Anda di halaman 1dari 20

STEP 1

 Tolerabilitas = kemampuan untuk menoleransi


toleransi
ability : kemampuan

STEP 2

1. Apa yang dimaksud dengan uji pre-klinik?


2. Alasan dan tujuan dilakukan uji pre-klinik?
3. Apa saja yang menjadi landasan hukum uji pre-klinik?
4. Apa saja yang dilakukan pada uji pre-klinik?
5. Apa saja macam-macam uji pre-klinik?
6. Apa saja perbedaan & karakteristik uji pre-klinik?
7. Apa saja kendala dalam uji pre-klinik?
8. Apa syarat hewan coba yg digunakan pada uji pre-klinik?
9. Prinsip dasar penelitian dengan hewan coba?
10. Apa yang dimaksud dengan Tolerabilitas?
11. Hal-hal apa saja yg harus dilakukan dalam melakukan uji toksisitas?
12. Bagaimana uji-preklinik dapat memperkirakan tolerabilitas, khasiat, dan
keamanan?
13. Apa yang harus dilakukan untuk mengetahui tolorabilitas obat/senyawa
tertentu?
STEP 3 dan STEP 7

1. Apa yang dimaksud dengan uji pre-klinik?


Uji preklinik
- Uji laboratorium pd obat-obat baru, subjek hewan, untuk melihat
efektivitas obat baru, dan keamanan obat untuk manusia.
- Akan diperoleh Informasi tentang efek farmakologi, farmakodinamik,
toksisitas calon obat.
- Dapat dilakukan pd bahan biologi lainnya seperti kultur jaringan,
kultur biakan kuman.
- Hasil isolasi/sintesis, sudah melewati uji farmakologi, pd organ
terpisah maupun pd hewan.

2. Alasan dan tujuan dilakukan uji pre-klinik?


 Untuk menilai keamanan obat sbg obat tradisional, bahan makanan
 Untuk menilai potensi obat (efektivitas)
 Membuktikan kebenaran khasiat & keamanan scr ilmiah suatu
bahan/zat

3. Apa saja yang menjadi landasan hukum uji pre-klinik?

- UU no.36 tahun 2009  pasal 44 ayat 4


“ untuk penelitian thd hewan coba harus menjamin kelestarian
hewan coba & tdk berdampak buruk terhadap manusia”
- UU No.22 tahun 1992 tentang kesehatan
Peraturan pemerintah no 39 tahun 1995  penelitian dan
pengembangan kesehatan (kaitan dengan landasan hukum uji pre-
klinik)
- Depkes RI tahun 2007  buku pedoman nasional ethic penelitian
kesehatan (etika penelitian/hewan coba)
- Landasan hukum prinsip etik hewan coba (WHO):
1. Replacement
Relatif : tetap melaksanakan hewan perxobaan, donor organ, sel,
jaringan
Absolut : tdk memerlukan bahan dari hewan, tp memanfaatkan
galur sel hewan
2. Reduction
Mengurangi pemanfaatan jumlah hewan percobaan, sehingga
sedikit mungkin dengan bantuan ilmu statistik, ilmu komputer,
dan biokimia. Tidak mengurangi penelitian dengan hewan
percobaan dg hewan percobaan apabila tidak perlu.
Sedikit hewan coba diusahakan sudah mewakili sample
Uji aktivitas & toksisitas  in vitro (kandungan senyawa baru dan
mengurangi kematian hewan coba) baru in vivo (harus sesuai
dengan ketentuan WHO).

Uji obat :
- Konvensional
 Hewan uji jantan & betina
- Fix Dose methode
 Pada hewan betina saja krn lebih sensitif, shg mengurangi
penggunaan hewan coba
3. Refinement
Mengurangi ketidaknyamanan yang diderita hewan coba sebelum,
selama, dan sesudah percobaan.
Hewan coba tidak boleh kelaparan, penggunaan analgetik
LANDASAN HUKUM UJI PREKLINIK

 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UJI TOKSISITAS NONKLINIK SECARA IN VIVO

 PP RI NO.39 TAHUN 1995 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN


 PEDOMAN NASIONAL ETIK PENELITIAN KESEHATAN, PNEPK
4. Apa saja yang dilakukan pada uji pre-klinik?
 Uji toksisitas
Kuantitatif dan Kualitatif
Uji Toksisitas Kuantitatif :
- Tingkat I (Akut) : Menentukan letal dose
Uji dosis dan respon  menentukan perkiraan kasar LD50/LD100 dan
LC
LD50 : bagaiman obat dapat berefek 50% mematikan organisme uji
LC (letal consentration) : bagaiman obat diluar organisme dapat
menimbulkan kematian
NOEC (non observed effect level) dan NOAEL (no observed adverse
effect level)
Uji iritasi mata (salah satu mata) & kulit
Tujuan : ada efek samping ada atau tidak
UJI iritasi mata : edema, pengaruh di sklera
Uji iritasi kulit : fototoksisitas, fotosensitasi, dilakukan di kulit
punggung, kulit telinga diberikan senyawa dan dinilai dengan skor
keparahan.
Cara pemberian <24 jam, single dose, bila dosis berulang interval < 3
jam

