Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128
*Korespondensi: farahdinabachtiar@upnvj.ac.id
ABSTRAK
Aktivitas fisik diartikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka manusia
yang membutuhkan pengeluaran energi. Di era digital seperti saat ini, remaja cenderung
kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan
oleh remaja dapat meningkatkan indeks massa tubuh. Semakin rendah aktivitas fisik
seseorang, maka kemungkinan akan semakin besar pula peningkatan indeks massa tubuhnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan
indeks massa tubuh (IMT) pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah remaja
yang merupakan siswa di SMK Kesehatan Bhakti Insani Depok dengan jumlah sampel
sebanyak 93 orang. Parameter yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik menggunakan
kuisioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Analisis data menggunakan
SPSS 23. Hasil correlation coefficient antara aktivitas fisik dengan IMT sebesar 0,192 dengan
nilai signifikansi 0,065 (p > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan IMT pada remaja.
makan di restoran cepat saji memiliki Development (OECD) Indonesia akan menjadi
hubungan yang positif dengan peningkatan negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak
IMT. kelima di masa depan, bahkan bertambah 6%
IMT atau indeks massa tubuh adalah di tahun 2020. Melihat hal ini, remaja yang
suatu bentuk pengukuran atau metode cenderung memiliki aktivitas fisik yang
skrining yang digunakan untuk mengukur rendah dan cenderung memilih sesuatu yang
komposisi tubuh dimana pengukuran ini instan karena kesibukannya dapat merubah
diukur dengan berat dan tinggi badan yang gaya hidupnya menjadi lebih baik. Dalam
kemudian diukur menggunakan rumus IMT melakukan gerakan tubuh, kualitas gerak
(Habut et al., 2016). IMT remaja di atas 18 fungsional tergantung dari efektifitas dan
tahun cenderung terkena masalah obesitas efisiensi gerak individu. Ada beberapa faktor
meskipun status underweight masih cukup yang mempengaruhinya, antara lain
tinggi (Habut et al., 2016). Prevalensi keseimbangan, selain fleksibilitas, koordinasi,
obesitas pada kelompok usia dewasa adalah kekuatan, dan daya tahan.
11,7% kelebihan berat badan 10%, sehingga Berdasarkan hasil penelitian
total menjadi 21,7% (Habut et al., 2016). sebelumnya, tingkat aktivitas fisik yang
Angka dari Kementerian Kesehatan Republik dilakukan oleh remaja berada pada kategori
Indonesia menunjukkan bahwa masalah rendah dengan beberapa remaja memiliki
kelebihan berat badan pada wanita 26,9% kelebihan berat badan. Hasil penelitian
lebih tinggi daripada pria, angka ini 16,3%. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Perubahan IMT yang dapat terjadi pada signifikan antara aktivitas fisik dengan IMT
kelompok umur dan jenis kelamin yang pada remaja yaitu p = 0,000 (p < 0,05)
berbeda, selain dipengaruhi oleh pola makan, (Krismawati et al., 2019).
juga dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik Namun, penelitian yang lain
yang dilakukan (Utara et al., 2021). menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
Pertumbuhan dan perkembangan setiap yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
remaja berbeda satu sama lain, meskipun obesitas berdasarkan body fat percentage (p =
urutan pertumbuhan dan perkembangannya 0,419; CI 95%: 0,66-2,689) (Effendy et al.,
sama. Namun, tingkat perkembangan tiap 2018).
individu yang berbeda (Burhaeni, 2017). Terdapat perbedaan hasil penelitian
Untuk memantau tingkat tumbuh dan mengenai hubungan antara aktivitas fisik
kembang pada remaja, dengan melakukan dengan IMT, sehingga perlu dilakukan
pengukuran menggunakan alat ukur Indeks penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Massa Tubuh (IMT). IMT didefinisikan Berdasarkan latar belakang yang telah
sebagai cara untuk mengkategorikan berat diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk
badan remaja secara sederhana dalam skala mengetahui ada tidaknya hubungan antara
besar. Untuk mengukur IMT hanya fokus aktivitas fisik dengan IMT pada remaja.
pada 2 unsur yakni mengukur berat badan dan
tinggi badan. Kurangnya aktivitas fisik yang METODE
dilakukan oleh remaja, dapat menyebabkan Dalam penelitian ini digunakan metode
peningkatan IMT. Semakin rendah aktivitas penelitian korelasi dengan pendekatan cross-
fisik seseorang maka kemungkinan akan sectional yang dilakukan dalam sekali waktu
semakin tinggi pula indeks massa tubuhnya. tanpa adanya tindak lanjut atau follow up.
Insan dan gerak tubuh tidak dapat Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui
dipisahkan karena membutuhkan peran besar hubungan antara aktivitas Fisik dengan IMT
bagi IMT dan aktivitas fisik yang baik. pada usia remaja.
Keduanya merupakan cara sederhana untuk Metode yang digunakan pada penelitian
memantau status gizi, khususnya yang ini yaitu dengan menggunakan kuesioner
berkaitan dengan kurang atau lebihnya berat International Physical Activity Questionnaire
badan serta kebugaran tubuh. Menurut (IPAQ) dan pengukuran tinggi badan
Organization for Cooperation and menggunakan stature meter dan berat badan
81
Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128