Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN KESIAPSIAGAAN


DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKAMERINDU DAN PUSKESMAS
BERINGIN RAYA KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

OLEH :

_________________________
__________________

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN (SAMA DENGAN Proposal kmrin tapi digannti
SKRIPSI)

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Hastuti Apridayanti
NPM : 2026040103.P
Jurusan : Sarjana Terapan Kebidanan
Lembaga : STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri
menggunakan data sesuai keadaan dilapangan, dan sepanjang pengetahuan saya dalam
skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Bengkulu, Juli 2021


Yang membuat pernyataan

Hastuti Apridayanti

iii
Motto dan Persembahan

iv
1. Kepada teman teman seperjuanganku yang selalu mendoakan dan memberi
support untuk ku
2. Kepada STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Untuk almamater tercinta yang
telah banyak menggoreskan kenangan

v
ABSTRAK

NAMA LENGKAP TAHUN. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan


Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya
Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri
Mandiri Sakti Bengkulu. Pembimbing 1 Nuril Absari,S.SiT, M.Kes dan
Pembimbing II Choralina Eliagita, SST, M.Tr. Keb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota
Bengkulu.
Jenis penelitian ini adalalah kuantitatif menggunakan metode survey analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Bidan di Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya berjumlah 30
orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Analisis data
dalam penelitian menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat derajat
kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian ini didapatkan: 1. Dari 30 responden terdapat terdapat 7
orang tidak siap dalam menghadapi bencana, 23 orang siap dalam menghadapi
bencana. 2. Dari 30 responden terdapat terdapat 7 orang dengan pengetahuan
cukup dan 23 orang dengan pengetahuan baik. 3. Dari 30 responden terdapat
terdapat 8 orang dengan sikap unfavorable dan 22 orang dengan sikap favorable.
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Bidan dengan
Kesiapsiagaan Bidan dalam menghadapi banjir di Wilayah kerja Pusekesams
Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu. 5. Ada hubungan
yang signifikan antara sikap Bida dengan dengan Kesiapsiagaan Bidan dalam
menghadapi banjir di Wilayah kerja Pusekesams Sukamerindu dan Puskesmas
Beringin Raya Kota Bengkulu.
Diharapkan kepada pihak tenaga kesehatan di puskesmas dapat mengikuti
kegiatan pelatihan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, sehingga pada saat
terjadi bencana tenaga kesehatan sudah siap dan sudah ada pengalaman dalam
menganggulagi bencana

Kata Kunci : Pengetahuan Bidan, Sikap Bidan, Kesiapsiagaan Bidan

vi
vii

ABSTRACT

NAMA LENGKAP TAHUN The Relationship between Knowledge and


Attitude of Midwives with Midwives Preparedness in Facing Flood Disasters
in the Work Area of Sukamerindu Health Center and Beringin Raya Health
Center Bengkulu City. Thesis. Bengkulu: Tri Mandiri Sakti School of Health
Sciences Bengkulu. Advisor 1 Nuril Absari, S.SiT, M.Kes and Advisor II
Choralina Eliagita, SST, M.Tr. Keb.
. This study aims to determine the relationship between knowledge and
attitudes of midwives with midwife preparedness in dealing with flood disasters in
the working area of Sukamerindu Public Health Center and Beringin Raya Public
Health Center, Bengkulu City.
This type of research is quantitative using an analytical survey method with
a cross sectional approach. The population in this study were all 30 midwives at
Sukamerindu Public Health Center and Beringin Raya Health Center. Sampling
technique by means of total sampling. Data analysis in this study used the chi-
square statistical test with a significance level of = 0.05.
The results of this study were obtained: 1. From 30 respondents there were 7
people who were not ready to face disasters, 23 people were ready to face
disasters. 2. Of the 30 respondents there are 7 people with sufficient knowledge
and 23 people with good knowledge. 3. Of the 30 respondents there are 8 people
with an unfavorable attitude and 22 people with a favorable attitude. 4. There is
no significant relationship between the knowledge of the midwife and the
preparedness of the midwife in dealing with flooding in the Sukamerindu
Pusekesams work area and the Beringin Raya Public Health Center, Bengkulu
City. 5. There is a significant relationship between the attitude of the Bida and the
Preparedness of the Midwife in the face of flooding in the Sukamerindu
Pusekesams work area and the Beringin Raya Public Health Center, Bengkulu
City.
It is hoped that health workers at the puskesmas can take part in disaster
preparedness training activities, so that when a disaster occurs, health workers are
ready and have experience in disrupting disasters again.

Keywords: Knowledge of Midwives, Attitude of Midwives, Preparedness of


Midwives

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmad dan hidayah nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi dengan judul :Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan

Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tahun 2020. Dalam penyusunan Sripsi ini penulis mengalami hambatan serta

banyak terdapat kekurangan. Namun berkat bimbingan dan bantuan serta

semangat dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

dengan maksimal.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang

sebesar- besarnya kepada :

1. Drs. H. S. Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

2. Mika Oktarina, SST, M.Kes Selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

3. Nuril Absari, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing I, yang telah penuh

keikhlasan dan kesabaran di sela-sela kesibukan beliau yang padat telah

memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

4. Choralina Eliagita, SST,M.Tr.Keb Selaku Pembimbing II yang telah penuh

keikhlasan dan kesabaran disela-sela kesibukan beliau yang padat telah

memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

viii
5. Kepala dan Staf TU Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya

yang telah memberikan Izin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Responden yang telah banyak berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Seluruh dosen dan staf STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu atas pastisipasi

dalam mendukung penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga

Laporan Skripsi ini bisa selesai tepat waktu

Bengkulu, Juli 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Kajian Teori..................................................................................... 9
1. Konsep Bencana........................................................................ 9
2. Manajemen Bencana Banjir...................................................... 11
3. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana............................................. 21
4. Sikap ......................................................................................... 25
5. Pengetahuan.............................................................................. 29
6. Hubungan Pengetahuan Bidan Terhadap Kesiapsiagaan
Bidan Dalam Menghadapi Bencana Banjir............................... 33
7. Hubungan Sikap Bidan Terhadap Kesiapsiagaan Bidan
Dalam Menghadapi Bencana Banjir......................................... 34
B. Kerangka Konsep............................................................................. 34

C. Definisi Operasional......................................................................... 35
D. Hipotesis........................................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 37
B. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................. 37
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 37
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 38

E. Teknik Pengolahan Data.................................................................. 38

x
xi

F. Teknik Analisis Data........................................................................ 40

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian...................................................................................68
B. Pembahasan........................................................................................73

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................79
B. Saran ..................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ...85


LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Manajemen Bencana....................................................................... 16

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Konsep............................................................................... 34

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional......................................................................... 35


Tabel 2 Distribusi kesiapsiagaan Bidan di Wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya kota bengkulu............. 69
Tabel 3 Distribusi pengetahuan Bidan di Wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya kota Bengkulu............ 70
Tabel 4 Distribusi Sikap Bidan di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan
Puskesmas Beringin raya kota Bengkulu......................................... 70
Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Kesiapsiagaan Bidan dalam
menghadapi Bencana Banjir di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
dan Puskesmas Beringin raya kota Bengkulu.................................. 71
Tabel 5 Hubungan Sikap Bidan dengan Kesiapsiagaan Bidan dalam
menghadapi Bencana Banjir di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
dan Puskesmas Beringin raya kota Bengkulu.................................. 72

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Berita Acara Bimbingan Skripsi


Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Kuisioner
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin dan Rekomendasi Penelitian Skripsi dari STIKES
Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Lampiran 6. Rekomendasi dari Kesbangpol dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 9. Hasil Pengumpulan Data
Lampiran 9. Master Tabel
Lampiran 10. Hasil Analisa Data
Lampiran 11. Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 12. Dokumentasi

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Delapan dari Sepuluh negara dengan angka kematian ibu tertinggi yang

tercatat baru-baru ini menghadapi bencana. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dan United Nations Population Fund (UNFPA) melaporkan pada tahun

2015 bahwa sekitar 61% dari kematian ibu terjadi di negara rawan bencana.

Lebih dari sepertiga dari kasus kematian ibu terjadi ditengah bencana, salah

satu penyebabnya adalah kurangnya peralatan dan personel yang

berkualifikasi dalam sistem perawatan kesehatan (Novria,2019).

Menurut Mizam (2012) dalam Lilis (2020), World Health Organization

(WHO) mendefinisikan bencana adalah Kejadian pada suatu daerah yang

mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta

memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga

memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Negara Indonesia memiliki banyak wilayah yang rawan bencana, Secara

geografis Indonesia merupakan Negara kepulauan yang berada pada cincin api

(Ring of Fire) yakni pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Indo

Australia, Eurasia, dan Pasifik, sehingga jika terjadi pergerakan salah satunya

maka akan dapat menyebabkan bencana seperti gempa bumi. Gempa bumi

menjadi ancaman bencana alam yang berpotensi merusak terbesar di

Indonesia, karena datang secara tiba-tiba (Sudden Onset) dan dampaknya bisa

1
2

sangat luas, tidak terkecuali wilayah padat perkotaan. Hampir setiap tahun,

setidaknya kurang lebih 3 gempa berkekuatan 7 SR atau lebih terjadi di

Indonesia dan menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur atau

lingkungan (Direja & Wulan, 2018).

Menurut Direja & Wulan (2019) dalam Yulita & Absari (2020),

menjelaskan menurut Data Informasi Bencana Indonesia (BNPB, 2014)

bahwa Provinsi Bengkulu sejak lima tahun terakhir yaitu 2014-2019

mengalami 90 kali jumlah kejadian bencana diantaranya bencana banjir 42

kejadian, tanah longsor 29 kejadian, puting beliung 12 kejadian, kebakaran

hutan dan lahan 2 kejadian, gempa bumi 5 kejadian dan banyak sekali dampak

yang ditimbulkan termasuk masalah kesehatan. Dalam Kepmenkes RI nomor

876/Menkes/SK/XI/2006 tentang kebijakan dan strategi nasional penanganan

krisis dan masalah kesehatan, disebutkan bahwa penanganan krisis dan

masalah kesehatan lain lebih menitikberatkan kepada upaya sebelum

terjadinya bencana yaitu upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan.