- Tingkat II (Subkronik)
Suatu uji untuk menentukan tingkat ketoksikan zat/bahan dengan
dosis berulang dalam kurun waktu 14-90 hari, disesuaikan pemakaian
diklinik (durasi)
- Tingkat III (Kronik)
Suatu uji untuk menentukan tingkat ketoksikan/toksisitas zat/bahan
dengan dosis berulang selama hewan coba hidup

Uji tk.II dan III  untuk penggunakan obat jangka panjang, melihat
penumpukan obat bila digunakan stiap hari

Uji toksisitas khusus :

Bukan syarat mutlak, dilakukan bila :

1. Mengandung zat kimia yang berpotensi menimbulkan efek samping


khusus
2. Potensial digunakan pd wanita usia subur
3. Secara epidemiologi untuk penyakit kanker
4. Untuk indikasi penyakit kronik
Terdiri dari :
- Mutagenik
Mengamati perubahan pd materi genetik (mutasi genetik)
- Karsinogenik
Obat diberikan terus menerus bisa meninduksi sel kanker
- Teratogenik
Dilakukan pd hewan yang mengandung janin
- Addiksi
Digunakan untuk obat-obat yang mempengaruhi SSP, melihat efek2
yang ditimbulkan bila dosis ditingkat dan dihentikan mendadak
Kualitatif :
Uji Toksisitas Kualitatif :
Gejala yang timbul
Respon tubuh terhadap racun yang tidak spesifik (patognomonik)

5. Apa saja macam-macam uji pre-klinik?

Tahapan uji preklinik : uji aktivitas & uji toksisitas

 Uji farmakodinamik
Bahan obat dpt menimbulkan efek farmakologis
Bagaimana cara melakukan uji farmakodinamik?
 Uji farmakokinetik
Mengetahui Absorbsi (proses masuknya obat sampe diserap tubuh),
distribusi, metabolisme, dan eliminasi (pengeluaran obat) obat
Untuk merancang dosis aturan pakai
Bagaimana cara melakukan uji farmakokinetik?
 Uji farmasetik
Memperoleh data formulasi, standarisasi bentuk sediaan yang tepat
cara peggunaan
Bagaimana cara melakukan uji farmasetik?
Tahapan untuk obat tradisional tidak melalui uji farmakokinetik?
Tidak
Untuk mendapatkan sertifikat obat herbal terstandart, dari uji praklinik dapat
diperoleh efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat
Efikasi  kemampuan obat terikat untuk mengubah reseptor sehingga menimbulkan
efek
(respon maksimal suatu obat )
Jamu dan herbal tanpa efek samping Ning Harmanto, M. Ahkam Subroto
(Mae Sri Hartati wahyuningsih Departemen farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM)

 Uji toksisitas
Efek toksisitas suatu zat (dosis sampai efek yang ditimbulkan)

6. Apa saja kendala dalam uji pre-klinik?


 Hewan coba mati pada saat penelitian : Menggunakan hewan coba
dalam waktu lama, ditengah penelitian hewan coba mati shg belum
terlihat efek samping/khasiat.
 Membutuhkan waktu yang lama
 Biaya yg mahal: kurang sponsor, dan biaya hasil produksi tidak menutupi
biaya uji preklinik

7. Apa syarat hewan coba yg digunakan pada uji pre-klinik?


Kriteria hewan uji :
- Mencit bobot minimal 20 g umur 6-8 minggu
- Tikus bobot min 120 g umur 6-8 minggu
- Marmut bbot min 250 g umur 4-5 minggu
- Kelinci bobot min 1800 g umur 8-9 bulan

Kriteria hewan coba secara umum :

- Sehat, mengurangi bias


- Imunitas baik
- Waktu reproduktif lebih cepat, dan sensitif terhdp pengaruh
perlakuan
- Hewan yang digunakan :
 Mudah dalam pemberian obat (oral/subkutan)
 Mudah dikembangkan dan mudah dipelihara
 Fisiologi harus diperkirakan yang sesuai dengan yang dituju

8. Prinsip dasar penelitian dengan hewan coba?

Sebelum melakukan penelitian melihat 5 Freedom Animal Wellfare :

1. Hewan coba bebas dari rasa haus dan lapar, tidak boleh
kegemukan & kekurusan
2. Bebas dari panas & rasa tidak nyaman scr fisik
Contoh : kelinci tidak tahan panas, baik didalam suhu ruangan
3. Bebas dari cemas & ketakutan
4. Bebas dari mengekspresikan prilaku normal
5. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit
Sebelum memulai penelitian hewan uji harus dalam keadaan
sehat

9. Apa yang dimaksud dengan Tolerabilitas?

Tolerabilitas  Sejauh mana obat/senyawa tertentu menghasilkan efek


samping yang merugikan

Dosis maksimum yang dapat ditoleransi oleh manusia, agar obat dapat
menimbulkan efek tapi tidak sampai menimbulkan toksisitas

Apabila Toleransi aktivitas (+)  efektif & toksisitas (-)  tolerabilitas

10. Hal-hal apa saja yg harus dilakukan dalam melakukan uji toksisitas?

Penandaan Hewan UJi


Dosis Uji pada Uji Toksisitas :
 Dosis lazim yang digunakan pada manusia  dikonversi (harus
ada).
 Dosis yang lebih tinggi dari dosis lazim dengan perkalian tetap.
 Dosis tertinggi yang masih dapat diberikan pada hewan uji,
sesuai dengan kapasitas lambung hewan uji.

