Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS


PAUH KOTA PADANG

Oleh:

THESSA YUNISIO PUTRI


2323051

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM
PROFESI STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana di


Puskesmas Pauh Kota Padang” telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi
tugas Praktik klinik Program Studi Kebidanan Program Sarjana Dan Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Stikes Mercubaktijaya Padang
pada:
Hari :
Tanggal :
Padang, November 2023
Mahasiswa

Thessa Yunisio Putri


NIM. 2323051

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Program Studi Kebidanan Program Puskesmas Pauh Kota Padang
Sarjana Dan Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi Stikes
Mercubaktijaya Padang

Dr.Devi Syarief,S.Si.T.,M.Keb Lidya Riniati,S.SiT


NIDN. 1015037501 NIP.198401272010012010

Program Studi Kebidanan Program Sarjana Dan Program Studi Pendidikan


Bidan Program Profesi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Ketua

Zulfita,S.Si.T.,M.Biomed
NIDN. 1023067401

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana di Puskesmas Pauh Kota Padang.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek profesi dengan harapan dapat
memperdalam wawasan keilmuwan mahasiswa Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Dan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Stikes Mercubaktijaya Padang.
Penyelesaian laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Zulfita,S.Si.T.,M.Biomed sebagai Ketua Prodi S1 Kebidanan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
2. Ibu Dr.Devi Syarief.S.Si.T.,M.Keb selaku pembimbing akademik Asuhan
Kebidanan Pranikah yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu
yang sangat bermanfaat.
3. Ibu Lidya Riniati,S.SiT selaku pembimbing klinik di Puskesmas Pauh Kota
Padang yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
melaksanakan praktik di Puskesmas Pauh Kota Padang.
4. Rekan-rekan profesi yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Padang, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Tujuan.............................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
1.3.1 Bagi Lahan Praktik..................................................................................4
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan.........................................................................4
1.3.3 Bagi Penulis.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Konsep Teori..................................................................................................5


2.2 Konsep Varney Asuhan Kebidanan dan Pelayanan Kontrasepsi (Asuhan
yang diberikan secara teori).................................................................................5
BAB III KASUS KEOLALAAN dan PEMBAHASAN......................................5

3.1 Asuhan Kebidanan pada Pelayanan Kontrasepsi...........................................5


3.2 Pembahasan....................................................................................................5
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN..................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya

pemerintah untuk mengendalikan angka kelahiran dan menekan laju pertambahan

penduduk di suatu negara, program ini juga memiliki peran dalam

menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia

kehamilan dan menjarangkan kehamilan. Data menunjukkan laju pertumbuhan

penduduk di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,49% atau bertambah 4,5

juta setiap tahun. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan program pemerintah

dalam menggalakkan program Keluarga Berencana (KB)


(Mahmudah & Daryanti, 2021)
, KB merupakan salah satu pilar safe motherhood yang dikenal sebagai

upaya untuk menurunkan AKI di Indonesia. Tujuan dari pilar ini agar program

KB terkait kontrasepsi dapat menginformasikan pelayanan KB pada setiap

pasangan usia subur (PUS) meliputi waktu, jumlah maupun jarak kehamilan yang

sehat. Suport dari program Kb ini diharapkan dapat membantu mengurangi

terjadinya “4 terlalu” sebagai faktor risiko penyebab kematian ibu


(Yunita et al., 2023)
.

Angka Pemakaian Kontrasepsi (CPR) semua cara pada pasangan usia

subur, usia 15-49 tahun yang pernah kawin sebanyak (40% bawah). Kemudian

menurut provinsi Jabar berjumlah (67,86%) per tahun 2019-2020 (Badan Pusat

Statistik, 2020). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016,

1
Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 258.704.986 jiwa. Indonesia

masih menduduki urutan ke empat dengan penduduk terbanyak di dunia setelah

Amerika, India dan China. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019

diperkirakan sebesar 268.074.565 jiwa, yang terdiri atas 117.674.363 jiwa

penduduk perkotaan dan 150.400.202 jiwa penduduk pedesaan (Kemenkes RI,

2016).