Menurut Menteri Kesehatan RI (2006) dalam Arsi S et al (2019)

Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat penting

untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit, serta

mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana yang merupakan suatu

kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak serta

menimbulkan korban jiwa.

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang pada umumnya bekerja di

Puskesmas atau yang berada di masyarakat/komunitas yang paling dekat

2
3

terkena dampak dari bencana. Kontribusi bidan terhadap

bencana/pengurangan risiko darurat atau kesiapsiagaan sangat penting. Bidan

sering tidak termasuk dalam tenaga kesiapsiagaan bencana di tingkat lokal,

nasional dan internasional. Hal ini didukung oleh fakta yang dari WHO yang

menyebutkan bahwa kesehatan ibu, bayi baru lahir dan perempuan perlu

diperhatikan dalam manajemen korban masal sehingga International

Confrederation of Midwives (ICM) dan asosiasi anggotanya untuk

memastikan bahwa bidan dapat berpartisipasi dan mengambil peran dalam

kesiapsiagaan bencana (Novria,2019).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bidan dalam

menghadapi bencana antara lain Pengalaman praktik sebelumnya, pendidikan

dan Umur. Pengalaman praktik sebelumnya Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek kesehatan kemudian memberikan penilaian atau

pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya individu tersebut

akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau

disikapinya Pendidikan menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan

seseorang akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan kebutuhannya

sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda yang pada

akhirnya mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Usia mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Novria,2019).

3
4

Menurut Dodon (2013) dalam Fakhrurrazi (2015), pengetahuan terhadap

bencana merupakan alasan utama seseorang untuk melakukan kegiatan

perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang ada. Pengetahuan yang dimiliki

mempengaruhi sikap dan kepedulian tenaga kesehatan untuk siap dan siaga

dalam mengantisipasi bencana. Indikator pengetahuan dan sikap tersebut

meliputi pengetahuan tentang bencana, penyebab dan gejala-gejala, maupun

apa yang harus dilakukan bila terjadi banjir. Pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap bencana dapat dilihat dengan pengetahuan mereka

terhadap berbagai tindakan kesiapsiagaan yang seharusnya mereka lakukan.

Menurut Firmansyah dkk. (2014) dalam Fakhrurrazi (2015), sikap

merupakan faktor penentu perilaku karena sikap berhubungan dengan

persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap diartikan sebagai kesiapsiagaan

mental, yang dipelajari dan di organisasi melalui pengalaman, dan mempunyai

pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek, dan

situasi yang berhubungan dengannya. Sikap dapat bersifat positif dan bersifat

negatif. Sikap positif ditandai oleh kecenderungan tindakan yaitu mendekati,

menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Adapun, sikap negatif terdapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai

objek tertentu

Menurut Jurnal Fakhrurrazi (2015) , menjelaskan kesimpulan yang dapat

ditarik pada penelitian ini, antara lain terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi

risiko bencana banjir di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya. Terdapat

4
5

hubungan yang signifikan antara sikap tenaga kesehatan terhadap

kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana banjir di Rumah Sakit Umum

Daerah Pidie Jaya..

Menurut jurnal Setiawati (2020), menjelaskan terkait pengetahuan

tentang kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dalam menghadapi bencana banjir

menunjukkan bahwa pengetahuan perawat yang bekerja di puskesmas

memiliki pengetahuan kurang baik dan sebagian memiliki pengetahuan yang

baik. Hasil penelitian terkait sikap perawat dalam kesiapsiagaan pelayanan

kesehatan dalam menghadapi banjir menunjukkan bahwa sebagian besar

memiliki sikap kurang baik dan dari setengah responden memiliki sikap yang

baik.

Di daerah yang rawan banjir yaitu di cakupan wilayah Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya. Berdasarkan data yang didapat di

Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin raya yang merupakan salah

satu Puskesmas yang cakupan wilayahnya sering terkena banjir. Puskesmas

Sukamerindu ada 5 cakupan wilayah kerja yaitu Tanjung Jaya, Tajung Agung,

Semarang, Surabaya Dan Sukamerindu. Sedangkan Puskesmas Beringin raya

ada 4 cakupan wilayah kerja yaitu Rawa Makmur, Rawa Makmur permai,

Kandang Limun dan Beringin Raya.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada hari Kamis, 18 Maret

2021 Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Sukamerindu berjumlah

40 tenaga kesehatan, jumlah terbanyak tenaga kesehatan adalah bidan yaitu

sebanyak 12 orang. Sedangkan di Puskesmas Beringin Raya jumlah tenaga

5
6

kesehatan ada 48 tenaga kesehatan, jumlah terbanyak tenaga kesehatan yaitu

Bidan sebanyak 18 orang. Pada survey awal di lakukan pada 5 bidan di

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya, dari 5 bidan tersebut

menyebutkan mengetahui tentang kesiapsiapgaan terhadap bencana serta

menunjukan sikap yang positif. Bidan yang di Puskesmas Sukamerindu belum

pernah mengikuti pelatihan siaga bencana. Bidan yang di Puskesmas Beringin

Raya ada 1 Bidan menyebutkan pernah mengikuti pelatihan siaga bencana.

Dari latar belakang diatas maka Penulis tertarik mengambil judul

“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Kesiapsiagaan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan

Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “Apakah ada Hubungan pengetahuan dan sikap bidan terhadap

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020” ? .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap bidan

terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di wilayah kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tahun 2020.

6
7

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Distribusi Bidan di Puskesmas Suka Merindu dan

Puskesmas Beringin Raya.

b. Diketahui Distribusi Kesiapsigaan Bidan di Puskesmas Suka Merindu

dan Puskesmas Beringin Raya.

c. Diketahui Distribusi Pengetahuan Bidan Terhadap Kesiapsiagaan

Dalam Menghadapi Bencana Banjir.

d. Diketahui Distribusi Sikap Bidan Terhadap Kesiapsiagaan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir.

e. Diketahui hubungan Pengetahuan Bidan dengan Kesiapsiagaan dalam

menghadapi Bencana Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun

2020.

f. Diketahui hubungan Sikap Bidan dengan Kesiapsiagaan dalam

menghadapi Bencana Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun

2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bidan di Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan

keterampilan kearah kesiapsiagaan Bidan dalam menghadapi bencana

banjir.

7
8

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah wacana ilmu

pengetahuan dan dapat memberikan sumbang pemikiran bagi lingkungan

akademik tentang Hubungan pengetahuan dan sikap bidan terhadap

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di wilayah kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tahun 2020.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel lain yang

berbeda khususnya tentang kesiapsiagaan bidan dalam menghadapi

bencana banjir.

8
9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Konsep Bencana

a. Pengertian Bencana

Bencana alam merupakan konsekuensi dari kombinasi aktivitas

alami, baik peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah

longsor, dan aktivitas manusia. Ketidakberdayaan manusia akibat

kurang baiknya manajemen keuangan dan struktural, bahkan sampai

kematian (Khambali, 2017).

Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang

diakibatkan oleh gejala faktor alam. Gejala alam merupakan gejala

gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi, tetapi hanya

ketika gejala alam tersebut melanda manusia (kehlilangan jiwa) dan

segala produk budi dayanya (kepemilikan, harta, dan benda), kita baru

dapat menyebutnya sebagai bencana (Khambali, 2017).

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (Definisi

bencana menurut UU RI No.24 Tahun 2007).

9
10

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/Kep/Menko/Kesra,

adalah sebagai berikut, “Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau keduanya yang

mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,

kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum,

serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan

masyarakat.

b. Klasifikasi Bencana Alam

Menurut Khambali (2017), Klasifikasi bencana alam berdasarkan

penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu :

1) Bencana alam geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal

dari dalam bumi (gaya endogen). Termasuk dalam bencana alam

geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

2) Bencana alam Klimatologis

Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang

disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam

klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin putting

beliung, kekeringan dan kebakaran alami hutan (bukan oleh

manusia)

3) Bencana alam ektra-terestrial

Bencana alam ektra-terestrial adalah bencana alam yang

terjadi diluar angkasa, contohnya hantaman/impact meteor. Bila

10
11

hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka

akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk

bumi.

2. Manajemen Bencana Banjir

a. Pengertian Banjir

Banjir merupakan peristiwa terendamnya daratan oleh air yang

jumlahnya terlalu banyak. Pada dasarnya bajir terjadi akibat sungai

tidak mampu menampung debit air yang terlalu banyak sehingga air itu

meluap dan memasuki daratan dan menutupi daratan (Giri, 2017).

b. Penyebab Banjir

Menurut (Giri, 2017), Penyebab banjir sebagian besar

disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Beberapa penyebab banjir

adalah sebagai berikut:

1) Hujan terus-menerus

2) Erosi tanah

3) Saluran air yang tidak dipelihara

4) Kerusakan alam

5) Membuang sampah sembarangan

6) Membangun perkampungan didaerah resapan air.

Biasanya penyebab banjir yang sering terjadi adalah karena

membuang sampah sembarangan dan saluran air yang tidak

terpelihara. Orang yang sering membuang sampah sembarangan

sebenarnya tidak mengerti dampak jangka panjang terhadap

11
12

lingkungan. Apabila terjadi hujan, sampah-sampah yang dibuang

sembarangan itu akan menumpuk di suatu tempat (biasanya di pintu-

pintu air) dan akan menyumbat saluran air. Jika terjadi hujan deras

maka air tidak akan lancar dan bisa membuat air meluap ke daerah-

daerah sekitarnya dan terjadilah banjir. Saluran air yang tidak sering

dirawat juga bisa menyebabkan banjir yang paling banyak. Saluran air

yang tertutup sampah maupun tanah akan menyulitkan air untuk

mengalir. Dan akibatnya akan membuat air mengalir sembarangan di

sekitar daerah-daerah penduduk.

c. Jenis-Jenis Banjir

Menurut (Giri, 2017) asal mulanya, banjir dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1) Banjir Bandang

Banjir bandang adalah banjir yang terjadi akibat meluapnya

air sungai. Banjir bandang ini muncul secara tiba-tiba yang

dikarenakan banyaknya air yang ada disuatu tempat. Banjir

bandang terjadi akibat penjenuhan air yang berada diwilayah

tersebut yang berlangsung secara cepat, sehingga tanah tidak

mampu lagi menyerapnya.

