Anda di halaman 1dari 48

OSCE SEMESTER 7

2017

KOMUNIKASI SEJAWAT
PENULISAN RESEP
PEMASANGAN INFUS
KONSELING DAN TELLING BADNEWS
MANAJEMEN LUKA
BEDAH MINOR
CHECKLIST PENILAIAN
MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

ASPEK KETERAMPILAN YANG KETERANGAN


No
DINILAI
1 Dokter bersikap ramah pada pasien 1 Selamat pagi bu, mari silahkan duduk
(memperlihatkan bahasa tubuh yang Perkenalkan saya dr Adliah yang bertugas pada pagi
baik). hari ini, mohon maaf ini dengan bapak/ibu siapa? Usia?
2 Dokter mempersilahkan pasien masuk 1 Alamat? Pekerjaan?
dalam ruang yang memberikan privacy Apakah ada yang bisa saya bantu?
yang cukup (sesuai kondisi).
3 Dokter menawarkan pada pasien 1 Bagaimana kabar ibu hari ini?
apakah dia ingin ditemani oleh Tadi berngakat kesini dengan siapa bu? Apakah ingin
keluarganya atau siapa pun yang ditemani?
diinginkannya (sesuai kondisi).
4 Dokter membuka percakapan dan 1 Disini kita akan membahas tentang kondisi ibu, ibu
berusaha melibatkan pasien tenang saja, kerahasiannya akan terjaga, apa yang
inginibu sampaikan atau ingin ibu tanyakan kepada saya
silahkan sampaikan saja bu.
5 Dokter mengajukan pertanyaan pada 2 Baik ibu, sebelumnya ibu mengeluh mengalami ....
pasien untuk mengetahui / Apakah ibu sudah mencari tahu apa yang sedang terjadi
mengeksplorasi sampai di mana pasien dengan ibu?
telah mengetahui keaadaan dirinya. Kalau boleh saya tahu keluhan ini ibu sudah rasakan
(termasuk seberapa tingkat sejak kapan?
pengetahuan pasien dan situasi atau Bisa diceritakan awal mulanya bu?
keadaan emosi pasien). Apakah sebelumnya ibu pernah memeriksakan diri ke
dokter? Kalau boleh tahu apa yang dokter tersebut
sampaikan kepada ibu?
Apakah ibu sudah cek lab/ foto rontgen/USG/biopsi?
Bolehkah saya lihat hasilnya?
6 Dokter menanyakan pada pasien 1 Baik ibu, sebelumnya saya ingin bertanya, sejauh mana
seberapa detil informasi yang ingin ibu mengetahui keadaan ibu sekarang? Apakah secara
didengarnya rinci atau secara garis besar saja?
7 Dokter memberikan informasi dengan 3 Ibu, mohon maaf menyampaikan hal ini, hasil
cara yang tepatsesuai diagnosis dan pemeriksaan ibu menunkkan ibu mengalami..
penatalaksanaan, sertasesuai dengan  Tergantung kasusnya
situasi dan latar belakang pasien  Penjelasan mengenai penyakit:
beserta keluarganya. - Pengertian penyakit
- Penyebab
- Gejala
- Pemeriksaan
- Terapi
- Prognosis penyakit

Tetapi ibu jangan putus asa, ada beberapa hal yang


dapat kita lakukan untuk menangani penyakit ibu ini.
Selain itu karena sekarang sudah ada BPJS, insyaAllah
akan dibantu untuk masalah biayanya bu jadi ibu tidak
perlu khawatir.
8 Dokter memastikan bahwa pasien 1 Bagaimana ibu, apakah ibu bisa mengerti hal yang saya
paham dengan penjelasannya. sampaikan?
9 Dokter memberikan tanggapan 2 Saya mohon maaf bu, hal ini memang tidak seperti
terhadap emosi yang muncul pada yang kita harapkan, tetapi ibu juga tidak boleh berputus
pasien asa
10 Dokter menjelaskan perencanaan 3 Seperti yang sudah saya katakan tadi bu, kita dapat
terapi dan penanganan sesuai mengusahakan terapi untuk penyakit ibu, terdapat
diagnosis. beberapa pilihan bu, diantaranya........
11 Dokter memastikan apakah pasien 1 Bagaimana bu apakah ibu bisa mengerti tentang pilihan
(dan keluarganya) paham dengan terapi yang barusan saya sampaikan? Bisa tolong
penjelasan mengenai terapi dan diulangi?
penanganan.
12 Dokter melibatkan pasien dalam 2 Baik bu setelah mendengarkan beberapa pilihan terapi
merencanakan terapi dan yang sudah saya sampaikan, kiranya apakah ibu sudah
penatalaksanaan selanjutnya. memutuskan untuk memilih terapi yang mana? Atau
apakah ibu ingin konsultasi dengan keluarga ibu terlebih
dahulu?
13 Dokter menjawab pertanyaan tentang 3 Jadi ibu ingin mengetahui berapa persen dan berapa
prognosis sesuai dengan diagnosis lama kemungkinan ibu akan bertahan?
dengan cara yang tepat Ibu tenang saja, kami akan berusaha yang terbaik
untuk ibu, umur adalah rahasia Allah, kita sebagai
manusia tidak boleh berputus asa, insyaAllah Allah akan
memberikan jalan kepada kita
14 Dokter memberikan kesempatan pada 1 Bagaimana ibu apakah ada yang ingin ditanyakan atau
pasien dan keluarganya untuk disampaikan?
mengajukan pertanyaan (di sepanjang Baik kalau begitu, ibu X telah memilih untuk mengambil
wawancara) terapi Y, untuk itu ibu dimohon untuk datang lagi kesini
15 Dokter menjawab pertanyaan dari 2 minggu depan ya bu untuk memulai terapinya.
pasien (dan keluarganya) dengan Ada yang bisa saya bantu lagi bu? Baik kalau begitu
perhatian dan sopan (di sepanjang terimakasih banyak
wawancara)
16 Dokter mengakhiri wawancara dengan 1
tepat.

Kasus menyampaikan berita buruk:


Penyakit Keterangan

Ca Mammae - Bisa terjadi genetik/hormonal


- Bila hamil  tidak boleh diradiasi dan kemoterapi pd trisemester I
- Bila punya anak  susu formula atau donor ASI
- Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh
penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. hal inilah yang
menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. padahal, pada stadium dini
kematian akibat kanker masih dapat dicegah. tjindarbumi (1982) mengatakan, bila
penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life
expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. namun, dikatakannya pula bahwa 70--
90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam
stadium lanjut.
- Golongan Resiko
Kelompok wanita yang kemungkinan terkena kanker payudara adalah :
 Wanita dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
asupan lemak berlebihan dan kurang olahraga.
 Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara – Insidensi kanker payudara
oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.
 Pernah menderita kanker pada salah satu payudara
 Menderita tumor jinak payudara
 Infertil dan kehamilan pertama pada usia 35 tahun
 Tidak memiliki anak
 Faktor hormonal
 Awal menstruasi (menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti menstruasi
(menopause) setelah usia 50 tahun.
 Periode menstruasi lebih lama
 Tidak pernah menyusui anaknya
 Usia yang makin bertambah – Kanker payudara 78 % menunjukkan terjadi pada
usia lebih 50 tahun dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan
rata-rata kanker payudara ditemukan pada usia 64 tahun.
- Gejala Klinik
Gejala klinik dari kanker payudara adalah :
 Benjolan di payudara atau ketiak.
 Perubahan bentuk dan ukuran payudara yang luar biasa.
 Kerutan atau lekuk yang luar biasa pada payudara.
 Puting payudara tertarik ke dalam.
 Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting payudara.
- Metode Deteksi Dini
Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor penting dalam
menanggulangi kanker payudara. Oleh karena kanker payudara merupakan jenis kanker
yang mudah dideteksi.
Untuk menemukan kanker pada stadium awal dilakukan dengan
pemeriksaan medis antara lain :
 Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
 Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).
 Pemeriksaan mammografi – adalah foto payudara dengan alat khusus.
 Biopsi aspirasi.
 True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran besar).
 Biopsi terbuka – adalah prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil,
eksisi maupun insisi yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif
ataupun durante operationam.
 Terapi – Untuk meningkatkan angka harapan hidup, pembedahan biasanya
diikuti dengan terapi. Misalnya terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi, dan
terapi imunologik.
- Operasi pengangkatan : lumpektomi/mastektomi
- Kemoterapi : pakai obat-obatan kimia, oral dan IV, bisa sebelum operasi untuk
mengurangi masa dan sesudah untuk bunuh sisa sel kanker
- Terapi sinar radiasi: setelah lumpektomi/mastektomi untuk bunuh sisa sel kanker

Hepatitis B - Hepatitis B adalah penyakit pada hati akibat HVB. Pada orang dengan hepatitis B
kronis biasanya memerlukan waktu lama dalam terapinya karena hepatitis B sifatnya
irreversibel, berbeda dengan hepatitis A yang reversibel.
- Tes darah dan tes fungsihati
- Pengidap hepatitis B harus diberi pengarahan sebab berisiko menularkan kepada orang
lain. Konseling harus termasuk pencegahan penularan melalui hubungan seksual,
perinatal dan risiko penularan akibat kecerobohan melalui tetesan darah yang
mengkontaminasi lingkungan. Anggota keluarga yang beresiko terinfeksi virus hepatitis B
(VHB) harus divaksinasi VHB jika ditemukan hasil HbsAg negatif dan ant-HBs negatif pada
pemeriksaan serologi. Skrining harus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan HbsAd
dan anti-HBs. Vaksinasi dari pasangan seksual telah menunjukkan hasil yang efektif
dalam mencegah terjadinya penularan virus hepatitis B secara seksual. Pasangan seksual
tetap harus diperiksa dan divaksinasi terhadap hepatitis B jika ditemukan seronegatif.
Untuk pasangan seksual tetap atau tidak tetap, yang belum diperiksa HbsAg dan anti-
HBs atau belum lengkap imunisasinya, metode perlindungan penghalang pada waktu
hubungan seksual, harus diterapkan
- Pengidap juga diharuskan untuk menutup luka terbuka, luka lecet dan membersihkan
tetesan darah dengan menggunakan hipoklorit (pemutih/bleach), karena virus hepatitis B
(VHB) dapat bertahan hidup pada permukaan lingkungan minimal 1 minggu.
- Melakukan vaksinasi hep B apabila penderita blm pernah melakukan vaksinasi

