2017
KOMUNIKASI SEJAWAT
PENULISAN RESEP
PEMASANGAN INFUS
KONSELING DAN TELLING BADNEWS
MANAJEMEN LUKA
BEDAH MINOR
CHECKLIST PENILAIAN
MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
Hepatitis B - Hepatitis B adalah penyakit pada hati akibat HVB. Pada orang dengan hepatitis B
kronis biasanya memerlukan waktu lama dalam terapinya karena hepatitis B sifatnya
irreversibel, berbeda dengan hepatitis A yang reversibel.
- Tes darah dan tes fungsihati
- Pengidap hepatitis B harus diberi pengarahan sebab berisiko menularkan kepada orang
lain. Konseling harus termasuk pencegahan penularan melalui hubungan seksual,
perinatal dan risiko penularan akibat kecerobohan melalui tetesan darah yang
mengkontaminasi lingkungan. Anggota keluarga yang beresiko terinfeksi virus hepatitis B
(VHB) harus divaksinasi VHB jika ditemukan hasil HbsAg negatif dan ant-HBs negatif pada
pemeriksaan serologi. Skrining harus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan HbsAd
dan anti-HBs. Vaksinasi dari pasangan seksual telah menunjukkan hasil yang efektif
dalam mencegah terjadinya penularan virus hepatitis B secara seksual. Pasangan seksual
tetap harus diperiksa dan divaksinasi terhadap hepatitis B jika ditemukan seronegatif.
Untuk pasangan seksual tetap atau tidak tetap, yang belum diperiksa HbsAg dan anti-
HBs atau belum lengkap imunisasinya, metode perlindungan penghalang pada waktu
hubungan seksual, harus diterapkan
- Pengidap juga diharuskan untuk menutup luka terbuka, luka lecet dan membersihkan
tetesan darah dengan menggunakan hipoklorit (pemutih/bleach), karena virus hepatitis B
(VHB) dapat bertahan hidup pada permukaan lingkungan minimal 1 minggu.
- Melakukan vaksinasi hep B apabila penderita blm pernah melakukan vaksinasi
Epilepsi - Kalau kejang jangan panik berikan diazepam rektal, longgarkan pakaian, miringkan,
jangan memasukkan apapun kedalam mulut
- Obat antiepilepsi: diminum teratur, di tappering of, syarat berhenti bebas bangkitan
minimal 2 tahun, EEG normal
- Penderita epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas bangkitan minimal 2 tahun. Bila
sudah 5 tahun sesudah bangkitan terakhir, obat dihentikan dan penderita tidak
mengalami bangkitan lagi maka dikatakan telah mengalami remisi
- Penyakit epilepsi atau ayan adalah suatu kondisi yang dapat menjadikan seseorang
mengalami kejang secara berulang. Kerusakan atau perubahan di dalam otak diketahui
sebagai penyebab pada sebagian kecil kasus epilepsi. Namun pada sebagian besar kasus
yang pernah terjadi, penyebab masih belum diketahui secara pasti.
- Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari
sistem saraf. Tiap sel saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik.
Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara
berlebihan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
- Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum tentu orang yang
mengalami kejang mengidap epilepsi. Dalam dunia medis, seseorang dicurigai menderita
epilepsi setelah mengalami kejang sebanyak lebih dari satu kali. Tingkat keparahan
kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa
detik dan ada juga yang hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang pada
sebagian tubuhnya dan ada juga yang mengalami kejang total hingga menyebabkan
kehilangan kesadaran.
- Di Indonesia sendiri didapatkan data kasus epilepsi paling sedikit 700.000-1,4 juta. Angka
ini akan bertambah sekitar 70ribu tiap tahunnya. Di antaranya, terdapat kurang lebih 40-
50 persen kasus epilepsi yang terjadi pada anak-anak.
Penyebab epilepsi
- Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini
terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu
idiopatik dan simptomatik.
- Epilepsi idiopatik (disebut juga sebagai epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi yang
penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh
faktor genetik (keturunan). Sedangkan epilepsi simptomatik (disebut juga epilepsi
sekunder) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor,
seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi
sekunder.
- Pengobatan serta komplikasi epilepsi
- Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi
ini sepenuhnya. Meski begitu, obat antiepilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya
kejang sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan
mudah dan aman.
- Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang
sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara
berlebihan, serta diet khusus.
- Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah
untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara
akibat kejang.
- Epilepsi juga bisa menyebabkan kematian mendadak dan mengalami status epileptikus
pada kasus yang jarang terjadi. Status epileptikus merupakan kondisi ketika penderita
epilepsi mengalami kejang selama lebih dari 5 menit atau mengalami serangkaian kejang
pendek. Ketika serangkaian kejang pendek terjadi, penderita status epileptikus biasanya
akan berada dalam keadaan yang tidak sadar sepenuhnya. Status epileptikus dapat
menyebabkan kerusakan pada otak secara permanen, bahkan kematian.
- Penyebab
Penanganan
Kuret Atau Vakum – Tindakan kuret atau vakum bisa dilakukan jika janin yang ada di
dalam kandungan berusia 12 minggu atau kurang dari 12 minggu.
Obat Pelunak Jaringan – Jika usia kehamilan di atas 12 minggu dokter akan memberikan
obat pelunak jaringan sehingga janin menjadi lunak dan bisa keluar dengan sendirinya.
Obat pelunak jaringan itu juga bisa membuka jalan lahir bayi sehingga janin bisa mudah
keluar. Dokter akan memeriksa rahim apakah sudah bersih atau belum. Jika belum bersih
dari sisa jaringan maka dokter akan melakukan tindakan kuret.
Melahirkan Secara Normal – Jika janin meninggal di dalam kandungan dan berusia lebih
dari 20 minggu dokter akan menginduksi ibu untuk bisa melahirkan secara normal.
Melahirkan secara normal bisa dilakukan jika letak janin sudah berada di atas rongga
panggul.
Caesar – Langkah terakhir untuk mengatasi janin yang meninggal di dalam kandungan
adalah dengan operasi caesar. Hal itu dilakukan jika posisi janin tidak mapan atau tidak
berada di atas rongga panggul. Jika posisi sungsang atau oblig mengeluarkan janin harus
menggunakan bedah caesar.
Tanda-tanda
Janin Tidak Bergerak – Ibu hamil harus peka dengan gerakan janin yang ada di dalam
rahim. Jika janin yang ada di dalam kandungan tidak bergerak sama sekali selama 8
sampai dengan 12 jam segera bawa ke rumahsakit untuk memeriksakan kandungannya.
Detak Jantung Menghilang – Jika diperiksa detak jantung janin tidak ada atau
menghilang bisa dipastikan bahwa kondisi janin meninggal di dalam kandungan. Jika
janin tidak bergerak di dalam kandungan hal pertama yang dilakukan oleh pihak medis
adalah memeriksa detak jantung janin.
Pendarahan Hebat – Ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat bisa menjadi suatu
pertanda jika janin meninggal di dalam kandungan.
Kram Atau Sakit Perut – Ibu yang saat hamil merasakan kram atau sakit perut yang
semakin parah dari waktu ke waktu bisa jadi kehamilannya bermasalah. Oleh sebab itu
saat kram atau sakit perut hebat ibu hamil harus segera memeriksakan kondisi
kandungannya.
Bahaya
Janin yang meninggal di dalam kandungan dan tidak segera di atasi sangat berbahaya bagi
nyawa ibu. Jika ibu membiarkan janinnya terus berada di dalam rahim, ibu bisa mengalami
hal-hal berikut :
Pendarahan – Hal ini terjadi karena zat pembekuan darah bernama fibrinogen menurun
sehingga darah tidak bisa dibekukan.
- Kematian – Pendarahan hebat secara terus menerus bahkan saat persalinan berlangsung
bisa membuat hb darah ibu rendah. Jika hb darah ibu rendah akan menyebabkan anemia
akut. Pendarahan juga membuat ibu kehilangan banyak darah.