2) Banjir Lumpur

Banjir lumpur adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas

dari dalam perut bumi menuju permukaan bumi. Di Indonesia ada

12
13

banjir lumpur yang terkenal yaitu banjir lumpur Lapindo di

Sidoarjo.

3) Banjir Missoula

Banjir Missoula adalah banjir yang bersifat periodik dan

terjadi di wilayah Amerika Serikat. Banjir ini terjadi pada musim

dingin dan musim semi. Banjir Missoula disebut juga dengan nama

Spokane atau banjir Bretz.

d. Pencegahan dan Penyelamatan Banjir

Menurut (Giri, 2017), untuk menghindari resiko banjir ada

beberapa cara yang akan dapat dilakukan sesuai dengan penyebab yang

ditimbulkan yaitu:

1) Tidak Menggunduli Hutan

Hutan yang ada perlu dilestarikan. Apabila ada keperluan

dengan pohonnya, maka seseorang tersebut harus memiliki

konsekuensi untuk menggantinya. Artinya apabila seseorang

menginginkan pohon jati, maka ia harus menggantinya dengan

bibit pohon jati yang baru untuk ditanam kembali. Sehingga

terdapat pergantian pohon yang akan ditebang atau di konsumsi.

2) Penanaman Kembali Hutan yang sudah gundul

Banyak sekarang baik di daerah pelosok yang hutannya

sudah mulai gundul yang diakibatkan penebangan hutan secara

liar. Hal yang demikian harus diadakan penghijauan kembali hutan

yang sudah gundul tersebut dengan penanaman kembali dengan

13
14

pohon-pohon yang sesuai. Sehingga tidak akan ada lagi hutan yang

gundul.

3) Tidak membuang sampah sembarangan

Sosialisasi membuang sampah pada tempat nya sangat

diperlukan. Hal ini sudah terealisasi ditempat-tempat umum seperti

terminal, bandara, mall, masjid, maupun pasar. Walaupun

demikian masih saja banyak orang yang membuang sampah

sembarangan.

4) Merawat saluran air dengan baik

Bila mengetahui salurah air dirumah kita dipenuhi oleh

sampah, maka segeralah membuangnya ketempat yang sesuai.

Tidak hanya membiarkannya. Dan jangan berfikiran bahwa air bisa

membawa sampah menuju ketempat yang lain.

5) Membuat tempat peresapan air

Membuat tempat peresapan air misalnya membuat taman-

taman kecil disekitar rumah. Kini telah digalakkan taman-taman

kota yang berada di pinggir jalan guna membuat peresapan air.

Hal ini dimaksudkan supaya tatanan kota yang indah dan hijau,

juga untuk menahan laju air ketika hujan dan untuk daerah

peresapan air hujan.

14
15

6) Membuat bangunan didaerah dataran tinggi

Membuat rumah didarah yang tinggi dapat mencegah dari

banjir, Hal ini sesuai dengan hukum IPA yaitu air mengalir dari

tempat tinggi menuju ketempat yang lebih rendah.

Untuk penyelamatan ketika datang bencana banjir adalah sebagai

berikut:

1) Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi.

2) Mematikan semua peralatan listrik yang ada dirumah. Air juga bisa

menjadi isolator bagi listrik.

3) Mengamankan barang-barang berharga.

4) Segera mencari bantuan.

e. Definisi Manajemen Bencana

Menurut M.Arsyad. 2017, Penanggulangan bencana dapat

didefinisikan sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap

darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada

tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.

Penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis,

yang dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan

pengawasan dalam penanggulangan bencana. Proses tersebut juga

melibatkan berbagai macam organisasi yang harus bekerjasama untuk

15
16

melakukan pencegahan. mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat. dan

pemulihan akibat bencana.

Gambar 1. Manajemen Bencana

f. Tahapan Manajemen Bencana

Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana,

dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi bencana

dan terdapat potensi bencana

2) Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat

sedang terjadi bencana.

3) Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi bencana.

Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut,

ada 3 (tiga) manajemen yang dipakai yaitu :

1) Manajemen Risiko Bencana

Adalah pengaturan/manejemen bencana dengan penekanan

pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi risiko saat sebelum

terjadinya bencana. Manajemen risiko ini dilakukan dalam bentuk :

16
17

a) Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau

mengurangi ancaman bencana.

b) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran

dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

c) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta

melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk manajemen darurat,

namun letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga terdapat

peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang

kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh

lembaga yang berwenang.

2) Manajemen Kedaruratan

Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan

penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan

korban serta penanganan pengungsi saat terjadinya bencana dengan

fase nya yaitu : Tanggap darurat bencana adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana

untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

17
18

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

3) Manajemen Pemulihan

Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan

penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara

terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah

terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :

a) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang

memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama

untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca

bencana.

b) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana

dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik

pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran

utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,

sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan

bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek

kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

18
19

g. Prinsip Penanggulangan Bencana

Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana Nasional berdasarkan

UU No. 24 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

1) Cepat dan Akurat – yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan

tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus

dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan

keadaan.

2) Prioritas – yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa

apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat

prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa

manusia.

3) Koordinasi – yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah

bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang

baik dan saling mendukung.

4) Keterpaduan – yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan”

adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai

sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik

dan saling mendukung.

5) Berdaya Guna – yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna”

adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan

dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

6) Berhasil Guna – yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna”

adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil

19
20

guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan

tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

7) Transparansi - yang dimaksud dengan “prinsip transparansi”

adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka

dan dapat dipertanggungjawabkan.

8) Akuntabilitas – yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”

adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka

dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

9) Kemitraan - Cukup jelas.

10) Pemberdayaan – Cukup jelas.

11) Nondiskriminasi – yang dimaksud dengan “prinsip

nondiskriminasi” adalah bahwa negara dalam penanggulangan

bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis

kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.

12) Nonproletisi – yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa

dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan

darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan

pelayanan darurat bencana.

h. Kebijakan Penanganan Krisis Kesehatan

Kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, maka

penanganannya perlu diatur dalam bentuk kebijakan sebagai berikut:

1) Setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan

sesegera mungkin secara maksimal dan manusiawi;

20
21

2) Prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat

darurat medik terhadap korban luka dan identifikasi korban mati di

sarana kesehatan;

3) Pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitas-fasilitas

kesehatan pada masa tanggap darurat harus tetap terlaksana secara

optimal;

4) Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan secara

berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat

dan dapat dibantu oleh masyarakat nasional dan internasional,

lembaga donor, maupun bantuan negara sahabat;

5) Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri mengikuti

ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan dan Kementerian atau lembaga terkait;

6) Penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan

kesehatan pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan

setempat selaku anggota BPBD;

7) Monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan

krisis kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan.

3. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana

a. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana

Menurut Widya (2019) Kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian

21
22

apakah yang tepat guna dan berdaya guna (Achora &

Kamanyire,2016). Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak

negatif dari bencana. kesiapsiagaan bencana merupakan proses dari

penilaian, perencanaan dan pelatihan untuk mempersiapkan sebuah

rencana tindakan yang terkoordinasi dengan baik. Siagaan bencana

mencakup langkah-langkah untuk memprediksi, mencegah dan

merespon terhadap bencana. koordinasi lintas sektoral diperlukan

untuk mencapai tujuan-tujuan berikut seperti yang disebutkan oleh

BNPB, 2018 bahwa ruang lingkup kesiapsiagaan dikelompokkan

kedalam 4 parameter yaitu pengetahuan dan sikap Anda, perencanaan

kedaruratan, sistem peringatan, dan mobilisasi sumber daya.

Pengetahuan lebih banyak untuk mengukur pengetahuan dasar

mengenai bencana alam seperti ciri-ciri, gejala dan penyebabnya.

Perencanaan kedaruratan ini tindakan apa yang telah dipersiapkan

menghadapi bencana alam. Nathan adalah Usaha apa yang terdapat di

pemerintah atau masyarakat dalam mencegah terjadinya korban akibat

bencana dengan cara tanda-tanda peringatan yang ada. Sedangkan

mobilisasi sumberdaya lebih kepada potensi dan peningkatan sumber

daya di pemerintah atau masyarakat Seperti keterampilan-keterampilan

yang diikuti, dana dan lainnya.

Menurut Chetry et al, (2013) dilaksanakan untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban

jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya apa kehidupan masyarakat.

22
23

upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi

akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Pengaktifan posko siaga bencana dengan segenap unsur

pendukungnya

2) Pelatihan siaga atau simulasi atau gladi atau teknis bagi setiap

sektor, penanggulangan bencana (, sosial, kesehatan, prasarana dan

pekerjaan umum)

3) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

4) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumber daya atau logistik

5) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu

guna mendukung tugas kebencanaan

6) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini

7) Penyusunan rencana kontingensi

8) Mobilisasi sumber daya ( personil prasarana atau sarana peralatan)

Kesiapsiagaan mutlak diperlukan seluruh komponen masyarakat

untuk menangani bencana. menurut marlyono dan Nandi (2018)

bahwa sikap kesiapsiagaan sangat mempengaruhi seseorang dalam

respon bencana yang selama ini faktanya masih sangat kurang. Oleh

karena itu diperlukan pembentukan karakter ke tiap-tiap Azmi pada

mahasiswa melalui pendidikan bencana. penerapan media tabletop

disaster exerci se (TDE) secara efektif dapat meningkatkan

kesiapsiagaan mahasiswa seiring dengan pemberian simulasi

menggunakan media tersebut (Addiarti dan Yunita,2019).

23
24

b. Kesadaran Terhadap Bencana

Kesadaran diri merupakan sikap dari masing-masing individu

dalam masyarakat untuk sadar terhadap bencana, sehingga mampu

berkontribusi terhadap manajemen bencana (Gerdan,2014). Kesadaran

diri dari masing-masing masyarakat ini sangat penting untuk

keberlangsungan penatalaksanaan bencana secara keseluruhan.

kesadaran yang tinggi dari masyarakat akan memberikan dampak

positif pada beberapa fase dari program mitigasi, preparedness,

respon dan rehabilitasi. kesadaran diri lebih lanjut menurut Pajoh dan

Anis 2014 dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Faktor Income Atau Pendapatan

Seseorang dengan pendapatan tinggi akan memiliki

kesadaran terhadap bencana lebih tinggi dibandingkan dengan

orang yang dengan pendapatan rendah.