Metode kontrasepsi efektif terpilih merupakan penggunaan alat atau cara

mencegah terjadinya kehamilan untuk jangka panjang, atau terutama dianjurkan

bagi pasangan yang tidak menginginkan anak lagi dan memiliki efektifitas tinggi

(95%) apabila dipakai dengan baik dan teratur. Metode alat kontrasepsi efektif

terpilih sendiri terdiri dari beberapa macam seperti suntik, IUD, implan,

tubektomi (MOW) dan vasektomi (MOP), namum dari berbagai macam alat

kontrasepsi ini masyarakat belum banyak mengetahuinya dan kurang paham

dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan mereka gunakan (Ritonga, 2018).

Sehingga dari permasalahan diatas pentingnya tugas bidan dalam

pemberdayaan Ibu untuk menjadi akseptor KB melalui pemberian konseling,

informasi dan edukasi (KIE) KB, diharapkan ibu dapat mempersiapkan diri untuk

menetukan alat kotrasepsi yang akan digunakan. Dimana keunggulan pendekatan

KIE lebih tepat dilakukan yaitu intervensi dengan tatap muka langsung antara

pihak penerima informasi dengan yang menyampaikan informasi merupakan

intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk meghasilkan perubahan.

Pendekatan yang dilakukan adalah redundancy yaitu mempengaruhi target sasaran

2
ibu dengan jalan mengulang-ulang pesan; canalizing yaitu mengubah

pengetahuan, pemikiran, pendapat dan sikap mental target sasaran ibu; informatif

yaitu mempengaruhi target sasaran ibu melalui kegiatan Pendidikan Kesehatan;

persuasive yaitu komunikasi yang dipusatkan pada perubahan kesadaran atau


(Adella & Sitohang, 2020).
sikap mental ibu

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis membuat laporan yang berjudul

“Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB) di

Puskesmas Pauh Kota Padang”, dengan harapan laporan ini dapat menjadi tahapan

untuk memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB secara komprehensif

sehingga komplikasi dapat dihindari.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana

dengan menerapkan pola pikir melalui manajemen kebidanan varney dan

pendokumentasian SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan konsep dasar keluarga berencana

2. Menjelaskan mengenai keluarga berencana

3. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada klien KB

4. Menginterpretasi data (diagnosis dan masalah) pada klien KB

5. Mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial pada klien KB

3
6. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada klien KB sesuai

kebutuhan

7. Melakukan tindakan asuhan kebidanan sesuai perencanaan

8. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan

9. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan Keluarga Berncana.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan

dalam memberi asuhan kebidanan tentang Keluarga Berencana (KB).

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Laporan ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu

dalam asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB), dan dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan referensi bagi mahasiswa lain di institusi

pendidikan.

1.3.3 Bagi Penulis

Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang telah

diterima dan didapat dalam perkuliahan kedalam kasus nyata dalam

melaksanakan asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

A. Pengertian
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk

mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval

kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat

yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.

Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:

a. Mendapatkan objektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal

dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah

pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
5
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari /

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang

matang dengan sel sperma tersebut.

B. Tujuan
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan

kelahiran, mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi

wanita.Serta mencapai keluarga yang sejahtera.

Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB)

bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha

penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha

pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan

keluarga.

C. Strategi Pelaksanaan Kb
Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:

1. Strategi dasar

· Meneguhkan kembali program di daerah

· Menjamin kesinambungan program

2. Strategi operasional

· Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional

· Peningkatan kualitas program dan program prioritas

· Penggalangan dan pemantapan komitmen

· Dukungan regulasi dan kebijakan

· Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

6
D. Jenis-Jenis Kb
Terdapat beberapa jenis kontrasepsi, diantaranya
(Kementrian Kesehatan, 2021) :

1. Kontrasepsi PIL

Tablet yang mengandung hormone estrogen dan progesterone sintetik

disebut pil kombinasi dan hanya mengandung progesterone sintetik saja

disebut Mini Pil atau Pil Progestrin.

1.1 Cara Kerja

a. Menekan ovulasi

Jika seorang wanita minum pil KB setiap hari maka tidak akan

terjadi ovulasi (tidak ada sel telur). Tanpa ovulasi tidak akan terjadi

kehamilan.

b. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

c. Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan

proses implantasi

d. Memperkental lender serviks (mencegah penetrasi sperma)

1.2 Efektivitas

Efektivitas teoritis untuk pil sebesar 99,7% sedangkan efektivitas

praktisnya sebesar 90-96%. Artinya pil cukup efektif jika tidak lupa

meminum pil secara teratur.

