OLEH :
NUR LAILI SYAFITRI
NIM. P27824422090
(Nurul Fithri R., A.Md.Keb) (Ervi Husni,S.Kep.Ns.,M.Kes) (Novita Eka K, SST., M.Keb)
NIP. 198804212011012017 NIP. 197003181990012001 NIP. 198411302009122001
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul “Pratik Asuhan
Kebidanan Prakonsepsi (catin) di Puskesmas Ketabang Surabaya”. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan
Prakonsepsi pada Pendidikan D4 Alih Jenjang Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Surabaya.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktik ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dai pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan
ii
balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik ............................................................................................ 2
1.3 Lama Praktik .............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Terkait Pra-Nikah ............................................................. 4
2.2 Tinjauan Teori Terkait KEK ..................................................................... 8
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Catin .......................................... 11
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................... 17
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 24
BAB 5 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 25
3.2 Saran........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam upaya
peningkatan kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan, banyak
calon pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi
tentang kesehatan reproduksi dalam berkeluarga, sehingga setelah menikah
kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh
status kesehatan yang optimal. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan dampak
negatif seperti adanya resiko penularan penyakit, komplikasi kehamilan,
kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi. Pemberian komunikasi informasi dan
edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan
untuk memastikan setiap calon pengantin mempunyai pengetahuan yang
cukup dalam merencanakan kehamilan dan mempersiapkan keluarga yang
sehat (Kemenkes RI, 2018).
Wanita usia subur (WUS) sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas
seorang generasi penerus ditentukan oleh kondisi ibunya dari sebelum hamil
dan selama kehamilan. Wanita usia 20 – 35 merupakan usia yang paling tepat
dalam mencegah terjadinya masalah gizi terutama kekurangan energi kronik.
Status gizi prakonsepsi akan mempengaruhi kondisi kehamilan dan
kesejahteraan bayi yang akan lebih baik jika dilakukan sebelum hamil. Syarat
gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal
dan sehat (Susilowati dkk. 2018).
Berdasarkan Data Laporan Triwulan IV yang mengemukakan bahwa
status kesehatan perempuan di Indonesia masih tergolong dalam kategori
rendah, hal tersebut ditandai dengan tingginya angka persentase KEK (Kurang
Energi Kronis) pada wanita usia subur sebesar 14,8%, angka anemia pada
remaja sebesar 23,9% dan anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, 46.659 kasus
HIV dilaporkan dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi dan kasus HIV/AIDS
1
paling banyak ditemukan di kelompok umur 20-49 tahun (Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Kondisi nutrisi yang kurang baik bagi ibu hamil akan menjadi penyebab
kesakitan dan kematian yaitu anemia dan kurang energi kronis (KEK). Ibu
hamil yang mengalami anemia dapat mengalami kejang sampai kematian jika
kekurangan zat besi. KEK masih merupakan masalah gizi utama yang sering
menimpa WUS. Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasildari pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) di bawah 23,5 cm. Dampak dari wanita pranikah
yang menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia,
kematian pada ibu pada saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR),
kelahiran prematur, bayi lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie
dkk. 2016).
Oleh karena itu untuk mencegah terjadi masalah, maka calon pengantin
diberikan pengetahuan mengenai gizi yang berperan penting dalam
pemenuhan kecukupan gizi seseorang. Kurangnya pengetahuan terhadap gizi
akan mempengaruhi pemahaman konsep yang berhubungan dengan gizi. Oleh
karena itu perlu dilakukan penanganan salah satunya dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan
adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan,
sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012). Dengan
pemberian pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan asupan gizi
pada wanita usia subur (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, informasi dan memberikan
asuhan kebidanan pada calon pengantin wanita.
2
1.2.2 Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Tinjauan Teori Terkait Pra-Nikah (Calon Pengantin)
2.4.1 Definisi Pra-Nikah
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri ke dalam suatu ikatan yang didalamnya terdapat komitmen
dengan tujuan membina rumah tangga dan meneruskan keturunan.
Perkawinan merupakan suatu hubungan antara seorang laki-laki dan
perempuan yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan
pengasuhan anak yang sah, dan didalamnya terjadi pembagian hubungan
kerja yang jelas bagi masing-masing pihak baik suami maupun istri
(Wibisana, 2016).
2.4.2 Persiapan Pra-Nikah
Persiapan Pra Nikah pada calon pengantin (Kemenkes, 2015), persiapan
pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan
kesiapan sosial ekonomi.
1. Persiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila
telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status
gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan sudah merasa siap
untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak
hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang
baik untuk membuatnya tumuh dan berkembang denga baik. Status
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti
4
status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi
KEK dan anemia.
4. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi
besi serta defisiensi asam folat.
5. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
5
keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan (riwayat kesehatan kedua belah
pihak), termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan. Dari tujuan tersebut
tampaklah jelas bahwa pemeriksaan ini sangat memperhatikan
permasalahan keturunan. Maka dari itu dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan pranikah berarti kita telah melaksanakan pemeliharaan
keturunan (hifz} al-Nasl) yang diperintahkan oleh agama. Selain itu,
adapun tujuannya yakni (Latifah, 2019) :
1. Memaksimalkan kesehatan para calon orang tua dan bayi,
menciptakan keadaan lingkungan yang kondusif untuk kehamilan.
2. Memberikan edukasi pada calon orang tua, memberdayakan mereka
untuk dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi
yang telah mereka dapatkan dan mempersiapkan mereka menjadi
orang tua.
3. Memberikan konseling tentang perencaan konsepsi dan untuk
mengurangi kejadian kehamilan yang tidak direncanakan termasuk
tentang penghentian penggunaan kontrasepsi.
4. Memberi informasi tentang pelayanan kesehatan ibu pada para calon
orang tua dan memberikan pilihan tentang perawatan antara yang
mereka butuhkan dan inginkan.
2.4.4 Pelayanan Kesehatan Pra-Nikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes, 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku keshatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun
bagi penyuluhannya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI tahun 2018.
Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin
ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang
telah ditentukan.
6
Menurut Kemenkes (2018) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi : pemeriksaan fisik yang dilakukan
minimal meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu,
nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi (menaggulangi masalah
kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penelitian
status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut :
IMT = BB (kg)
TB² (m)
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Kategori IMT
7
1. Pemeriksaan darah rutin : Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan
golongan darah
2. Pemeriksaan darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus,
Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, Hepatitis B dan C,TORCH
(toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan herpes simpleks).
3. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai
status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi Interval (selang Lama Perlindungan
TT waktu minimal)
8
2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain:
a. Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik
atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buahbuahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
b. Beban kerja/aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak
yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka
yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka
apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang
dibutuhkan juga semakin banyak.
c. Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan
juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat
malnutrisi, mekanismenya yaitu:
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
d) Pendapatan keluarga
9
2.5.3 Cara Pengukuran KEK
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK
kronik pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan
atas (LiLA). Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 55 tahun yang
terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas LiLA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila
LiLA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK
dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa, 2016).
Cara menggunakan pita LILA yaitu:
a) Tetapkan posisi bahu dan siku dengan menukuk siku, untuk tangan
yang digunakan yaitu tangan kiri, jika sampel kidal gunakan tangan
kanan.
b) Tentukan titik tengah antara bahu dengan siku.
c) Kemudian lingkarkan pita LILA pada bagian titik tengah lengan
tersebut.
d) Pita LiLA jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar.
e) Kemudian baca skala pita LiLA tersebut, lalu catat(Arisman, 2007).
2.5.4 Akibat KEK Terhadap Kejadian Stunting
Salah satu diantara faktor penyebab stunting terbanyak adalah
riwayat ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kekurangan Energi
Kronis (KEK) adalah suatu keaadan malnutrisi yang berlangsung
menahun. Seseorang dikatakan KEK bila hasil pengukuran Lingkar
Lengan Atas menunjukkan hasil <23,5. Ketika ibu hamil mengalami
kekurangan gizi, maka janin yang ada didalam kandungan akan terhambat
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan
janin yang terhambat akan beresiko janin bayi lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Berat badan lahir bayi yang kurang merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya stunting pada balita.
10
2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Calon Pengantin
1. Pengkajian
2. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Untuk mengetahui identitas pasien dan menghindari
kekeliruan dengan pasien lainnya.
Umur : Untuk memastikan usia dan sebagai identitas. Pada
dasarnya UU Nomor 16 Tahun 2019 bahwa pernikahan
hanya diijinkan jika sudah mencapai umur 19 tahun.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien guna memberikan
dukungan sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh
pasien.
Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tindakan
kebidanan.
Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal
dengan menggunakan cara yang sesuai dengan
pendidikan.
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah ibu terlalu lelah dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan
tubuh.
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
b. Keluhan
Ingin memeriksakan kondisinya untuk persyaratan menikah.