2) Faktor Ras Atau Suku

Suku terutama yang berkaitan dengan area rawan bencana

akan lebih peka dan sadar akan potensi bencana yang akan

berpotensi menimpanya.

3) Gender Atau Jenis Kelamin

Laki-laki terutama memiliki kesadaran yang lebih tinggi

daripada perempuan dalam hal bencana.

24
25

4) Kepemilikan

Orang yang memiliki rumah atau lahan dengan kepemilikan

sendiri akan lebih waspada dan sadar akan bahaya bencana yang

mengancam kehidupannya.

5) Usia

Semakin dewasa Usia seseorang juga semakin meningkat

kesadaran diri dalam menghadapi bencana yang terjadi.

6) Pendidikan

Pendidikan tinggi terutama akan mempengaruhi pola pikir

seseorang untuk sadar secara Dini dalam menanggapi bencana

yang terjadi.

7) Pengalaman

4. Pengetahuan

a. Pengetian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan yaitu:

1) Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang

terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu

tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi

25
26

tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu

pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology)

mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang

bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian

detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element)

mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan

informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

2) Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara

unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya

berfungsi bersama - sama. Pengetahuan konseptual mencakup

skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun

eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu

pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang

prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan

sruktur.

3) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik

yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan

prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti

dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

26
27

4) Pengetahuan Metakognitif

Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan

pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang

metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan

perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya

dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa

mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

b. Tingkat pengetahuan menurut Notoadmodjo, yaitu :

1) Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori

jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat”

bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya

selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan

bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini

mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing)

dan mengingat (recalling).

2) Memahami (Understand)

Mengkonstruki makna atau pengertian berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru

dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan

pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka

pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori

27
28

memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan

(interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),

menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan

menjelaskan (explaining).

3) Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan

masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti

bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.

Kategori inimencakup dua macam proses kognitif: menjalankan

(executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4) Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur

unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar

unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses

kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan

(differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan

pesan tersirat (attributting).

5) Mengevaluasi

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam

kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

28
29

6) Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk

kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam

kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan

(planning), dan memproduksi (producing).

c. Kategori Pengetahuan Menurut Notoadmodjo

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran

pengetahuan penulis menggunakan pengkategorian menurut

Machfoedz (2009), yaitu :

1) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari

seluruh pernyataan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari

seluruh pernyataan

3) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari

sesluruh pertanyaan.

5. Sikap (Attitude)

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersbeut. Sikap

29
30

secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons Pengukuran

sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui

pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak

langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan

pendapat responden.

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Gerungan

(2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang

tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak

mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau

mengalami sendiri suatu objek.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan, yaitu:

1) Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

30
31

4) Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap

yang paling tinggi.

b. Hasil pengukuran sikap:

Sikap dalam penerapannya dapat diukur dalam beberapa cara.

Secara garis besar pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 cara

menurut Sunaryo (2013), yaitu:

1) Pengukuran secara langsung

Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara subjek

langsung diamati tentang bagaimana sikapnya terhadap sesuatu

masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Jenis-jenis pengukuran

sikap secara langsung meliputi:

a) Cara pengukuran langsung berstruktur

Cara pengukuran langsung berstruktur dilakukan dengan

mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun

sedemikian rupa dalam suatu instrumen yang telah ditentukan,

dan langsung diberikan kepada subjek yang diteliti. Instrumen

pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan skala

Bogardus, Thurston, dan Likert. Disini peneliti melakukan

pengukuran sikap menggunakan skala Likert dikenal dengan

teknik “Summated ratings”. Responden diberikan pernyataan

dengan kategori jawaban yang telah dituliskan dan umumnya

terdiri dari 1 hingga 4 kategori jawaban. Jawaban yang disediakan

31
32

adalah sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak

setuju (1). Nilai 4 adalah hal yang favorable (menyenangkan) dan

nilai 1 adalah unfavorable (tidak menyenangkan).

b) Cara pengukuran langsung tidak berstruktur

Cara pengukuran langsung tidak berstruktur merupakan

pengukuran sikap yang sederhana dan tidak memerlukan persiapan

yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara

bebas atau free interview dan pengamatan langsung atau survey.

2) Pengukuran secara tidak langsung

Pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran sikap

dengan menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang banyak

digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E.

Osgood.

3) Skala likert

Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain, masing-

masing responden diminta melakukan agreement atau

disegreementnya untuk masing-masing item yang dalam skalanya

terdiri dari 4 point (Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju Dan Sangat

Tidak Setuju).

Pada pertanyaan positif jika responden menjawab sangat setuju

diberi skor 4, jika setuju diberi skor 3, jika tidak setuju diberi skor 2,

dan jika sangat tidak setuju diberi skor 1, sedangkan pada pertanyaan

negative, jika responden menjawab sangat setuju diberi skor 1, jika

32
33

setuju diberi skor 2, jika tidak setuju diberi skor 3, dan jika sangat

tidak setuju diberi skor 4. Pada pertanyaan tertinggi adalah 10 dan

skor terendah 0, skala pengukuran yang digunakan adalah skala

ordinal dengan kategori :

a) Sikap tidak mendukung (Skor < Median)

b) Sikap mendukung (Skor > Median)

6. Hubungan Pengetahuan Bidan Terhadap Kesiapsiagaan Bidan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir

Menurut Nuraini, 2019, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar pegawai RSU PKU Muhammadiyah Bantul masih

memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku kesiapsiagaan bencana yang

masih rendah. Hal ini menyebabkan ketidaksiapan pegawai rumah sakit

dalam menghadapi bencana, sehingga saat bencana terjadi akan

meningkatkan risiko korban jiwa. Terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku kesiapsiagaan pegawai dalam mengahadapi bencana di

RSU PKU Muhammadiyah bantul. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana

yang tinggi akan mendorong pegawai berperilaku ke siapsiagaan bencana

yang baik..

Menurut Ismail,Nizam et al, 2015, menjelaskan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan

menghadapi risiko bencana banjir di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie

Jaya.

33
34

Menurut Indri et al, 2020 menjelaskan, Hasil penelitian

menampilkan bahwa memiliki pengetahuan baik dan memiliki

pengetahuan yang kurang baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Berhanu, Abrha, Ejigu, dan Woldemichael (2016)

menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir yang memiliki pengetahuan baik.

7. Hubungan Sikap Bidan Terhadap Kesiapsiagaan Bidan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir

Menurut Nuraini 2019, menjelaskan tidak terdapat hubungan antara

sikap dengan perilaku kesiapsiagaan pegawai dalam menghadapi bencana

di RSU PKU Muhammadiyah bantul. Sikap kesiapsiagaan bencana tidak

dapat menjadi acuan/patokan pegawai berperilaku kesiapsiagaan bencana

yang baik

Menurut Ismail, Nizam et al, 2015, menjelaskan terdapat hubungan

yang signifikan antara sikap tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan

menghadapi risiko bencana banjir di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie

Jaya.

Menurut Indri et al, 2020 menejelaskan hasil penelitian

menampilkan bahwa memiliki sikap baik dan memiliki sikap yang kurang

baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Husna (2012), dimana perawat yang memiliki sikap baik terhadap

kesiapsiagaan bencana.

34
35

B. Kerangka Konsep

Sikap
Kesiapsiagaan
Bidan
Pengetahuan

Bagan 1.
Kerangka Konsep

35
36

C. Definisi Operasional

Tabel 1.
Definisi Operasional

Definisi Alat Cara Hasil


No Variabel Ukur Skala
operasional Ukur Ukur
Dependen
Kesiapsiagaan Serangkaian Kuesioner Mengisi Ordinal 0: Tidak Siap
1 Bidan kegiatan untuk kuesioner (Jika Nilai 4-11)
mengantisipasi 1: Siap ((Jika
bencana melalui Nilai 12-20)
pengorganisasian
apakah yang tepat
guna dan berdaya
guna

Independen

2 Pengetahuan Hasil tahu Bidan Kuisoner Mengisi Ordinal 0: Kurang :


tentang penyebab kuesioner ≤ 56% (Jawaban
banjir, dampak benar1- 4)
banjir, gejala 1 : Cukup : 57% -
banjir, pencegahan 75% (Jawaban
banjir dan benar 5-7)
penyelamatan 2 : Baik : 76% -
banjir 100% (Jawaban
Benar 8-10)

3 Sikap Cara menempatkan Kuisioner Mengisi Ordinal 0 : Unfavorable


atau membawa kuesioner jika ≤ median
diri, merasakan, 1 : Favorable
jalan pikiran dan jika > median
perilaku tenaga
kesehatan dalam
penanggulangan
bencana

36
37

D. Hipotesis

a. Ha1 : Tidak Ada hubungan antara pengetahuan Bidan dengan

Kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana Banjir Di wilayah kerja

Puskesmas sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu

Tahun 2020.

b. H02 : Ada hubungan antara Sikap Bidan dengan Kesiapsiagaan dalam

menghadapi Bencana Banjir Di wilayah kerja Puskesmas sukamerindu

dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu Tahun 2020.

37
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu

dan Puskesmas Beringin Raya yang akan dilakukan pada bulan 2 Juni 2021- 15

Juni 2021.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

secara kuantitatif dengan menggunakan desain cross-sectional yang pengukuran

variabelnya dilakukan pada satu waktu dan bertujuan untuk menyatakan korelasi

antara variabel independen (Sikap dan Pengetahuan) dengan variabel dependen

(Kesiapsiagaan Bidan) pada waktu yang bersamaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan di Wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu sebanyak 30

Bidan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 30 Bidan.


38

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui laporan dan register

pada Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

sebagai penunjang suatu pelengkap.

2. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpukan dan diolah sendiri oleh

peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian. Data primer dalam

penelitian ini diperoleh langsung melalui kegiatan survei, observasi,

wawancara, kuesioner/angket untuk mengetahui pengetahuan dan sikap Bidan

dalam kesiapsiagaan menghadapi Banjir di wilayah kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu Tahun 2020.

