Anda di halaman 1dari 5

Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)

Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan


Indeks Massa Tubuh pada Remaja
Alya Sukma Bakti Meilana, Farahdina Bachtiar*, Condrowati, Fidyatul Nazhira

Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga, Universitas Pembangunan Nasional


Veteran Jakarta, Indonesia

*Korespondensi: farahdinabachtiar@upnvj.ac.id

ABSTRAK
Aktivitas fisik diartikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka manusia
yang membutuhkan pengeluaran energi. Di era digital seperti saat ini, remaja cenderung
kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan
oleh remaja dapat meningkatkan indeks massa tubuh. Semakin rendah aktivitas fisik
seseorang, maka kemungkinan akan semakin besar pula peningkatan indeks massa tubuhnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan
indeks massa tubuh (IMT) pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah remaja
yang merupakan siswa di SMK Kesehatan Bhakti Insani Depok dengan jumlah sampel
sebanyak 93 orang. Parameter yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik menggunakan
kuisioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Analisis data menggunakan
SPSS 23. Hasil correlation coefficient antara aktivitas fisik dengan IMT sebesar 0,192 dengan
nilai signifikansi 0,065 (p > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan IMT pada remaja.

Kata kunci: aktivitas fisik, indeks massa tubuh, remaja

PENDAHULUAN terutama di perkotaan, banyak taman bermain


Pada era globalisasi saat ini terdapat yang diubah menjadi perumahan dan
banyak sekali kemajuan-kemajuan di bidang konstruksi baru, stadion dan pantai menjadi
teknologi dan informasi. Saat ini, masyarakat sangat terbatas. Situasi perkotaan dapat
mampu mendapatkan segala informasi dan menyulitkan remaja untuk berpartisipasi
mengetahui kejadian di seluruh dunia hanya dalam aktivitas fisik atau olahraga karena
melalui gadget. Dengan adanya teknologi ini takut akan kekerasan dan kejahatan di luar
menyebabkan berkurangnya intensitas rumah (Ramadona, 2018).
individu dalam melakukan aktivitas fisik, Perubahan perilaku konsumsi yang
terutama bagi remaja. Berdasarkan penelitian paling sering diamati adalah peningkatan
Iqbal et al. (2020), aspek perubahan yang pilihan makanan cepat saji atau fast food.
terjadi pada remaja, secara signifikan ada 3 Penelitian Fraser et al. (2011) menunjukkan
meliputi perkembangan fisik, kemampuan bahwa remaja yang sering makan di restoran
dan psikososial. Perkembangan fisik remaja cepat saji memiliki kecenderungan untuk
dilihat dari perubahan berat badan dan tinggi banyak mengkonsumsi makanan yang kurang
remaja. sehat. Hal ini berdampak pada terjadinya
Remaja saat ini kurang aktif secara fisik peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) jika
atau berolahraga karena lebih suka dibandingkan dengan mereka yang tidak
menggunakan perangkat seperti gadget untuk sering makan di restoran cepat saji. Penelitian
bermain game dengan teman sebayanya. ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Selain itu, seiring berjalannya waktu, oleh Jeffery et al. (2006) bahwa kebiasaan
80
Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