Leukimia - Kemoterapi
- Radiasi
- Transplantasi sumsum tulang
Ca Cervix - Penyebab : infeksi HPV, koitus pertama <15th, ganti-ganti pasangan, higiene seksual
buruk
- Operasi pengangkatan: histerektomi total (cervix dan uterus) atau radikal (cervix, uterus,
dan sebagian vagina, parametrium)
- Kemoterapi dan atau radiasi
Radiasi : dapat dilakukan disemua stage karena ca cervix sesnsitif pada radiasi, pasien
yang berusia lanjut dan orang-orang dengan fungsi jantung yang tidak bagus yang tidak
mentoleransi pembedahan
- Screening ca servix: pap smear teratur untuk yang sudah menikah
HIV - Tidak menular lewat liur, peralatan makan, makan mandi, dan bersalaman
- Penularan : darah, cairan kelamin, ibu ke bayi
- Antiretroviral (ARV tidak membunuh virus, namun dapat melambatkan pertumbuhan
virus)
SLE - Autoimun
- Genetik (hormonal) atau lingkungan (infeksi, UV, stress, obat (isoniazid, metildopa, dll))
- Terapi : sesuai gejala, penggunaan jaket kacamata sunscreen, terapi modalitas untuk
mengurangi nyeri, obat (OAINS, antimalaria, steroid, imunosupresan)
- Program rehabilitasi: istirahat, terapi fisik, terapi modalitas
Salah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30% apabila
pasien dengan SLE dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2 minggu.
Disamping itu penurunan kekuatan otot akan terjadi sekitar 1-5% per hari dalam kondisi
imobilitas. Berbagai latihan diperlukan untuk mempertahankan kestabilan sendi.
Modalitas fisik seperti pemberian panas atau dingin diperlukan untuk mengurangi rasa
nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Demikian pula modalitas lainnya
seperti transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) memberikan manfaat yang
cukup besar pada pasien dengan nyeri atau kekakuan otot.
Amputasi kaki - Sampaikan bahwa penanganan ini harus segera karena ada golden periodnya (6jam)
- Sumber infeksi apabila tidak diamputasi bisa menyebabkan infeksi menyebar dan
menyebabkan keadaan yang lebih parah
- Tetap bisa hidup normal: fisioterapi, protesa, dukungan psikis
Down - Para dokter menekankan bahwa down syndrome tidak terkait dengan segala yang
syndrome dilakukan oleh orang tua baik sebelum atau selama kehamilan. Down syndrome terjadi
bukan karena makanan atau minuman yang dikonsumsi ibunya ketika hamil, tidak juga
perasaan traumatis, bukan pula ibu dan ayah melakukan atau menyesali perbuatannya
yang telah dialami.
- Terapi Fisik (Physio Theraphy): Biasanya terapi inilah yang diperlukan pertama kali bagi
anak Down Syndrome. Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka
Disinilah mereka dibantu agar bisa berjalan dengan cara yang benar.
- Terapi WicaraSuatu terapi yang di perlukan untuk anak Down Syndrome yang mengalami
keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata.
- Terapi Okupasi Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian,
kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan
kerena pada dasarnya anak Down Syndrome tergantung pada orang lain atau bahkan
terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang
lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau
tanpa menggunakan alat.
- Terapi RemedialTerapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah
biasa.
- Terapi Sensori IntegrasiSensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan
/ sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak Down Syndrome yang mengalami
gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga
kemampuan otak akan meningkat.
- Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Mengajarkan anak Down Syndrome yang sudah berusia lebih besar agar memahami
tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang
berlaku di masyarakat.
- Terapi akupuntur
- Syok pada pasien dengue pada umumnya terjadi pada fase kritis, yaitu pada hari
demam ke 4–5 (rentang hari ke 3–7), dan sering kali didahului oleh tanda bahaya
(warning signs). Bila pasien tidak mendapat terapi cairan intravena yang adekuat
dengan segera, pasien sangat berpotensi jatuh pada kondisi syok.
- Secara garis besar, kondisi syok pada pasien dengue dapat dibagi dalam 3 tahapan
klinis: Hemodinamik Stabil, Syok terkompensasi, dan Syok Dekompensasi.
Hemodinamik stabil artinya tekanan darah pasien stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal dan tidak didapatkan tanda-tanda syok. Dalam pembahasan
selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana mengenali syok terkompensasi
dan syok dekompensasi.