E. Teknik Pengolahan Data

Sofian S (2017), menyatakan data yang terkumpul diolah dengan sistem

komputerisasi melalui beberapa tahap:

1. Editing

Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah

berhasil dikumpulkan dari laoangan, karena ada kemungkinan data yang

telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan

dilakukan Editing adalah untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan

kekurangan data yang terdapat pada catatan dilapangan. Pada kesempatan

ini, kesalahan data dapat diperbaiki dan kekurangan data dilengkapi dengan

mengulangi pengumpulan data atau dengan cara penyisipan data

(interpolasi).
39

2. Codeting

Coodeting adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data

yang termasuk kategori yang sama.Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka-angka atau huruf-huruf untuk membedakan antara data atau

identitas data yang akan dianalisis. Pemberian kode terhadap data bertujuan

untuk mempermudah proses pengolahan data yang dikelompokkan sesuai

tujuan penelitian. Adapun koding dalam penelitian ini yaitu pada variabel

pelaksanaan pengetahuan Dikategorikan menjadi Jawaban Benar atau Salah.

Variabel Sikap dikategorikan SS = Sangat Setuju, S= Setuju, KS= Kurang

Setuju, TS= Tidak Setuju dan STS= Sangat Tidak Setuju.

3. Tabulating Data

Mengeluarkan informasi data sesuai dengan tujuan penelitian, yang dapat

disajikan dalam bentuk tabel. Sebelumnya mengeluarkan informasi khusus

(tabel khusus) hasil pengumpulan data sesuai dengan instrumen penelitian,

ada baiknya ditampilkan juga dalam bentuk tabel induk (master tabel)

4. Cleaning

Pembersihan data yaitu kegiatan memeriksa kembali data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan bahwa data telah bersih

dari kesalahan baik pada waktu pemberian kode maupun pembersihan skor

data. Peneliti memeriksa apakah ada data yang tidak tepat yang masuk ke

dalam program komputer. Setelah peneliti yakin bahwa semua data telah

dibersihkan maka dilanjutkan dengan analisa data.

5. Entry
40

Entry dilakukan untuk memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana.

6. Concluding (Kesimpulan)

Serangkaian langkah terakhir dalam proses pengolahan data. Kesimpulan

inilah yang nantinya akan menjadi sebuah data terkait dengan objek

penelitian peneliti.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam

analisa ditampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis univariat untuk

melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen dan

independen.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen secara bersamaan

dengan menggunakan analisa statistic chi - square (x2), dengan derajat

kemaknaan (α) 5%, dan tingkat signifikan 95% sedangkan untuk mengetahui

keeratan hubungan antar variabel menggunakan uji contingency coefficient

(C).
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

a. Data Geografis

UPTD Puskesmas Sukamerindu mempubyai lingkungan

daerahnya agak berbukit-bukit, sedangkan dibagian barat adalah

lingkungan pesisir pantai.

Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Sukamerindu adalah

sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Dusun Besar.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Gading Permai.

3) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia.

4) Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Semarang.

Luas wilayah UPTD Puskesmas Sukamerindu yaitu 2,1 Km,

beriklim tropis dengan suhu rata-rata udara 28ᵒC pada musim hujan, dan

33ᵒC pada musim kemarau keadaan tanahnya sebagian besar berupa

dataran rendah, dibeberapa tempat terdapat rawa dan sedikit berbukit-

bukit. Seluruh wilayah kerja sudah dapat dilalui kendaraan roda dua dan

maupun roda empat, sarana jalan yang ada sudah 100% dicapai.

Puskesmas Perawatan Beringin Raya merupakan Puskesmas induk

yang berada dalam wilayah Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Muara

Bangkahulu Kota Bengkulu. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja

41
42

Puskesmas Beringin Raya tahun 2019 sebanyak 20.225 jiwa dengan

rincian penduduk laki-laku sebanyak 10.46 jiwa dan perempuan sebayak

9.760 jiwa dan sebagian besar agama islam, suku serawai serta

pekerjaan penduduk adalah petani dan swasta.

Puskesmas Perawatan Beringin Raya mempunyai luas wilayah

862,3 Km² yang meliputi empat kelurahan dalam wilayah kerjanya yaitu

1) Kelurahan Beringin Raya (131,6 Km²)

2) Kelurahan Kandang Limun (22,7 Km²)

3) Kelurahan Rawa Makmur (150 Km²)

4) Kelurahan Rawa Makmur Permai (158²)

Puskesmas Perawatan Beringin Raya memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan pondok kelapa Bengkulu

tengah.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan kampung kelawi

kecamatan sungau serut.

3) Sebelah timur berbatasan dengan keluruhan pematang gubernur

kecamatan muara Bangkahulu

4) Sebelah barat berbatasan dengan samudara Indonesia sebagian besar

merupakan dataran rendah.


43

b. Data Demografis

UPTD Puskesmas Sukamerindu merupakan Puskesmas yang

berada di wilayah Kota Bengkulu. Hal ini ditunjang dengan bangunan

yang dimiliki Puskesmas Sukamerindu berlantai 2 dengan fasilitas yang

cukup memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Puskesmas mempunyai beberapa ruangan dalam menunjang

pelayanan yaitu Ruang Poli Umum, Ruang Poli Balita, Ruang Poli Gigi,

Ruang Poli KIA/KB. Ruang Poli TB DOTS. Ruang Poli Imunisasi,

Ruang Poli Gizi dan Laktasi, Ruang Klinik Sanitasi, Ruang

Laboratorium, Ruang Apotik dan Gudang Obat, Ruang Pendaftaran,

Ruang Tunggu setiap lantainya, Ruang Aula, Ruang Kepala UPTD,

Ruang Tata Usaha, Gudang, WC, Halaman Parkir, Sarana Audio Visual,

Satu unit ambulan dan empat kendaraan roda dua (motor).

Puskesmas Sukamerindu juga mempunyai sumber daya manusia

yang sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pelayanan. Sumber

daya yang tersedia di UPTD Pusekesmas Sukamerindu.

Puskesmas Perawatan Beringin Raya merupakan Puskesmas yang

fasilitasnya sudah cukup memadai seperti Ruang UGD, Ruang Rawat

Inap, Rotgen, Ruang pemeriksaan ibu hamil dan konseling inisiasi

menyusui dini dilakukan di ruang KIA, ada 1 mobil ambulans keliling,

memiliki 2 puskesmas pembantu, 10 posyandu, 10 posbindu, 13 praktek

bidan swata, 2 praktek dokter swasta, 4 pos KB desa, dan 5 apotek yang

masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Beringin raya. Kondisi jalan di


44

wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya sudah bagus sehingga sangat

mudah untuk dijangkau oleh masyarakat dengan menggunakan

kendaraan seperti mobil, motor dan kendaraan lainnya.

2. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juni sampai dengan 2 Juli

2021, sesuai dengan rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Bengkulu dengan nomor 070/256/B.Kesbangpol/2021, penelitian ini

telah memperoleh izin dari dinas kesehatan nomor 070/623/D.Kes/2021.

Serta mendapatkan izin dari Pusekesmas Sukamerindu dengan nomor,

445/23/TU-UP/PKM/-SKM/VI/2021 dan izin dari Puskesmas Beringin

Raya dengan nomor 800/184/PKM-BRY/VI/2021.

Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu dan yang

menjadi sampel dari penelitian ini adalah teknik sampel menggunakan Total

Sampling yaitu mengambil kasus atau responden secara keseluruhan dimana

seluruh populasi akan dijadikan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian

adalah Bidan yang bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan

Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu diambil secara kebetulan ada

pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu sebanyak 30 Bidan.

Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah yang pertama

peneliti memberikan surat rekomendasi penelitian dari Dinas Kesehatan

Kota Bengkulu pada tanggal 9 Juni di Puskesmas Sukamerindu dan di

Puskesmas Beringin Raya, tahap selanjutnya peneliti pada tanggal 10 Juni

peneliti menyebarkan kuesioner kepada Bidan yang bekerja di Pusekesmas

Sukamerindu sebanyal 11 Bidan. Selanjutnya peneliti melakukan Penelitian


45

di Puskesmas Beringin raya pada tanggal 11 Juli 2021, peneliti pada saat itu

membagikan ke 5 Bidan karena Bidan yang lain sedang ada kegiatan. Pada

tanggal 12 Juli 2021 Peneliti membagikan kembali kuesioner kepada 5

Bidan yang bisa di temui. Pada tanggal 13 Juli 2021 peneliti berhasil

membagikan kuesioner pada 6 Bidan. Pada tanggal 14 Juli 2021 peneliti

membagikan kuesioner ke 3 Bidan yang ada di Pusekesmas Beringin Raya.

Maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 30 Bidan sampel maka peneliti

melakukan pengolahan data dengan cara mengedit data yang telah ada

menggunakan langkah-langkah Editing yaitu melihat apakah isi data pada

lembar cek list yang akan diolah tersebut tersedia lengkap dan apakah sudah

relevan dengan tujuan penelitian. Coding yaitu pemberian code pada lembar

cek list yang telah di edit yang digunakan pada pengetahuan. Tabulating

yaitu mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah ditentukan ke

dalam master tabel. Entry yaitu memasukkan data yang sudah dilakukan

editing dan coding tersebut ke dalam computer Cleaning yaitu untuk

memastikan apakah semua data sudah siap untuk di analisa, data ini di olah

dengan menggunakan komputerisasi.

Desain dalam penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan

pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas

dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi

Bencana Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas

Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020. Pengumpulan data dilakukan

dengan mengambil langsung Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan


46

Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota

Bengkulu Tahun 2020 mengunakan lembar ceklist.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka

dilakukan deskripsi data hasil penelitian yang akan di sajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Bidan Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Banjir di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota

Bengkulu Tahun 2020

3. Analisis Univariat

Untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel

independen (Sikap dan Pengetahuan) dan variabel dependen (kseiapsiagaan

bidan) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Pusekesmas Beringin

Raya Kota Bengkulu.

a. Gambaran Distribusi Kesiapsiagaan Bidan di Wilayah Kerja


Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota
Bengkulu
Tabel 2
Gambaran Distribusi Kesiapsiagaan Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukameridu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu
No Kesiapsiagaan Bidan Frekuensi Persen
1 Tidak Siap 7 23.3
2 Siap 23 76.7
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 30 Bidan di

wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya

terdapat terdapat 7 Bidan (23.3%) tidak siap, 23 Bidan (76,7%) siap.