1.3 Keuntungan

a. Mudah penggunaannya dan mudah didapat

b. Mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid


7
c. Mengurangi resiko terjadinya KET (Kehamilan Ektopik

Terganggu) dan Kista Ovarium

d. Mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium dan rahim

e. Pemulihan kesuburan hampir 100%

1.4 Baik untuk wanita yang:

· Masih ingin punya anak

· Punya jadwal harian yang rutin

1.5 Kontraindikasi

a. Menyusui (khsusu pil kombinasi)

b. Pernah sakit jantung

c. Tumor/keganasan

d. Kelainan jantung, varices, dan darah tinggi

e. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya

f. Penyakit gondok

g. Gangguan fungsi hati & ginjal

h. Diabetes, epilepsy, dan depresi mental

i. Tidak dianjurkan bagi wanita mur >40 tahun

1.6 Efek Samping

Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan

efek samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala

(berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini

dapat timbul berbulan-bulan.

8
2. Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara

suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis

suntikan hormone ini ada yg terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri

atas dua hormone sebagai contoh jenis suntikan yg terdiri 1 hormon adalah

Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston & Noristerat. Sedangkan yg

terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan Mesygna.

KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang

menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia

untuk sterilisasi.

2.1 Cara Kerja

Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat

setiap 2 bulan.Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami

ovulasi.

2.2 Efektivitas

Dalam teori: 99,75%. Dalam praktek: 95-97%.

2.3 Keuntungan

a. Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat

b. Dapat dipakai dalam waktu yang lama

c. Tidak mempengaruhi produksi air susu ibu

2.4 Baik untuk Wanita yang:

a. Calon akseptor yg tinggal di daerah terpencil

9
b. Lebih suka disuntik daripada makan pil

c. Menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi

d. Mungkin tidak ingin punya anak lagi

e. Tidak khawatir kalau tidak mendapat haid

2.5 Kontraindikasi

a. Hamil atau disangka hamil

b. Perdarahan pervaginam yg tidak diketahui sebabnya

c. Tumor/keganasan

d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, penyakit paru

berat, varices

2.6 Efek Samping

Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan

adalah mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing2 dan kadang2 gejala

tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan

dihentikan. Sedang efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo

Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering dijumpai adalah

menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi

bercak perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa

klien.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD) adalah alat

yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan

10
di dalam rahim.Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat

dilepaskan bila berkeinginan untuk mempunyai anak.

3.1 Cara Kerja

AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel

telur. Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri

c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma

masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

sperma untuk fertilisasi

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

3.2 Efektivitas

Sangat efektif (0,5-1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian

selama 1 tahun)

3.3 Keuntungan

a. Tidak terganggu faktor lupa

b. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan

menggunakan tembaga T 380 A)

c. Mengurangi kunjungan ke klinik

d. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang

11
3.4 Baik untuk Wanita yang:

a. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, &

jangka panjang

b. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

c. Memberikan ASI

d. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

e. Berada dalam masa pasca aborsi

f. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS

g. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

h. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau

yang memang tidak boleh menggunakannya

i. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat

3.5 Kontraindikasi

a. Hamil atau diduga hamil

b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita

penyakit kelamin

c. Pernah menderita radang rongga panggul

d. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal

e. Riwayat kehamilan ektopik

f. Penderita kanker alat kelamin

12
3.6 Efek samping

a. Perdarahan dank ram selama minggu2 pertama setelah

pemasangan. Kadang2 ditemukan keputihan yg bertambah banyak.

Disamping itu pada saat berhubungan (senggama0 terjadi expulsi

(IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya

b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan

dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.

3.7 Waktu Penggunaan IUD

Dalam Imbarwati (2009) dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya

dilakukan pada saat:

a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak

hamil

b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan

metode amenorea laktasi (MAL)

d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)

apabila tidak ada gejala infeksi

e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi

3.8 Waktu Kontrol IUD

Menurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus

diperhatikan adalah:

13
a. 1 bulan pasca pemasangan

b. 3 bulan kemudian

c. Setiap 6 bulan berikutnya

d. Bila terlambat haid 1 minggu

e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

4. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)

Adalah 2 kapsul kecil yang terbuat dari silicon berisi 75 gram

hormone levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit.

4.1 Cara Kerja

AKBK atau sering disebut dengan implant secara tetap

melepaskan hormone tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah.