Epilepsi - Kalau kejang jangan panik  berikan diazepam rektal, longgarkan pakaian, miringkan,
jangan memasukkan apapun kedalam mulut
- Obat antiepilepsi: diminum teratur, di tappering of, syarat berhenti bebas bangkitan
minimal 2 tahun, EEG normal
- Penderita epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas bangkitan minimal 2 tahun. Bila
sudah 5 tahun sesudah bangkitan terakhir, obat dihentikan dan penderita tidak
mengalami bangkitan lagi maka dikatakan telah mengalami remisi

- Penyakit epilepsi atau ayan adalah suatu kondisi yang dapat menjadikan seseorang
mengalami kejang secara berulang. Kerusakan atau perubahan di dalam otak diketahui
sebagai penyebab pada sebagian kecil kasus epilepsi. Namun pada sebagian besar kasus
yang pernah terjadi, penyebab masih belum diketahui secara pasti.

- Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan bagian dari
sistem saraf. Tiap sel saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik.
Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara
berlebihan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.

- Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum tentu orang yang
mengalami kejang mengidap epilepsi. Dalam dunia medis, seseorang dicurigai menderita
epilepsi setelah mengalami kejang sebanyak lebih dari satu kali. Tingkat keparahan
kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa
detik dan ada juga yang hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang pada
sebagian tubuhnya dan ada juga yang mengalami kejang total hingga menyebabkan
kehilangan kesadaran.
- Di Indonesia sendiri didapatkan data kasus epilepsi paling sedikit 700.000-1,4 juta. Angka
ini akan bertambah sekitar 70ribu tiap tahunnya. Di antaranya, terdapat kurang lebih 40-
50 persen kasus epilepsi yang terjadi pada anak-anak.

Penyebab epilepsi
- Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski umumnya kondisi ini
terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu
idiopatik dan simptomatik.

- Epilepsi idiopatik (disebut juga sebagai epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi yang
penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh
faktor genetik (keturunan). Sedangkan epilepsi simptomatik (disebut juga epilepsi
sekunder) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor,
seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan epilepsi
sekunder.
- Pengobatan serta komplikasi epilepsi
- Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu menyembuhkan kondisi
ini sepenuhnya. Meski begitu, obat antiepilepsi atau OAE mampu mencegah terjadinya
kejang sehingga penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan
mudah dan aman.

- Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang
sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara
berlebihan, serta diet khusus.
- Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani dengan tepat adalah
untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Contohnya adalah terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara
akibat kejang.

- Epilepsi juga bisa menyebabkan kematian mendadak dan mengalami status epileptikus
pada kasus yang jarang terjadi. Status epileptikus merupakan kondisi ketika penderita
epilepsi mengalami kejang selama lebih dari 5 menit atau mengalami serangkaian kejang
pendek. Ketika serangkaian kejang pendek terjadi, penderita status epileptikus biasanya
akan berada dalam keadaan yang tidak sadar sepenuhnya. Status epileptikus dapat
menyebabkan kerusakan pada otak secara permanen, bahkan kematian.

Intrauterine - Penyebab: ibu (eklamsi, preeklamsi)


fetal death - Harus dikeluarkan (koret, induksi, oksitosin)
- Apabila sudah bersih bisa hamil lagi

- Penyebab

1. Masalah Genetik Janin


2. Bentuk Rahim Tidak Normal
3. Hamil Di Usia Tua
4. Obesitas
5. Pola Hidup yang Tidak Sehat
6. Sembarangan Mengkonsumsi Obat
7. Konsumsi Narkoba / Obat Terlarang
8. Riwayat Kehamilan
9. Diabetes
10. Infeksi
11. Pre Eklamsia
12. Pendarahan yang Berlebihan
13. Kelainan Plasenta
14. Cairan Berlebihan Pada Janin
15. Darah yang Tidak Cocok
16. Gerakan Janin Hiperaktif
17. Kehabisan Air Ketuban
18. Lebih Dari HPL
19. Demam
20. Kelainan Jantung
21. Pertumbuhan Bayi yang Terhambat

Penanganan

 Kuret Atau Vakum – Tindakan kuret atau vakum bisa dilakukan jika janin yang ada di
dalam kandungan berusia 12 minggu atau kurang dari 12 minggu.
 Obat Pelunak Jaringan – Jika usia kehamilan di atas 12 minggu dokter akan memberikan
obat pelunak jaringan sehingga janin menjadi lunak dan bisa keluar dengan sendirinya.
Obat pelunak jaringan itu juga bisa membuka jalan lahir bayi sehingga janin bisa mudah
keluar. Dokter akan memeriksa rahim apakah sudah bersih atau belum. Jika belum bersih
dari sisa jaringan maka dokter akan melakukan tindakan kuret.
 Melahirkan Secara Normal – Jika janin meninggal di dalam kandungan dan berusia lebih
dari 20 minggu dokter akan menginduksi ibu untuk bisa melahirkan secara normal.
Melahirkan secara normal bisa dilakukan jika letak janin sudah berada di atas rongga
panggul.
 Caesar – Langkah terakhir untuk mengatasi janin yang meninggal di dalam kandungan
adalah dengan operasi caesar. Hal itu dilakukan jika posisi janin tidak mapan atau tidak
berada di atas rongga panggul. Jika posisi sungsang atau oblig mengeluarkan janin harus
menggunakan bedah caesar.

Tanda-tanda

 Janin Tidak Bergerak – Ibu hamil harus peka dengan gerakan janin yang ada di dalam
rahim. Jika janin yang ada di dalam kandungan tidak bergerak sama sekali selama 8
sampai dengan 12 jam segera bawa ke rumahsakit untuk memeriksakan kandungannya.
 Detak Jantung Menghilang – Jika diperiksa detak jantung janin tidak ada atau
menghilang bisa dipastikan bahwa kondisi janin meninggal di dalam kandungan. Jika
janin tidak bergerak di dalam kandungan hal pertama yang dilakukan oleh pihak medis
adalah memeriksa detak jantung janin.
 Pendarahan Hebat – Ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat bisa menjadi suatu
pertanda jika janin meninggal di dalam kandungan.
 Kram Atau Sakit Perut – Ibu yang saat hamil merasakan kram atau sakit perut yang
semakin parah dari waktu ke waktu bisa jadi kehamilannya bermasalah. Oleh sebab itu
saat kram atau sakit perut hebat ibu hamil harus segera memeriksakan kondisi
kandungannya.

Bahaya

Janin yang meninggal di dalam kandungan dan tidak segera di atasi sangat berbahaya bagi
nyawa ibu. Jika ibu membiarkan janinnya terus berada di dalam rahim, ibu bisa mengalami
hal-hal berikut :

 Pendarahan – Hal ini terjadi karena zat pembekuan darah bernama fibrinogen menurun
sehingga darah tidak bisa dibekukan.
- Kematian – Pendarahan hebat secara terus menerus bahkan saat persalinan berlangsung
bisa membuat hb darah ibu rendah. Jika hb darah ibu rendah akan menyebabkan anemia
akut. Pendarahan juga membuat ibu kehilangan banyak darah.

Leukimia - Kemoterapi
- Radiasi
- Transplantasi sumsum tulang

Ca Cervix - Penyebab : infeksi HPV, koitus pertama <15th, ganti-ganti pasangan, higiene seksual
buruk
- Operasi pengangkatan: histerektomi total (cervix dan uterus) atau radikal (cervix, uterus,
dan sebagian vagina, parametrium)
- Kemoterapi dan atau radiasi
Radiasi : dapat dilakukan disemua stage karena ca cervix sesnsitif pada radiasi, pasien
yang berusia lanjut dan orang-orang dengan fungsi jantung yang tidak bagus yang tidak
mentoleransi pembedahan
- Screening ca servix: pap smear teratur untuk yang sudah menikah

Ca pulmo - Penyebab: merokok, paparan asbes, riwayat keluarga


- Combined modality theraphy  berhenti merokok!
- Operasi pengankatan: derajat I dan II, kemoterapi neoadjuvant un=tk stadium III
- Radioterapi
- Kemoterapi

Paraplegia - Biasanaya vertebrae


e/c trauma 1. Terapi modalitas nyeri : analgetik
2. Operasi: mengoreksi dan stabilisasi deformitas vertebrae
3. Fisioterapi : memaksimalkan fungsi otot yang ada, membiasakan diri untuk ADL,
terapi okupasi untuk mobilitas dan duduk
4. Alat bantu jalan (protesa))

Gagal ginjal - Gejala tidak sepesifik


kronis - Dialisis 2-3x/minggu
- Diet tinggi kalori, < protein 30g/hari, bed rest (karena aktifitas lebih bisa menurunkan
aliran darah ke ginjal)
- Transplantasi ginjal: bisa sembuh kalau cocok

TB paru - Infeksi mycobacterium


- Bisa sembuh asal minum obat teratur
- OAT teratur fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan  tiap bulan
kontrol
- Suportif (simptomatik): makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat
diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk
pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya, demam dapat diberikan
obat penurun panas, obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas, atau keluhan
lain.
- Cara mengurangi penularan : ventilasi dan pencahayaan diperbaiki, pakai masker,
buang dahak tidak boleh sembarangan, cuci tangan setelah memegang dahak