makan di restoran cepat saji memiliki Development (OECD) Indonesia akan menjadi
hubungan yang positif dengan peningkatan negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak
IMT. kelima di masa depan, bahkan bertambah 6%
IMT atau indeks massa tubuh adalah di tahun 2020. Melihat hal ini, remaja yang
suatu bentuk pengukuran atau metode cenderung memiliki aktivitas fisik yang
skrining yang digunakan untuk mengukur rendah dan cenderung memilih sesuatu yang
komposisi tubuh dimana pengukuran ini instan karena kesibukannya dapat merubah
diukur dengan berat dan tinggi badan yang gaya hidupnya menjadi lebih baik. Dalam
kemudian diukur menggunakan rumus IMT melakukan gerakan tubuh, kualitas gerak
(Habut et al., 2016). IMT remaja di atas 18 fungsional tergantung dari efektifitas dan
tahun cenderung terkena masalah obesitas efisiensi gerak individu. Ada beberapa faktor
meskipun status underweight masih cukup yang mempengaruhinya, antara lain
tinggi (Habut et al., 2016). Prevalensi keseimbangan, selain fleksibilitas, koordinasi,
obesitas pada kelompok usia dewasa adalah kekuatan, dan daya tahan.
11,7% kelebihan berat badan 10%, sehingga Berdasarkan hasil penelitian
total menjadi 21,7% (Habut et al., 2016). sebelumnya, tingkat aktivitas fisik yang
Angka dari Kementerian Kesehatan Republik dilakukan oleh remaja berada pada kategori
Indonesia menunjukkan bahwa masalah rendah dengan beberapa remaja memiliki
kelebihan berat badan pada wanita 26,9% kelebihan berat badan. Hasil penelitian
lebih tinggi daripada pria, angka ini 16,3%. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Perubahan IMT yang dapat terjadi pada signifikan antara aktivitas fisik dengan IMT
kelompok umur dan jenis kelamin yang pada remaja yaitu p = 0,000 (p < 0,05)
berbeda, selain dipengaruhi oleh pola makan, (Krismawati et al., 2019).
juga dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik Namun, penelitian yang lain
yang dilakukan (Utara et al., 2021). menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
Pertumbuhan dan perkembangan setiap yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
remaja berbeda satu sama lain, meskipun obesitas berdasarkan body fat percentage (p =
urutan pertumbuhan dan perkembangannya 0,419; CI 95%: 0,66-2,689) (Effendy et al.,
sama. Namun, tingkat perkembangan tiap 2018).
individu yang berbeda (Burhaeni, 2017). Terdapat perbedaan hasil penelitian
Untuk memantau tingkat tumbuh dan mengenai hubungan antara aktivitas fisik
kembang pada remaja, dengan melakukan dengan IMT, sehingga perlu dilakukan
pengukuran menggunakan alat ukur Indeks penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Massa Tubuh (IMT). IMT didefinisikan Berdasarkan latar belakang yang telah
sebagai cara untuk mengkategorikan berat diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk
badan remaja secara sederhana dalam skala mengetahui ada tidaknya hubungan antara
besar. Untuk mengukur IMT hanya fokus aktivitas fisik dengan IMT pada remaja.
pada 2 unsur yakni mengukur berat badan dan
tinggi badan. Kurangnya aktivitas fisik yang METODE
dilakukan oleh remaja, dapat menyebabkan Dalam penelitian ini digunakan metode
peningkatan IMT. Semakin rendah aktivitas penelitian korelasi dengan pendekatan cross-
fisik seseorang maka kemungkinan akan sectional yang dilakukan dalam sekali waktu
semakin tinggi pula indeks massa tubuhnya. tanpa adanya tindak lanjut atau follow up.
Insan dan gerak tubuh tidak dapat Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui
dipisahkan karena membutuhkan peran besar hubungan antara aktivitas Fisik dengan IMT
bagi IMT dan aktivitas fisik yang baik. pada usia remaja.
Keduanya merupakan cara sederhana untuk Metode yang digunakan pada penelitian
memantau status gizi, khususnya yang ini yaitu dengan menggunakan kuesioner
berkaitan dengan kurang atau lebihnya berat International Physical Activity Questionnaire
badan serta kebugaran tubuh. Menurut (IPAQ) dan pengukuran tinggi badan
Organization for Cooperation and menggunakan stature meter dan berat badan
81
Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

menggunakan timbangan berat badan. 15 31 33,3 %


Populasi yang diambil pada penelitian 16 50 53,8 %
ini adalah siswa di SMK Kesehatan Bhakti 17 12 12,9 %
Insani Depok dengan sampel sebanyak 93 Aktivitas
siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil Fisik
Ringan
dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi
(<600 MET) 57 61,3 %
dan ekslusi yang diantaranya adalah sebagai Sedang (≥
berikut: 600 MET <
a. Kriteria Inklusi 3000) 30 32,3 %
1) Sampel dengan usia 15-17 tahun Berat ( ≥
2) Berjenis kelamin perempuan atau laki – 3000 MET) 6 6,5 %
laki Kategori
3) Siswa jurusan Keperawatan IMT
b. Kriteria Ekslusi Kurang 7 7,5 %
1) Sampel dalam kondisi medis tertentu Normal 46 49,5 %
yang mempersulit dalam melakukan Berlebih 19 20,4 %
Obesitas I 17 18,3 %
aktivitas fisik.
Obesitas II 4 4,3 %
2) Tidak bersedia menjadi responden Total 93 100%
penelitian.
Analisis data dilakukan dengan Berdasarkan hasil dari data distribusi
menggunakan SPSS 23. Sampel pada frekuensi diperoleh sampel dengan jenis
penelitian ini berjumlah lebih dari 50 orang, kelamin perempuan sebagai sampel terbanyak
sehingga rumus statistik yang digunakan dengan angka persentase (94,6%)
adalah Kolmogorov-Smirnov test dengan dibandingkan dengan sampel yang berjenis
hasil nilai p > 0,05. Adapun hasil uji kelamin laki-laki dengan angka persentase
normalitas didapatkan nilai p < 0,05, maka (5,4%). Mayoritas sampel dalam penelitian ini
data berdistribusi tidak normal sehingga berusia 16 tahun (53,8%). Kategori aktivitas
dilanjutkan dengan uji hipotesis yaitu uji non fisik terbanyak yaitu pada kategori sedang
parametik dengan Spearman rho’s untuk sebanyak (61,3%) dan aktivitas fisik paling
menganalisis hubungan antara aktivitas fisik ringan sebanyak (32,3%). Rata-rata sampel
dengan IMT. Apabila didapatkan data nilai dalam penelitian ini berada pada kategori berat
signifikan p < 0,05 maka H1 diterima dan H0 badan normal (49,5%). Meskipun demikian,
ditolak. Apabila nilai correlation coefficienst terdapat 19 orang (20,4%) dengan berat badan
positif maka data dikatakan searah, apabila berlebih, 21 orang (22,6%) dengan obesitas.
bernilai negatif maka data dikatakan tidak Uji korelasi yang dilakukan dengan
searah. metode analisis bivariat, analisis data ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
HASIL PENELITIAN aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh.
Deskripsi data berupa karakteristik Hasil yang didapatkan dari uji hipotesis pada
sampel penelitian dalam bentuk tabel jumlah sampel sebanyak 93 orang yaitu
frekuensi yang disajikan sebagai berikut: p=0,065 (p>0,05), maka H0 diterima, yang
artinya tidak terdapat hubungan yang
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian signifikan antara aktivitas fisik dengan indeks
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia massa tubuh.
Karakteristik n Persentase PEMBAHASAN
Jenis Penelitian ini bertujuan untuk
Kelamin mengetahui hubungan antara aktivitas fisik
Laki - laki 5 5,4 % dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Sampel
94,6 % penelitian terdiri dari 93 sampel dengan usia
Perempuan 88
15 – 17 tahun dengan rata – rata usia 16 tahun
Usia (53,8%) dan rata – rata sampel berjenis
82
Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

kelamin perempuan (94,6%). memiliki kedua orang tua yang bertubuh


Program diet, usia, dan jenis kelamin ramping. Beberapa gen obesitas yang telah
merupakan faktor - faktor yang berkontribusi ditemukan pada manusia yaitu Lep(ob),
pada perubahan keseimbangan energi dan LepR(db), POMC, MC4R, PC-1.
berujung pada kejadian obesitas (Lin et Urbanisasi, globalisasi, dan
al., 2021). World Health Organization industrialisasi menyebabkan perubahan gaya
(WHO) melaporkan bahwa tahun 2015, hidup masyarakat Indonesia yang cenderung
sekitar 2,3 menyukai makanan cepat saji. Makanan cepat
miliyar remaja usia 15 tahun ke atas saji merupakan makanan yang tinggi lemak
mengalami kelebihan berat badan, dari dan garam dan rendah akan serat. Konsumsi
jumlah makanan cepat saji berlebih dapat
tersebut lebih dari 700 juta mengalami menyebabkan kelebihan asupan energi dan
obesitas. Dengan prevalensi sebesar 11% meningkatkan resiko terjadinya overweight
pada pria, dan 12% pada wanita. Proporsi dan obesitas. Kecanggihan teknologi membuat
pada populasi tinggi terjadi dinegara maju gaya hidup yang dulunya aktif menjadi tidak
seperti Amerika serikat maupun Eropa, aktif. Aktivitas fisik yang tidak adekuat akan
mengalami masalah kelebihan berat badan mengakibatkan penggunaan energi yang
sebanyak 62% dan 26% nya lagi mengalami tersimpan dalam tubuh tidak optimal. Bila
masalah obesitas. Di Asia Tenggara proporsi tidak diiringi asupan makanan yang sedikit
populasi yang mengalami overweight maka hal ini dapat menyebabkan
mencapai 14% dan 3% mengalami obesitas ketidakseimbangan (Andini & Septadina,
(Widyaningtyas & Kartini, 2013). Data 2016).
Rikesdas 2018, menyatakan bahwa kejadian
obesitas pada remaja berusia di atas 18 tahun KESIMPULAN
memiliki berat badan lebih sebanyak 13,6% Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
dan mengalami obesitas sebanyak 21,8%. disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
Masalah obesitas di Indonesia memiliki yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
prevalensi obesitas sentral pada remaja diatas indeks massa tubuh pada remaja. Penelitian
usia 15 tahun sebesar 31%. selanjutnya dapat dilakukan dengan
Penelitian ini menemukan bahwa tidak memperhatikan aspek lain yang dapat
terdapat hubungan yang signifikan antara mempengaruhi indeks massa tubuh selain
aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh. aktivitas fisik, seperti menelusuri faktor
Hal ini mungkin disebabkan karena kurang genetik maupun pola konsumsi makanan pada
bervariasnya jenis aktivitas fisik yang remaja.
dilakukan oleh responden. Kegiatan olahraga
yang dilakukan cukup terbatas karena hanya UCAPAN TERIMAKASIH
dilakukan saat jam olahraga di sekolah. Peneliti ingin menyampaikan terima
Ketika responden memiliki waktu luang, kasih kepada Program Studi Fisioterapi
maka waktu luang tersebut lebih banyak Program Diploma Tiga, Universitas
digunakan untuk mengerjakan tugas sekolah Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang
dan beristirahat. telah mendukung dalam penelitian ini.
Selain itu, ada faktor lain yang
mempengaruhi indeks massa tubuh selain DAFTAR PUSTAKA
aktivitas fisik, seperti genetik dan pola makan Andini, A. R., & Septadina, I. S. (2016).
(Sartika, 2011). Faktor genetik memiliki Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya
peran cukup besar terjadinya obesitas. Anak Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD
dengan kedua orang tua yang obesitas Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1
memiliki resiko 80% menjadi obesitas, jika Palembang cepat saji .6 Makanan cepat
hanya satu yang mengalami obesitas maka saji merupakan case control dan dilakukan
resiko terjadinya obesitas adalah 40%, dan pada dua sekolah berat badan ( BB ) yang
7% mengalami obesitas bila anak tersebut diukur dengan timbangan Has. Jurnal
83
Volume 4, Nomor 2 (Desember 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 114– 7(1), 29–32.


119. https://doi.org/10.24843/MIFI.2019.v07.
Burhaeni. (2017). Aktivitas Fisik Olahraga i01.p05.
untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Lin, Y., Yuan, J., Long, Q., Hu, J., Deng, H.,
Siswa SD. Indonesian Journal of Zhao, Z., Chen, J., Lu, M., & Huang, A.
Primary Education. 1(1), 51–58. - (2021). Patients with SARS-CoV-2 and
http://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/i HBV co-infection are at risk of greater
ndex. liver injury. Genes and Diseases, 8(4),
Effendy, S., Gunawan, M. F., Lintang, D., 484–492.
Argoputra, A., Anggraeni, P. D., & https://doi.org/10.1016/j.gendis.2020.11.
Abraham, Y. B. (2018). the Relationship 005
Between Physical Activity and Obesity Ramadona, E. T. (2018). Hubungan Indeks
Based on Body Fat Percentage in Massa Tubuh Dan Tingkat Aktivitas Fisik
Banjaroyo Village. International Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V Di Sd
Physical Activity Jurnal Farmasi Sains Negeri Samirono Kecamatan Depok
Dan Komunitas, 15(1), 29–36. Kabupaten Sleman. FIK-Universitas
http://dx.doi.org/10.24071/jpsc.151963 Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: ePrints.
Fraser, L. K., Edwards, K. L., Cade, J. E., & Sartika, R. A. (2011). Risk Factors of Obesity
Clarke, G. P. (2011). Fast food, other in Children 5-15 Years Old. Makara
food choices and body mass index in Journal of Health Research, 15(1).
teenagers in the United Kingdom https://doi.org/10.7454/msk.v15i1.796
(ALSPAC): A structural equation Utara, R. T., Sp.A1, dr. P. W., Saputra, A.,
modelling approach. International Muzaffar, A., Alpaizin, M., Wibowo, Y.
Journal of Obesity, 35(10), 1325–1330. G., Prawira, R. R. Z., Tribinuka, T., Oir,
https://doi.org/10.1038/ijo.2011.120 G. A. L. M., Habut, M. Y., Nurmawan, I.
Habut, M. Y., Nurmawan, I. P. S., & P. S., Wiryanthini, I. A. D., Azeem, Z.,
Wiryanthini, I. A. D. (2016). Hubungan Sharma, R., Amiri-Khorasani, M.,
Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Akdag, M. B., Badilli, F. S., & Akkus, Z.
terhadap Kesimbangan Dinamis pada (2021). Pembinaan Pemain Muda
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Melalui. Journal of International Dental
Universitas Udayana. Erepo Unud, 831, and Medical Research, 1(1), 13–17.
1–14. Widyaningtyas, S. A., & Kartini, A. (2013).
Iqbal, M., Amri, U., Bahtiar, R. S., & Pratiwi, Hubungan Usia Menarche Dengan
D. E. (2020). Dampak Penggunaan Obesitas Pada Remaja Putri Di Sma
Gadget terhadap Kemampuan Interaksi Theresiana 1 Semarang. Journal of
Anak Sekolah Dasar pada Situasi Nutrition College, 2(1), 10–17.
Pandemi Covid-19 . Jurnal Pendidikan https://doi.org/10.14710/jnc.v2i1.2090
Dasar 2(2), 14–23.
Jeffery, R. W., Baxter, J., McGuire, M., &
Linde, J. (2006). Are fast food
restaurants an environmental risk factor
for obesity? International Journal of
Behavioral Nutrition and Physical
Activity, 3, 1–6.
https://doi.org/10.1186/1479-5868-3-2
Krismawati, L. D. E., Andayani, N. L. N., &
Wahyuni, N. (2019). Hubungan Antara
Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa
Tubuh (Imt) Pada Remaja Usia 16-18
Tahun Di Sma Negeri 2 Denpasar.
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,
84

Anda mungkin juga menyukai