11
c. Riwayat Menstruasi
Pengkajian meliputi siklus haid, lamanya, menarche, teratur/tidak, ada
keluhan/tidak. Siklus menstruasi dikaji keteraturannya setiap bulan,
siklus yang teratur menunjukkan fungsi ovarium yang cukup baik.
d. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mengidentifikasi penyakit yang diderita saat ini oleh pasien
seperti Asma, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hepatitis, HIV/AIDS,
Kelainan Jantung. Imunisasi Tetanus Toxoid, Hepatitis, HPV,
TORCH, dll.
e. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien apakah pernah
menderita Asma, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hepatitis, Kelainan
Jantung.
f. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Pentingnya informasi tentang keluarga pasien untuk mengidentifikasi
penyakit Asma, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hepatitis,Kelainan
Jantung, dan sebagainya.
g. Sexsual (activity sexual)
Apakah adanya perilaku sexual pranikah, atau perilaku sexual
beresiko, kemungkinan terjadi kehamilan, kemungkinan resiko IMS,
kemungkinan resiko sexual.
h. Pernikahan
Bagi catin remaja dan catin sudah pernah menikah. Alasan
memutuskan menikah karena kehendak pribadi, keluarga atau masalah
lain. Bila catin sudah pernah menikah sebelumnya tambahkan data
usia pertama menikah, lama menikah, jumlah anak, jarak anak, status
kesehatan, dan riwayat pasangan sebelumnya, adanya perilaku sexual
beresiko.
i. Riwayat Obstetric (bagi catin yang sudah menikah, riwayat
kehamilan, persalinan, jumlah anak, bayi yang dilahirkan, keguguran,
kontrasepsi)
12
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Dilakukan dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan, kriteria hasil pengamatan
normalnya adalah baik.
Kesadaran : Mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
tingkat kesadaran yang bila dikaji normalnya
adalah composmentis. Composmentis ialah
kesadaran normal , sadar sepenuhnya yang dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
Tekanan darah : Normalnya 100/60 mmHg -120/90 mmHg
Suhu : Suhu tubuh normalnya 36,5˚C – 37,5˚C. Jika lebih
dari 37,5˚C dikatakan demam, yang mungkin
menjadi salah satu adanya infeksi.
Nadi : Dalam keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80
x/menit
Respirasi : Normalnya 16-24x/menit
Berat badan : Untuk mengetahui peningkatan atau pengurangan
berat badan tubuh pada pasien.
Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien
LILA : Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, dengan
LILA dibawah ini menunjukkan adanya
kekurangan energi kronis.
IMT : Untuk mengetahui kategori indeks masa tubuh
pasien apakah termasuk kategori kurus,normal atau
gemuk.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Penilaian pada kepala yakni warna rambut
13
Muka : Penilaian pada muka ditujukan untuk melihat apakah
pucat atau tidak
Mata : Pemeriksaan pada mata apakah simetris atau tidak
Hidung : Penilaian pada hidung apakah simetris, ada polip,
ada serumen, serta dinilai kebersihannya.
Telinga : Penilaian pada telinga apakah simetris, ada serumen
dan dinilai kebersihannya.
Mulut : Untuk mengkaji kelembapan mulut seperti pucat
atau tidak
Dada : Pemeriksaan pada dada apakah terdapat kelainan
bentuk dada
Abdomen : Menilai apakah simetris dan ada bekas luka/operasi
Genetalia : Bila indikasi sasaran, keputihan abnormal,
luka/lecet, bengkak pada pangkal paha, adanya
kondiloma, rasa gatal/terbakar
Anus : Haemoroid, luka
b) Palpasi
Kepala : Penilaian apakah rambut mengalami rontok, terdapat
lesi dan ketombe
Muka : Pemeriksaan pada muka melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah
Mata : Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna,
yang dalam keadaan normal berwarna putih.
Sedangkan pemeriksaan konjungtiva dilakukan
untuk mengkaji munculnya anemia. Konjungtiva
yang normal berwarna merah muda.
Telinga : Untuk menilai ada tidaknya nyeri tekan.
Mulut : Untuk menilai pemeriksaan pada gigi merupakan
bagian penting yang harus diperhatikan
kebersihannya, dan apakah terdapat caries atau tidak
sebab adanya karies atau keropos menunjukkan
14
kekurangan kalsium. Mengecek ada tidaknya
stomatitis
Leher : Pemeriksaan dilakukan untuk menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
Dada : Pemeriksaan Dalam keadaan normal, tidak terdapat
benjolan dipayudara
Abdomen : Penilaian pada perut apakah ada tidaknya
massa/tumor, nyeri abdominal, hepar/limpa
Ekstermitas: Untuk menilai apakah terdapat
pembengkakan/oedema dan varises. Biasanya
oedema dikarenakan berdiri terlalu lama dan
sebagainya. Sedangkan varises menunjukkan tidak
adanya gangguan pada pembuluh darah balik vena
c) Auskultasi
Dada : Didada normalnya suara pernafasan vesikuler, tidak
ada ronki, stridor atau mengi, bunyi jantung lup-dub
Abdomen : Penilaian pada abdomen ada tidaknya bising usus
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Hb : dilakukan pemeriksaan Hb untuk mengetahui jumlah kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah apakah dikatakan anemia atau
tidak. Normalnya 12 gr/dl.
b) Golongan darah/Rhesus : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kecocokan antara rhesus darah kedua calon pengantin.