Bekerja dengan cara:

a. Lendir serviks menjadi kental

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

c. Menekan ovulasi

4.2 Efektivitas

Dalam teori: 99,7%. Dalam praktek: 97-99%

4.3 Keuntungan

a. Sekali pasang untuk 3 tahun

b. Tidak mempengaruhi produksi ASI

c. Tidak mempengaruhi tekanan darah

14
d. Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian

e. Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi tetapi belum

mantap untuk di tubektomi

4.4 Baik untuk wanita yang:

a. Ingin metode yang praktis

b. Mungkin tidak ingin punya anak lagi

c. Tinggal di daerah terpencil

d. Tak khawatir jika tak dapat haid

4.5 Kontraindikasi

a. Hamil atau disangka hamil

b. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

c. Tumor/keganasan

d. Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis

4.6 Efek samping

Kadang2 pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu

ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang2 terjadi

spotting atau anemia karena perdarahan yg kronis.

4.7 Waktu Mulai Menggunakan Implant

a. Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7

b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat

c. Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan

d. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan

15
e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid

kembali, insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari

5. Kondom Pria

Adalah sarung karet tipis yang dipakai oleh pria pada waktu bersenggama

5.1 Cara Kerja

Sarung karet ini mencegah sperma bertemu dengan ovum

5.2 Efektivitas

Dalam teori: 98%. Dalam praktek: 85%. Efektif jika digunakan

benar tiap kali berhubungan.Namun efektivitasnya kurang jika

dibandingkan metode pil, AKDR, suntikan KB.

5.3 Keuntungan

a. Dapat dipaki sendiri

b. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin

c. Tidak mempengaruhi kegiatan menyusui

d. Dapat digunakan sebagai pendukung metode lain

e. Tidak mengganggu kesehatan

f. Tidak ada efek samping sistemik

g. Tersedia secara luas

h. Tidak perlu resep atau penilaian medis

i. Tidak mahal (jangka pendek)

16
5.4 Baik untuk pasangan yang:

a. Ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak

b. Jarang bersenggama

c. Pasangan yang takut menularkan & tertular penyakit kelamin

d. Wanita yang kemungkinan sudah hamil

5.5 Kontraindikasi

Alergi.

6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Adalah pemotongan/pegikatan kedua saluran telur wanita (tubektomi)

atau kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi). Operasi tubektomi ada

beberapa macam cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi,

Posterior, Laparoskopi, dan Minilaparotomi. Cara yang sering diapaki di

Indonesia adalah Laparoskopi dan Mini laparotomi.

6.1 Cara Kerja

Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma

6.2 Efektivitas

Dalam teori: 99,9%. Dalam praktek: 99%.

6.3 Keuntungan

a. Paling efektif

b. Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pengembalian

tidak bisa dijamin).

c. Tidak perlu perawatan khusus

17
6.4 Baik untuk pasangan yang:

a. Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi

b. Jika hamil akan membahayakan jiwanya

c. Ingin metode yang tidak mengganggu

6.5 Kontraindikasi

Tidak ada.

6.6 Efek Samping

Jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri,

dan infeksi luka operasi.Pada vasektomi infeksi dan epididimis terjadi

pada 1-2% pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan

organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat terjadi.

2.2 Konsep Varney Asuhan Kebidanan dan Pelayanan Kontrasepsi (Asuhan


yang diberikan secara teori)

1. Proses Manajemen Kebidanan

a. Definisi Manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan suatu bentuk pendekatan yang

dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan

menggunakan metode pemecahan masalah. Proses manajemen adalah

proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang

terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis untuk

keuntungan pasien dan pemberian asuhan (Nurhayati, 2013: 139). Varney

(1997), mengatakan bahwa proses penyelesaian masalah adalah salah satu

18
upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan bidan harus

kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau

masalah potensial kebidanan, selain itu diperlukan kemampuan untuk

kolaborasi atau kerja sama (dalam Wildan dan Hidayat, 2013: 34)

b. Tahapan Manajemen 7 Langkah Varney

Proses Manajeman 7 langkah Menurut Varney (2003),

antara lain:

1) Langkah I (Pertama) : Pengkajian Data Pada langkah pertama

ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa (identitas,

keluhan, riwayat kesehatan, dll), pemeriksaan 39 fisik sesuai

dengan kebutuhan, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan

penunjang (Mangkuji dkk, 2012: 5).

a) Data subjektif

(1) Identitas untuk mengetahui status pasien secara

lengkap meliputi nama, umur, nikah, suku, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat.

