 Rendah
4 Aktifitas
5 4 2 40 2 3 4 24 4 4 4 64 2 6 4 48 4 5 4 80 6 4 3 72 6 4 3 72 400
6 Rendah

Anda mungkin juga menyukai