Setelah mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB,
atau O rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah
identifikasi (+ atau -).
c) Pemeriksaan HbSag : pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
kemungkinan penularan infeksi virus hepatitis B di dalam tubuh,
screening pravaksinasi dan memantau clearence virus. Selain itu
pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu
15
pasangan menderita hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya.
d) Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular
Seksual (ISR/IMS) : pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari
adanya penularan penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan
seksual, seperti sifilis (penyakit raja singa), gonore (gonorrhea,
kencing nanah), Human Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab
AIDS).
4. Analisa
Calon pengantin dengan pemeriksaan kesehatan untuk persiapan
pernikahan
5. Penatalaksanaan
1) Jelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting bagi klien memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi.
2) Kolaborasi dengan gizi
3) Berikan KIE kesehatan reproduksi dan gizi seimbang untuk
mempersiapkan konsepsi.
4) Berikan KIE mengenai kehamilan dan perencanaan kehamilan.
5) Berikan KIE mengenai kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai
oleh calon pengantin.
6) Berikan KIE mengenai kesuburan (masa subur).
7) Jelaskan mengenai kekerasan dalam rumah tangga.
8) Berikan pelayanan skrining imunisasi TT dan suntik TT bagi klien
dengan status TT belum lengkap.
9) Berikan pengobatan atau terapi bagi calon pengantin sesuai indikasi
yang dibutuhkan.
10) Lakukan pendokumentasian.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
17
1.1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur : Ya
Siklus : 25 hari
1.1.4 Rencana Pernikahan
21 Januari 2023
1.1.5 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Calon pengantin wanita Calon pengantin pria
Klien saat ini tidak sedang Klien saat ini tidak sedang
mengalami penyakit seperti mengalami penyakit seperti
Asma, Diabetes Melitus, Asma, Diabetes Melitus,
Hipertensi, Hepatitis, HIV/AIDS, Hipertensi, Hepatitis, HIV/AIDS,
Kelainan Jantung. Imunisasi Kelainan Jantung. Imunisasi
Tetanus Toxoid, Hepatitis, HPV, Tetanus Toxoid, Hepatitis, HPV,
TORCH, dll. TORCH, dll.
18
Hepatitis,Kelainan Jantung, dan Hepatitis,Kelainan Jantung, dan
sebagainya. sebagainya.
19
Tanda-tanda Vital Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7ºC Suhu : 36,5ºC
Nadi : 83 x/menit Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit Respirasi : 20 x/menit
Antropometri Antropometri
BB : 40 kg BB : 51 kg
TB : 152 cm TB : 160 cm
IMT : 17.3 IMT : 19.9
LILA : 22 cm
2. Palpasi 2. Palpasi
Kepala : Rambut tidak Kepala : Rambut tidak
rontok, tidak ada lesi dan rontok, tidak ada lesi dan
20
ketombe ketombe
Muka : Tidak oedema Muka : Tidak oedema
Mata : Conjungtiva merah Mata : Conjungtiva merah
muda, sklera putih muda, sklera putih
Telinga : Tidak ada nyeri Telinga : Tidak ada nyeri
tekan tekan
Mulut : Tidak caries gigi, Mulut : Tidak caries gigi,
tidak terdapat pembengkakan tidak terdapat pembengkakan
gusi, tidak stomatitis gusi, tidak stomatitis
Leher : Tidak terdapat Leher : Tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar tyroid,
limfe dan vena jugularis limfe dan vena jugularis
Dada : Tidak dilakukan Dada : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Ekstremitas :
Atas : tidak varises, tidak Atas : tidak varises, tidak
oedema oedema
Bawah : tidak varises, tidak Bawah : tidak varises, tidak
oedema oedema
3. Auskultasi 3. Auskultasi
Dada : Suara pernafasan Dada : Suara pernafasan
vesikuler, tidak ada ronki, vesikuler, tidak ada ronki,
stridor atau mengi, bunyi stridor atau mengi, bunyi
jantung lup-dub jantung lup-dub
21
Trombosit : 361.000 Trombosit : 382.000
Golongan darah : B Rhesus + Golongan darah : O Rhesus +
HBsAg : NR HBsAg : NR
HIV : NR HIV : NR
MCV : -71.3 MCV : 73.2
RBC : 4.78 RBC : 4.90
INDEKS TL : 14,91 INDEKS TL : 14,93
1.3 Analisa
Nn. A usia 21 tahun calon pengantin wanita dengan KEK
Sdr. D usia 25 tahun calon pengantin pria normal
1.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa klien dalam keadaan baik.