47

b. Gambaran Distribusi Pengetahuan Bidan di Wilayah Kerja


Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota
Bengkulu
Tabel 3
Gambaran Distribusi Pengetahuan Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

No Pengetahuan Bidan Frekuensi Persentase (%)


1. Kurang 0 0
2. Cukup 7 23.3
3. Baik 23 76.7
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 30 Bidan di

wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya

terdapat terdapat 7 Bidan (23,3%) dengan pengetahuan cukup dan 23

Bidan (76,7%) dengan pengetahuan baik.

c. Gambaran Distribusi Sikap Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas


Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tabel 4
Gambaran Distribusi Sikap Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

No Sikap Bidan Frekuensi Persentase (%)


1. Unfavorable 8 26.7
2. Favorable 22 73.3
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 30 Bidan di

wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya

terdapat terdapat 8 Bidan (26,7%) dengan sikap unfavorable dan 22 Bidan

(73,3%) dengan sikap favorable.


48

4. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan dengan

variabel independent dan variabel dependent. Dalam penelitian ini

digunakan uji analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-square.

Untuk melihat keeratan hubungan digunakan uji contingency coefficient (C).

a. Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam


Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tabel 4
Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam
Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Kesiapsiagaan Bidan
Pengetahuan Tidak Siap Total 2
X ρ
Bidan Siap
F % F % F %
Kurang 0 0% 0 0% 0 0
Cukup 3 42.9% 4 54.1% 7 100.0
1.964 0.306
Baik 4 17,4% 19 82.6% 23 100.0
Total 7 23.3% 23 76.6% 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 7 Bidan dengan

pengetahuan cukup terdapat 3 Bidan tidak siap dan 4 Bidan siap

menghadapi bencana banjir, sedangkan dari 23 Bidan dengan pengetahuan

baik terdapat 4 Bidan tidak siap dan 19 Bidan siap menghadapi bencana

banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin

raya Kota Bengkulu Tahun 2020.

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan bidan dengan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu


49

Tahun 2020 digunakan uji Chi-Square (Fisher’s Exact Test). Hasil uji

Fisher’s Exact Test didapat nilai exact.sig (p)=0,306. Karena nilai p>0,05

maka tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan dengan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu.

b. Hubungan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam


Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tabel 4
Hubungan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi
Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan
Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Kesiapsiagaan Bidan
Sikap Tidak Siap Total 2
X ρ C
Bidan Siap
F % F % F %
Unfavorable 5 62.5% 3 37.5% 8 100.0
favorable 2 9.1% 20 90.9% 22 100.0 9.355 0.007 0.488
Total 7 23.3% 23 76.7% 30 100.0

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat tabulasi silang antara

hubungan sikap bidan dengan kesiapsiagaan bidan dalam menghadapi

bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas sukamerindu dan Puskesmas

beringin raya kota bengkulu. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa

dari 8 Bidan dengan sikap unfavorable terdapat 5 Bidan tidak siap dan 3

Bidan siap menghadapi bencana banjir, sedangkan dari 22 Bidan dengan

sikap favorable terdapat 2 Bidan tidak siap dan 20 Bidan siap menghadapi

bencana banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas

Beringin raya Kota Bengkulu Tahun 2020.


50

Untuk mengetahui hubungan antara sikap bidan dengan kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020 digunakan uji Chi-

Square (Fisher’s Exact Test). Hasil uji Fisher’s Exact Test didapat nilai

exact.sig (p)=0,007. Karena nilai p<0,05 maka ada hubungan yang signifikan

antara sikap bidan dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota

Bengkulu.

Keeratan hubungan antara sikap bidan dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan

Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu Tahun 2020 dilihat dari nilai

Contingency Coefficient (C). Nilai C didapat sebesar 0,488 dengan nilai

Cmax =0,707. Karena nilai C/C_max =0,488/0,707=0,690 berada antara 0,6-

0,8 maka hubungan tersebut dikatakan kategori erat.

B. Pembahasan

1. Gambaran Distribusi Frekuensi kesiapsiagaan bidan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Beringin Raya Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa dari 30 Bidan di wilayah

kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya terdapat

terdapat 7 Bidan (23.3%) tidak siap, 23 Bidan (76,7%) siap..

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian apakah yang tepat guna dan berdaya guna,

tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif dari bencana (Widya,

2019).
51

Hasil penelitian tersebut baiknya kesiapsiagaan Bidan adalah

Pengetahuan lebih banyak untuk mengukur pengetahuan dasar mengenai

bencana alam seperti ciri-ciri, gejala dan penyebabnya. Perencanaan

kedaruratan ini tindakan apa yang telah dipersiapkan menghadapi bencana

alam.

Ristrini et al (2011) Dalam Novria (2019), menjelaskan

kesiapsiagaan merupakan tahapan yang penting dalam penanggulangan

bencana yang harus diantisipasi oleh unsur pemerintah, swasta maupun

masyarakat, kesiapsiagaan tersebut bisa dalam bentuk pengembangan

peraturan, penyiapan program, pendanaan dan pengembangan jejaring

lembaga atau organisasi siaga bencana.

Perawat dan bidan dapat memainkan peran penting dalam

pengurangan risiko darurat, kesiapsiagaan dan tanggapan. Perawat dan

bidan merupakan kelompok terbesar tenaga kesehatan di sebagian besar

negara dan sudah terpapar dengan perawatan klinis, manajemen dan

komunikasi. Perawat dan bidan bekerja erat dengan kelompok kurang

beruntung dan rentan yang paling sering terkena dampak terjadinya

keadaan darurat dan bencana.

2. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Beringin Raya Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa dari 30 Bidan terdapat 7

Bidan (23,3%) dengan pengetahuan cukup dan 23 Bidan (76,7%) dengan

pengetahuan baik.
52

Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi seseorang melakukan

tindakan, pengetahuan dapat diperoleh dari hal yang bersifat formal

misalnya pendidikan, seminar, pelatihan sedangkan non formal dapat

diperoleh seseorang dari orang lain, media cetak maupun elektonik. Di era

modern ini semua orang dapat mengakses informasi atau pengetahuan

dengan sangat mudah melalui internet (Novria,2019).

Menurut Direja & Wulan (2019) Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tenaga kesehatan yang

mempunyai pengetahuan baik lebih siap menghadapi bencana gempabumi

dan tsunami, begitupun sebaliknya tenaga kesehatan yang mempunyai

pengetahuan kurang mereka pada umumnya tidak siap menghadapi

bencana gempabumi dan tsunami, artinya pengetahuan tenaga kesehatan

akan menentukan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempabumi

dan tsunami.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan

indera penglihatan (mata). Pengetahuan adalah ranah kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour) Direja & Wulan (2019).


53

3. Gambaran Distribusi Frekuensi Sikap Bidan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Beringin Raya Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa dari 30 Bidan terdapat 8

Bidan (26,7%) dengan sikap unfavorable dan 22 Bidan (73,3%) dengan

sikap favorable.

Banyak respoden yang memiliki sikap positif tentang kesiapsiagaan

menghadapi bencana dikarenakan rasa tanggung jawab dan kepedulian

yang sangat tinggi terhadap pasien ataupun masyarakat yang terkena

bencana. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden melalui kuesioner

dimana responden bersedia terlibat dan menjadi tim jika terjadi bencana

dan bersedia bekerja di luar jam rutin. Meskipun tingkat pengetahuan yang

didapatkan masih banyak yang rendah sedangkan sikap mereka merespon

dengan baik hal ini dikarenakan mereka juga menyadari akan profesi

mereka sebagai pemberi pelayanan kesehatan baik didalam kondisi normal

maupun saat terjadi bencana (Novria 2019).

Sikap merupakan respon atau reaksi tertutup dari seseorang yang

ditunjukan dengan adanya kesesuaian terhadap suatu stimulus atau objek

yang dalam kehidupan sehari-hari, dimana reaksinya bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi

merupakan predisposisisi tindakan suatu perilaku, jadi sikap merupakan

kesiapan untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Novria,2019)


54

4. Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat tabulasi silang antara

Hubungan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi

Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas

Beringin Raya Kota Bengkulu.

Hasil penelitian yang dilakukan pada Bidan 7 Bidan dengan

pengetahuan cukup terdapat 3 Bidan tidak siap dan 4 Bidan siap

menghadapi banjir. 3 Bidan yang tidak siap dalam menghadapi banjir

tersebut karena kurang pengetahuan seputaran kebencanaan dan belum

pernah mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana. Sedangkan dari 7 Bidan

yang pengetahuannya cukup ada 4 bidan yang siap dalam menghadapi

bencana, karena sudah pernah ikut pelatihan kesiapsiagaan bencana.

Meskipun tingkat pengetahuan yang didapatkan ada yang rendah

sedangkan sikap mereka merespon dengan baik hal ini dikarenakan mereka

juga menyadari akan profesi mereka sebagai pemberi pelayanan kesehatan

baik didalam kondisi normal maupun saat terjadi bencana. Hasil penelitian

ini masih ditemukan responden dengan pengetahuan yang rendah tentang

kesiapsiagaan bencana.

Hasil penelitian yang dilakukan pada Bidan dari 23 Bidan dengan

pengetahuan baik terdapat 4 Bidan tidak siap dan 19 Bidan siap

menghadapi bencana banjir. Dari 23 Bidan yang berpengetahuan baik


55

terdapat 4 Bidan yang tidak siap dalam menghadapi bencana karena faktor

umur dari bidan tersebut, kemudian belum pernah mengikuti pelatihan

kesiapsiagaan, kurangnya pengadaan serta partisipasi dalam pelatihan

terkait kesiapsiagaan bencana serta pengalaman. Dari ke 4 Bidan tersebut

yaitu responden 11 dan 16 alasannya karena belum pernah mengikuti

pelatihan siaga bencana. Responden 15 dan 26 alasannya karena umur dan

belum pernah mengikuti pelatihan siaga bencana.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan terori Menurut Ismail,

Nizam et al, 2015, menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi risiko

bencana banjir di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya.