- Syok Terkompensasi
- jika sejak kondisi syok terkompensasi terjadi pasien sudah bisa diidentifkasi, kita
sudah bisa mulai memberikan terapi cairan yang adekuat sehingga syok
dekompensasi tidak terjadi. Pada fase ini tekanan darah biasanya belum turun,
namun sudah terjadi penningkatan laju jantung. Oleh karena itu takikardia yang
terjadi pada saat suhu tubuh mulai turun, walaupun tekanan darah belum banyak
menurun, harus diwaspadai adanya kemungkinan anak untuk jatuh ke dalam kondisi
syok.
- Itulah kepentingan mengapa tanda-tanda vital pada pasien DBD perlu dilakukan
lebih intensif. Begitu ada tanda takikardia, segera waspada kemungkinan pasien
mengalami syok terkompensasi. Namun, pada beberapa pasien perlu diingat bahwa
bisa saja pasien sudah mengalami syok terkompensasi namun takikardia tidak
terjadi, khususnya remaja dan dewasa.
- Pemberian cairan yang adekuat pada umumnya akan memberikan prognosis yang
baik. Bila keadaan kritis luput dari pengamatan sehingga pengobatan tidak diberikan
dengan cepat dan tepat, maka pasien akan jatuh kedalam syok dekompensasi.
- Syok Dekompensasi
- Salah satu tanda klinis penting dari syok dekompensasi adalah telah terjadi
penurunan tekanan darah, hipotensi. Jika hipotensi sudah terjadi, itu artinya pasien
sudah terlambat datang. Upaya ekstra dibutuhkan untuk menjaga pasien tetap
hidup. Dan tentu saja risiko pasien mengalami kematian akan meningkat. Pasien
menjadi gelisah, bingung, atau letargi. Kejang dan agitasi mungkin terjadi
bergantian dengan letargi. etidakmampuan bayi dan anak-anak untuk mengenali
atau melakukan kontak mata dengan orang tua, atau tidak memberi respons
terhadap rangsang nyeri seperti pada saat pengambilan darah, dapat merupakan
pertanda buruk yaitu awal terjadinya hipoperfusi korteks serebri.
- Orang tua mungkin menjadi orang pertama yang mengenali tanda-tanda ini akan
tetapi mereka mungkin tidak dapat menggambarkannya, selain mengatakan ada
sesuatu yang salah. Oleh karena itu keterangan orang tua harus didengar dan
diperhatikan.
- Pada kondisi ini, tatalaksana syok dekompensasi harus dilakukan dengan sangat
intensif.
- pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk
yang mengakibatkan penularan. a. aegypti berkembang biak terutama di tempat-
tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat
lain yang menampung air hujan. nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat
di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.
Pencegahan dilakukan dengan langkah 3m :
Jika tekanan darah Anda tinggi, pantaulah dengan ketat sampai angka tersebut
turun dan bisa dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya menyarankan
perubahan pada gaya hidup yang termasuk dalam pengobatan untuk
hipertensi sekaligus pencegahannya. Langkah tersebut bisa diterapkan melalui:
Mengonsumsi makanan sehat.
Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
Mengurangi konsumsi minuman keras.
Mencegah hipertensi lebih mudah dan murah dibandingkan dengan pengobatan.
Karena itu, pencegahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin. Jika didiamkan
terlalu lama, hipertensi bisa memicu terjadinya komplikasi yang bahkan bisa
mengancam jiwa pengidapnya.
Imunisasi - Imunisasi adalah program pencegahan penyakit menular yang diterapkan dengan
memberikan vaksin sehingga orang tersbut imun atau resisten terhadap penyakit
tersebut. Program imunisasi dimulai sejak usia bayi hinggan masuk usia sekolah.
Melalui program ini, anak akan diberikan vaksin yang berisi jenis bakteri atau virus
tertentu yang sudah dilemahkan atau dinonaktifkan guna merangsang sistem imun
dan membentuk antibodi di dalam tubuh mereka. Antibodi yang terbentuk setelah
imunisasi bermanfaat untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus
tersebut di masa yang akan datang.
- Metode pemberian vaksin dalam imunisasi beragam, ada yang dengan cara
disuntikkan, dimasukkan (ditetesi) ke dalam mulut, atau bahkan disemprotkan ke
dalam mulut atau hidung. Sejumlah vaksin ada yang hanya diberikan sekali seumur
hidup dan ada juga yang perlu diberikan secara berkala agar kekebalan tubuh
terbentuk dengan sempurna.