e/ Klien senang dengan hasil pemeriksaannya.
2. Kolaborasi dengan gizi untuk mengatasi masalah KEK pada calon
pengantin wanita.
e/ klien bersedia
3. Memberikan KIE mengenai :
a. Kesehatan Reproduksi dan gizi seimbang untuk mempersiapkan
konsepsi. Kesehatan Reproduksi calon pengantin perlu dijaga
agar dapat berfungsi dengan baik seperti mengganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, tidak boleh sering menggunakan cairan
pembilas vagina, membersihkan organ reproduksi dari depan ke
belakang dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan. Status
gizi calon pengantin wanita perlu diketahui salah satunya untuk
persiapan kehamilan. Untuk mencegah kondisi berbahaya seperti
anemia, KEK(Kurang Energi Kronis), maka calon pengantin
dianjurkan untuk melakukan berbagai persiapan gizi sebelum
memasuki jenjang pernikahan seperti gizi seimbang yang berbeda
setiap hari (makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah dan
22
minuman), mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) yang
mengandung zat besi, biasakan minum air putih 8 gelas per hari,
dan sebagainya.
b. Kehamilan dan perencanaan kehamilan. Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan
suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Perencanaan kehamilan
selanjutnya boleh direncanakan karena jarak anak terakhir yaitu 4
tahun. Tetapi tetap harus waspada jika hamil diatas usia 35 tahun
memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.
c. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai oleh calon pengantin
seperti anemia yang sering dialami oleh wanita karena kurangnya
asupan atau konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
kekurangan gizi, diabetes melitus, dan sebagainya.
d. Kesuburan (masa subur). Peluang terjadinya kehamilan akan
meningkat ketika pembuahan atau hubungan seks dilakukan pada
masa subur. Dikatakan masa subur berlangsung pada hari ke-13
masa haid sampai ke-15 masa haid sebelum haid yang akan
datang. Masa subur wanita memiliki rentang waktu sekitar 5
hingga 7 hari.
e/ Klien memahami dengan penjelasan bidan dan bersedia mengikuti
anjurannya.
4. Menjelaskan mengenai kekerasan dalam rumah tangga kepada klien
dan calon suaminya. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika
perempuan dan laki-laki saling menghormati dan menghargai satu
sama lain. Akan tetapi apabila hal diatas tidak terjadi maka hal-hal
yang harus dihindari dalam pernikahan adalah melakukan kekerasan.
Maka sebaiknya suami maupun istri jika mempunyai masalah dalam
rumah tangga berupaya mencari solusi terlebih dahulu dan mengalah.
e/ Klien dan calon suami berusaha menjaga keharmonisan rumah
tangga agar tidak terjadi kekerasan.
23
5. Melakukan pelayanan skrining imunisasi TT dengan hasil imunisasi
TT lengkap.
e/ Klien senang dengan hasil skrining imunisasi TT bahwa sudah
lengkap.
6. Melakukan pendokumentasian.
e/ Telah dilakukan dokumentasi
24
BAB 4
PEMBAHASAN
Selain pemeriksaan fisik, dalam hal ini juga dilakukan KIE tentang pola
nutsisi yang mengharuskan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatasi KEK
yang dialami oleh calon pengantin wanita. Dalam hal ini masalah kesehatan yang
dialami oleh Nn.A yaitu KEK. Edukasi yang diberikan yaitu Memberikan KIE
tentang nutrisi yang baik seperti sayur, buah, protein atau 5 sehat 4 sempurna.
Dari setiap penjelasan yang diberikan, Nn.A memberikan umpan balik yang
baik, Nn.A memahami dengan baik serta dapat mengulangi point-point penting
yang telah dijelaskan.
25
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Hasil pemeriksaan TTV, fisik dan antropometri dalam batas normal, tidak
ditemukanadanya masalah atau kelainan
5.2 Saran
1. Bagi penulis
3. Bagi Masyarakat
26
DAFTAR PUSTAKA
27