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan bidan dengan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu

Tahun 2020 digunakan uji Chi-Square (Fisher’s Exact Test). Hasil uji

Fisher’s Exact Test didapat nilai exact.sig (p)=0,306. Karena nilai p>0,05

maka tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan bidan dengan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu.

Hasil ini tidak sejalan dengan teori menurut Indri et al, 2020

menjelaskan, Hasil penelitian menampilkan bahwa memiliki pengetahuan

baik dan memiliki pengetahuan yang kurang baik. Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Berhanu, Abrha, Ejigu, dan Woldemichael


56

(2016) menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan

menghadapi bencana banjir yang memiliki pengetahuan baik.

5. Hubungan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam

Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukamerindu Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat tabulasi silang antara

Hubungan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi

Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Dan Puskesmas

Beringin Raya Kota Bengkulu.

Hasil penelitian yang dilakukan pada Bidan 8 Bidan dengan Sikap

Unfavorable terdapat 5 Bidan tidak siap dan 3 Bidan siap menghadapi

bencana banjir. Dari 8 Bidan dengan sikap Unfavorable terdapat 3 Bidan

siap menghadapi bencana banjir, karena sudah ada pengalaman serta sudah

pernah ikut pelatihan kebencanaan. Responden 7, Responden 17 dan

Responden 20 adalah responden yang sikap Unfavorable tetapi siap dalam

menghadapi bencana. Alasannya yaitu responden 7 pernah mengikuti

pelatihan PPGDON, Responden 17 walaupun sering ikut serta dalam

membantu penanganan banjir di wilayah tersebut dan responden 20 yaitu

pernah bergabung dalam tim siaga bencana dalam penganganan bencana

banjir.

Hasil penelitian yang dilakukan pada Bidan dari 22 Bidan dengan

sikap favorable terdapat 2 Bidan tidak siap dan 20 Bidan siap. Dari 22

Bidan dengan sikap favorable terdapat 2 Bidan yang tidak siap yaitu
57

Responden 10 dan Responden 21 karena Umur serta Bidan tersebut belum

ada pengalaman dalam kebencanaan dan belum pernah ikut pelatihan

kesiapsiagaan bencana.

Hasil uji Fisher’s Exact Test didapat nilai exact.sig (p)=0,007.

Karena nilai p<0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara sikap bidan

dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Menurut Ismail, Nizam et al, 2015,

menjelaskan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap tenaga

kesehatan terhadap kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana banjir di

Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya.

Keeratan hubungan antara sikap bidan dengan kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan

Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu Tahun 2020 dilihat dari nilai

Contingency Coefficient (C). Nilai C didapat sebesar 0,488 dengan nilai

Cmax =0,707. Karena nilai C/C_max =0,488/0,707=0,690 berada antara

0,6-0,8 maka hubungan tersebut dikatakan kategori erat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Indri et al, 2020

menejelaskan hasil penelitian menampilkan bahwa memiliki sikap baik dan

memiliki sikap yang kurang baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Husna (2012), dimana perawat yang

memiliki sikap baik terhadap kesiapsiagaan bencana.


58

Menurut Bukhari, Mudatsir, & Sari, 2014 dalam Indri et al, 2020

Sikap merupakan sebuah respon yang akan menentukan tindakan atau

perilaku seseorang. Sikap mempengaruhi perilaku melalui proses dalam

menentukan keputusan dan dalam hal ini adalah keputusan perawat untuk

melakukan kesiapsiagaan dalam upaya manajemen bencana.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Novria,2019

menjelaskan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan

kesiapsiagaan bidan dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami di

puskesmas kota Padang dengan p< 0,05 (0,017). Hasil penelitian ini

didukung oleh Bukhari et al (2013) tentang kesiapsiagaan bencana gempa

bumi di BLUD rumah sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh, didapatkan

terdapat hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi

yaitu p=0,003 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap

dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi oleh perawat pelaksana.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Direja & Wulan,

2019 menjelaskan dari hasil penelitian antara hubungan sikap dengan

kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana gempabumi

dan tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai χ2= 18,180

dengan ρ value = 0,000 < α (0,05), secara statistik berarti signifikan

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan

antara sikap dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi

bencana gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu.


59

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai 3

komponen pokok (Notoatmodjo, 2003) yaitu: (1) Kepercayaan (keyakinan),

ide dan konsep terhadap suatu objek. (2) Kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap suatu objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak. Sikap

yang positif dari tenaga kesehatan akan menjadikan tenaga kesehatan

memperhatikan dan peduli terhadap kesiapsiagaan bencana yang meliputi

pra bencana, tanggap darurat, dan post dampak bencana (Dirjeja & Wulan,

2019).
60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Bidan Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Tahun 2020 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 30 Bidan terdapat terdapat 7 Bidan tidak siap dalam menghadapi

bencana, 23 Bidan siap dalam menghadapi bencana.

2. Dari 30 Bidan terdapat terdapat 7 Bidan dengan pengetahuan cukup dan 23

Bidan dengan pengetahuan baik.

3. Dari 30 Bidan terdapat terdapat 8 Bidan dengan sikap unfavorable dan 22

Bidan dengan sikap favorable.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Bidan dengan

Kesiapsiagaan Bidan dalam menghadapi banjir di Wilayah kerja Pusekesams

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.

5. Ada hubungan yang signifikan antara sikap Bida dengan dengan

Kesiapsiagaan Bidan dalam menghadapi banjir di Wilayah kerja Puskesemas

Sukamerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.

60
61

B. Saran

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi

bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

hubungan pengetahuan dan sikap Bidan dengan kesiapsiagaan Bidan dalam

menghadapi bencana banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan

Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu.

2. Bagi Puskesmas Sukamaerindu dan Puskesmas Beringin Raya Kota

Bengkulu

Diharapkan kepada pihak tenaga kesehatan di puskesmas dapat

mengikuti kegiatan pelatihan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,

sehingga pada saat terjadi bencana tenaga kesehatan sudah siap dan sudah ada

pengalaman dalam menganggulagi bencana.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau

bahan perbandingan untuk peneliti yang melakukan penelitian tentang

pengetahuan dan sikap Bidan dengan Kesiapsiagaan Bidan dalam

menghadapi Bencana Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu dan

Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu dan dapat mengembangkan

penelitian ini lebih lanjut dengan variabel yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2017. Modul Konsep Dan Karakteristik Bencana Dan Pelatihan


Penanggulangan Bencana Banjir. Bandung

Direja, Ade Herman Surya; WULAN, Susilo. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi Dan Tsunami. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 2018,
9.2: 102-115.

Eny, Novi Dkk, 2017. Buku Pedoman Kesiapsiagaan Bencana. Jakarta

Hesti, Novria; YETTI, Husna; ERWANI, Erwani. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Dan Tsunami Di Puskesmas Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
2019, 8.2: 338-345.

Irawan, 2017. Etika Dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Cv. Absoulute Media

Ismail, Nizam, Et Al. Pengetahuan Dan Sikap Tenaga Kesehatan Rumah Sakit
Umum Daerah (Rsud) Pidie Jaya Terhadap Kesiapsiagaan Dalam
Menghadapi Risiko Bencana Banjir. Jurnal Ilmu Kebencanaan, 2015, 2.4: 1-
12.

Khambali, 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: ANDI

Nuraini, Rika. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Kesiapsiagaan Pegawai Rumah


Sakit Dalam Menghadapi Bencana Di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul. 2019.
Phd Thesis. Universitas Ahmad Dahlan

Setiawati, Indri; UTAMI, Gamya Tri; SABRIAN, Febriana. Gambaran


Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Kesiapsiagaan Pelayanan
Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana Banjir. Jurnal Ners Indonesia, 2020,
10.2: 158-169.

Silviani, Yulita Elvira; ABSARI, Nuril. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Upaya Mitigasi Bencana Bidang Kesehatan Reproduksi Di Seluruh
Puskesmas Kota Bengkulu. Journal For Quality In Women's Health, 2020,
3.2: 216-224.

Susilawati, Arsi; Efendi, Ferry; Hadisuyatmana, Setho. Gambaran Kesiapan Tenaga


Kesehatan Dalam Manajemen Bencana Di Puskesmas Wilayah Rawan
Bencana. Indonesian Journal Of Community Health Nursing, 4.1: 11-16.

62
Syofian S. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dengan oerbandingan perhitungan
manual dan SPSS. Jakarta:Kencana

Usiono,Dkk. 2018. Disaster Management Prespektif Kesehatan Dan


Kemanusiaan. Medan: Perdana Publishing.

Widya, Rizka. 2019. Buku Ajar Manajemen Bencana Dan Strategi Membentuk
Kampus Siaga Bencana Dan Prespektif/Keperawatan. Sulawesi Selatan:
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Wigyono, 2018. Manajemen Bencana. Jakarta: Sinar Grafika Offiset

World Health Organization (WHO). Regional Case Study On Role Of Nurses And
Midwives In Emergencies And Disasters. WHO; 2011.
L
A
M
P
I
R
A
N
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Hastuti Apridayanti
NPM : 2026040103.P
Tempat Tgl Lahir : Pagar Alam, 02 April 2000
Alamat : Ds. Dempo Rejo Kelurahan Dempo Makmur Kecamatan
Pagar Alam Utara Kota Pagaralam Provinsi Sumatra Selatan
Instusi : STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Jurusan Kebidanan
Angkatan : 2020

Data Pendidikan
1. SD Negeri 31 Kota Pagar Alam Tahun Lulus 2011
2. SMP Negeri 6 Kota Pagar Alam Tahun Lulus 2014
3. SMA Negeri 1 Kota Pagar Alam Tahun Lulus 2017
4. DIII Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Tahun Lulus 2020
5. Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan STIKES Tri Mandiri
Sakti Bengkulu Tahun Lulus 2021
KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN


KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAMERINDU DAN PUSKESMAS
BERINGIN RAYA KOTA BENGKULU
TAHUN 2020

A. Identitas Responden
1. Umur :
2. Pendidikan :
3. Pelatihan yang pernah di ikuti :

B. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir


Petunjuk pengisian pertanyaan:
- Silahkan beri tanda X (silang) atau O (lingkaran) pada jawaban yang sesuai
yang Bapak/Ibu ketahui dan alami
- Skala mempunyai arti (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=ragu-ragu,
4=setuju, 5=sangat setuju)
No 1 2 3 4 5

1 Siap bekerja diluar jam


kerja rutin untuk
penanggulangan

bencana banjir.