Azoospermia - Tergantung penyebab


Obstruksi ; operasi  Fertil
Nonobstruksi (dr testisnya)  bisa diterapi
- Inseminasi semen donor
- Inseminasi artfisial – semen dikumpulkan dan dipekatkan kemudian dimasukkan kedalam
uterus dengan menggunakan testosteron bentuk oral mestrolon) dan yang lebih baru,
klomifen yang diberi sekurang-kurangnya 12 minggu
- Fertilisasi invitro

HIV - Tidak menular lewat liur, peralatan makan, makan mandi, dan bersalaman
- Penularan : darah, cairan kelamin, ibu ke bayi
- Antiretroviral (ARV tidak membunuh virus, namun dapat melambatkan pertumbuhan
virus)

SLE - Autoimun
- Genetik (hormonal) atau lingkungan (infeksi, UV, stress, obat (isoniazid, metildopa, dll))
- Terapi : sesuai gejala, penggunaan jaket kacamata sunscreen, terapi modalitas untuk
mengurangi nyeri, obat (OAINS, antimalaria, steroid, imunosupresan)
- Program rehabilitasi: istirahat, terapi fisik, terapi modalitas
Salah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30% apabila
pasien dengan SLE dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2 minggu.
Disamping itu penurunan kekuatan otot akan terjadi sekitar 1-5% per hari dalam kondisi
imobilitas. Berbagai latihan diperlukan untuk mempertahankan kestabilan sendi.
Modalitas fisik seperti pemberian panas atau dingin diperlukan untuk mengurangi rasa
nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Demikian pula modalitas lainnya
seperti transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) memberikan manfaat yang
cukup besar pada pasien dengan nyeri atau kekakuan otot.

Amputasi kaki - Sampaikan bahwa penanganan ini harus segera karena ada golden periodnya (6jam)
- Sumber infeksi apabila tidak diamputasi bisa menyebabkan infeksi menyebar dan
menyebabkan keadaan yang lebih parah
- Tetap bisa hidup normal: fisioterapi, protesa, dukungan psikis

Down - Para dokter menekankan bahwa down syndrome tidak terkait dengan segala yang
syndrome dilakukan oleh orang tua baik sebelum atau selama kehamilan. Down syndrome terjadi
bukan karena makanan atau minuman yang dikonsumsi ibunya ketika hamil, tidak juga
perasaan traumatis, bukan pula ibu dan ayah melakukan atau menyesali perbuatannya
yang telah dialami.
- Terapi Fisik (Physio Theraphy): Biasanya terapi inilah yang diperlukan pertama kali bagi
anak Down Syndrome. Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas maka
Disinilah mereka dibantu agar bisa berjalan dengan cara yang benar.
- Terapi WicaraSuatu terapi yang di perlukan untuk anak Down Syndrome yang mengalami
keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata.
- Terapi Okupasi Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian,
kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan
kerena pada dasarnya anak Down Syndrome tergantung pada orang lain atau bahkan
terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan orang
lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau
tanpa menggunakan alat.
- Terapi RemedialTerapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah
biasa.
- Terapi Sensori IntegrasiSensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan
/ sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak Down Syndrome yang mengalami
gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga
kemampuan otak akan meningkat.
- Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)
Mengajarkan anak Down Syndrome yang sudah berusia lebih besar agar memahami
tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang
berlaku di masyarakat.
- Terapi akupuntur

VSD - Lubang antar ventrikel tidak menutup


- Bayi dengan VSD perlu dievaluasi secara periodik sebulan sekali selama setahun
mengingat besarnya aliran pirau dapat berubah akibat resistensi paru yang menurun. Bila
terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obat-obat anti gagal jantung yaitu
digitalis, diuretika dan vasodilator. Bila medikamentosa gagal dan tetap terlihat gagal
tumbuh kembang atau gagal jantung maka sebaiknya dilakukan tindakan operasi
penutupan VSD secepatnya sebelum terjadi penyakit obstruktif vaskuler paru. Indikasi
operasi penutupan VSD adalah bila rasio aliran darah yang ke paru dan sistemik lebih dari
1,5. Operasi paliatif Pulmonary Artery Banding (PAB) dengan tujuan mengurangi aliran ke
paru hanya dilakukan pada bayi dengan VSD multipel atau dengan berat badan yang
belum mengijinkan untuk tindakan operasi jantung terbuka.
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN KONSELING

ASPEK KETERAMPILAN YANG KETERANGAN


No
DINILAI
Mengawali pertemuan
1  Mengucapkan salam dan Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah, dokter
memperkenalkan diri yang bertugas pada pagi hari ini.
2  Menanyakan identitas klien Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt? Pekerjaan?
3  Memberikan situasi yang nyaman Baik ibu tidak perlu khawatir, ibu bisa menyampaikan apa
bagi klien saja terkait masalah ibu, kita disini akan berdiskusi untuk
4  Menunjukkan sikap empati menemukan jalan keluar dari permasalahan ibu. Apa yang
5  Menjaga rahasia klien ibu sampaikan disini saya jamin kerahasiaannya.
Apakah ada yang bisa saya bantu?
Inti konseling
6  Mengeksplorasi kondisi klien Baik ibu, ib tadi mengatakan ibu mengalami...
7  Mengidentifikasi masalah dan Kalau boleh tau keluhan ini ibu rasakan sejak kapan? Bisa
penyebab diceritakan awal mulanya bu? Menurut ibu, apakah
penyebab dari keluhan ibu?
8  Mengidentifikasi alternatif Begini bu, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan
pemecahan masalah sebagai jalan keluar dari masalah Ibu antara lain...
9  Melakukan penetapan alternatif Setelah mendengarkan penjelasan saya, apakah ibu
pemecahan masalah sudah bisa menentukan kiranya pilihan yang mana yang
akan ibu ambil?
Menutup pertemuan
10  Melakukan penilaian terhadap Baik bu kita sudah membahas hal mengenai masalah ibu
efektifitas konseling mulai dari penyebab hingga ke alternatif pemecahan
masalah, apakah ibu bisa mengulang apa yang kita bahas
tadi?
11  Membuat kesimpulan Kalau begitu dari pembahasan kita tadi bisa saya
simpulkan bahwa ibu mengalami.... kemudian saya sudah
memberikan beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan
dan ibu memilih untuk.....
12  Mengakhiri konseling atas Bagaimana ibu apakah ada yang ingin ibu tanyakan lagi?
persetujuan klien Kalau memang sudah jelas bisa kita akhiri. Terimakasih
atas kerjasamanya ya bu.
Kelebihan dan kekurangannya :
Penyakit Keterangan
KB - Pilihannya banyak (alami, suntik, pil, AKDR)

Dengue - Bisa sembuh jika shock diatasi dengan baik


shoock
syndrome - Dengue Shock Syndrome (DSS) disebut sebagai Sindrom syok dengue (SSD)
adalah syok hipovolemik yang terjadi pada DBD. Penyebabnya adalah peningkatan
permeabilitas kapiler yang disertai kebocoran plasma.

- Syok pada pasien dengue pada umumnya terjadi pada fase kritis, yaitu pada hari
demam ke 4–5 (rentang hari ke 3–7), dan sering kali didahului oleh tanda bahaya
(warning signs). Bila pasien tidak mendapat terapi cairan intravena yang adekuat
dengan segera, pasien sangat berpotensi jatuh pada kondisi syok.

- Secara garis besar, kondisi syok pada pasien dengue dapat dibagi dalam 3 tahapan
klinis: Hemodinamik Stabil, Syok terkompensasi, dan Syok Dekompensasi.
Hemodinamik stabil artinya tekanan darah pasien stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal dan tidak didapatkan tanda-tanda syok. Dalam pembahasan
selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana mengenali syok terkompensasi
dan syok dekompensasi.

- Syok Terkompensasi
- jika sejak kondisi syok terkompensasi terjadi pasien sudah bisa diidentifkasi, kita
sudah bisa mulai memberikan terapi cairan yang adekuat sehingga syok
dekompensasi tidak terjadi. Pada fase ini tekanan darah biasanya belum turun,
namun sudah terjadi penningkatan laju jantung. Oleh karena itu takikardia yang
terjadi pada saat suhu tubuh mulai turun, walaupun tekanan darah belum banyak
menurun, harus diwaspadai adanya kemungkinan anak untuk jatuh ke dalam kondisi
syok.

- Itulah kepentingan mengapa tanda-tanda vital pada pasien DBD perlu dilakukan
lebih intensif. Begitu ada tanda takikardia, segera waspada kemungkinan pasien
mengalami syok terkompensasi. Namun, pada beberapa pasien perlu diingat bahwa
bisa saja pasien sudah mengalami syok terkompensasi namun takikardia tidak
terjadi, khususnya remaja dan dewasa.
- Pemberian cairan yang adekuat pada umumnya akan memberikan prognosis yang
baik. Bila keadaan kritis luput dari pengamatan sehingga pengobatan tidak diberikan
dengan cepat dan tepat, maka pasien akan jatuh kedalam syok dekompensasi.

- Syok Dekompensasi
- Salah satu tanda klinis penting dari syok dekompensasi adalah telah terjadi
penurunan tekanan darah, hipotensi. Jika hipotensi sudah terjadi, itu artinya pasien
sudah terlambat datang. Upaya ekstra dibutuhkan untuk menjaga pasien tetap
hidup. Dan tentu saja risiko pasien mengalami kematian akan meningkat. Pasien
menjadi gelisah, bingung, atau letargi. Kejang dan agitasi mungkin terjadi
bergantian dengan letargi. etidakmampuan bayi dan anak-anak untuk mengenali
atau melakukan kontak mata dengan orang tua, atau tidak memberi respons
terhadap rangsang nyeri seperti pada saat pengambilan darah, dapat merupakan
pertanda buruk yaitu awal terjadinya hipoperfusi korteks serebri.