(2) Keluhan utama untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan yang dirasakan

saat pemeriksaan pada akseptor KB implan.

19
(3) Riwayat menstruasi untuk mengetahui menarche,

siklus, lama menstruasi, banyaknya menstruasi dan

keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu

menstruasi.

(4) Riwayat kehamian, persalinan dan nifas yang lalu

untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan

hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya

masih hidup dan apakah dalam kesehatan yang baik),

apakah terdapat komplikasi intervensi pada kehamilan,

persalinan, ataupun nifas sebelumnya.

(5) Riwayat KB yang perlu dikaji adalah apakah ibu

pernah menjadi akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi

apa yang pernah digunakan, berapa lama, keluhan pada

saat ikut KB, alasan berhenti KB.

(6) Riwayat kesehatan terdiri dari riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit keluarga 40

(7) Pola kebiasaan sehari-hari untuk mengetahui

bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga

kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan

sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau terdiri dari

pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal

hygiene, aktivitas.

20
(8) Data psikologis, ekonomi, dan spritual untuk

memperkuat data dari pasien terutama secara

psikologis, data meliputi dukungan suami dan keluarga

kepada ibu mengenai pemakaian alat kontrasepsi.

b) Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil

observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama

pemakaian KB.

(1) Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum

untuk mengetahui keadaan pasien sehat serta berat

badan pasien karena merupakan salah satu efek

samping KB implan.

(2) Pemeriksaan tanda vital

(a) Tekanan darah (vital sign) untuk mengetahui

faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai

satuannya mmHg. Keadaan normal antara 100/80

mmHg sampai 130/90 mmHg.

(b) Pengukuran suhu untuk mengetahui suhu badan

pasien, suhu badan normal adalah 36˚C sampai

37˚C. Bila suhu lebih dari 37,5˚C harus dicurigai

adanya infeksi.

21
(c) Nadi memberikan gambaran kardiovaskuler.

Denyut nadi normal 70 x/menit sampi 88 x/menit.

(d) Pernafasan mengetahui sifat pernafasan dan

bunyi nafas dalam satu menit. Pernafasan normal

22x/menit sampai 24 x/menit.

(3) Pemeriksaan fisik

(a) Kepala : menilai keadaan kulit dan rambut

kepala bersih atau tidak, adanya nyeri tekan atau

benjolan.

(b) Wajah : keadaan wajah pucat atau tidak adakah

kelainan, adakah oedema.

(c) Mata : konjungtiva berwarna merah muda atau

tidak, sklera berwarna putih atau tidak.

(d) Hidung: untuk mengetahui apakah ada polip

atau tidak.

(e) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga,

liang telinga apakah ada kelainan atau tidak dan

ada serumen atau tidak.

(f) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih apa

tidak ada caries atau tidak dan ada karang gigi atau

tidak.

22
(g) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar

gondok atau tyroid, limfe, dan vena junggularis.

(h) Dada : apakah simetris kanan kiri dan apakah

ada benjolan pada payudara atau tidak.

(i) Abdomen : apakah ada jaringan parut atau bekas

operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa.

(j) Ekstermitas atas dan bawah: ada cacat atau

tidak, oedema atau tidak, terdapat varises atau

tidak.

(k) Genitalia : untuk mengetahui keadaan vulva

adakah tanda-tanda infeksi, varises, pembesaran

kelenjar bartholini dan perdarahan.

(l) Anus : Apakah ada hemoroid atau tidak.

(4) Data penunjang digunakan untuk mengetahui

kondisi klien sebagai data penunjang terdiri dari:

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan tes

kehamilan (Saifuddin, 2010). 2)

Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan

identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atatu

masalah adalah pengolahan dan analisis data dengan

23
mengabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar

suatu fakta (Nurhayati dkk, 2013:142).

Langkah kedua yaitu interpretasi data terdiri dari :

a) Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan.

(1) Data subjektif.

(a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB jangka panjang

untuk pertama kali (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).

(b) Ibu memilih untuk KB implan (Sulistyawati, 2011).

(2) Data objektif

(a) Keadaan umum baik.

(b) Kesadaran komposmentis.

(c) TTV normal.

(d) Hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

(e) Pemeriksaan laboratorium normal dan pada tes kehamilan

tidak terjadi kehamilan.

3) Langkah III (Ketiga) : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah serta diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi agar

masalah tersebut tidak terjadi (Nurhayati dkk, 2013: 143).