- Bayi baru lahir memang telah memiliki antibodi dari ibunya yang diterima saat masih
di dalam kandungan, namun kekebalan ini hanya dapat bertahan hingga beberapa
minggu atau bulan saja. Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai
jenis penyakit dan perlu mulai memproduksi antibodi sendiri. Dengan imunisasi,
sistem kekebalan tubuh anak akan siap untuk menghadapi serangan penyakit
tertentu di masa depan, seperti cacar, campak, polio, tetanus, dan gondongan,
sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Imunisasi juga bisa membantu mencegah
epidemi penyakit menular serta menekan pengeluaran karena biaya pencegahan
lebih murah daripada biaya pengobatan.
- Efek Samping Imunisasi
Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, misalnya:
Nyeri atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik
Demam
Mual
Pusing
Hilang nafsu makan
- Untuk efek samping yang tergolong parah (misalnya kejang dan reaksi alergi),
jarang sekali terjadi.
- Pertimbangkanlah kembali jika Anda berencana untuk tidak menyertakan anak ke
dalam program imunisasi karena risiko efek samping vaksinasi itu sendiri lebih kecil
dibandingkan manfaatnya sepanjang hidup.
Gangguan - Pemantauan perkembangan anak secara dini dan berkelanjutan sangat dibutuhkan
tumbuh untuk mendeteksi secara dini adanya keterlambatan dan gangguan perkembangan
kembang yang angka kejadian semakin meningkat, sehingga dapat dilakukan intervensi dini.
Intervensi dini ini dapat dilakukan karena adanya kemampuan plastisitas otak.
Pemantauan perkembangan harus dilakukan pada semua bayi baik dengan maupun
tanpa faktor risiko.
- Pengertian DDST
- DDST adalah Denver Development Screening Test, yaitu salah satu metode
screening yang digunakan untuk menilai perkembangan anak dan ditujukan untuk
anak usia 1 bulan sampai 6 tahun. Test ini dilakukan oleh:
Diabetes - Lifestyle
- OAD
- Cara pakai insulin (diabdomen, Subkutan, sebelumnya dibersihkan pakai kapas
alkohol)
- Makan tetap 3x kalo tidak bisa hipoglikemi
- Atasi hipoglikemi (lemas, pusing) permen, gula
Konseling - Antiretroviral
HIV - Supportif
- Simptomatik
Balita -
dengan gizi
buruk
Stroke - Memaksimalkan tubuh yang ada
Genetik -
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENULISAN RESEP
- Anak-anak
Sampai umur 1 thn : Da= 1/12 Dd
Umur 1-2 tahun : Da= 1/8 Dd
Umur 2-3 tahun : Da= 1/6 Dd
Umur 3-4 tahun : Da= ¼ Dd
Umur 4-7 tahun : Da= 1/3 Dd
Umur 7-14 tahun : Da= ½ Dd
Umur 14-20 tahun : Da= 2/3 Dd
- Geriatri
65-74 th : dewasa – 10%
75-84 th : dewasa – 20%
≥85 th : dewasa – 30%
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMASANGAN INFUS INTRAVENA
Keterangan
No Aspek Penilaian
1 Menjelaskan dan membuat informed Selamat pagi Ibu perkenalkan saya dr.Nisa yang bertugas
consent kepada pasien tentang pada pagi hari ini. Mohon maaf ini dengan ibu siapa?
pemasangan infus Usia? Alamat? Pekerjaan?
Baik Ibu karena ibu mengalami.. maka ibu sekarang harus
dipasangkan infus berupa...untuk.. Adapun pemasang
infus ini dapat terjadi komplikasi seperti: nyeri, emboli bila
terdapat udara pada selang infus, infeksi apabila jarum
tidak diganti. Tapi ibu tidak perlu khawatir karena saya
akan melakukan pemasangan infus ini sesuai prosedur.
Bagaimana ibu apakah ibu bersedia? Jika ya, silahkan
menandatangani surat persetujuan ini ya bu.
Lalu silahkan berbaring ditempat tidur, dan disisihkan
lengan bajunya ya bu.