2 Siap bekerja berdasarkan

perintah yang mendadak

3 Siap bekerja dengan sarana


yang tersedia di unit kerja
untuk kegiatan
penanggulangan bencana
banjir.

4 Siap bekerja dengan biaya


operasional yang tersedia
di unit kerja untuk kegiatan

penanggulangan bencana
banjir

Adopsi : Iga Berliana 2019


C. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pengetahuan yang Saudara/i
miliki dengan memberikan Saudara/i silang (x) pada pilihan jawaban benar/salah
di bawah ini.
No Pernyataan Benar Salah
5. Bencana alam merupakan fenomena alam
yang luar biasa yang menyebabkan korban
jiwa, lingkungan, dan tidak dapat diatasi oleh
masyarakat.

6.
Menghindari atau mengurangi resiko dan
mempersiapkan diri untuk melakukan upaya
tanggap darurat yang efektif adalah bentuk
kesiapsiagaan.

7.
Banjir merupakan bencana alam yang
disebabkan oleh faktor manusia

8.
Mengurangi bahaya yang terjadi akibat
bencana banjir dengan serangkaian upaya-
upaya yang dilakukan secara cepat dan tepat
merupakan tujuan utama kesiapsiagaan
terhadap bencana banjir.

9. Pengadaan pemantauan secara tehnis untuk


mengevaluasi dan merencanakan pemulihan
kondisi masyarakat merupakan faktor utama
yang menentukan area mana yang harus
diberikan prioritas yang pertama untuk
dilakukan tindakan
10. Mengembangkan program informasi dan
pendidikan gawat darurat bagi masyarakat
merupakan langkah pertama untuk
mengembangkan program tetap penanganan
gawat darurat
11.
Bencana yang berisiko tinggi dapat berpotensi
menyebabkan terhentinya kegiatan ekonomi.

12.
Kerusuhan politik merupakan kasus yang
disebabkan oleh bencana banjir dengan tingkat
ancaman dan risiko yang tinggi.

13.
Bencana banjir yang parah dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti diare,
typhus, penyakit kulit dan kanker.

Untuk mengurangi resiko banjir yang


ditimbulkan akibat benjir, maka sarana-sarana
mitigasi struktural/fisik yang sebaiknya
dibangun adalah pembuatan tanggul di
sepanjang sungai.

Modifikasi Alif Purwoko 2015


Kunci Jawaban Pengetahuan:
1. Benar
2. Benar
3. Benar
4. Benar
5. Benar
6. Benar
7. Benar
8. Salah
9. Benar
10. Benar
D. Sikap
Petunjuk
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Tidak yakin
4 = setuju
5 = Sangat setuju
Instruksi : Jawablah pertanyaan berikut dengan tanda √
No Perkara / Item 1 2 3 4 5

1. Menurut saya, dalam tahap mitigasi, tenaga


medis / kesehatan harus dilibatkan dalam
melakukan penilaian risiko sesuai keahliannya
masing-masing.

2. Menurut saya, sebaiknya petugas kesehatan


diberikan pemahaman tentang efek jangka
panjang dari bencana alam, seperti masalah
kesehatan mental.

3. Penting bagi saya untuk mengetahui dan


memahami perencanaan manajemen bencana
yang ada di institusi saya.

4. Saya percaya bahwa kolaborasi antara tenaga


medis dan tenaga kesehatan diperlukan dalam
meminimalisir korban bencana.

5. Saya merasa sulit untuk berkolaborasi dengan


lembaga lain (selain dari bidang kesehatan)
dalam pengelolaan korban bencana.

6. Saya bersedia menjadi relawan dalam setiap


kegiatan tanggap darurat bencana.

7. Saya khawatir terhadap dampak negatif bencana


(seperti cedera, stress akibat bencana) yang
akan terjadi pada saya jika menjadi relawan saat
terjadinya

bencana.
8. Saya merasa bahwa tenaga medis ataupun
tenaga kesehatan tidak harus terlibat dalam fase
pemulihan bencana.

9. Menjadi tanggung jawab saya untuk menangani


korban bencana.

10. Menurut saya, bukanlah tanggung jawab saya


untuk memenuhi kebutuhan dasar korban
bencana (tempat tinggal, air bersih, pakaian,
dll).

Modifikasi Ari Susilawati 2018


Surat Permohonan izin dan Rekomendasi penelitian SKRIPSI dari STIKES Tri Mandiri
Sakti Bengkulu
Surat Rekomendasi Dari Kesbangpol
Surat izin penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
Surat Keterangan Selesai melakukan penelitian
Frequency Table

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 7 23.3 23.3 23.3
Baik 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
.

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Unfavorable 8 26.7 26.7 26.7
Favorable 22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Kesiapsiagaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Siap 7 23.3 23.3 23.3
Siap 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Crosstabs

Pengetahuan * Kesiapsiagaan

Crosstab
Kesiapsiagaan
Tidak Siap Siap Total
Pengetahuan Cukup Count 3 4 7
Expected Count 1.6 5.4 7.0
% within Pengetahuan 42.9% 57.1% 100.0%
Baik Count 4 19 23
Expected Count 5.4 17.6 23.0
% within Pengetahuan 17.4% 82.6% 100.0%
Total Count 7 23 30
Expected Count 7.0 23.0 30.0
% within Pengetahuan 23.3% 76.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.946a 1 .163
b
Continuity Correction .782 1 .376
Likelihood Ratio 1.782 1 .182
Fisher's Exact Test .306 .185
Linear-by-Linear Association 1.881 1 .170
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1.63.
b. Computed only for a 2x2 table
Sikap * Kesiapsiagaan

Crosstab
Kesiapsiagaan
Tidak Siap Siap Total
Sikap Unfavorable Count 5 3 8
Expected Count 1.9 6.1 8.0
% within Sikap 62.5% 37.5% 100.0%
Favorable Count 2 20 22
Expected Count 5.1 16.9 22.0
% within Sikap 9.1% 90.9% 100.0%
Total Count 7 23 30
Expected Count 7.0 23.0 30.0
% within Sikap 23.3% 76.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.355 1 .002
b
Continuity Correction 6.607 1 .010
Likelihood Ratio 8.607 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .007
Linear-by-Linear Association 9.043 1 .003
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.87.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .488 .002
N of Valid Cases 30
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Kesiapsiagaan Bidan Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu
Dan Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu

Kesiapsiagaan pengetahuan Sikap Faktor Lain


N Nam
Skor P P P P P P P P P Skor P P P P1 Skor Pelatihan Yang
o a P1 P2 P3 P4 P10 P1 P2 P3 P4 P6 P9 Umur Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 5 7 8 0 Pernah Di Ikuti
29 D3
1 Bd. R 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 38
tahun Kebidanan Tidak Ada
31
2 Bd.D 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 37 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
39
3 Bd.H 4 4 4 4 16 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 37 Tahu D3
n Kebidanan MU
40
4 Bd.D 1 3 1 3 8 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 3 3 3 3 1 1 2 3 3 2 24 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
25
5 Bd.W 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 39 Tahu D4
n Kebidanan MU
27
6 Bd. E 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 37 Tahu D4
n Kebidanan Pijat bayi
39
7 Bd.S 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 22 Tahu D3
n Kebidanan PPGDON
25
8 Bd.I 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 34 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
33 D3
9 Bd.R 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 33
tahun Kebidanan CTU
47
10 Bd. Y 2 3 2 1 8 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 35 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
34
11 Bd.P 2 2 3 2 9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 3 3 2 3 2 1 2 1 2 2 21 Tahu D4 IUD, Vaksinator
n Kebidanan Covid 19
28
12 Bd.M 4 4 4 2 14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 36 Tahu D4
n Kebidanan Tidak Ada
41
13 Bd.H 4 4 4 4 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 4 3 4 4 2 3 3 3 4 2 32
tahun S1 kesmas MU
29 D3
14 Bd.Y 4 5 4 5 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 5 4 4 4 3 3 4 3 3 1 34
tahun Kebidanan Tidak Ada
45
15 Bd.D 2 2 2 2 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 23 Tahu d3
n Kebidanan Asfiksia
16 Bd.R 2 3 2 2 9 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 24 23 D3 Tidak Ada
Tahu
n Kebidanan
57
17 Bd.Y 5 5 5 5 20 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 3 3 3 3 1 3 2 1 3 2 24 Tahu D3
n Kebidanan MU
23
18 Bd. D 5 4 4 4 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 34 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
26
19 Bd.T 4 5 5 5 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 5 5 5 5 5 4 2 4 4 2 41 Tahu D4 APN.PPGDON,M
n Kebidanan U
35
20 Bd.A 5 5 5 5 20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 24 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
52
21 Bd. R 2 1 2 2 7 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 35 Tahu D4
n Kebidanan MU
55
22 Bd.E 4 4 4 4 16 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 6 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 32 Tahu D3
n Kebidanan MU
44
23 Bd.K 5 5 5 5 20 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 4 4 5 5 4 4 3 4 3 1 37 Tahu D4 CTU, pijat bayi,
n Kebidanan penanganan BBLR
45
24 Bd.A 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 34 Tahu D4
n Kebidanan Pijat bayi
46
25 Bd.Y 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 2 5 2 2 5 1 33 Tahu D4
n Kebidanan Tidak Ada
42
26 Bd.T 2 1 2 2 7 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 3 3 3 3 1 2 2 1 3 2 23 Tahu D3
n Kebidanan baby spa
47
27 Bd.S 5 4 4 4 17 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 5 5 4 4 2 5 2 2 5 2 36 Tahu D3
n Kebidanan Tidak Ada
29 D3
28 Bd.A 5 5 5 4 19 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 5 4 4 4 2 4 2 1 5 1 32
tahun Kebidanan Tidak Ada
30
Tahu D4
29 Bd.D 4 4 4 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 4 4 2 1 5 2 34 n Kebidanan Tidak Ada
23
Tahu D3
30 Bd.H 4 3 5 4 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 4 4 4 4 2 4 1 2 5 1 31 n Kebidanan Tidak Ada
11 11 11 10 11 11 11 11 10 10
1 2 2 9 23 30 28 29 25 25 24 8 28 30 6 4 1 2 83 4 73 71 6 66
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai