Disusun oleh:
Dibimbing oleh:
Dr. Michael Tanaka, Sp.JP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
lemak abnormal atau berlebihan yang menghadirkan risiko bagi kesehatan.1Obesitas dapat
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2016 39% wanita dan 39% laki-
laki berusia 18 tahun ke atas di dunia termasuk dalam kategori Overweight.3 Pada anak-anak
berusia 5-19 tahun, di tahun yang sama diteliti bahwa 18% termasuk dalam kategori
Obesitas pada remaja meningkat secara pesat di negara barat selama beberapa waktu
terakhir17, . Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang
menyebabkan obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas seperti
faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik
17
.
Hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 menunjukkan prevalensi obesitas
pada penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 19,10% yang terdiri 8,80% berat badan lebih dan
10,30% obesitas. Meningkat pada tahun 2010 menjadi 21,70% yang terdiri dari berat badan
lebih10,00% dan obesitas sebesar 11,70%. 3 Tahun 2013 dari hasil RISKESDAS prevalensi
obesitas pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,30% yang terdiri dari gemuk 5,70% dan
obesitas 1,60% .18
Indeks massa tubuh (IMT) adalah metrik yang saat ini digunakan untuk mendefinisikan
karakteristik tinggi / berat antropometrik pada orang dewasa dan untuk mengklasifikasikan
(mengelompokkan) mereka ke dalam kelompok. Hasil dari IMT mewakili indeks kegemukan
individu. Ini juga banyak digunakan sebagai faktor risiko untuk pengembangan atau
prevalensi beberapa masalah kesehatan.5 Hasil penghitungan IMT diklasifikasikan oleh
World Health Organization (WHO) menjadi IMT rendah, normal, pra-obesitas, dan obesitas
yang dibagi lagi menjadi obesitas kelas I, II dan III.6
Peningkatan massa lemak berlebihan atau obesitas pada usia pertengahan dengan
menurunnya fungsi kognitif pada usia24 . hal ini memperlihatkan keadaan yang berlawanan
mengenari pengaruh masa lemak terhadap fungsi kognitif disebut dengan “obesity paradox”
dimana obesitas pada usia pertengahan merupakan faktor reiko menurunnya fungsi kognitif .
Salah satu penjelasan mengenai obesity paradox adalah karena terrjadinya preklinis pada
demensia meliputi menurunnya berat badan, sehingga indeks masa tubuh yang rendah
meempunyai fungsi kognitif yang lebih baik dibandingkan indek massa tubuh yang tinggi16.
Fungsi kognitif adalah proses mental yang memungkinkan kita menerima, memilih,
menyimpan, mengubah, mengembangkan, dan memulihkan informasi yang telah kita terima
dari stimulus eksternal. Proses ini memungkinkan kita untuk memahami secara lebih efektif.7
Gangguan dari fungsi kognitif menyebabkan kurangnya atensi seseorang, mengingat dan
juga berbahasa. Pada tahun 2002, penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa 22.2%
penduduk yang berusia 71 tahun keatas mengalami penurunan fungsi kognitif tanpa
mengalami dementia.8
Penelitian yang dilakukan oleh Sujin Kim dkk pada tahun 2016 yang melakukan follow
up pada pasien yang sudah diteliti selama 6 tahun ke belakang mendapatkan hasil bahwa
Penelitian mengenai hubungan obesitas dengan fungsi kognitif yang dilakukan oleh
Christina Prickett dkk pada tahun 2014 terhadap individu berusia 18-65 tahun menemukan
hasil bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan penurunan fungsi kognitif seseorang.10
Kognitif” yang dilakukan oleh Yuliana berkesimpulan bahwa terdapat hubungan antara
obesitas dengan penurunan fungsi kognitif sehingga dianjurkan untuk mengontrol berat
justru Underwight merupakan faktor risiko yang kuat terhadap adanya gangguan fungsi
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya penelitian hanya dilakukan pada usia
lansia, dan memiliki hasil yang berbeda – beda , dan membuat peneliti tertarik untuk
meneliti kembali apakah terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan kemampuan kognitif
namun spesifik pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH)
dalam katagori umur remaja , dikarenakan Obesitas pada remaja meningkat secara pesat di
1.2.Rumusan Masalah
Obesitas menjadi salah satu faktor yag diduga mempengaruhi fungsi kognitif , obesitas
pada usia pertengahan merupakan salah satu faktor penurunan fungsi kognitif di usia
lanjut24. Berdasarkan data yang ada remaja memiliki kedudukan tertinggi sebagai
golongan usia yang mengidap obesitas dalam perhitungan indeks masa tubuh . dari
penelitian yang ada peneliti hanya meneliti bmi dengan penurunan fungsi kognitif hanya
usia yang lanjut ,sehingga perlu diteliti kembali dalam subyek yang berbeda yaitu pada
usia remaja .
1.3.Pertanyaan Penelitian
massa tubuh?
Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan fungsi kognitif?
Pembelajaran bagi peneliti tentang tahap – tahap dalam penyusunan tugas skripsi,
serta meningkatkan minat penelitian bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi tambahan bagi
hubungan indeks masa subuh dengan fungsi kognitif pada usia remaja .
Sebagai informasi mengenai prevalensi indeks massa tubuh dan fungsi kognitif
kognitif .
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang
lingkup yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institute
of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical
Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services telah
merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. (
who 2007). IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter(kg/m2 )). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang
berbeda.19
Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada anak berubah sesuai umur dan sesuai
dengan peningkatan panjang dan berat badan. Baru-baru ini The Centers for
Disease Control (CDC) mempublikasikan kurva IMT. IMT dapat diplotkan sesuai
jenis kelamin pada kurva pertumbuhan CDC untuk anak berusia 2-20
tahun.45,51.20
Indeks massa tubuh (IMT) adalah metrik yang saat ini digunakan untuk
dari IMT mewakili indeks kegemukan individu. Ini juga banyak digunakan
kesehatan.5
Indeks Massa Tubuh (BMI) adalah berat badan seseorang dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi dalam meter. BMI yang tinggi dapat menjadi indikator
atas beberapa faktor ini, termasuk faktor penentu perkembangan, susunan genetik,
jenis kelamin, dan usia. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat badan di mana
individu memiliki kontrol potensial termasuk tingkat aktivitas fisik, diet, dan beberapa
2.3.1 Usia
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang
lebih tua dengan IMT kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49
dan 50-59 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan
kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai oleh karena lambatnya
proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan
yang lebih sering.21
2.3.2 Jenis Kelamin
IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki.
2.3.3 Genetik
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lebih dari 40% variasi IMT dijelaskan oleh
faktor genetik. IMT sangat berhubungan erat dengan generasi pertama keluarga. Studi
lain yang berfokus pada pola keturunan dan gen spesifik telah menemukan bahwa
80% keturunan dari dua orang tua yang obesitas juga mengalami obesitas dan kurang
dari 10% memiliki berat badan normal.
2.3.3 Pola makan
Pengulangan susunan makanan yang terjadi saat makan. Pola makan berkenaan
dengan jenis, proporsi dan kombinasi makanan yang dimakan oleh seorang individu,
masyarakat atau sekelompok populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap
peningkatan indeks massa tubuh sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Hal ini
terjadi karena kandungan lemak dan gula yang tinggi pada makanan cepat saji. Selain
itu peningkatan porsi dan frekuensi makan juga berpengaruh terhadap peningkatan
obesitas. Orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami
peningkatan berat badan dibanding mereka yang mongkonsumsi makanan tinggi
karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama.
risko dari berbagai macam penyakit menjadi IMT rendah, normal, pra-obesitas dan
juga obesitas.1
Klasifikasi IMT untuk orang asia berbeda dengan IMT pada orang eropa. Klasifikasi
Pre-
Low Normal Obese
obese
18.5 – 23.0 –
<18.5 >=27.5
23.0 27.5
Klasifikasi IMT menurut sumber depkes RI23
2.5 Usia
Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau mahluk , baik yang
hidup maupun yang mati
Jenis perhitungan usia:
- Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang
sampai dengan waktu penghitungan usia.
- Usia mental
Usia mentah adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental
seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi
masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan
menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka
dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.
- Usia biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki
oleh seseorang.
Katagori umur Menurut depkes RI29.
1. Masa balita : 0-5 tahun
2. Masa kanak- kanak : 5-11 tahun
3. Masa remaja awal : 12-16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun
6. Masa dewasa akhur : 36-45 tahun
7. Masa Lansia Awal : 46-55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun
9. Masa manula : > 65 tahun
Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang
individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir,
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun
seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat
ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai kelancaran
2. Pemahaman
tersebut.
3. Pengulangan
diucapkan seseorang.
4. Penamaan
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-
bagiannya. Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus,
sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk
mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindroma afasia
c. Memori
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses
penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga
proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagidalam tiga
tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall,
yaitu:
1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall
hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat
(attention)
2. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit,
hidup.
Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Istilah
materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd. Sedangkan amnesia
retrograd merujuk pada amnesia pada yang terjadi sebelum brain insult. Hampir
depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Istilah amnesia psikogenik
jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai
d. Visuospasial
atau meniru berbagai macam gambar (misal : lingkaran, kubus) dan menyusun balok-
balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal
e. Fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan masalah / persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran
Obesitas merupakan faktor yang sudah dikaitkan dengan penuruan kesehatan fisik dan
fungsi kognitif, dengan implikasi tidak hanya pada individu, namun juga bagi
masyarakat. Korelasi tingkat yang lebih tinggi dari lemak perut/indeks massa tubuh
dan aktivasi fMRI tampak sukrosa berkurang dalam dopamine yang berhubungan
dengan daerah otak (cauda, nucleus accumbens) yang tinggi pada orang dewasa tua.
Asosiasi yang signifikan antara penurunan kembali fungsi respon dan obesitas
menunjukkan dugaan bahwa penurunan fungsi dopamine mungkin merupakan
mekanisme yang masuk akal untuk penambahan berat badan pada orang dewasa.30
Dopamin merupakan salah satu neuratransitter yang diprodusi pada saat melakukan
aktivitas fisik, dimana menyebabkan pembentukan konesi sinaptik ( antar sel saraf )
dalam jumlah besar yang berpengaruh pada respon perilaku sehingga mempunyai
respon kognitif yang vepat dalam memproses informasi , rentang memori dan
kemampuan dalam memecahkan masalah dan dapat juga memicu pelepasan BDNF
(brain derived neurophic factor ) suatu factor yang memungkinkan satu sel saraf
berkomunikasi dengan sel saraf lain , yang bertanggug jawab pada pembentukan dan
daya tahan saraf terhadap kerusakan dan stress yang banyak ditemukan di hipokampus
(area otak yang terlibat langsung dengan proses belajar ) sehingga orang yang rajin
melaukan aktifitas fisik akan mengalami penurunan berat badan dan dapat
Metode Penellitian
Daftar pustaka
1. Body mass index - BMI [Internet]. World Health Organization. World Health
http://www.euro.who.int/en/health-topics/disease-prevention/nutrition/a-healthy-
lifestyle/body-mass-index-bmi
1993Jan;119(7_Part_2):655.
https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/overweight_obesity/obesity_adults/en/
https://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/overweight_obesity/obesity_adolescents/en
6. Body mass index - BMI [Internet]. World Health Organization. World Health
http://www.euro.who.int/en/health-topics/disease-prevention/nutrition/a-healthy-
lifestyle/body-mass-index-bmi
7. Robbins TW. Cognition: The Ultimate Brain Function. Neuropsychopharmacology.
2010;36(1):1–2.
9. Kim S, Kim Y, Park SM. Body Mass Index and Decline of Cognitive Function. Plos
One. 2016Nov;11(2).
10. Prickett C, Brennan L, Stolwyk R. Examining the relationship between obesity and
Practice. 2015;9(2):93–113.
12. Xiang X, An R. Body weight status and onset of cognitive impairment among U.S.
2015;60(3):394–400.
13. Defining Adult Overweight and Obesity | Overweight & Obesity | CDC [Internet].
Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease Control and
https://www.cdc.gov/obesity/adult/defining.html
14. Body Mass Index (BMI) for Adults [Internet]. CCHRC. [cited 2019Sep14]. Available
from:http://www.cchrchealth.org/archives/health_calculators_p/body-mass-index-
bmi-for-adults
15. Institute of Medicine. Weight Management: State of the Science and Opportunities
for Military Programs. In: Weight Management: State of the Science and
Luchsinger JA. Midlife and late-life obesity and the risk of dementia: cardiovascular
17. Ayu R, Sartika D. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia.
Makara Kesehatan. 2011;15(1):37-43.
18. Kemenkes. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2013
Jakarta : Fakultas
Jul;36(4):1057-65.
22. Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
23. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), Jakarta; [internet] 2006. [cited 14 Desember
24. Yuniati, F. & Riza, M. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kesulitan
Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2004. Jurnal
25. Strub, R.L. and Black, F.W. 2000. The Mental Status Examination In Neurology. 4th
ed. F.A. Davis Company. Philadelphia.
26. Modul Neurobehavior. (2008). Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi.
Kolegium Neurologi Indonesia.
27. Waxman S. The Limbic System. In: Clinical Neuroanatomy. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.; 2007.
28. McCabe DP, Roediger HL, McDaniel M a, Balota D a, Hambrick DZ. The
relationship between working memory capacity and executive functioning: evidence
for a common executive attention construct. Neuropsychology. 2010;24(2):222-243
29. Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2. Depkes RI, 2008. Millenium
Development Goals 2015. Jakarta. 3. Eddy Soewandojo Soewando, 2002.
30. Green, E., Jacobson, A., Haase, L., and Murphy, C. (2011). Reduced nucleus
accumbens and caudate nucleus activation to a pleasant taste is associated with
obesity in older adults. Brain Res. 1386, 109–117.
31. Ambardini RL. 2010. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Negeri Yogyakarta