4 Memasang infus set pada kantung infus Sudah saya pastikan tidak ada gelembung udara pada
dan menjaga sterilitas ujung infus set yang selang infus
akan dihubungkan dengan kateter vena
Memastikan indikator udara cairan sudah - Buka tutup botol cairan infus
terisi set infus - Tusukkan pipa saluran udara, masukkan pipa saluran
infus
- Buka tutup jarum
- Mengalirkan cairan agar tidak ada udara ke bengkok
- Jepit selang, jarum ditutup
- Isikan tabung tetesan sampai ½
- Gantungkan infus dan selang infus ke tiang infus
7 Menarik stylet ke arah luar sambil Menarik stylet ke arah luar sambil mendorong kateter
mendorong kateter vena ke dalam (hanya vena ke dalam .Kemudian tekan bagian kateter vena yang
kateter vena yang permanen). sudah masuk
11 Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan mL perjam= tetesan per menit x faktor tetesan
kebutuhan faktor tetesan= 60/w
Mahasiswa perlu mengetahui set infuse w= jumlah tetesan yang dikeluarkan oleh cairan infus set
yang dipakai, 1 ml setara dengan 20 untuk mengeluarkan 1 mL cairan
tetes/menit untuk makro dan setara
dengan 40 atau 60 tetes/menit tergantung Misal:
pabrik (lihat petunjuk) Infus set dapat mengeluarkan 1 mL cairan dalam 15
tetesan. Berarti faktor tetesan 60/15=4. Jadi bila infus set
tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes
per menit berarti cairan yang masuk 25x4=100 mL per
jam
Ringan 4 4-5
Sedang 6 5-10
Berat 8 10-15
4 Melibatkan pasien dalam menentukan 2 Bagaimana ibu? Apakah ibu memiliki rekomendasi
dokter konsultan atau tempat pelayanan dokter spesialis atau tempat pmx lab? Jika tidak ada
rujukan saya merekomendasikan dr Ani Sp.PD di RS. Apakah ibu
setuju?
5 Memberi kesempatan pasien untuk 1 Apakah ada yang ingin ditanyakan bu?
bertanya dan menyampaikan semua
masalah terkait penyakitnya
KOMUNIKASI DENGAN TEMAN SEJAWAT
7 Menjelaskan kepada pasien alasan 1 Baik ibu, jadi ini akan saya rujuk ke dr X sesuai pilihan
memilih tingkatan konsultasi tersebut ibu dan sesuai kompetensi, menerima BPJS dan dekat
(item no. 2) dengan tempat tinggal ibu.
8 Mampu menulis rujukan sesuai form tipe 2
dan format rujukan :
- Tujuan surat ditulis lengkap
- Format & isi ditulis lengkap
- Pengirim ditulis lengkap
9 Memberikan feedback secara lisan atau 1 Ibu ini surat rujukannya sudah saya buatkan, mohon
tertulis kepada teman sejawat yang diserahkan kepada dr X ya bu sesuai dengan pilihan ibu.
sebelumnya merawat pasien (jika
diperlukan)
Contoh kasus :
1. Appendixitis akut IGD diberi antinyeri
2. Hivema (pendarahan dimata) IGD, anti nyeri
3. Stroke hemmorage mendadak IGD, lama dr Sp.Saraf
4. Hipospadi, epispadi dr Sp. Urologi
5. Atresia ani dr Spesialis bedah anak
6. Katarak senilis dr Sp. Mata
7. TBC pmx penunjang Gold standar (kultur dahak), biomolekuler (max 7 hari), obat AINS
8. OA pmx penunjang rontgen, analisis cairan sendi
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
BEDAH MINOR
1 Melakukan sambung rasa. Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah, dokter
yang bertugas pada pagi hari ini.
Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt? Pekerjaan?
Ada yang bisa saya bantu bu?
2 Meminta ijin &melakukan informed Baik ibu untuk menindaklanjuti keluhan yang ibu
consent (menjelaskan indikasi, prosedur, sampaikan saya akan melakukan penjahitan pada luka
resiko tindakan, dan meminta ibu.
persetujuan). Tindakan ini dilakukan untuk menutup luka sehingga
meminimalkan terjadinya infeksi dan agar jaringan yang
terputus bisa bersatu kembali.