- Orang tua mungkin menjadi orang pertama yang mengenali tanda-tanda ini akan
tetapi mereka mungkin tidak dapat menggambarkannya, selain mengatakan ada
sesuatu yang salah. Oleh karena itu keterangan orang tua harus didengar dan
diperhatikan.

- Pada kondisi ini, tatalaksana syok dekompensasi harus dilakukan dengan sangat
intensif.

- pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk
yang mengakibatkan penularan. a. aegypti berkembang biak terutama di tempat-
tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat
lain yang menampung air hujan. nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat
di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.
Pencegahan dilakukan dengan langkah 3m :

- menguras bak air


- menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
- mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
-
Hipertensi - Lifestyle, obat jelaskan komplikasi bila jarang minum obat
- Risiko Mengidap Hipertensi
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsuqmsi minuman keras.
- Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-hal di atas dan
menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
juga bisa membantu diagnosis pada tahap awal. Diagnosis hipertensi sedini mungkin
akan meningkatkan kemungkinan untuk menurunkan tekanan darah ke taraf
normal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
tanpa perlu mengonsumsi obat.
- Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika hasil dari
beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah Anda tetap mencapai 140/90 mmHg atau
lebih tinggi.

- Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

 Jika tekanan darah Anda tinggi, pantaulah dengan ketat sampai angka tersebut
turun dan bisa dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya menyarankan
perubahan pada gaya hidup yang termasuk dalam pengobatan untuk
hipertensi sekaligus pencegahannya. Langkah tersebut bisa diterapkan melalui:
 Mengonsumsi makanan sehat.
 Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
 Mengurangi konsumsi minuman keras.
 Mencegah hipertensi lebih mudah dan murah dibandingkan dengan pengobatan.
Karena itu, pencegahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin. Jika didiamkan
terlalu lama, hipertensi bisa memicu terjadinya komplikasi yang bahkan bisa
mengancam jiwa pengidapnya.

Imunisasi - Imunisasi adalah program pencegahan penyakit menular yang diterapkan dengan
memberikan vaksin sehingga orang tersbut imun atau resisten terhadap penyakit
tersebut. Program imunisasi dimulai sejak usia bayi hinggan masuk usia sekolah.
Melalui program ini, anak akan diberikan vaksin yang berisi jenis bakteri atau virus
tertentu yang sudah dilemahkan atau dinonaktifkan guna merangsang sistem imun
dan membentuk antibodi di dalam tubuh mereka. Antibodi yang terbentuk setelah
imunisasi bermanfaat untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus
tersebut di masa yang akan datang.
- Metode pemberian vaksin dalam imunisasi beragam, ada yang dengan cara
disuntikkan, dimasukkan (ditetesi) ke dalam mulut, atau bahkan disemprotkan ke
dalam mulut atau hidung. Sejumlah vaksin ada yang hanya diberikan sekali seumur
hidup dan ada juga yang perlu diberikan secara berkala agar kekebalan tubuh
terbentuk dengan sempurna.
- Bayi baru lahir memang telah memiliki antibodi dari ibunya yang diterima saat masih
di dalam kandungan, namun kekebalan ini hanya dapat bertahan hingga beberapa
minggu atau bulan saja. Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai
jenis penyakit dan perlu mulai memproduksi antibodi sendiri. Dengan imunisasi,
sistem kekebalan tubuh anak akan siap untuk menghadapi serangan penyakit
tertentu di masa depan, seperti cacar, campak, polio, tetanus, dan gondongan,
sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Imunisasi juga bisa membantu mencegah
epidemi penyakit menular serta menekan pengeluaran karena biaya pencegahan
lebih murah daripada biaya pengobatan.
- Efek Samping Imunisasi
 Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, misalnya:
 Nyeri atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik
 Demam
 Mual
 Pusing
 Hilang nafsu makan
- Untuk efek samping yang tergolong parah (misalnya kejang dan reaksi alergi),
jarang sekali terjadi.
- Pertimbangkanlah kembali jika Anda berencana untuk tidak menyertakan anak ke
dalam program imunisasi karena risiko efek samping vaksinasi itu sendiri lebih kecil
dibandingkan manfaatnya sepanjang hidup.

Gangguan - Pemantauan perkembangan anak secara dini dan berkelanjutan sangat dibutuhkan
tumbuh untuk mendeteksi secara dini adanya keterlambatan dan gangguan perkembangan
kembang yang angka kejadian semakin meningkat, sehingga dapat dilakukan intervensi dini.
Intervensi dini ini dapat dilakukan karena adanya kemampuan plastisitas otak.
Pemantauan perkembangan harus dilakukan pada semua bayi baik dengan maupun
tanpa faktor risiko.
- Pengertian DDST
- DDST adalah Denver Development Screening Test, yaitu salah satu metode
screening yang digunakan untuk menilai perkembangan anak dan ditujukan untuk
anak usia 1 bulan sampai 6 tahun. Test ini dilakukan oleh:

- · Tenaga profesional (dokter, bidan, perawat, psikolog)


- · Kader
- · Orang tua terlatih
- Tujuan DDST
Tujuan dari penilaian perkembangan anak (DDST) adalah agar para tenaga
kesehatan :
· Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal hal lain yang merupakan resiko
terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
· Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
konseling genetik.
· Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke senter yang lebih tinggi.

Aspek Perkembangan yang Dinilai pada DDST


Aspek Perkembangan yang dinilai
- Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
- Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1) Personal Social (perilaku sosial)
- Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
- Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
- Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Alat yang digunakan


- Ø Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan
gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil,
kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis
anak saat diperiksa).
- Lembar formulir DDST IIØ
- Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.Ø
- c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
- 1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
- 3-6 bulan
- 9-12 bulan
- 18-24 bulan
- 3 tahun
- 4 tahun
- 5 tahun
- 2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
- d. Penilaian
- Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity = NO).
-
- Masih bisa dimaksimalkan kualitas hidupnya
- Orangtua harus sabar dan mendukung penuh
- Telat ngomong, telat jalan  spesialis saraf, psikolog, sp anak, rehab, jiwa,
fisioterapi

TBC - Bisa sembuh asal obat rajin diminum

Diabetes - Lifestyle
- OAD
- Cara pakai insulin (diabdomen, Subkutan, sebelumnya dibersihkan pakai kapas
alkohol)
- Makan tetap 3x kalo tidak bisa hipoglikemi
- Atasi hipoglikemi (lemas, pusing)  permen, gula

Unwanted - Tidak boleh abortus:


pregnancy Agama : dosa karena anak berhak hidup
Medis: nyawa ibu bisa terancam
- Coba dibicarakan dulu dengan keluarga

Gangguan - Tidak boleh stress


psikosomatis - Minum obat penenang
- Cari kegiatan positif

Konseling - Antiretroviral
HIV - Supportif
- Simptomatik

Balita -
dengan gizi
buruk
Stroke - Memaksimalkan tubuh yang ada

Narkoba - Berhenti narkoba karena tidak ada manfaatnya


- Rehabilitatif
- Tx supportif: melakukan kegiatan positif, mendekatkan diri dengan Allah

Laktasi - Lebih murah


- Menjalin hubungan anak dan ibu
- Kandungan gizi ASI tidak bisa digantikan dengan susu apapun termasuk susu
formula
- KB alami

Genetik -
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN PENULISAN RESEP

Nama Mahasiswa : ………………………………… Nama Penguji : …………………………….


NIM : …………………………………. Tandatangan : …………………………….

No Aspek Keterampilan yang Dinilai

Menulis resep yang benar :


1 Superscriptio
2 Inscriptio
3 Subscriptio
4 Signatura
5 Pertanggungjawaban pemilihan obat
6 Resep untuk siapa
Memilih obat yang sesuai indikasi
7 Memilih obat yang tepat
8 Memilh bentuk sediaan obat yang tepat
Menenetukan dosis obat
9 Menentukan dosis yang tepat
10 Menentukan dosis sesuai dengan kondisi pasien (berat badan, usia)
Menentukan cara pemberian obat yang tepat :
11 Menentukan waktu pemberian obat dengan tepat
12 Menentukan cara penggunaan/frekuensi per hari
13 Menentukan lama terapi/jumlah obat
14 Polifarmasi dalam resep
15 Sikap profesional
PENILAIAN ASPEK PROFESIONALISME 0 1 2 3
Kasus :
DSS Asma
Hiperkolesterol DM
Acne vulgaris DBD
Common cold Jerawat
OMA Hiperkolesterol
Diare anak umur 14 bulan OMA (common cold (demam pilek)+otitis)
Dislipidemia dan DM

- Anak-anak
Sampai umur 1 thn : Da= 1/12 Dd
Umur 1-2 tahun : Da= 1/8 Dd
Umur 2-3 tahun : Da= 1/6 Dd
Umur 3-4 tahun : Da= ¼ Dd
Umur 4-7 tahun : Da= 1/3 Dd
Umur 7-14 tahun : Da= ½ Dd
Umur 14-20 tahun : Da= 2/3 Dd

- Geriatri
65-74 th : dewasa – 10%
75-84 th : dewasa – 20%
≥85 th : dewasa – 30%
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PEMASANGAN INFUS INTRAVENA

Keterangan
No Aspek Penilaian
1 Menjelaskan dan membuat informed Selamat pagi Ibu perkenalkan saya dr.Nisa yang bertugas
consent kepada pasien tentang pada pagi hari ini. Mohon maaf ini dengan ibu siapa?
pemasangan infus Usia? Alamat? Pekerjaan?
Baik Ibu karena ibu mengalami.. maka ibu sekarang harus
dipasangkan infus berupa...untuk.. Adapun pemasang
infus ini dapat terjadi komplikasi seperti: nyeri, emboli bila
terdapat udara pada selang infus, infeksi apabila jarum
tidak diganti. Tapi ibu tidak perlu khawatir karena saya
akan melakukan pemasangan infus ini sesuai prosedur.
Bagaimana ibu apakah ibu bersedia? Jika ya, silahkan
menandatangani surat persetujuan ini ya bu.
Lalu silahkan berbaring ditempat tidur, dan disisihkan
lengan bajunya ya bu.