- Faktor lingkungan  hewan dikurung bersama atau sendiri, kotoran dari hewan
yang memiliki zat toksik akan mempengaruhi kerja obat yang diuji
Analisis Hayati, DR Harmita, Apt – DR.Maksum Radji, M.Biomed

Ketentuan :
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN UJI TOKSISITAS NONKLINIK SECARA IN VIVO

c. penyiapan : sediaan yang sama untuk manusia


dosis uji : konversi dosis terlebih dahulu
kelompok control : K(+) dan K(-)
d. hewan uji : pemberian bahan uji sesuaikan dengan kapasitas lambung
hewan uji
kondisi ruangan :
- Mencit (15-25 g) : luas alas 77 ;12,7 cm
- Tikus : 148,4; 17,8
- Kelinci (2-4) : 247

11. Bagaimana uji-preklinik dapat memperkirakan tolerabilitas, khasiat, dan


keamanan?
CARA MELAKUKAN UJI TOLERABILITAS
Uji Klinik Tahap I : yang diteliti disini ialah keamanan dan tolerabilitas obat, bukan
efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan sehat, kecuali untuk obat yang toksik
(misalnya sitostatik), dilakukan pada pasien karena alasan etik. Tujuan fase ini adalah
menentukan besarnya dosis maksimal yang dapat ditoleransi (maximally tolerated dose =
MTD), yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapat diterima. Pada fase ini,
diteliti juga sifat farmakodinamik dan farmakokinetiknya pada manusia. Hasil penelitian
farmakokinetik ini digunakan untuk meningkatkan ketepatan pemilihan dosis pada
penelitian selanjutnya. Uji klinik fase I dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa
pembanding dan tidak tersamar, dengan jumlah subyek bervariasi antara 20-50 orang.

 Tolerabilitas : sejauh mana organ mampu menerima obat


- BB
- Agresfitas
- Darah Rutin
- Histo PA Organ

Apakah uji preklinik memperkirakan tolerabilitas suatu obat?


 Bisa, dengan Uji Toksisitas dapat mengetahui gejala dan tanda
ketoksikan pd hewan uji, LD50.
 Uji toksisitas kronis dapat mengetahui tanda-tanda penurun BB,
agresifitas, Gejala diare.

Apakah penelitian dengan memeriksan histoPA pada hewan uji dapat


digunakan untuk memperkirakan tolerabilitas dari suatu obat?

Bisakah hanya dengan 1 uji untuk memperkirakan tolerabilitas suatu


obat?

 Harus lebih dari 1 uji

Apabila hasil menunjukkan harga LD50 tinggi, sesitisasi bagus, hasil


histo PA baik, apakah bisa memperkirakan tolerabilitas dari suatu
obat?

12. Apa yang harus dilakukan untuk mengetahui tolerabilitas obat/senyawa


tertentu?
Dilakukan Uji Klinik
- Crystal Denlinger, MD, FACP – Associate Professor, Department of Hematology/Oncology;
Chief, Gastrointestinal Medical Oncology; Director, Survivorship Program; Deputy Director,
Phase 1 Program, Fox Chase Cancer Center
Katherine Soltys, MD –Acting Director, Bureau of Medical Sciences, Therapeutic Products
Directorate, Health Products and Food Branch, Health Canada
Apakah tolerabilitas subjektif atau mutlak?
 Subjektif, ESO yang timbul perindividu berbeda

13. Apa perbedaan uji farmakologi dan uji farmakodinamik?


14. PERBEDAAN UJI FARMAKOLOGI DAN FARMAKODINAMIK
Uji Farmakologi :

Ekstrak daun salam untuk menurunkan tekanan darah (mengetahui khasiat)

Uji Farmakodinamik :

Bagaimana mekanisme daun salam menurunkan tekanan darah


MAPPING
PENEMUAN TANAMAN BERKHASIAT

LANDASAN
HUKUM UJI PREKLINIK

UJI UJI TOKSISITAS


AKTIVITAS/FARMAKOLOGI
IN-VITRO IN-VIVO
IN-VITRO IN-VIVO
UMUM KHUSUS

AKUT MUTAGENIK

SUB-KRONIK KARSINOGENIK

KRONIK TERATOGENIK

ADDIKSI

EFEKTIVITAS

TOKSISITAS

Anda mungkin juga menyukai