Yang akan dilakukan disini adalah menjahit kulit dengan
jarum, benang, dan peralatan bedah minor
Mungkin akan terasa sedikit sakit, tapi tidak perlu
khwatir karena tindakan ini dilakukan sesuai prosedur
dan nnt sebelumnya akan diberi obat bius untuk
menghilangkan rasa sakit.
Risiko yang bisa terjadi akibat tindakan ini adalah
nekrosis apabila jahitan terlalu kencang, infeksi,
inflamasi akibat benang, dan keloid.
Baik ibu apakah ibu bersedia?
3 Menyebutkan dan mempersiapkan alat 1. Minor set
yang akan digunakan dengan - Gunting tajam tumpul
memperhatikan sterilitas. - Needle holder
- Klem
- Pinset cirurgis
2. Spuit untuk anastesi 3ml (lgsg disiapkan lidokasn
2cc)
3. Benang ethilon ukuran 3-0 atau 4-0, untuk wajah 5-0
atau 6-0
4. Jarum cutting (lengkung)
5. Handscoen steril
6. Duk steril
7. Kapas dan kassa steril
8. Alkohon dan povidone iodine
3 Menggali riwayat kesehatan pasien Apakah ibu memiliki riwayat penyakit kronis spt DM?
secara keseluruhan Anemia? Jantung?
Apakah ibu merokok?
4 Menggali riwayat penanganan luka - Lukanya sudah diberi obat apa saja bu?
yang pernah diperoleh - Apakah luka sudah dibersihkan?
- Apakah luka sudah dijahit/dibalut?
- Apakah luka sudah diberi antibiotik?
- Apakah luka sudah divaksinasi tetanus?
8 Menilai adanya kerusakan struktur di - Pemb darah: CRT, pulsasi arteri distal, perdarahan
bawah luka (pembuluh darah, syaraf, - Syaraf: motorik (gerakan), sensorik (rabaan)
ligamentum, otot, tulang) - Ligamentum (terlihat/ngga)
- Otot dan tulang: ROM, inspeksi, fraktur
10 Menilai adanya benda asing dalam luka Terdapat/tidak terdapat benda asing didalam luka
17 Menentukan penatalaksanaan luka Oleh karena itu untuk menangani lebih lanjut terhadap
yang akan dilakukan luka ibu saya akan melakukan
- Pembersihan luka
- Pembalutan luka
- Penjahitan luka
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN RUMATAN LUKA
15 Melepaskan balutan
16 Membersihkan luka dengan kassa
mengandung saline steril
17 Menggunting benang jahit di bawah Gunting dibawah simpul
simpul sedekat mungkin dengan
kulit
18 Menarik benang dengan cara Pakai pinset
menjepitnya
19 Menilai kerapatan dan tingkat Kedua kulit sudah menyatu, penyembuhan baik
penyembuhan luka
20 Menutup kembali dengan kassa
steril dan diplester
Aspek Profesionalisme
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN PENATALAKSANAAN LUKA LASERASI
1. Menilai penyebab luka bakar (termal, elektrik, Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah,
zat kimia). dokter yang bertugas pada pagi hari ini.
Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt?
Pekerjaan?
Bagaimana ibu mendapatkan luka ini?
- Termal (api, suhu panas)
- Elektrik
- Zat kimia asam atau basa
Sensasi
I dan IIA : terasa nyeri
IIA dan IIB : tidak terasa nyeri ada sensasi
III dan IV : tidak terasa sensasi
10 Menentukan penatalaksanaan luka yang akan Dari hasil pemeriksaan oleh karena itu perlu
dilakukan (dirawat atau dirujuk) ditangani lebih lanjut
- Dirawat/dirujuk
Perawatan:
a. Mendinginkan luka bakar dengan air
mengalir suhu 15-25 drjt (minimal 20
menit setelah paparan)
b. Memasang balutan
c. Ditutup dengan selapis kassa yg
mengandung parafin, ditutup lagi
dengan beberapa kassa kering,
pasang plester
Dirujuk :
- Luas >15% (dewasa), >10% anak
- Usia <5th >60th
- Derajat III dan IV
- Wajah perineum
- Gangguan sal napas
- Faktor komorbid
- Pastikan ABCDEF clear
- Mendinginkan, mencuci, menutup luka
dengan balutan sederhana
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
DERAJAT I DAN IIA