Kasus : hipoglikemi, dehidrasi, sebelum transfusi darah


Abuket: tidak boleh lebih dari 72 jam, kateter tidak boleh
>48jam
2 Memeriksa dan mengidentifikasi vena Sebelum melakukan pemasangan infus. Terlebih dahulu
lokasi pemasangan infus saya akan melakukan identifikasi vena lokasi pemasangan
Mengecek alat-alat yang diperlukan dan infus.
mempersiapkan alat-alat yang diperlukan Dipilih tangan yang lebih pasif (kidal atau bukan). Dan
vena yang dipilih adalah vena yang paling distal, lurus,
besar, dan jauh dari persendian yaitu metakarpal dorsal

Vena : Basilica (sejajar kelingking), cepalica (sejajar


jempol), metakarpal dorsal
Sebelumnya saya akan mempersiapkan alat terlebih
dahulu
Steril: handscoen steril, infus set, abuket, perlak kecil,
kassa, kapas, bengkok, 2 cum
Tidak steril: 3 plester (yg sudah digunting), cairan infus,
tiang infus, tornikuet, alkohol yang akan saya masukkan
ke cum, cairan desinfektan yang akan saya masukkan ke
cum
3 Memilih dan Mempersiapkan cairan infus Kondisi yang dialami pasien adalah.. maka cairan yang
yang akan dimasukkan. Cairan infus yang dimasukkan adalah...
diilih sesuai keadaan masing-masing
pasien. Larutan infus:
a. RL ( gastroenteritis, diare, luka bakar)
b. NaCl 0,9% (sebelum transfusi)
c. Dextrosa 5% (hipoglikemi, pingsan)
d. Maltose 10% (pasien DM)
e. Plasma expander (koloid): dextran 40-70, albumin 5%
(kehilangan plasma)

4 Memasang infus set pada kantung infus Sudah saya pastikan tidak ada gelembung udara pada
dan menjaga sterilitas ujung infus set yang selang infus
akan dihubungkan dengan kateter vena
Memastikan indikator udara cairan sudah - Buka tutup botol cairan infus
terisi set infus - Tusukkan pipa saluran udara, masukkan pipa saluran
infus
- Buka tutup jarum
- Mengalirkan cairan agar tidak ada udara ke bengkok
- Jepit selang, jarum ditutup
- Isikan tabung tetesan sampai ½
- Gantungkan infus dan selang infus ke tiang infus

Jangan sentuh bagian steril: tempat nusukin pipa cairan


infus, kedua ujung infus set
5 Mencuci tangan dengan seksama - Pasang perlak terlebih dahulu, deketin bengkok
Membendung lengan penderita bagian - Raba venanya
proksimal dari lokasi pemasangan infus - Pasang torniket 5-10cm diatas vena yang mau dipasang
dengan torniket sambil kembali
mengidentifikasi vena lokasi pemasangan Pasang sarung tangan, desinfeksi tempat suntikan pakai
infus dengan cara merabanya. kapai alkohol dengan teknik sirkuler dari dalam keluar
Mengenakan sarung tangan steril,
kemudian melakukan desinfeksi daerah
tempat suntikan. Mahasiswa harus
menyiapkan sarung tangan steril.
6 Menginsersikan jarum ke dalam vena Apabila darah sudah keluar, tornikuet akan saya lepas
dengan bevel jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 15-30o terhadap Ukuran jarum/IV kateter (semakin besar nomornya, makin
permukaan kulit. kecil ukurannya)
- Transfusi (18-20)
- Dewasa (22)
- Anak (24)

7 Menarik stylet ke arah luar sambil Menarik stylet ke arah luar sambil mendorong kateter
mendorong kateter vena ke dalam (hanya vena ke dalam .Kemudian tekan bagian kateter vena yang
kateter vena yang permanen). sudah masuk

8 Melepaskan torniket dan mengangkat


keseluruhan stylet dari dalam kateter vena
9 Memasang infus set atau blood set yang
telah terhubung ujungnya dengan kantung
infus atau kantung darah.
Melonggarkan penjepit selang infuse untuk
melihat kelancaran tetesan
10 Memfiksasi pangkal jarum pada kulit Memfiksasi pangkal jarum pada kulit dengan plester.
dengan plester Setelah itu saya akan memasang kassa yang diberi cairan
disinfektan

11 Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan mL perjam= tetesan per menit x faktor tetesan
kebutuhan faktor tetesan= 60/w
Mahasiswa perlu mengetahui set infuse w= jumlah tetesan yang dikeluarkan oleh cairan infus set
yang dipakai, 1 ml setara dengan 20 untuk mengeluarkan 1 mL cairan
tetes/menit untuk makro dan setara
dengan 40 atau 60 tetes/menit tergantung Misal:
pabrik (lihat petunjuk) Infus set dapat mengeluarkan 1 mL cairan dalam 15
tetesan. Berarti faktor tetesan 60/15=4. Jadi bila infus set
tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes
per menit berarti cairan yang masuk 25x4=100 mL per
jam

Bila dalam infus set tidak disebutkan jumlah tetesan per


mL berarti faktor tetesannya=4
Perhitungan jumlah tetesan per menit secara sederhana
adalah
Tetetsan/menit(normal) = jmlh cairan yg diberi (mL)
Lama infus diberi (jam)x3
Tetetsan/menit(mikro) = jmlh cairan yg diberi (mL)
Lama infus diberi (jam)
12 Memfiksasi jarum dan sebagian selang
infus pada kulit dengan plester (jika perlu
dipasang spalk)

13 Membuang sampah pada tempatnya dan


mengucapkan terimakasih pada pasien
Dianggap fatal apabila:
1. Memasang jarum dengan arah terbalik
2. Memasang jarum dengan arah yang benar tapi stylet permanen
3. Tidak memastikan indikator udara cairan sudah terisi pada set infus
a. Kasus Luka Bakar
Menentukan luas luka bakar : rule of nine

- Penggantian cairan (rumus baxter) = 4cc x % luas BB x BB=....... cc RL


½ bagian di 8 jam pertama
½ bagian pada 16 jam selanjutnya
- Rumus TPM = jumlah kebutuhan cairan/(24 jam x 60/w)
W= standar 15 (1mL= 15 tetesan)  tergantung tipe infusnya
Otsuka – 1 cc = 15 tetes
Terumo – 1 cc = 20 tetes
b. Dehidrasi
Jenis Dehidrasi Dewasa (%) Anak (%)

Ringan 4 4-5

Sedang 6 5-10
Berat 8 10-15

Syok 15-20 15-20

- Rumus = Derajat dehidrasi x kgBB


= ..... (Liter)  ½ bagian di 8 jam pertama
½ bagian pada 16 jam selanjutnya
Jika shock  digrojok habis dalam ½-1jam
- Kebutuhan cairan bila BB diketahui:
 Anak
Berat badan < 10 kg = 100mL/kgBB
Berat badan 10-20 kg = 1000+50 mL/kgBB utk setiap kgBB diatas 10 kg
Berat badan < 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB utk setiap kgBB diatas 20 kg
 Dewasa
BB 10 kg pertama = 1 liter cairan BB
10kg kedua =0,5 liter cairan
BB>> 10 kg = 20 mL x sisa BB
Dehidrasi :
Ringan 40 tpm
Sedang 60 tpm
Berat 60 tpm
c. Stabil = 50 cc/kgBB
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
KETRAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN TEMAN SEJAWAT DAN
PROFESI LAIN

No Aspek Keterampilan yang Dinilai

KOMUNIKASI DENGAN PASIEN


1 Dokter melakukan sambung rasa dengan 1 Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah, dokter
pasien yang bertugas pada pagi hari ini.
Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt? Pekerjaan?
Ada yang bisa saya bantu bu?
2 Dokter mengutamakan kepentingan 2 Mohon maaf ibu sebelumnya apakah ibu datang kemari
pasien dilihat dari aspek : menggunakan BPJS? Ibu datang kemari naik apa bu?
- Kondisi sosial ekonomi pasien
- Berat ringannya penyakit
- Akses transportasi pasien
3 Menjelaskan kepada pasien tujuan 1 Baik ibu, berdasarkan keluhan yang ibu sampaikan,
dilakukan konsultasi / rujukan  terkait dengan keterbatasan alat dan penyakit ini
bukan komptensi dokter umum sehingga harus
dikonsultasikan lebih lanjut ke dr spesialis....
 untuk mengetahui lebih lanjut keadaan penyakit ibu
diperlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut

4 Melibatkan pasien dalam menentukan 2 Bagaimana ibu? Apakah ibu memiliki rekomendasi
dokter konsultan atau tempat pelayanan dokter spesialis atau tempat pmx lab? Jika tidak ada
rujukan saya merekomendasikan dr Ani Sp.PD di RS. Apakah ibu
setuju?
5 Memberi kesempatan pasien untuk 1 Apakah ada yang ingin ditanyakan bu?
bertanya dan menyampaikan semua
masalah terkait penyakitnya
KOMUNIKASI DENGAN TEMAN SEJAWAT

6 Mampu menentukan tingkatan konsultasi 1 1. Single visit consultation (pmx penunjang)


dengan benar sesuai kebutuhan pasien 2. Continuing collaborative care (rawat bersama)
3. Transfer of primary care responsibility (alih rawat)

7 Menjelaskan kepada pasien alasan 1 Baik ibu, jadi ini akan saya rujuk ke dr X sesuai pilihan
memilih tingkatan konsultasi tersebut ibu dan sesuai kompetensi, menerima BPJS dan dekat
(item no. 2) dengan tempat tinggal ibu.
8 Mampu menulis rujukan sesuai form tipe 2
dan format rujukan :
- Tujuan surat ditulis lengkap
- Format & isi ditulis lengkap
- Pengirim ditulis lengkap
9 Memberikan feedback secara lisan atau 1 Ibu ini surat rujukannya sudah saya buatkan, mohon
tertulis kepada teman sejawat yang diserahkan kepada dr X ya bu sesuai dengan pilihan ibu.
sebelumnya merawat pasien (jika
diperlukan)