24
Diagnosa potensial yang kemungkinan terjadi pada kasus akseptor

baru KB implan setelah pemasangan akan terdapat memar, bengkak

dan nyeri di daerah insisi selama beberapa hari adalah kemungkinan

adanya tanda-tanda infeksi pada luka bekas insisi.

4) Langkah IV (Keempat) : Antisipasi Masalah Atau Tindakan Segera

Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai

dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh

memerlukan tindakan yang harus dilakukan bidan (Mangkuji dkk,

2012: Pada kasus ini, tindakan segera dilakukan jika ibu mengalami

efek samping atau keluhan yang mengancam maka dilakukan

tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya

untuk menanggani akseptor baru implan.

5) Langkah V (Kelima): Menyusun Rencana Asuhan yang

Menyeluruh. Langkah kelima adalah perencanaan asuhan yang

menyeluruh. Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen

kebidanan terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau antisipasi. Pada langkah ini sangat diperlukan untuk membuat

dan mendiskusikan rencana dengan klien termasuk penegasan

terhadap persetujuan (Nurhayati dkk, 2013: 143). Menurut Saifuddin

25
(2010), rencana tindakan yang dapat dilakukan pada akseptor baru KB

implan adalah

a) Lakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.

Rasional : membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami

terhadap tenaga kesehatan dan menjalin hubungan yang baik

(Saifuddin, 2110).

b) Berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan

masalahnya. Rasional : informasi yang didapatkan dari masalah

yang dialami ibu dapat membantu dalam memilih cara atau alat KB

yang cocok dengan keadaan dan kebutuhannya (Sulistyawati,

2011).

c) Jelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan

kontraindikasi, keuntungan dan kekurangan, efek samping implan)

(Varney, 2002). Rasional : untuk menambah pengetahuan klien

tentang alat kontrasepsi yang akan digunakannya (Sulistyawati,

2011).

d) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju

dengan tindakan yang akan dilakukan. Rasional : setiap tindakan

medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis

yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan,

yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat

mental (Saifuddin, 2010).

26
e) Jelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan. Rasional :

menurut Tresnawati (2013: 123), kontra indikasi implan yaitu

hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya, benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima

perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus dan

kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus,

penyakit tromboemboli, gangguan toleransi glukosa. Hal ini yang

akan dicegah sehingga dilakukan pemeriksaan yang lengkap pada

calon akseptor.

f) Lakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai

standar yang berlaku. Rasional : semua tahap proses pemasangan

harus dilakukan secara berhati-hati dan lembut, untuk mencegah

infeksi maupun ekspulsi (Saifuddin, 2010).

g) Lakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka

insisi dirumah dan kapan kunjungan ulang klien tersebut. Rasional :

untuk mengantisipasi terjadinya infeksi (Affandi, 2012).

6) Langkah VI (Keenam) : Implementasi Pada langkah ini rencana

asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima

dilaksanakan secara efesien dan aman. Implementasi merupakan

pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan secara efisien dan

aman. Pada kasus dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter,

27
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang

menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012: 6). Menurut Saifuddin (2010),

rencana asuhan yang diuraikan pada langkah kelima dan dilakukan

secara efisien dan aman.

7) Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi Evaluasi merupakan langkah

terakhir dalam manjemen kebidanan, evaluasi sebagai bagian dari

proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan

pelayanan yang menyeluruh untuk menilai keaktifan dari rencana

asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah

dan diagnosa (Wildan dan Hidayat, 2013: 39).

Evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor baru implan antara lain

keadaan umum baik dan TTV dalam batas normal, tidak ada kendala

atau komplikasi pada saat pemasangan implan dan Amati klien lebih

kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka

insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk

perawatan luka insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara

tertulis.

2. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Jannah

(2012: 212), catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian asuhan

kebidanan karena pendokumentasian dengan metode SOAP berupa

28
kemajuan yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan

kesimpulan hingga terwujud rencana asuhan. Metode ini merupakan

penyaringan dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan

penyediaan dan pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan catatan

yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis.

a. S: Data subjektif (langkah I)

Mengambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data dari

pasien, suami atau keluarga melalui anamnesis (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung tentang identitas, keluhan masalah KB,

riwayat menstruasi, riwayat kehamilan dan nifas yang lalu, riwayat KB,

riwayat kesehatan dan pola kebiasaan sehari-hari.

b. O: Data objektif (langkah I)

Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil lab dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus 48

untuk mendukung assessment. Pada data objektif yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan (tanda keadaan umum, tanda vital, fisik dan

pemeriksaan lab atau pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

c. A: Assessment / analisis (langkah II,III,IV)

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Mangkuji,

2012). Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

29
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta

perlu tidaknya tindakan segera. Dalam pendokumentasian manajemen

kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif

maupun data objektif. Maka proses pengkajian data akan menjadi

sangat dinamis.

d. P: Perencanaaan/ planning (V, VI, VII)

Mengambarkan pendokumentasian dan perencanaan serta evaluasi

berdasarkan assessment (Mangkuji, 2012). Rencana dari tindakan yang

akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut. Pada tahap terakhir

ini melakukan kunjungan ulang dan mengkaji serta menanyakan

keadaan umum dan TTV, menimbang berat badan, riwayat menstruasi,

efek samping yang terjadi setelah memakai implan seperti amenorea,

pendarahan spotting, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi

mengeluarkan darah atau nanah, eksplusi,.

30
BAB III
KASUS KEOLALAAN dan PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Kebidanan pada Pelayanan Kontrasepsi


3.2 Pembahasan

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

31
DAFTAR PUSTAKA

Adella, C. A., & Sitohang, N. A. (2020). EFEKTIVITAS KONSELING INFORMASI EDUKASI


TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIK DAN
INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT SEBAGAI DETEKSI DINI. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 5(1). https://doi.org/10.34008/jurhesti.v5i1.182

Kementrian Kesehatan. (2021). Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga


Berencana.

Mahmudah, N., & Daryanti, M. S. (2021). KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DAN


PEMILIHAN METODE ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA
SUBUR DI MASA PANDEMI. In Jurnal IMJ: Indonesia Midwifery Journal
(Vol. 5).

Yunita, L., Anisa, F. N., & Saputri, R. (2023). Analisis Algoritma ID3 Pada Kunjungan
Akseptor KB di Kota Banjarmasin. Jurnal Informasi Dan Teknologi, 5(3), 65–70.
https://doi.org/10.60083/jidt.v5i3.392

Aminatussyadiah, A., Prastyoningsih, A. 2019. Faktor Yang Mempengaruhi


Penggunaan Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di Indonesia (Analisis Data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017 ). Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 12(2), 525–533. https://doi.org/10.48144/jiks.v12i2.167

Aryati, S., Sukamdi, S., Widyastuti, D. 2019. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi


Pemilihan Metode Kontrasepsi (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang). Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 79.
https://doi.org/10.22146/mgi.35474

Ditadiliyana Putri, N. P., Pradnyaparamitha D, D., Ani, L. S. (2019). Hubungan


Karakteristik, Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Sidemen Kabupaten
Karangasem Bali. E-Jurnal Medika Udayana, 8(1), 40.
https://doi.org/10.24922/eum.v8i1.45327

Luba, S., Rukinah, R. 2021. Faktor yang Mempengaruhi Akseptor Kb dalam Memilih
Alat Kontrasepsi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 253–258.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.598

32
Maha, D. M. 2018. Determinan yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi
IUD di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Kota Administrasi Jakarta Timur tahun
2013. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 11(1), 745–754. http://ejournal.urindo.ac.id

Ritonga, E. S. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan


Pengunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih Di Puskesmas Aek Godang
Padang Lawas Utara Tahun 2018.

Rohaeni, E., Iis, S. 2020. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab rendahnya


penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). SELL Journal, 5(1), 55.

Rosidah, L. K. 2020. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Usia Terhadap Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Tahun 2018. Jurnal Kebidanan, 9(2), 108–
114. https://akbid-dharmahusada-kediri.ejournal.id/JKDH/index

Rotie, N., Tombokan, S., Adam, S. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat
Pendidikan Ibu Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih. Jurnal
Ilmiah Bidan, 3(1), 91646.

Sinaga, W. S. 2020. Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS ) Dalam


Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Program Keluarga Berencana ( KB ). OSF
Preprints.

Suwarsih, M., Cahyaningrum. 2021. Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik


DMPA Tentang Kontrasepsi DMPA di Puskesmas Leyangan Tahun 2020. Jurnal
Kebidanan, 15.

33

Anda mungkin juga menyukai