Contoh kasus :
1. Appendixitis akut IGD diberi antinyeri
2. Hivema (pendarahan dimata)  IGD, anti nyeri
3. Stroke hemmorage  mendadak IGD, lama dr Sp.Saraf
4. Hipospadi, epispadi  dr Sp. Urologi
5. Atresia ani  dr Spesialis bedah anak
6. Katarak senilis  dr Sp. Mata
7. TBC  pmx penunjang  Gold standar (kultur dahak), biomolekuler (max 7 hari), obat AINS
8. OA  pmx penunjang  rontgen, analisis cairan sendi
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
BEDAH MINOR

No Aspek Keterampilan yang Dinilai

1 Melakukan sambung rasa. Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah, dokter
yang bertugas pada pagi hari ini.
Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt? Pekerjaan?
Ada yang bisa saya bantu bu?
2 Meminta ijin &melakukan informed Baik ibu untuk menindaklanjuti keluhan yang ibu
consent (menjelaskan indikasi, prosedur, sampaikan saya akan melakukan penjahitan pada luka
resiko tindakan, dan meminta ibu.
persetujuan). Tindakan ini dilakukan untuk menutup luka sehingga
meminimalkan terjadinya infeksi dan agar jaringan yang
terputus bisa bersatu kembali.
Yang akan dilakukan disini adalah menjahit kulit dengan
jarum, benang, dan peralatan bedah minor
Mungkin akan terasa sedikit sakit, tapi tidak perlu
khwatir karena tindakan ini dilakukan sesuai prosedur
dan nnt sebelumnya akan diberi obat bius untuk
menghilangkan rasa sakit.
Risiko yang bisa terjadi akibat tindakan ini adalah
nekrosis apabila jahitan terlalu kencang, infeksi,
inflamasi akibat benang, dan keloid.
Baik ibu apakah ibu bersedia?
3 Menyebutkan dan mempersiapkan alat 1. Minor set
yang akan digunakan dengan - Gunting tajam tumpul
memperhatikan sterilitas. - Needle holder
- Klem
- Pinset cirurgis
2. Spuit untuk anastesi 3ml (lgsg disiapkan lidokasn
2cc)
3. Benang ethilon ukuran 3-0 atau 4-0, untuk wajah 5-0
atau 6-0
4. Jarum cutting (lengkung)
5. Handscoen steril
6. Duk steril
7. Kapas dan kassa steril
8. Alkohon dan povidone iodine

4 Melakukan cuci tangan secara aseptik.


5 Memakai handscoen dengan benar.
6 Sterilisasi medan operasi menggunakan Alkohol  bunuh bakteri
larutan antiseptik dengan gerakan dari PI  bentuk film
dalam keluar (simulasi dengan kedua
tangan telah memakai sarung tangan
dan jaringan luka sudah dianestesi local).
7 Memasang kain penutup steril
8 Melakukan anastesi lokal Dilakukan disekitar luka

9 Mengecek efek anastesi (menggunakan Cek pakai pinset.


pinset bergerigi halus untuk sedikit Bagaimana bu apakah terasa sakit?
mengangkat tepi luka).
10 Memasang jarum lengkung no. 3/0 pada
klem pemegang jarum diantara. 2/3
depandan 1/3 belakang dan mengunci
klem.
11 Menusukkan jarum pada kulit dengan Disini saya akan membuat jahitan simple interrupted
posisi tegak lurus dengan posisi tangan
pronasi penuh, dengan siku membentuk
90 derajat dan bahu adduksi.
Penusukan dilakukan 1 cm dan tepi luka
didekat tempat yang dijepit pinset
dengan mengangkat kulit dan kulit
ditegangkan.
Mendorong jarum maju dengan gerakan
supinasi pergelangan tangan dan adduksi
bahu yang serentak, dalam arah
melengkung sesuai dengan lengkungan
jarum.
Setelah jarum muncul dan balik kulit,
ujung jarum ditarik dengan klem
pemegang jarum dengan menarik
benang sampai ujungnya tersisa 3-4 cm
dari kulit.
Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain
dengan kedalaman yang sama dan cara
yang sama.
Tangan kiri memegang benang yang
lebih panjang dan tangan kanan
rnemegang klem pemegang jarum.
12 Membuat simpul surgeon knot benang Surgeon knot : 2-1-2
panjang dengan klem pemegang jarum
Menjepit dan menarik benang panjang
dan menempatkan di sisi benang pendek.
13 Melakukan dan mengulang gerakan 9-11
sekali lagi.
14 Memotong benang dengan menyatukan
ujung gunting yang terbuka pada
benang, digeser sampai ke simpul,
diputar miring 45o dan dikatubkan.
15 Melakukan penilaian hasil jahitan (tidak - Kekencangan : tidak terlalu ketat
terlalu ketat dan tepi luka saling - Tepi luka saling bertemu
bertemu) dan merapikan simpul - Merapikan simpul

Baik ibu, tindakan penjahitan luka telah selesai


dilakukan, untuk selanjutnya diharapkan merawat
lukanya dengan benar dengan cara:
a. Menghindari terkena air
b. Mengganti kassa penutup secara rutin
c. Segera memriksakan diri bila terdapat tanda
infeksi

Jahitan dapat dibuka setelah :


a. Wajah dan kepala  5 hari
b. Kaki dan abdomen  7-10 hari
c. Punggung dan telapak kaki  10-14 hari

- Alat-alat : Jenis Simpul :


1. Knive hollder/ bisturi/ mess - Square knot : 1-1-2
2. Pinset anatomis  jaringan didalam - Surgeon knot : 2-1-2
3. Pinset cirurgis  kulit
4. Gunting tajam  gunting plester Benang non absorbdable : baik
5. Gunting tajam tumpul  benang digunakan untuk kulit karena tdk timbul
6. Gunting tumpul-tumpul  bagian dalam inflamasi  tdk timbul jar. parut
7. Needle holder
8. Klem lurus
9. Klem bengkok/mosquito  untuk pembuluh darah, meyingkirkan jaringan
10. Klem poker pendarahan didalam
-
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN WOUND ASSESSMENT

ASPEK KETERAMPILAN YANG


NO
DINILAI

MELAKUKAN ASSESSMENT TERHADAP


PASIEN
Melakukan anamnesis
1 Menanyakan keluhan yang dirasakan Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah, dokter
saat ini yang bertugas pada pagi hari ini.
(bila terdapat nyeri, melakukan Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt? Pekerjaan?
anamnesis meliputi 7 butir mutiara - Ada yang bisa saya bantu bu?
anamnesis untuk nyeri) - Dimana keluhan yang ibu rasakan?
- Sejak kapan? Apakah ini luka lama atau baru?
- Apakah terasa nyeri? (dicek neyri tajam pake ujung
kuku/ujung pulpen pada tepi luka dan luka dan nyeri
tumpul)
- Apakah keluhan tersebut sangat mengganggu aktivitas
ibu?
- Apakah yang membuat keluhan ibu semakin terasa
sakit?
- Bagaimana ibu berusaha mengurangi keluhan tersebut?
- Apakah terdapat keluhan lain?

Untuk mengetahui lebih lanjut keluhan yang ibu


sampaikan saya akan mengajukan beberapa pertanyaan.
Apakah ibu bersedia?
2 Menanyakan riwayat luka - Kapan luka terjadi?
- Apakah ada luka seperti ini juga ditempat lain?
- Bagaimana luka bisa terjadi?
- Apakah terjadi perdarahan yang hebat?

3 Menggali riwayat kesehatan pasien Apakah ibu memiliki riwayat penyakit kronis spt DM?
secara keseluruhan Anemia? Jantung?
Apakah ibu merokok?

4 Menggali riwayat penanganan luka - Lukanya sudah diberi obat apa saja bu?
yang pernah diperoleh - Apakah luka sudah dibersihkan?
- Apakah luka sudah dijahit/dibalut?
- Apakah luka sudah diberi antibiotik?
- Apakah luka sudah divaksinasi tetanus?

5 Menilai konsekuensi luka dan bekas Berdasarkan :


luka bagi pasien - Besaran luka
- Kedalaman luka
- Lokasi
- Berapa lama luka itu terjadi
- Kotor atau tidak
- Riwayat penyulit

Melakukan pemeriksaan fisik


6 Melakukan pemeriksaan tanda vital Tanya penguji.
TD, nadi, respirasi, dan suhu pasien dalam keadaan
normal
7 Melakukan pemeriksaan fisik umum - Status gizi : normal tidak terdapat gizi kurang atau lebih
(status gizi, anemia, gangguan - Anemia : tidak terdapat tanda2 anemia pd konjungtiva
kardiovaskuler, gangguan neurologis, dan bibir pasie
infeksi)
- Gang. Kardio : oksigenasi jar (sianonsis), tdk terdapat
riwayat sesak/hipertensi
- Gang neurologis : refleks dan sensasi (neuropati)
- Infeksi: edema, eritem, nyeri, demam

8 Menilai adanya kerusakan struktur di - Pemb darah: CRT, pulsasi arteri distal, perdarahan
bawah luka (pembuluh darah, syaraf, - Syaraf: motorik (gerakan), sensorik (rabaan)
ligamentum, otot, tulang) - Ligamentum (terlihat/ngga)
- Otot dan tulang: ROM, inspeksi, fraktur

MELAKUKAN ASSESSMENT TERHADAP


LUKA
9 Melakukan inspeksi luka secara umum - Lokasi : regio....
(lokasi, onset terjadinya luka, jenis - Onset terjadinya : akut (<3bln), kronis (>3bln)
luka, tingkat kontaminasi) - Jenis luka : erosi (lecet), kontusio (memar, hematom,
edem, tanpa ada fraktur atau luka lain), laserasi
(terlihat tulang)
- Tingkat kontaminasi: bersih/bersih
terkontaminasi/terkontaminasi/kotor

10 Menilai adanya benda asing dalam luka Terdapat/tidak terdapat benda asing didalam luka

11 Menilai keadaan dasar luka (identifikasi Jenis jaringan dasar luka:


jenis jaringan di dasar luka) - Epidermis
- Tulang
- Slough (jar. Nekrotik)
- granulasi
- Epitel

12 Melakukan pengukuran luka (panjang, - Panjang (cm)  diameter


lebar, kedalaman, luas dasar luka, - Lebar (cm)  diameter
sinus, kavitas, undermining) - Kedalaman (kalau lecet bilang aja <0,5cm)  bisa
pakai cottonbud atau aplikator
- Dinilai adakah penambahan atau pengurangan ukuran
luka
- Luas dasar luka  meluas sampai jaringan sekitarnya
- Sinus (terowongan)
- Kavitas (lubang)
- Undermining (cekungan/menggaung)

13 Menilai kelembaban luka (jenis dan - Luka kering/lembab/basah


jumlah discharge) - Jumlah dan konsistensi discharge (sedikit/sedang
banyak)
- Pus/serous/hemmoragis?

14 Menilai bau luka Luka bau/tidak bau/sangat bau (bau busuk)


15 Menilai keadaan tepi luka dan kondisi - Tepi luka teratur, tidak terdapat peninggian
jaringan di sekeliling luka - Tepi luka menggaung/tidak/rata
- Jaringan sekitar luka terjadi infeksi/tidak

16 Melaporkan kesimpulan hasil Simpulan :


pemeriksaan - Luka lecet/robek/memar di...
- Akut/ kronis (setelah 3 bulan)
- Luka bersih/bersih
terkontaminasi/terkkontaminasi/kotor atau terinfeksi

17 Menentukan penatalaksanaan luka Oleh karena itu untuk menangani lebih lanjut terhadap
yang akan dilakukan luka ibu saya akan melakukan
- Pembersihan luka
- Pembalutan luka
- Penjahitan luka
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN RUMATAN LUKA

ASPEK KETERAMPILAN YANG


NO
DINILAI

Melakukan re-assessment luka Lukanya dibuka soalnya mau diinspeksi


1 Menanyakan keluhan yang - Apakah ada keluhan dengan lukanya bu?
dirasakan saat ini - Dimana keluhan yang ibu rasakan?
- Sejak kapan keluhan tersebut dirasakan?
- Apakah keluhan tersebut sangat mengganggu aktivitas
bapak dan ibu?
- Apakah yang memperberat keluhan tersebut?
- Bagaimana ibu berusaha mengurangi keluhan tersebut?
- Apakah terdapat keluhan lain yang muncul?

2 Menilai perubahan status kesehatan - Tanda vital


pasien secara umum (tanda vital, - Tanda infeksi: nyeri, kemerahan, hangat
tanda-tanda infeksi)
3 Memastikan vaskularisasi ke area - Cek CRT
luka tetap baik (mengecek - Cek pulsasi distal
pengisian kapiler, pulsasi arteri di
distal luka)
4 Memeriksa perubahan ukuran luka Apakah luka semakin lama semain meluas/mengecil?
5 Mengamati perubahan pada luka - Dasar luka (nekrotik/slough/granulasi/epitel)
(dasar luka, tepi luka, jaringan di - Tepi luka (menyempit/melebar/menggaunga)
sekitar luka) - Jaringan sekitar luka (maserasi/infeksi)

6 Mengamati perubahan produksi Terdapat/tidak terdapat dischharge


discharge
7 Menilai apakah manajemen yang Dinilai apakah jahitan dilepas (kedua kulit sudah menyatu
diberikan masih efektif untuk atau malah terbentuk pus, jahitan dilepas pus dibersihkan)
penyembuhan luka atau tidak (luka bersih, masih penyembuhan)
Mengganti balutan
8 Melepas balutan
9 Membersihkan luka dengan saline
steril
10 Mengeringkan luka menggunakan Kassa mengandung saline steril
kassa steril
11 Mengaplikasikan obat-obat topikal Obat topikal yang digunakan :
- Gentamicin
- Sufratul

12 Memasang perban baru


Mengangkat perban
13 Mengetahui waktu pengangkatan Untuk jahitan dapat dibuka setelah :
jahitan dengan benar sesuai lokasi - Wajah dan kepala ; 5 hari
dan tingkat penyembuhan luka - Kaki dan abdomen : 7-10 hari
- Punggung dan telapak kaki: 10-14 hari

14 Melakukan teknik aseptik dengan Siapkan alat :


benar (mencuci tangan, - Kassa steril
mengenakan sarung tangan) - NaCl
- Plester yg sudah digunting
- Obat topikal/sufratul
- Pinset anatomis
- Handscoen

15 Melepaskan balutan
16 Membersihkan luka dengan kassa
mengandung saline steril
17 Menggunting benang jahit di bawah Gunting dibawah simpul
simpul sedekat mungkin dengan
kulit
18 Menarik benang dengan cara Pakai pinset
menjepitnya
19 Menilai kerapatan dan tingkat Kedua kulit sudah menyatu, penyembuhan baik
penyembuhan luka
20 Menutup kembali dengan kassa
steril dan diplester
Aspek Profesionalisme
JUMLAH SKOR
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN PENATALAKSANAAN LUKA LASERASI

ASPEK KETERAMPILAN YANG


NO
DINILAI
1 Melakukan assessment terhadap pasien Anamnesis, pmx fisik
2 Melakukan assessment terhadap luka

3 Melaporkan kesimpulan hasil Simpulan :


pemeriksaan - Luka lecet/robek/memar di...
- Akut/ kronis (setelah 3 bulan)
- Luka bersih/bersih
terkontaminasi/terkkontaminasi/kotor atau terinfeksi

4 Mempersiapkan alat-alat yang akan 1. Anestetikum (lidokain)


digunakan dan meletakkannya di atas 2. Antibiotik topikal
tray alat sesuai urutan kegunaannya 3. Saline steril / NaCl
4. Povidone Iodine 10%
5. Spuit (irigasi, anastesi)
6. Kassa steril
7. Plester
8. Gunting dan pinset
9. Duk steril

5 Mempersiapkan pasien pada posisi Tolong lengan bajunya disisihkan


nyaman dengan area laserasi terekspos
6 Mencuci tangan dengan sabun dan air
serta mengeringkannya dengan handuk
kering dan bersih
7 Mengenakan sarung tangan secara
aseptik
Melakukan anestesi luka
8 Menghitung dosis anestesi yang akan 1-2 cc tergantung besar lukanya
diberikan
9 Mengaspirasi anestetikum ke dalam spuit
10 Melakukan injeksi anestesi secara 45 derajat (aspirasi terlebih dahulu sebelum
subkutan dimasukkan)

11 Menunggu selama 5-10 menit dan Pakai pinset.


mengecek apakah anestesi sudah Bagaimana bu apakah masih terasa nyeri?
bekerja
12 Menilai apakah diperlukan debridement Apabila pada luka ditemui jaringan mati  lakukan
lebih dulu atau dapat langsung dilakukan debridement
pembersihan luka
Membersihkan luka
13 Membersihkan luka dengan kassa steril Membersihkan dengan PI dengan teknik sirkuler
yang dibasahi Povidone Iodine 10% Untuk luka yang ada dibersihkan dengan saline steril
(tidak mengenai luka secara langsung, (NaCl)
membersihkan luka mulai dari tepi luka
secara sirkuler ke arah luar) – bila luka
bersih
14 Melakukan irigasi luka dengan saline Cuma diguyur Spuit jarum dicabut
atau akuades steril yang mengalir – bila
luka terkontaminasi
15 Melakukan irigasi luka dengan tekanan Semprot pakai spuit yg berjarum
menggunakan saline atau akuades steril
– bila luka kotor
16 Melakukan eksplorasi luka untuk mencari Setelah dibersihkan, tidak terlihat adanya benda asing
adakah benda asing yang masih yang tertinggal dalam luka
tertinggal dalam luka. Bila masih ada, Jika masih ada  irigasi lagi
ulangi irigasi luka
Debridement luka (sharp Untuk membuang jaringan nekrotik karena
debridement) jaringan nekrotik ini yang memperlambat
penyembuhan luka dan rentan infeksi
17 Ganti sarung tangan
18 Pasang duk lubang steril di atas luka
laserasi
19 Memegang forcep dengan tangan kiri Forcep =pinset
dan gunting dengan tangan kanan
20 Memegang tepi jaringan nekrotik dengan
ujung forcep
21 Menggunakan gunting tajam untuk
memisahkan jaringan nekrotik dengan
jaringan yang mash vital
22 Membersihkan jaringan nekrotik sampai Didep
tampak perdarahan pada potongan
Menjahit luka (tidak perlu
dilakukan)
Menutup luka jahitan
23 Melepaskan duk lubang dan
membersihkan luka dengan kassa
mengandung Povidone Iodine 10%
24 Mengoleskan antibiotika topikal tipis-tipis Pakai cotton bud
sepanjang luka jahitan
25 Menutup luka jahitan menggunakan Sufratul  kassa steril  plester
balutan kassa steril tidak menempel
(non-adherent dressing)
26 Memberikan instruksi perawatan luka Ibu, ini tindakannya sudah selesai, untuk perawatan luka
harian kepada pasien (cara merawat dirumah diharapkan:
luka, tanda-tanda infeksi, kapan pasien a. Luka selalu kering, kalau basah segera kemari
harus kembali ke dokter) untuk diganti balutannya
b. Kalau ada keluhan seperti demam atau nyeri
tidak berkurang segera kembali ke dokter
c. Tanda2 infeksi: nyeri, keluar nanah atau darah
d. Kembali berobat 2-3 hari untuk perwatan luka
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
PENATALAKSANAAN ULKUS DEKUBITUS

NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI

1. Menilai faktor predisposisi ulkus dekubitus


(malnutrisi, kelembaban, imobilisasi,
inkontinensia, usia tua, gangguan mental,
diabetes, neuropati, penyakit vaskuler perifer,
penyakit kronis lain.)
2. Menentukan predileksi ulkus dekubitus Tempat lukanya dimana saja?
(Biasanya terjadi pada penonjolan tulang : sacral, tumit, scapula)
3. Melakukan deteksi awal terjadinya ulkus - Menekan dengan tekanan ringan selama 10 detik dengan ujung
dekubitus jari telunjuk
- Bila warna putih kembali memerah  vaskularisasi masih baik
- Bila tidak segera kembali memerah  vaskularisasi tidak
adekuat  risiko dekubitus

4. Menentukan derajat ulkus dekubitus Derajat ulkus dekubitus


I  kulit intak, non blanching erytema terlokalisir
II  sebagian deemis hilang, ulkus terbuka, dangkal, kemerahan
III  dermis hilang, terlihat jaringan subkutan, slough didasar
luka, tepi menggaung
IV  terlihat tulang, tendon, atau otot, tepi menggaung
Menentukan penatalaksanaan sesuai tipe
ulkus dan derajatnya
5. a. Mengatasi faktor predisposisi Luka tekan pada bagian tubuh ibu yang menonjol dapat
mempengaruhi sistem aliran darah dan karena terdapat
penyakit DM akan memperlambat penyembuhan luka maka
dari itu :
- Reposisi setiap 2 jam
- Apabila ada DM, atur kadar gula, gaya hidup sehat
- Memakai kasur dekubitus
- Bila pakai diaper harus rutin diganti

6. b. Menjaga hygiene dan mengurangi tingkat Salep hidrogel (?)


kelembaban lokal
7. c. De-roofing bula secara aseptik Cuci tangan + handscoen
Melakukan insisi atau pungsi bula (bila bula masih intak)
Mencuci dengan air dan sabun serta dilakukan debridement
jaringan nekrotik dengan hati-hati (bila bula sudah pecah)
8. d. Melakukan debridement luka Ganti sarung tangan
Pasang duk lubang steril di atas luka laserasi
Memegang forcep dengan tangan kiri dan gunting dengan tangan
kanan
Memegang tepi jaringan nekrotik dengan ujung forcep
Menggunakan gunting tajam untuk memisahkan jaringan nekrotik
dengan jaringan yang mash vital
Membersihkan jaringan nekrotik sampai tampak perdarahan pada
potongan
9. e. Menutup luka dengan balutan oklusif Balut dengan kassa, bila ada infeksi dapat diberikan salep
antibiotik (gentamicin)
10. Memberikan instruksi dan edukasi kepada pasien - Menjaga hygiene tempat tidur dan luka
dan keluarganya dengan jelas - Melakukan pemindahan atau perubahan posisi tubuh
- Memobilisasi pasien
- Segera memeriksakan diri bila luka semakin parah
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN ASSESSMENT LUKA BAKAR

NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI

1. Menilai penyebab luka bakar (termal, elektrik, Selamat pagi ibu, perkenalkan saya dr. Adliah,
zat kimia). dokter yang bertugas pada pagi hari ini.
Mohon maaf dengan ibu siapa? Usia? Alamt?
Pekerjaan?
Bagaimana ibu mendapatkan luka ini?
- Termal (api, suhu panas)
- Elektrik
- Zat kimia asam atau basa

2. Menilai umur pasien Sekarang usianya berapa bu?


Menentukan kedalaman luka bakar
(penampilan/ warna luka, blanching, sensasi,
perdarahan)
3. Menilai penampilan luka bakar (warna luka) Luka bakar berwarna
merah/putih/kekuningan/hitam
4. Menilai blanching dan pengisian kapiler (capillary CRT>/< dari 2 detik
refill) I : memucat kembali memerah segera
II : memucat kembali memerah perlahan
III: tidak memucat
5. Menilai sensasi Sensasi tajam dan tumpul
- Pakai jarum ukuran 21 pada luka bakar

Sensasi
I dan IIA : terasa nyeri
IIA dan IIB : tidak terasa nyeri ada sensasi
III dan IV : tidak terasa sensasi

6. Menilai terjadinya perdarahan Ada tidaknya perdarahan


I dan IIA : perdarahan
IIB : perdarahan terlambat
III : tidak terlihat perdarahan
Menentukan luas luka bakar
7. Menilai luas luka bakar (memperkirakan luas luka Rule of nine (%)
bakar pada tiap regio tubuh kemudian
menjumlahkannya)
8. Menentukan ada tidaknya faktor komorbid
(gangguan pada saluran nafas, diabetes,
penyakit jantung, kehamilan,
immunocompromised, trauma (fraktur, trauma
kepala, kontusio).
9. Melaporkan kesimpulan hasil pemeriksaan Hasil kesimpulan pemeriksaan bapak :
a. Luka bakar termal/elektrik/kimia
b. Lokasi
c. Derajat (warna)
d. Luas luka bakar
e. Faktor komorbid

10 Menentukan penatalaksanaan luka yang akan Dari hasil pemeriksaan oleh karena itu perlu
dilakukan (dirawat atau dirujuk) ditangani lebih lanjut
- Dirawat/dirujuk

Perawatan:
a. Mendinginkan luka bakar dengan air
mengalir suhu 15-25 drjt (minimal 20
menit setelah paparan)
b. Memasang balutan
c. Ditutup dengan selapis kassa yg
mengandung parafin, ditutup lagi
dengan beberapa kassa kering,
pasang plester

Dirujuk :
- Luas >15% (dewasa), >10% anak
- Usia <5th >60th
- Derajat III dan IV
- Wajah perineum
- Gangguan sal napas
- Faktor komorbid
- Pastikan ABCDEF clear
- Mendinginkan, mencuci, menutup luka
dengan balutan sederhana
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
DERAJAT I DAN IIA

ASPEK KETERAMPILAN YANG


NO
DINILAI

1. Mendinginkan luka bakar Diguyur dengan air 20 menit


2. Melakukan penatalaksanaan untuk Analgetik oral/IV (untuk derajat III dan IV/pembiusan
mengurangi nyeri
3. Mempersiapkan alat-alat yang akan 1. Handscoen steril
dipergunakan 2. Scalpel
3. Klem
4. Gunting
5. Pinset
6. Salep antimikrobial
7. Sufratul
8. Kassa steril
9. Plester

4. Melakukan persiapan secara aseptic


(mencuci tangan, mengenakan sarung
tangan steril)
De-roofing bula
5. Melakukan insisi atau pungsi bula (bila Selanjutnya saya akan melakukan pungsi bula dengan
bula masih intak) menggunakan spuit (bila bula yg resiko pecah tinggi, besar,
ditempat yang mobile)
Insisi  digunting sesuai luka
6. Mencuci dengan air dan sabun serta
dilakukan debridement jaringan nekrotik
dengan hati-hati (bila bula sudah pecah)
Menutup luka
7. Menutup luka bakar yang sudah bersih
dengan selapis kassa mengandung
paraffin dan salep antimicrobial
8. Menutup kassa paraffin dengan beberapa
lapis kassa kering steril
9. Memasang plester elastic (balutan oklusif) Hypafix
10. Memberikan instruksi dan edukasi kepada - Balutan harus diganti setelah 48 jam, berikutnya setiap
pasien dengan jelas 3-5 hr
- Jangan terkena air
- Apabila terdapat tanda infeksi, datang kembali untuk
penanganan lebih lanjut
LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA
MELAKUKAN PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
DERAJAT IIB DAN III

NO ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI

Melakukan autoanamnesis (mekanisme


terjadinya luka bakar)
1. Penyebab luka bakar
2. Kapan luka bakar terjadi
3. Di mana luka bakar terjadi
4. Bagaimana mekanisme kontak
5. Berapa lama kontak terjadi
6. Pertolongan yang sudah diberikan
7. Kecurigaan non-accidental injury Misal: disiram air panas, tanya sengaja disiram atau
tidak disengaja
8. Menilai adanya faktor komorbid gangguan pada saluran nafas, diabetes, penyakit
jantung, kehamilan, immunocompromised, trauma
(fraktur, trauma kepala, kontusio).
Survei primer :
Bantuan hidup dasar
9. - A = Menilai dan membebaskan jalan -
nafas.
10. - B = Menilai adanya gangguan -
pernafasan, memberikan oksigen
11. - C = Memasang jalur akses intravena - Memasang IV pada bagian yang sehat atau yang
dan memulai resusitasi cairan paling ringan luka bakarnya
12. - D = Menilai status kesadaran pasien -
menggunakan Glasgow Coma scale
13. - E = Mencegah hipotermia dan dehidrasi -
14. - F = Memasang kateter uretra, -
menghitung balance dan kebutuhan
cairan.
15. Menilai luas luka bakar
16. Menilai kedalaman luka bakar
17. Memberikan analgesia
Survey sekunder :
18. Melakukan pemeriksaan tanda vital
19. Melakukan pemeriksaan sistem Lihat keadaan umum pasien
Misal: tampak kesakitan/sesak
20. Melakukan re-assessment luka bakar
Wound dressing :
21. Mendinginkan luka Perban dicelupkan ke saline balutkan ke luka bakar
22. Membersihkan luka
23. de-roofing bula
24. Menutup luka dengan balutan sederhana Kassa harus lembab
Tidak harus diplester
25. Mempersiapkan transportasi pasien dengan Dirujuk
aman ke rumah sakit.
Aspek Profesionalisme
JUMLAH SKOR

Anda mungkin juga menyukai